Volume 1
Chapter 20. Beruang Memanggil Beruang; Rumah Milik Beruang Bentuknya Adalah Beruang
"Yuna-san, quest macam apa yang kau pilih?"
"Quest pembasmian Tigerwolf."
"Yuna-san!"
"Apa?"
"Tigerwolf adalah monster yang lebih kuat dan besar dari serigala. Apa kau yakin akan baik-baik saja?" Fina menggenggam pakaianku, dia jelas khawatir.
"Mungkin?" Aku berani bertaruh kalau Tigerwolf hanyalah versi besarnya serigala. Aku mengelus kepala Fina yang tampak gelisah dan kami beranjak keluar kota. Para pedagang dan petualang yang telat mengawali hari tampak tengah membentuk antrian di gerbang. Kami masuk ke dalam antrian tersebut. Aku menunjukkan kartu guild-ku dengan sekilas kepada penjaga, kemudian kami beranjak pergi.
Kami keluar dari jalan utama dan berjalan agak jauh sampai ke tempat dimana tidak ada banyak orang.
Ada beberapa petualang yang melihat ke arah kami dari kejauhan, tapi aku mengabaikan mereka dan menghentikan langkahku.
"Yuna-san?"
"Sebentar, aku akan mengeluarkan sesuatu untuk ditunggangi."
Aku menyuruh Fina untuk sedikit mundur dan mengulurkan kedua tanganku ke udara. Aku kemudian menyalurkan mana ke dalam sarung tangan beruangku. Kedua mulut dari boneka tangan beruang yang kukenakan terbuka lebar, dan dua objek besar, satu putih dan satu hitam, melompat keluar dari kedua mulut boneka tangan tersebut. Kedua objek tadi mulai menggeliat, kemudian perlahan berdiri dengan empat kaki.
Yang mengejutkannya, makhluk yang kupanggil adalah...beruang juga.
Kedua beruang tadi mendekat ke arahku, aku pun mengelus dagu dan kepala mereka yang berbulu. Tampak kedua beruang tersebut menikmati belaian yang kuberikan, kemudian dengan lembut mereka mengelus-eluskan kepala mereka ke wajahku.
"Yuna-san!" Fina melangkah mundur.
"Tidak apa-apa. Mereka adalah makhluk panggilanku, jadi mereka tidak akan menyakitimu. Kemarilah, coba elus mereka."
Fina mendekat dengan hati-hati dan menyentuh kedua beruang tersebut. Ketika dia sadar bahwa mereka tidak akan menyakitinya, ia pun tersenyum.
"Baiklah, Fina, bagaimana jika kau menunggangi Kumakyu?"
"Kumakyu?"
"Yang berwarna putih adalah Kumakyu, sedangkan yang berwarna hitam adalah Kumayuru."
Kumakyu menundukkan tubuhnya agar Fina dapat menaikinya dengan mudah.
"Naiklah."
Fina dengan sedikit takut menaiki Kumakyu. Saat ia telah berhasil naik, Kumakyu lantas berdiri perlahan-lahan. "Uh-ahh," teriak Fina.
"Kau akan baik-baik saja selama kau berpegangan dengan erat. Sebenarnya, berkat kemampuan milik Kumakyu, satu-satunya cara untuk turun dari Kumakyu adalah kau sendiri yang melompat turun darinya. Kau tidak akan terjatuh, meskipun kau tertidur ataupun melepaskan peganganmu."
Ketika aku selesai menenangkan Fina, saatnya bagiku menaiki Kumayuru. "Kita akan bergerak perlahan, kemudian setelah kau mulai terbiasa kita akan bergerak dengan cepat."
"Ba-baiklah."
Menunggangi beruang, kami melaju menuju ke tempat dimana Tigerwolf biasa tinggal. Aku tidak perlu memberitahu kalian bahwa saat memanggil tunggangan, setiap petualang, pedagang, dan pejalan kaki yang lewat tertegun menatap kami. Sangat memalukan melakukan hal tersebut dimana orang-orang dapat melihatnya, tetapi menunggu sampai berada jauh dari kota setiap kali aku akan memanggil makhluk panggilan akan sangat merepotkan, jadi aku memutuskan untuk mengabaikan tatapan dari orang-orang tersebut.
Beruang yang kami tunggangi perlahan melaju semakin cepat. Kami bergerak menuju pegunungan, masuk lebih dalam dibanding tempat dimana Goblin King tinggal. Butuh waktu enam jam berjalan kaki untuk sampai ke sana, tapi dengan menunggangi beruang, kami akan tiba setelah menempuh satu setengah jam perjalanan.
"Aha ha ha ha ha!" Tampaknya Fina sudah mulai bersenang-senang. Bukan berarti beruang yang kami tunggangi dilengkapi dengan speedometer, atau aku pribadi punya acuan tertentu dari pengalaman menyetir mobil maupun mengendarai sepeda motor, tapi aku yakin kalau kami melaju dengan begitu cepat. Meski pada kecepatan tersebut, kami terlindungi dari angin berkendara karena seluruh tubuh dari beruang telah diselimuti dengan sihir yang kurapal. Itulah alasan mengapa aku yakin bahwa kami akan tiba di tempat tujuan dengan aman, meski kami tertidur sekalipun.
Beruangnya tiba-tiba mempercepat laju mereka ketika kami mulai mendekati desa dimana dulu aku pernah singgah sebelum menumpas kawanan goblin. Aku tidak ingin membuat warga desa tersebut panik dengan lewat sambil menunggangi beruang, jadi kami mengambil jalan memutar. Kecepatan kami mulai menurun saat kami tiba di gunung. Kami mendaki pelan-pelan mulai dari sana.
"Aku yakin kalau tempatnya di sekitar sini."
Dalam lembar quest dikatakan kalau kami dapat menjumpai Tigerwolf di sekitar area ini. Di tengah perjalanan mendaki gunung, aku turun dari tungganganku saat kami menemukan tanah datar. Aku memeriksa apakah tanah tersebut cukup luas, aku lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam penyimpanan beruang milikku dan mulai mendirikannya.
"Yuna-san!" Teriak Fina, menyaksikan apa yang sedang kulakukan. Dia banyak berteriak hari ini.
Aku mengeluarkan rumah berbentuk beruang. Sebuah rumah dua tingkat, lengkap dengan pekarangan. Dari depan, bangunan tersebut tampak sepeti seekor beruang raksasa yang tengkurap dengan tangan terlentang ke depan. Pintu masuknya adalah mulut dari beruang tersebut yang terbuka lebar dan tingkat duanya adalah anak beruang yang naik di atas punggung induknya. Rumah tersebut bahkan punya gudang penyimpanannya sendiri.
"Bagaimana jika kita masuk dan beristirahat sejenak?"
"Tentu..."
Aku membiarkan Kumayuru dan Kumakyu menunggu di pekarangan sementara kami masuk ke dalam rumah melalui pintu masuk yang berbentuk mulut beruang, hampir seperti kami dimakan oleh rumah beruang tersebut. Dalamnya, didesain dengan gaya jepang.
"Oh, pastikan kau melepas alas kakimu dan menaruhnya di sana," aku memberitahu Fina, untuk jaga-jaga seandainya kebiasaan di sini tidak sama seperti di duniaku.
Pintu masuk tempat dimana kami meletakkan alas kaki mengarah ke ruang tamu. Lantai satu berisi ruang tamu, dapur, pemandian khusus, toilet, dan sebuah gudang kecil. Kamarku berada di lantai dua, beserta dengan beberapa kamar tidur untuk tamu. Kepala dari anak beruang tadi merupakan atap. Aku rasa aku dapat menggunakannya sebagai tempat untuk menjemur pakaian.
"Oh, silahkan duduk di sebelah sana." Aku menunjuk ke sebuah kursi berbentuk sofa.
"Yuna-san..."
"Apa?"
"Rumah apa ini?"
"Aku membuat rumah ini untuk diriku dengan menggunakan sihir."
Setelah melakukan uji coba, terbukti bahwa mau seberat atau sebanyak apa pun sesuatu yang ingin kusimpan, penyimpanan beruangku tetap dapat menampungnya, oleh sebab itu aku memutuskan untuk membuat sebuah rumah untuk kubawa bepergian. Aku membangun rumah tersebut menggunakan sihir tanah, sambil merapal, aku turut membuat gambaran seekor beruang dalam kepalaku, yang mana, tentu saja, menjadikan rumah tersebut semakin kokoh. Aku merapal sihir tanah tingkat rendah, menciptakan diding pemisah untuk tiap ruangan, membeli dan memasang kristal sihir pada ruangan dimana aku akan butuh air, dan bahkan menempatkan sebuah lemari pendingin di dapur. Karena aku juga telah memasang kristal sihir cahaya pada setiap ruangan, tempat ini akan tetap terang sekalipun hari sudah malam. Seandainya ada TV dan komputer, maka rumah ini akan menjadi kediaman yang sempurna bagi seorang hikikomori sepertiku.
Aku pergi ke dapur dan membawakan Fina segelas jus buah dingin.
"Apakah di tempat asalmu kau adalah seorang bangsawan, Yuna-san?"
"Tidak."
"Lalu, apakah kau seorang putri?"
"Seorang putri sungguhan tidak akan tampak seperti diriku. Aku hanyalah seorang petualang biasa."
Fina tampaknya ingin bertanya lebih jauh, tetapi ia diam, tidak melanjutkan.
"Setelah beristirahat, aku berniat pergi keluar untuk berburu Tigerwolf."
"Bagaimana denganku?"
"Kau boleh pergi bersama Kumakyu dan mencari tanaman obat untuk ibumu. Kau seharusnya aman selama Kumakyu ada bersamamu. Aku juga telah memasang sebuah penghalang di sekitar sini, jadi saat kau berada dalam bahaya, selama kau kembali ke rumah ini maka kau akan aman."
"..."
"Juga, ada beberapa mayat monster di gudang, jadi jika kau ada waktu, bisakah kau pilah mayat-mayat tersebut?"
"Maksudmu aku dapat melakukan pemilahannya nanti?"
"Itu kau yang menentukan. Aku akan membayarmu sepuluh persen dari total penjualan material monster yang kau pilah, jadi terserah padamu apakah kau ingin cepat-cepat mencari tanaman obat dan langsung memilah monsternya, atau menghabiskan seluruh waktumu dengan mencari tanaman obat untuk ibumu saja."
"Baiklah, aku mengerti."
"Bagaimana kalau kita ke gudang terlebih dahulu? Ada beberapa hal yang ingin kujelaskan."
Aku mendesain agar gudang dapat diakses dari dalam rumah maupun luar. Memiliki luas sekitar dua puluh tatami*, gudang tersebut juga dilengkapi dengan sumber air dan sebuah meja kerja. Aku mengeluarkan dari dalam penyimpanan beruangku sepuluh serigala dan sepuluh kelinci bertanduk, kemudian meletakkan mereka di dekat tembok.
<TLN: semacam tikar dari jepang yang dibuat secara tradisional dari jerami yang ditenun>
<EDN: 20 tatami sekitar 33 meter persegi>
"Kau tidak harus memilah semuanya, saat kau merasa ingin berhenti, tolong masukkan semua mayatnya ke dalam ruangan ini."
Terdapat sebuah ruang penyimpanan beku di sebelah gudang, lebih seperti kulkas beku raksasa menurutku. Yah, meskipun nantinya waktu akan terhenti begitu aku memasukkan rumah tersebut beserta segala isinya kembali ke dalam pemyimpanan beruangku.
"Baiklah, aku pergi dulu. Jangan terlibat masalah, oke? Kumakyu akan menjagamu jika terjadi apa-apa, jadi kau seharusnya aman."
0 komentar:
Posting Komentar