Minggu, 19 April 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 1 - Kebangkitan Tanpa Daya

Volume 12
Chapter 1 - Kebangkitan Tanpa Daya


Setelah mereka selesai makan, masing-masing budak memulai tugas mereka sendiri di hari itu. Beberapa dari mereka ada yang latihan, yang lain mulai belajar sihir, beberapa dari mereka juga pergi untuk menjual barang dagangan kami, dan yang lainnya termasuk membantu rekonstruksi.

Kegiatanku beragam dari hari ke hari, tapi untuk hari ini jadwalku menjadi lawan tanding Atla setelah sarapan. Fohl pergi berburu dan menaikkan level. Atla seharusnya bertugas sebagai penjaga hari ini, tapi Raphtalia menggantikannya. Dan itulah mengapa aku berhadapan dengan Atla, yah, itu rumit. Semuanya bermula dari panggilanku pada Wanita Tua Hengen Musou untuk mengajaknya berbicara.

“Hei, Wanita Tua. Aku ingin memulai pelatihan juga.”

Rishia dan Eclair sudah membuat kemajuan pesat, jadi kupikir aku perlu serius melakukan latihan juga. Jadi aku meminta arahan dari Wanita Tua. Memulai percakapan dengan memanggil seseorang “wanita tua” seperti itu mungkin terdengar sangat kasar, tapi itu menjadi nama panggilannya, jadi begitulah.

“Baiklah. Namun, kau tidak dapat memulai pelatihan sampai kau belajar dan bisa merasakan aliran Energi Kii.” 
“Hmm... Sudah kuduga itu masalahnya.”
“Aku mulai sedikit merasakannya,” sela Raphtalia.
“Oh? Sepertinya kau mulai merasakan energi Kii, murid Raphtalia,” jawab Wanita Tua.  Wanita Tua melihat Raphtalia dan sepertinya sedang mengecek kebenarannya. “Kalau begitu, murid Raphtalia bisa melanjutkan pelatihan naik satu tingkat lagi!”
“Sedangkan aku masih diberi porsi latihan meditasi, lagi-lagi duduk di atas batu pegunungan lebih lama dari biasanya? Atau satu-satunya pilihanku untuk menggunakan life force water atau semacamnya?”

Aku sadar betul kalau tidak ada jalan pintas dan aku perlu berusaha keras, tapi tetap saja, satu masalah tidak akan berhenti dan menunggu masalah lain selesai. Aku ingin menguasai seni bela dirinya ini dengan cepat. Tapi aku kira itu hanya menjadi angan-angan saja.

“Belum tentu, ada pendekatan yang agak kasar, tapi aku rasa ini metode yang cocok untukmu, Tuan Saint.”
“Kalau begitu, ajarkan saat ini juga. Aku tak keberatan jika aku harus sedikit menderita.”

Bagaimanapun caranya, aku lebih memilih cara tercepat untuk menjadi kuat karena itu diperlukan sekarang.

“Ada seseorang yang bisa melihat energi Kii bahkan lebih baik daripada aku. Jika kau bertarung dengan orang ini, maka aku yakin kau pasti bisa merasakannya juga.”
“Oh iya, aku dengar kau bilang hal semacam itu pada Atla karena dia memiliki bakat untuk bela diri ini.” 

Aku dengar ini dari Eclair, Wanita Tua bilang kalau Atla tak perlu mendapat ajarannya untuk menguasai bela diri ini.

“Itu benar.”

Fohl berdiri di sana bersama kami. Wanita Tua menatapnya, dan dia dengan hati-hati menatap Atla.

“Hah? Ada apa menyebut nama saya?” Atla bertanya.
“Aku yakin dengan berhadapan dengan gadis ini, Tuan Saint akan merasakan energi Kii lebih cepat.” 
“Yah, dia memang tampak lebih kuat dari Fohl terakhir kali kami pergi berburu,” kataku.
“Apa?! Sudah pasti aku lebih kuat yang darinya!” Fohl berteriak.
“Onii-sama, tolong jangan nilai remeh aku di hadapan Tuan Naofumi.” Atla menusuk Fohl dari samping dengan tajam.

“Guh!”

Fohl hampir jatuh ke belakang setelah menerima tusukan dari Atla.

“Ugh...”
“Itu buktinya, Fohl. Saat ini, kau lebih lemah dari Atla. Jika kau ingin mengubah kenyataan itu, latihanlah bersama Wanita Tua.” kataku kepadanya.
“Terima kasih atas segala jasamu selama ini padaku, Onii-sama.”

Aku hanya bisa terkejut, setelah mendengar pernyataan terima kasih Atla pada Fohl yang telah berjasa banyak padanya yang dia ucapkan hanya dalam satu kalimat singkat.

“A... Atla?! Ugh... Baik! Aku akan jadi kuat, apapun yang terjadi!”

Tekadnya untuk tumbuh lebih kuat terlihat dari ekspresinya. Atla memacu pertumbuhannya. Dalam hal itu, aku kira sikapnya sebenarnya tidak terlalu buruk.

“Kalau begitu, mulai sekarang saya akan menjadi lawan tanding Tuan Naofumi!”

Atla melingkarkan lengannya di tanganku. Aku benar-benar tak suka idenya menempel padaku, tapi jika dia akan menjadi partner latihan, maka kurasa aku harus memberinya sedikit pengecualian.

“Cukup sampai sini saja, Raphtalia. Lanjutkan latihanmu bersama Wanita Tua--”
“Tidak mau!”

Raphtalia malah keberatan sampai menahan nafasnya setelah berkata itu. Kenapa dia malah begini. Aku yakin dia orang yang suka latihan.

“Hmm… kurasa bila murid Raphtalia ingin ikut bergabung latihan dengan kalian juga tak masalah karena bisa menambah efektivitas latihan yang kalian bertiga jalani. Rivalitas yang mungkin terjadi bisa menambah tingkat kepercayaan di antara kalian!”

Sekarang Wanita Tua juga ikut campur. Apa persaingan benar-benar akan membantu? Kukira aku sudah membaca manga di mana sesuatu seperti itu terjadi sebelumnya.

“Kalau begitu, Tuan Saint, tolong sediakan sejumlah life force water untuk latihanmu nanti. Selain itu juga, jika kau benar serius ingin melakukan latihan, maka latihannya tetap kita lakukan di pegunungan. Untuk itu, tolong luangkan waktumu dalam waktu dekat.”

Belajar Teknik Hengen Musou biasanya memerlukan kami untuk berlatih di pegunungan. Tapi setelah tahu pengaruh life force water, kami bisa berlatih di desa, dan bahkan di daerah perkotaan sekalipun. Berkat itu, Eclair dan Rishia bisa berlatih lebih konsisten.

Ren rupanya berencana untuk belajar dari Wanita Tua mengikuti Eclair juga, jadi aku tidak yakin berapa banyak life force water yang kami butuhkan. Wanita Tua awalnya bermaksud mengajak Ren berlatih bersamaku. Tapi Ren sepertinya tidak tertarik mengambil jalan pintas untuk menjadi lebih kuat, jadi dia berkata mungkin akan baik jika dia dan Eclair berlatih bersama dan menyemangati satu sama lain.

Dan itulah bagaimana Raphtalia dan aku akhirnya berhadapan dengan Atla. Kami perlu meningkatkan kemampuan untuk melihat energi Kii dengan mata telanjang sebelum kami bisa lanjut ke tahap berikutnya.

“Baiklah, Atla. Kuingin kau menggunakan serangan yang sama seperti yang aku minta tadi, tapi kali ini buatlah lebih kuat dan cepat.”
“Dimengerti!”

Aku memblokir tusukan Atla, dan dentingan keras terdengar. Aku merasakan sesuatu mengalir ke tubuh aku dan meledak. Rasanya persis seperti serangan yang digunakan Wanita Tua padaku sebelumnya. Aku senang kalau aku menggunakan perisai yang lemah untuk pelatihan ini. Jika aku menggunakan salah satu perisaiku yang sudah aku perkuat, maka serangan itu akan lebih sakit dari sekarang.

“Ugh...”

Aku menggunakan aliran sihirku sendiri untuk memaksa energi asing keluar dari tubuhku. Tapi aku ingat Wanita Tua menyebutkan kalau itu adalah cara yang salah untuk melakukannya.

“Ugh... Aku berhasil mengeluarkannya, tapi ini sulit. Baiklah, ayo kita ulang lagi latihannya.” 
“Baik! Aku mulai! Aiyah! Aiyaya!”

Wanita Tua memberiku banyak petunjuk. Dia bilang kalau aku perlu melakukan lebih dari memblokir serangan saja. Agar bisa memikirkan gerakan itu, rupanya dengan menjadikan Atla sebagai partner latihan bisa membuat latihan ini menjadi pertarungan sungguhan, dengan begitu latihan ini akan lebih efektif. Dia mengatakan pada Raphtalia untuk melakukan hal yang sama.

“Tuan Naofumi...” Kata Raphtalia cemas.
“Wanita Tua sendiri yang bilang dengan menerima serangan dari Alta, aku harusnya bisa melihat energi Kii. Aku harus menurutinya.”

Aku terus menerima serangan sampai aku terlalu lelah untuk terus berdiri. Aku terjatuh dan beristirahat.

“Kamu selanjutnya, Raphtalia-san!” kata Atla. Dia memberi isyarat menarik-narik telapak tangannya pada Raphtalia.

Kenapa dia selalu begitu provokatif? Raphtalia merespons seperti yang diharapkan. Dia mempersiapkan diri dengan ekspresi serius di wajahnya, terlepas dari kenyataan kalau dia menggunakan pedang kayu untuk latihan.


“Aku harap kamu siap!” kata Atla.
“Aku harap kamu juga sudah siap!” Raphtalia merespons.

Secara perlahan jarak keduanya menjadi lebih dekat... dan lebih dekat... Ketegangan antara keduanya ketika mereka berhadapan sudah cukup untuk membuat siapa pun yang menonton berpikir itu adalah pertarungan sungguhan. Apa mereka tak menyadari kalau ini seharusnya hanya latihan? Atau mungkin aku harus mengikuti sesi latihan ini dengan serius seperti itu.

“Ha!” 

Raphtalia mendekati Atla dengan cepat dan mengayunkan pedang kayu ke bawah. Atla menghindari serangan dengan jarak sehelai rambut dan menusuk Raphtalia dengan tajam. Raphtalia membungkuk ke belakang dan menghindari tusukan itu sambil mengayunkan pedang ke samping. Atla berjongkok dan menusuk celah pada pertahanan Raphtalia, tapi Raphtalia dengan cepat memblokir tusukan dengan pedang kayu. Suara benturan yang keras bergema.

“Terima ini!” ejek Atla.

Atla memberikan tusukan tajam lagi, yang ditangkis Raphtalia ke samping dengan lengannya. Kemudian dia membalas dengan mengayunkan pedang kayu ke bawah sekali lagi.

“Tsk! Tangguh sekali!” Atla salto kebelakang untuk membuat jarak di antara mereka. “Begitu salah satu seranganku mengenaimu, pertandingan ini akan berakhir. Tentu sesudah itu, aku akan menemani Tuan Naofumi latihan lagi. Kamu dapat menghabiskan waktu memulihkan diri dengan tenang, Raphtalia-san.”
“Itu tidak akan terjadi! Kamulah yang akan beristirahat karena terkena serangan katanaku, Atla-san! Lalu kamu bisa melihatku dan Tuan Naofumi latihan bersama!”

Raphtalia meletakkan tangannya di belakang bilah pedang kayu. Aku menduga dia mengalirkan sesuatu ke dalamnya. Aku masih tidak bisa melihat energi Kii, jadi aku tidak terlalu yakin.

“Sepertinya kamu serius sekarang,” kata Atla. 
“Kamu juga sama!”

Keduanya bertukar pandang dan kemudian dengan cepat menyerbu ke depan. Mereka saling beradu satu sama lain, dan percikan api terbang kemana-mana. Ini sudah pasti latihan tapi kok sampai segitunya? Mereka terlihat seperti mau bertarung mengingat ini hanyalah latihan.

“Mengesankan, seperti biasa,” kata Atla.
“Masih tidak se-mengesankan dirimu,” jawab Raphtalia.

Pertandingan mereka selalu bersemangat seperti ini. Wanita Tua bilang juga kalau mengamati mereka bertempur merupakan bagian dari latihanku. Pikiranku kemana-mana dan aku terus memperhatikan keduanya yang terus bertarung.

Akhirnya siang hari pun tiba, dan aku membuat makan siang. Akan lebih baik jika aku punya waktu untuk latihan sepanjang hari, tapi bukan itu masalahnya.

“Masakanmu lezat seperti biasa, Kaka!”

Keel sangat bersemangat sampai dia berubah menjadi seekor anjing dan mulai mengibas-ngibaskan ekornya. Selezat itukah masakanku sampai membuat anak anjing kecil itu bahagia? Ya terserahlah. Jika itu bisa memotivasi dirinya, itu adalah hal yang baik.

“Oke, kita sudah makan siang. Aku rasa mau mengunjungi toko senjata Pak Tua.”
“Ayo,” jawab Raphtalia. 
“Baik!” Atla menjawab.

Kami mengakhiri pelatihan kami dan menggunakan skill portalku untuk berteleportasi ke Kota Kastil.




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar