Senin, 27 September 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 20 : Chapter 9 – Siltran Kuno

Volume 20
Chapter 9 – Siltran Kuno


Aku memandang sekeliling dan melihat banyak aktivitas manusia, tetapi bangunan itu sendiri terlihat lebih tua dari Melromarc dan sepertinya sedang diperbaiki karena dampak kerusakan setelah pertempuran.

"Di mana kita?" Tanyaku.

“Siltran. Ini adalah negara yang memanggilku, ” Kata Mamoru.

"Siltran Kuno, kan?" Komentar Melty, memberikan beberapa informasi tambahan yang berguna. “Aku sudah membaca tentang ini dalam teks-teks kuno. Negara sebelum Siltvelt kuno.” Aku tidak yakin bagaimana mengekspresikannya, tetapi kastil itu tampak lebih kecil... lebih nyaman jika dibandingkan dengan Melromarc dan Siltvelt. Itu mungkin berarti bahwa Siltvelt menjadi lebih mencolok dan lebih besar seiring sejarah berlanjut. “Jadi seperti ini penampakannya. Dari apa yang kulihat di sini, sepertinya konstruksi Vanira... tapi tunggu dulu, ada yang sedikit berbeda,” Lanjut Melty sambil memiringkan kepalanya. Aku penasaran apa yang dia pikirkan—dan sejujurnya, aku tidak tahu apa itu konstruksi Vanira.

"Tidak ada kastil ini disini di masa depan?" Tanya Mamoru.

“Banyak yang hilang karena konflik,” Lapor Melty.

"Aku turut prihatin mendengarnya," Katanya. Ini mungkin dikarenakan Barisan Terdepan Gelombang lagi, bekerja dibelakang layar untuk memusnahkan aset tersebut agar generasi mendatang tidak dapat memanfaatkannya. Aku sendiri sudah muak mendengar cerita seperti itu, tetapi aku juga berpikir bahwa mungkin kami tidak seharusnya berbagi cerita tentang masa depan yang gelap dan suram dengan orang-orang ini. Mereka akan mengalami kesulitan bangun dari tempat tidur di pagi hari jika mereka tahu negara tempat mereka tinggal saat ini tidak akan bertahan di masa depan.

“Tetap saja, ini...” Bahkan aku ingin memilih kata-kataku dengan hati-hati, yang merupakan kejadian langka. Karena, kastil itu tampak begitu suram, dan—itu berlaku untuk semua orang—kota juga begitu. Ada banyak puing-puing dan reruntuhan bangunan, kemungkinan efek dari gelombang. Semuanya terasa seperti dari Abad Pertengahan, tua dan kuno. Tapi kurasa ini semua terlalu kuno. Penampilan kunonya berbeda dengan negara L'Arc di dunia Kizuna.

Aku pernah ke Siltvelt, dan aku juga tidak melihat perpaduan yang sama antara gaya Barat dan Cina yang kualami di sana. Kota di sini terdiri dari rumah-rumah sederhana yang memadukan batu kasar dan kayu.

"Apakah kalian memiliki jam pasir naga?" Tanya Melty.

“Ya, di gedung sebelah sana,” Jawab Mamoru sambil menunjuk sebuah bangunan di depan kastil. Menempatkan jam pasir naga di sekitar kastil jelas merupakan keharusan di dunia ini. Setidaknya itu akan membuatku menyelaraskan lokasi ini dengan masa depan.

“Naofumi, kurasa aku tahu apa yang kau pikirkan, jadi biarkan aku memberitahumu sesuatu. Sama seperti bagaimana sungai bisa berubah arah dalam jangka waktu yang lama, jam pasir naga juga bisa berubah posisi. Kurasa lokasinya tidak akan banyak membantu sebagai acuan,” jelas Melty. Itu pertama kalinya aku mendengar hal ini — gangguan sewenang-wenang lainnya.

"Baiklah kalau begitu, mari kita lihat apa lagi yang kita punya," Kataku dan melihat sekeliling. Tetapi aku tidak melihat apapun yang memiliki hubungan lebih lanjut dengan masa depan. Pemandangan di kejauhan memang terlihat sedikit seperti apa yang kulihat di Siltvelt, tetapi jika aku harus mengatakannya bahwa tempat ini pasti akan menjadi Siltvelt di masa depan... itu sulit. Ada hutan di dekat kota kastil Siltvelt, tapi di sini aku hanya melihat apa yang tampak seperti dataran tandus. Maksudku, ini hanya dari pandangan sekilas.

"Silakan mulai dengan datang ke kastil," Kata Mamoru. "Aku ingin memastikan semuanya tetap baik-baik saja."

"Oke," Kataku setuju. Mamoru membiarkan kami masuk ke kastil Siltran. Seperti yang dilihat dari eksteriornya, itu adalah tempat yang cukup sempit. Melty berjalan seolah-olah itu adalah hal yang paling alami di dunia, jadi aku hanya mengikutinya.

Aku bertanya-tanya apakah ini benar-benar negara yang nantinya akan menjadi Siltvelt. Para demi-human yang kulihat berlalu-lalang tidak terlihat begitu kuat. Ketika aku berada di Siltvelt, aku telah dihadapkan pada perwujudan individu-individu biadab. Tapi semua orang yang kulihat di sini tampak jauh lebih baik dan lembut. Therianthrope juga ras yang lebih kecil seperti kobolt; Aku tidak melihat ada therianthrope besar. Aku melihat beberapa therianthrope domba, dan tipe manusia kadal juga, seperti buaya berotot, bukan sesuatu yang kutemui di Siltvelt. Mereka terlihat cukup kuat, tetapi jumlahnya tidak banyak. Bagaimanapun juga, ras-ras di sini tampak lebih dekat dengan ras-ras di Q'ten Lo. Mempertimbangkan bentuk telinga dan ekor demi-human, kuperhatikan ada banyak jenis tikus dan musang.

Lalu aku menyadari Raphtalia menatap ke arah demi-human musang.

"Apa ada sesuatu?" Tanyaku padanya.

"Tidak ... bukan apa-apa,” Katanya.

“Raph,” Kata Raph-chan, melompat ke bahu Raphtalia dan membuat lebih banyak suara. Dia sepertinya mengatakan bahwa menatap itu tidak sopan.


Kami lalu melanjutkan perjalanan dan diizinkan masuk ke ruang audiensi Siltran.

“Selamat datang kembali, Pahlawan Mamoru. Beeh!” Kami disambut oleh therianthrope domba. Dia berbulu dan berekor, membuatku ingin membuat candaan tentang butler domba untuk beberapa alasan. Aku juga sangat terganggu oleh suara mengembiknya, tetapi aku memutuskan untuk mengabaikannya. “Apa yang terjadi di sini, Pahlawan? Siapa orang-orang yang bersamamu ini? Beeh!”
<EDN: Oke, disini mimin ketemu istilah absurd, Mutton butler, udah cari digoogle gak ketemu. Jadi buat sementara bakal pakai butler domba, kalua ada yang tau bisa komen di bawah ya.>

“Sepertinya mereka adalah pahlawan dari masa depan, dikirim ke zaman ini untuk alasan yang belum ditemukan,” Jelas Mamoru.

"Apa! Beeh!” Jata domba.

“Ini salah satu menteri Siltran,” Jelas Mamoru kepada kami.

“Bagaimana dengan raja?” Tanyaku.

“Aku khawatir dia baru saja meninggal, karena pengkhianatan penyihir kastil kami,” Kata Mamoru. "Raja adalah orang yang baik." Aku mengerutkan kening begitu kata "pengkhianatan" muncul. Aku bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak kejahatan di dunia ini. “Jadi temanku di sini telah mengambil alih banyak tugas negara,” Lanjut Mamoru.

“Aku melakukan apapun yang kubisa untuk membantu Pahlawan Perisai Mamoru dalam membela negara Siltran, menggantikan raja kami yang telah meninggal,” Jelas domba.

“Kau membuatnya terdengar seperti Mamoru pada dasarnya adalah raja sekarang,” Komentarku.

“Bukan raja, tapi perwakilan, mungkin. Aku didukung oleh begitu banyak orang. Aku hanya lebih seperti riasan jendela,” Kata Mamoru merendahkan diri.

“Mungkin mirip seperti posisi yang kau pegang di Melromarc, Naofumi,” Kata Melty.

"Jika kau butuh sesuatu, menteri di sini seharusnya bisa mengaturnya." Mamoru berbalik ke arah domba. “Bagaimana kalau kita mulai dengan peta? Negara kita dan lainnya?” Sarannya.

"Baiklah. Aku akan menyiapkannya segera. Beeh!” Kata menteri. Peta merupakan hal yang penting. Mempelajari medan sekitar akan sangat berguna untuk berbagai alasan. Jika mereka bersedia menunjukkannya kepada kami, aku tidak akan menolaknya, tetapi aku penasaran pada keamanan mereka. Mengapa mereka memberikan informasi seperti itu dengan mudah.

"Tolong, lihat, pahlawan dari masa depan," Kata menteri domba, setelah memerintahkan bawahannya untuk membawa peta kepada kami. Aku membuka beberapa dari mereka. Aku telah diarak mengelilingi Siltvelt, jadi aku memiliki beberapa pengetahuan tentang letak wilayah itu. Negara-negara disini memiliki nama yang berbeda, lokasi kota dan desa berbeda, dan ukuran sebenarnya dari negara juga lebih kecil. Tapi aku mengenali pegunungan dan medannya secara umum. Ketika aku melihat peta dunia... ada sesuatu tentang yang tidak kuketahui. Itu memang terasa serupa di beberapa tempat. Melty juga melihatnya dan terlihat sama bingungnya denganku. Jadi ini adalah dunia sebelum menyatu dengan gelombang. Pada titik tertentu di masa depan, dunia pertama dan dunia kedua akan tergabung dan menciptakan dunia ketiga.

Ada sebuah pulau bernama Q'ten Lo di timur, jadi posisi pulau itu sudah pasti, tetapi pada peta-peta ini, bentuk pulau itu sendiri tidak digambarkan; itu lebih hanya anggapan bahwa pulau itu terletak di sana.

“Ada sesuatu yang ingin kutanyakan. Penyihir yang mengkhianatimu ini, ceritakan lebih banyak tentangnya,” Kataku.

“Hama yang mengambil kepala raja kami sebagai hadiah untuk musuh bebuyutan kami, negara besar Piensa,” Jelas Mamoru.

“Kurasa sampah seperti itu bisa ditemukan di segala zaman!” Kataku mengamuk.

“Dia memintaku dan raja untuk menyelamatkan dunia dari gelombang, memohon kepada kami, dan kemudian berbalik dengan pengkhianatan ini. Sejujurnya, aku ingin mencari cara untuk menghukumnya, ” Kata Mamoru. Hampir terdengar seperti dia meminta bantuanku untuk itu. Itu adalah topik yang sebenarnya bisa kumengerti, tetapi aku juga tidak sedang dalam kondisi yang memungkinkan untuk melakukan balas dendam lain. “Bagian yang paling menakutkan adalah kita tidak tahu kapan mereka akan menyerang, mereka terus berdatangan,” Lanjut Mamoru.

"Kita memilikimu, Mamoru, jadi kita akan baik-baik saja," Tambah R'yne. Kedengarannya seperti musuh-musuhnya cukup waspada terhadap kemampuannya. “Mereka adalah negara besar, dan mereka mencoba menyelesaikan semuanya dengan kekerasan. Mereka mengaku bebas dari diskriminasi, tapi itu hanya klaim semata. Mereka percaya bahwa pandangan nasional mereka tentang keadilan adalah keadilan dunia.” Itu terdengar sangat mirip dengan Shieldfreeden. Aku hanya mendengarnya secara langsung dari Melty and Trash, tetapi mereka berbicara tentang cita-cita kebebasan sambil memegang otoritas yang ketat atas orang-orang mereka. Itu masuk akal; itu adalah negara yang diperintah oleh ras aotatsu, salah satunya yang kami temui sebagai bagian dari rombongan Takt. Dia juga sudah tidak waras, menggila setelah mengalami kekalahan.

“Mereka memiliki wilayah yang luas namun selalu menginginkan lebih, percaya bahwa pahlawan lebih cocok untuk negara mereka sendiri,” Jelas Mamoru.

“Dan mereka sekarang mencoba untuk melenyapkanmu, setelah kau tidak melakukan apa yang mereka minta,” Kata R'yne.

"Benar. Mereka telah mengirim pembunuh untuk mencoba membunuhku berkali-kali,” Kata Mamoru. Mendengar komentar itu, Melty menyodok tulang rusukku dengan sikunya, memberitahuku bahwa dia perlu berbicara secara pribadi.

“Secara historis Piensa digambarkan sebagai negara tirani yang sering menyerang orang lain. Pada akhirnya mereka dikalahkan dalam perang dengan Siltvelt dan musnah,” Katanya padaku. Berdasarkan hasil akhir itu, sepertinya kami tidak perlu terlibat.

"Jadi apa selanjutnya? Apakah kau akan membiarkan kami menggunakan tempat itu untuk desa kami selama kami membantumu membalas dendam?” Tanyaku.

“Aku tidak berniat memintamu untuk membantu upaya perang kami,” Jawab Mamoru.

"Kuharap itu kebenarannya," Kataku, masih tidak yakin tentang pria ini.

"Tentu saja. Namun, kau perlu berhati-hati. Jika diketahui bahwa kita memiliki Pahlawan Perisai kedua sekarang, itu bisa membawa masalah padamu dan temanmu, Naofumi. Desamu berada di sedikit tempat yang strategis, jujur saja,” Kata Mamoru kepada kami.

“Strategis bagaimana?” Tanyaku.

“Kami berada di wilayah itu karena kami sangat mengharapkan musuh menyerang dari sana,” Katanya. Aku berpikir sejenak untuk mempertimbangkan itu. Kedengarannya seperti desa kami muncul tepat di antara Siltran dan Piensa. Jika perang habis-habisan terjadi, kami mungkin perlu mengevakuasi seluruh desa. Kami bisa bertarung untuk melindunginya atau lari ke bukit. "Aku hanya ingin kau berhati-hati," Ulangnya.

"Oke. Mengingat peringatan itu, bisakah kau mengizinkan kami melewati perbatasan negara ini dengan bebas?” Tanyaku.

"Aku akan mengaturnya," Katanya, memberi perintah kepada menteri domba untuk menyiapkan dokumen.

“Kami tidak ingin membuat Piensa kesal secara tidak sengaja, bukan? Aku akan memastikan semua orang, termasuk Ren dan Fohl, tidak menyebarkan fakta bahwa kami adalah pahlawan. Itu akan membantu menjaga semuanya tetap tenang, ” Kataku.

"Itu ide yang bagus," Kata Mamoru setuju.

“Itu memang meninggalkan pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Aku benar-benar ingin menemukan cara untuk kembali ke zaman kami, tapi kurasa ide untuk melakukan perjalanan waktu tidak akan muncul begitu saja di kepalaku,” Kataku. Aku benar-benar ingin menggunakan mobil mesin waktu sekarang. Selama di dunia Kizuna, mereka memiliki Perpustakaan Labirin Kuno, sumber daya yang sangat nyaman di saat seperti ini. Kurasa aku tidak akan terkejut jika kami menemukan pabrik DeLorean yang aneh di suatu tempat.
<EDN: Oke, jadi DeLorean disini referensi mobil mesin waktu yang muncul di film Back to the Future>

"Archduke, aku ingin mengambil kesempatan ini untuk mulai mengamati area sekeliling, jika kau setuju," Kata Rat.

“Mungkin periksa dan lihat bahan apa yang bisa kau temukan di kastil ini terlebih dahulu,” Saranku.

"Oke, ide bagus," Jawabnya.

“Kami memiliki seseorang yang paling berbakat di sini yang mungkin bisa membantumu. Aku akan memperkenalkannya,” Kata Mamoru, melihat ke menteri domba lagi.

“Ide yang bagus. Saya yakin dia akan sangat membantu mereka,” domba itu mengembik. “Namun, saya khawatir pertemuan seperti itu harus menunggu. Dia baru saja meninggalkan kastil. Beeh.”

"Ah. Dia selalu pergi ketika aku disini,” Kata Mamoru.

"Benar," domba itu menegaskan.

"Siapa yang kita bicarakan?" Tanyaku. Seseorang yang “paling berbakat”, ya. Ungkapan itu entah kenapa membuatku merasa aneh.

“Seorang peneliti yang sangat baik dan paling cerdas. Kami tidak bisa bertahan tanpanya,” Jawab Mamoru. “Dia juga Pahlawan Cambuk.” Itu hanya membuatku berpikir tentang Takt, yang sebenarnya tidak kusukai. Kami telah berhasil menyelamatkan Seven Star Weapon cambuk dari dia pada akhirnya, dan aku masih berharap senjata itu akan memilih seseorang di masa depan.

"Kurasa dia tidak akan suka jika kita pergi memeriksa labnya," Kataku agak berharap. Namun sebelum aku mendapat jawaban—

“Mamori! Selamat datang kembali!" Segerombolan anak demi-human dating berhamburan ke ruang singgasana, semuanya berteriak gembira. Aku melakukan pergerakan cepat hanya untuk mengkonfirmasinya, tetapi ya, mereka semua adalah anak-anak. Mereka semua melihat kami dan mulai berbicara sekaligus.

"Hey! Siapakah orang-orang ini?"

"Mereka terlihat seperti manusia!"

“Yang ini agak mirip Mamoru!”

"Iyakah? Dia terlihat menakutkan!”

“Kurasa dia terlihat lebih baik daripada Mamoru!” Anak-anak menatap tajam ke arahku. Itu membuatku tidak nyaman, jujur saja. Aku mengangkat daguku sedikit untuk menonjolkan kesombonganku. Aku tidak membutuhkan lebih banyak anak yang terikat dan menggangguku sepanjang waktu.

"Apakah dia baru saja mengatakan Naofumi terlihat baik?" Sindir Melty, jelas tidak terima.

“Tidak dipenuhi dengan ambisi?” Tambah Rat.

"Aku juga terkejut degozaru." Bahkan Shadow ikut berbicara, mereka bertiga menatapku dengan ekspresi bingung di wajah mereka. Aku harus setuju dengan mereka — sulit untuk memahami mengapa salah satu dari anak-anak ini mengatakan aku terlihat "baik."

“Dia sudah melekat dengan Tuan Naofumi... Aku heran kenapa ini terjadi dengan begitu cepat!” Kata Raphtalia.

"Raph," Kata Raph-chan. S'yne tidak mengatakan apa-apa, tapi aku tahu dia ada di pihak mereka dalam hal ini. Sayangnya, itu adalah sisi yang salah.

“Raphtalia, apa aku terlihat baik bagimu? Benarkah?" Tanyaku.

“Kau tidak terlihat baik. Namun sebenarnya... itu adalah hatimu,” Jawabnya. Penjelasannya hanya membuatku merasa lebih buruk tentang semuanya. Aku memang memiliki sisi itu—hampir bisa disebut kekanak-kanakan—untuk membayar kembali apa pun yang kudapatkan. Aku sudah pernah mengalami hal ini—sama seperti di Siltvelt. Holy Weapon perisai memiliki efek yang membuat demi-human dan therianthrope secara naluriah menganggapku sebagai sekutu mereka. Seorang gadis kecil dengan telinga kucing bergerak ke arahku, memiringkan kepalanya.
<EDN: Gah, finally nekomimi>

"Dia memiliki mata yang baik," Katanya.

"Mata yang baik seperti binatang buas?" Tanyaku. Aku tidak membutuhkan anak-anak yang lebih menyebalkan dalam hidupku!

“Itu pasti benar, jika Cian yang mengatakannya! Dia tidak menyukai siapa pun!” Kata salah satu anak lainnya. Mereka semua mulai berkerumun ke arahku. Aku ingin menangkis mereka dengan tongkat.

“Kau bahkan tidak mengenalku! Pergilah!” Kataku.

"Lihatlah dia. Dia berusaha keras untuk bermain sok kuat!” Salah satu dari mereka tertawa.

"Apa itu, dasar anak ingusan—" Aku mulai berbicara dengan anak itu.

"Tuan. Naofumi, tolong jangan terlalu marah. Mereka hanya anak-anak,” Tegur Raphtalia. Sepertinya bahkan di masa lalu aku harus berurusan dengan anak-anak yang menyebalkan! Aku benci ini!

“Mereka ada benarnya... Aku sering melihatmu bertindak sok kuat ketika aku menghabiskan waktu bersamamu. Aku sebenarnya mengerti apa yang mereka maksud,” kata Melty. Aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa dia akan membayarnya nanti!

“Raph?” Kata Raph-chan.

"Wow, makhuk kecil apa ini?" Kata salah satu anak.

“Ini sangat imut dan lembut!” Kata yang lain.

“Raph!” kata Raph-chan dengan gembira, memberi mereka putaran yang menawan. Anak-anak segera menjadi sedikit tertarik dan membelainya, Raph-chan menerimanya. Ini adalah kesempatanku untuk membangun kultus Raph-chan di masa lalu sehingga namanya benar-benar tercatat dalam sejarah!

"Tuan. Naofumi?” Raphtalia berkata dengan nada curiga. Berpikir seperti itu lagi dan dia pasti akan menyadari apa yang aku lakukan, jadi aku melihat ke arah Mamoru sebagai gantinya.

“Anak-anak ini kehilangan orang tua mereka dalam perang. Aku telah merawat mereka, ” Katanya padaku. Aku bersiul. Jadi dia juga dermawan! Aku tidak bisa dibandingkan dengannya—tunggu, sebenarnya desaku hampir sama. Anak-anak ini mungkin akan rukun dengan Keel dan yang lainnya.

“Aku pernah melihat wanita ini sebelumnya. Oh? Apakah kau orang lain?” Salah satu anak berkata kepada Raphtalia. Beberapa dari mereka tampaknya salah mengira dia sebagai orang lain.

“Benar, tentang itu. Aku harus memperkenalkannya juga—” Kataku Mamoru.

"Tentu saja. Yang berasal dari Q'ten Lo dan mirip Raphtalia. Aku sangat ingin bertemu dengannya,” Kataku.

"Aku tahu. Kita harus melacaknya,” Jawab Mamoru.

"Kau tidak bisa memanggilnya ke sini saja?" Tanyaku.

“Sayangnya, kami tidak memiliki hubungan yang begitu dekat. Cukup banyak yang terjadi di sana juga,” Kata Mamoru.

“Dia masih belum benar-benar mempercayai Mamoru,” Jelas R'yne. “Kami mencoba bersikap ramah dengannya, tetapi sepertinya ada banyak alasan yang menahannya. Dia cukup serius tentang berbagai hal dan tampaknya lebih keras kepala daripada tangan kananmu sendiri, Naofumi.” Bahkan saat dia berbicara, anak-anak masih berkeliaran di sekitar kami.
<EDN: Tangan kanan disini maksudnya raphtalia>

“Anak-anak, kami tidak bisa berdiskusi jika kalian terus seperti ini. Tolong pergilah sekarang juga,” Kata Mamoru.

“Kami hanya ingin mendengarkan...” Kata salah satu dari mereka. Mamoru meletakkan jarinya di bibirnya, tidak memperhatikan keluhan mereka. Anak bernama Cian membuat ekspresi sedih di wajahnya. Rasanya seperti ada sesuatu yang lain terjadi di sini, dan aku tidak menyukainya. Lebih banyak kecurigaan yang tidak diinginkan. Ekspresinya tampak seperti Keel ketika dia siap untuk bertempur.
<EDN: On the note, cian itu cewe ya, hehe>

"Oke. Sampai ketemu lagi." Anak-anak akhirnya menerimanya dan pergi, mengucapkan selamat tinggal, semua melambai dengan penuh semangat. Aku memberi mereka lambaian setengah hati sebagai balasannya, dan kemudian mereka pergi.

“Maaf jika telah membuang-buang waktu kalian. Aku akan pastikan untuk memperkenalkan kalian, jika kalian bisa memberiku waktu sedikit lebih lama, ” Kata Mamoru.

“Tidak perlu terlalu khawatir. Kami tiba-tiba muncul begitu saja. Kau pasti juga terkejut. Sepertinya kami akan berada di sini untuk sementara waktu,” Kataku padanya. Kami benar-benar harus menemukan cara untuk kembali ke zaman kami—dan itu tidak akan mudah. Cepat atau lambat, kami akan menemukan segala macam informasi.

“Alasan lain untuk datang ke sini adalah untuk mendaftarkan senjata kami dengan jam pasir naga. Itu akan membuat kami mengkonfirmasi waktu sebelum gelombang berikutnya, ” Kataku. Informasi yang kulihat di bidang pengelihatanku masih belum jelas. “Kami di sini karena S'yne juga,” Kataku, melihat ke arah R'yne. “Kau memiliki Vassal Weapon perlengkapan menjahit, bukan? Bolehkah aku mengajukan beberapa pertanyaan?”

"Baiklah. Apa yang ingin kau ketahui? Bagaimana aku bertemu Mamoru? Atau tentang duniaku sendiri? Atau mungkin tentang makanan lezat di dunia ini?” dia menjawab dengan rentetan pertanyaan, membuatku sulit menemukan waktu untuk menjawab. Aku juga bertanya-tanya mengapa dia tiba-tiba menyebutkan hal tentang makanan.

“Pertama, tentang duniamu. Kami perlu memastikan bahwa itu adalah dunia yang sama dengan S'yne. Jika kau memiliki senjata Vassal Weapon, kau pasti memiliki Holy Weapon juga. Ada senjata apa saja?" Tanyaku.

“Oke, pertanyaan bagus. Holy Weapon — jika aku menggunakan istilahmu, di duniaku — terdapat Holy Weapon armor dan Holy Weapon cincin, ” Jawabnya.

"Armor dan cincin?" Tanyaku. Mereka tidak terdengar seperti senjata. Armor bersifat defensif, dan cincin adalah aksesori. Aku melirik ke arah S'yne, dia sedikit syok dan memalingkan muka dariku. “Sepertinya itu cocok,” Komentarku.

“Wah wah. Tidak yakin aku suka mendengar bahwa duniaku telah dihancurkan,” Kata R'yne, mengerutkan kening, jelas tertekan oleh S'yne yang tidak mengatakan fakta sebaliknya.

“Aku sering mendengar orang lain dari duniamu mengatakan 'wah, wah, wah'," Komentarku. "Apakah itu sesuatu yang berasal dari tempatmu?"

“Kurasa tidak...” Jawab R'yne. Mungkin itu hanya alam bawah sadar, pola bicara yang umum di dunia mereka. Namun jika seperti itu, aku belum pernah melihat S'yne mengatakan ‘wah, wah, wah’ seperti itu.

“Senjata macam apa armor dan cincin itu?” Tanyaku. Aku berpikir sejenak tentang mantan bawahan Itsuki, yang sudah kupanggil "Armor." Itu sebabnya membuatku kepikiran.

“Cincin adalah senjata yang kompatibel dengan hampir semua cincin yang bisa kau temukan, dan itu berspesialisasi dalam sihir. Armor itu seperti perisai, untuk pertahanan, ” Katanya.

"Dasar-dasarnya terdengar mirip," Kataku.

“Setelah pertukaran—maksudku bertarung dengan berbagai dunia karena gelombang—armor dan perisai tampaknya masuk ke dalam kategori pertahanan,” Kata R'yne. “Dengan lebih banyak penelitian, kami mungkin menemukan lebih banyak detail. Dapat dikatakan, setelah melihat Pahlawan Armor di luar sana mengamuk dengan berlapis logam, 'pertahanan' mungkin bukan kata terbaik untuk itu.”

“Mengamuk?” Tanyaku. Bahkan jika dia berarmor lengkap, sepenuhnya terlindungi dari monster atau serangan manusia, aku hanya bisa membayangkan dia bertarung dengan cara yang sama sepertiku. Aku bertanya-tanya bagaimana seorang pria berarmor seperti itu bisa mengamuk.

“Kupikir itu adalah Holy Weapon yang cukup nyaman. Dia bisa menembakkan sarung tangan dan memukul musuh dengan baik juga,” Kata R'yne. Armor itu segera berubah menjadi robot di pikiranku. Kedengarannya seperti semacam rocket punch!

"Aku belum pernah melihatnya melakukan itu," Kata S'yne, menggelengkan kepalanya. Pahlawan Armor yang S'yne tahu mungkin tidak menggunakan rocket punch saat itu. “Mereka sama denganmu, Naofumi,” Lanjutnya.

“Spesialisasi dalam pertahanan,” Kataku. S'yne mengangguk.

“Perisai hanya untuk bertahan? Mengapa kau tidak menyerang? ” Tanya Mamoru. Semua orang dari sisiku memandangnya dengan heran. Pertanyaan itu hanya membuatku bertanya padanya.

"Apa yang sedang kau bicarakan?" Tanyaku.

“Aku bertanya mengapa menurutmu perisai itu hanya untuk bertahan. Kau perlu menyerang sedikit agar musuh tetap fokus padamu, tentu saja,” Katanya. Aku mengangkat alis, bertanya-tanya apa yang Mamoru bicarakan. Aku mengingat damage yang kurasakan ketika kami bertarung—mungkin itu yang dia maksud.

"Naofumi, kenapa tidak kita tunjukkan saja pada mereka betapa tidak berdayanya dirimu?" Kata Melty dengan nada mengejek. Kami memiliki Raphtalia, Raph-chan, Melty, Rat, S'yne, dan Shadow di sini, jadi bagaimana cara terbaik untuk menjelaskan ini kepada Mamoru dan yang lainnya...

“Bagaimana kalau kita membuat Shadow berubah menjadi orang lain—katakanlah, Takt—dan biarkan aku menyerangnya,” Saranku.

"Astaga! Kau ingin menyerangku?” Kata Shadow.

"Kenapa kau menjadi emosional sekarang?" Tanyaku padanya. "Aku akan terlihat seperti penjahat sungguhan jika aku meninju Melty."

"Tidak, tidak, tidak," Kata Shadow. Aku bertanya-tanya mengapa dia tiba-tiba bertindak seperti ini. Dia harus berubah dan biarkan aku menyerangnya.

“Hah! Seranganmu bahkan tidak bisa menggelitikku, Naofumi!” Ejek Melty.

“Oh, menurutmu begitu? Kurasa ini akan lebih mudah dimengerti.”

"Hei, apa yang kau bicarakan?" Kata Mamoru. “Kau terlihat seperti akan meninjunya, Naofumi.”

“Lihat saja,” Kataku. Melty menyodorkan pipinya padaku, menantangku untuk memukulnya. Jadi aku tak ragu untuk melakukannya. Mamoru dan sekutunya menyaksikan dengan mulut ternganga.

"Tidak sakit seperti biasanya, Naofumi," Ejek Melty. Seperti yang diharapkan, Tidak ada goresan pada Melty. Level mungkin menjadi salah satu faktornya, tapi dia benar-benar tidak terluka.

"Aku akan mengingat ini, Melty!" Kataku sambil dia terus mengejekku.

"Aku masih belum memaafkanmu untuk semua ejekan di masa lalu!" Jawabnya.

“Aku masih tidak tahu apakah mereka akur atau tidak... Namun ini adalah Tuan Naofumi dan Melty.” Kata Raphtalia.

"Sejujurnya aku merasa tidak enak pada archduke," Rat bersimpati. "Aku kagum dia bisa bertahan selama ini." Aku tidak bisa mempercayainya—seseorang yang diusir dari penelitian mereka oleh Takt itu mengasihaniku!

"Diam! Jangan menatapku dengan tatapan kasihan di matamu!” Kataku. Aku benar-benar tidak membutuhkan sekutuku merasa seperti ini tentang diriku! Aku akan membuat mereka membayar untuk ini entah bagaimana, itu pasti!

"Maaf, Tuan Naofumi, tapi dengan siapa kau berkelahi?" Tanya Raphtalia.

"Siapa pun yang berani memberiku tatapan kasihan!" Balasku.

"Banyak orang yang harus kau lawan," Kata Melty. Aku tidak butuh dia merasa seperti itu, apalagi dia! Aku ingin semua orang berhenti menatapku dengan kasihan! Aku tidak menyedihkan!

“Apakah kau serius memberitahuku bahwa Pahlawan Perisai tidak bisa menyerang di masa depan?” Tanya Mamoru.

“Ya, seperti yang baru saja kau lihat. Reaksimu sepertinya menunjukkan bahwa segala sesuatunya berlaku berbeda untukmu,” Kataku. Mamoru mengangguk. Seperti yang kuduga. Serangan-serangan yang dia lakukan padaku sebenarnya bisa menyebabkan damage. “Aku memang merasakan sedikit damage. Apakah itu karena skill?” Tanyaku.

"Tidak. Mengayunkan perisai saja sudah dapat membuat damage. Memang tidak dapat dibandingkan dengan damage yang bisa dikeluarkan oleh sekutuku, tapi tetap saja...” Jawab Mamoru.

"Tuan. Naofumi, apakah mungkin... kau salah melakukannya?” Tanya Raphtalia.

"Aku pasti tidak dapat menyebabkan damage," Jawabku. Itu sudah terbukti saat aku mulai dengan Bitch, menyerang balon itu. Jika aku tidak bisa bertarung dengan tanganku, pikirku, bagaimana dengan perisai? Aku juga pernah mencobanya, tentu saja. Bahkan itu tidak menyebabkan damage apa pun. Bahkan baru-baru ini, aku terkadang memukul monster dengan perisai, dan aku belum pernah melihatnya dianggap sebagai serangan. Tidak peduli dengan statistik attack milikku, itu tidak pernah membuat perbedaan. Setiap bonus pembukaan perisai yang langka hanya meningkatkannya satu atau dua poin, tidak lebih. Aku juga sudah lama tidak menggunakan perisai, artinya sudah lama aku tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkannya.

Aku merasa ingin mengetuk bagian depan perisai. Pendahuluku, Mamoru, diizinkan untuk menyerang, tetapi aku tidak!

"Haruskah kita memberi tahu mereka semua tentang ini degozaru?" Tanya Shadow dengan suara pelan. Aku tahu apa yang dia maksud, tapi itu baik-baik saja. Kami memiliki banyak metode serangan. Jika mereka mencoba melakukan sesuatu sekarang karena mereka tahu aku tidak dapat menyerang, kami hanya akan menunjukkan bahwa kesimpulan itu salah. Melty telah mengejekku dengan pemahaman tentang semua fakta ini.

“Menempatkan ini dalam terminologi game, kurasa itu seperti perbedaan dalam build atau status?” Kata Mamoru.

“Kedengarannya tidak mustahil. Atau bisa saja roh perisai yang mengolok-olok kita,” Jawabku. Banyak game online memungkinkan pemain untuk mendistribusikan statistik mereka sesuka hati. Dalam istilah itu, aku adalah build yang terspesialisasi dalam defensi, menyerah pada statistik attack sepenuhnya, sementara Mamoru adalah build seimbang yang juga mampu menyerang. Aku pada akhirnya akan menang dalam hal pertahanan murni, tetapi jika menyangkut fleksibilitas dalam pertempuran, build Mamoru juga memiliki kelebihan. Sejujurnya, aku tidak memilih peran tanker atas kemauanku sendiri, jadi aku cukup iri dengan setup yang dimiliki Mamoru. Jika aku bisa menyerang sedikit saja—terutama tanpa harus menggunakan skill—itu akan membuat hidupku jauh lebih mudah.

"Apakah menurutmu mungkin ada perbedaan antara sekarang dan masa depan?" Tanya Mamoru.

“Di masa depan, Pahlawan Busur bisa menggunakan senjata api juga,” Kataku. Jangkauan yang berlaku dapat berkembang dari waktu ke waktu, dari busur ke panah dan kemudian panah ke senjata. Pedang Ren juga bisa meniru katana. Motoyasu bisa menyalin hampir semua hal dengan pegangan yang panjang—bahkan, ada beberapa senjata tongkat yang bisa dia tiru juga. Ketika aku mempertimbangkan hal-hal dari perspektif itu, perisai memiliki jangkauan yang cukup terbatas. Ada beberapa perisai yang hebat, tentu saja, dan aku telah berhasil bertahan sampai sekarang, tetapi akan lebih baik jika memiliki sedikit kelonggaran. Hal terbaik yang bisa kulakukan saat ini adalah meniru senjata sarung tangan tertentu—dan bahkan, aku masih hanya bisa menggunakannya untuk bertahan.

“Senjata api, ya...” Gumam Mamoru. “Sebaiknya kita tidak membiarkan Pahlawan Busur mendengarnya.”

"Mengapa tidak? Ada apa?" Tanyaku.

“Ada beberapa hal,” Kata R'yne. “Pahlawan Busur dan Pahlawan Perisai bukanlah sekutu dalam periode waktu ini. Jika Pahlawan Busur tahu dia bisa menggunakan senjata api juga...” Katanya sambil tertunduk. Berdamai dengan Pahlawan Busur bisa jadi sulit—aku tahu itu dari kisahku dengan Itsuki. Itu adalah masalah yang sulit untuk diatasi. Dia tidak mendengarkan dan kau tidak bisa membujuknya. Dan memaksanya juga bukan pilihan.

“Kalian benar-benar terkepung di semua sisi,” Kataku.

“Sulit untuk tetap berada di atas air, aku akui. Yang berada dibalik gelombang juga ikut campur,” Kata Mamoru.

“Makhluk yang memakai nama “Sang Kuasa”?” Kata Raphtalia.

“Terkutuklah mereka. Siapapun yang bermain-main sebagai tuhan benar-benar membuatku kesal,” Kataku. Bahkan pengetahuan dari game bisa dianggap sebagai jebakan, dan mereka sudah ada bahkan jauh di masa lalu! Tentu saja, mereka secara intrinsik terkait dengan gelombang, jadi itu mungkin masuk akal.

“Kita hanya harus terus berjuang sampai mereka yang bisa melawan makhluk yang mengatasnamakan “Sang Kuasa” itu bisa mencapai kita. Itu juga yang kami lakukan disini,” Kata Mamoru.

“Lalu mengarah ke pertanyaanku berikutnya. Apakah kau memiliki interaksi dengan orang-orang yang dapat melawan mereka? Atau apakah kau telah membangun sesuatu, meninggalkan sesuatu untuk masa depan?” Tanyaku. Mamoru dan yang lainnya tampak bingung dengan apa yang aku tanyakan, jadi aku mengeluarkan beberapa kertas dan menggambar makhluk yang telah kami lihat di dinding reruntuhan Fitoria. “Di zaman kami, ada reruntuhan dengan dinding yang memiliki gambar therianthrope mirip kucing ini,” Jelasku.

“Therianthrope kucing? Dan inikah makhluk yang bisa melawan “Sang Kuasa”?” Tanya Mamoru. Kedengarannya dia tidak tahu apa-apa, berdasarkan respons itu. Tidak ada filolial di sini, yang berarti Fitoria lahir lebih jauh di masa depan daripada saat ini. Aku bertanya-tanya pahlawan mana yang membuat reruntuhan itu—dan apakah kami ditakdirkan untuk mencarinya sepanjang waktu. Masih banyak misteri.

“Makhluk apa pun ini, tampaknya itu datang pada suatu saat setelah zaman ini tetapi sebelum zamanku sendiri. Mungkin kau harus mengingatnya,” Saranku.

“Ya, baiklah. Informasi yang bagus,” Kata Mamoru.

“Ada lagi yang ingin kau tanyakan, Pahlawan Perisai masa depan?” Tanya R'yne.

“Sebenarnya, ya—untukmu. Mengapa kau menjadi sekutu Mamoru di sini? Atau apakah kau hanya membantu sebagai tamu?” Tanyaku. Aku bisa membayangkan dia dalam posisi yang sama seperti Glass atau L'Arc, sebagai seseorang yang telah mengunjungi dunia kita untuk menyerang pemegang senjata dunia lain dan kemudian jatuh ke dalam kolaborasi karena semua itu.

“Tidak ada yang mengatakan para pahlawan tidak boleh bersahabat, bukan? Tapi sepertinya pahlawan lebih banyak didorong untuk saling berkelahi satu sama lain,” Kata R'yne.

“Poin yang bagus. Hal itu juga terjadi di masa depan,” Kataku. “Sang Kuasa” telah melakukan segala macam rencana untuk membuat para pahlawan saling bertarung — seperti memberi Ren, Itsuki, dan Motoyasu pengetahuan game yang salah, meningkatkan kekuatan mereka sedikit, dan kemudian membuat mereka berpikir. mereka harus mengalahkan yang lain.

“Dalam kasusku, aku berakhir di sini setelah gelombang membawa adikku ke dunia ini. Itu akhirnya membuatku berteman dengan Mamoru,” Jelas R'yne.

“Jadi, kau punya adik perempuan,” Kataku, tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik ke arah S'yne. Kakaknya memiliki sikap yang cukup gila dan melakukan perjalanan antar dunia sendiri. Vassal Weapon peralatan menjahit sepertinya memilih tipe orang-orang yang mirip dengan mereka berdua.

"Ada yang lain? Aku ingin berbicara lebih banyak denganmu, Naofumi,” Kata R'yne.

"Kau benar-benar suka bicara," Komentarku.

“Kau sudah mengetahuinya!” Jawabnya. Aku lebih suka dia tidak terdengar begitu senang tentang itu. "Hei, Naofumi."

"Apa sekarang?" Tanyaku dengan sedikit gentar.

"Aku yakin seks denganmu tidak akan sakit sama sekali," Katanya.

"Apa maksudmu?!" Teriakku, setengah kaget, saat R'yne tiba-tiba berubah mesum. Seolah-olah aku akan tahu tentang itu!

“Maksudku, kau tidak memiliki kekuatan untuk menyerang, bukan? Yang menunjukkan kepadaku bahwa kau tidak akan bisa membuat seseorang terluka bahkan jika kau menginginkannya. Bukankah itu berarti hanya akan terasa enak?” Katanya berhipotesis. Dia bertanya begitu santai, begitu alami, sambal memiringkan kepalanya, tampak begitu polos—hampir terlihat naif—sehingga membuatku semakin ingin mencekiknya. 
<TLN: Awoaaowkaokwoa *mohon abaikan>

“Berbicara secara logis, itu masuk akal,” Potong Rat, kagum dengan penemuan baru ini.

“Kau juga jangan ikut campur! Cukup!" Kataku. Jika hipotesis ini terbukti, aku hanya akan menjadi mainan seks yang hidup. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Aku tidak pernah menyangka kurangnya kekuatan seranganku menyebabkan pertanyaan mesum seperti itu muncul. Ini bahkan lebih buruk daripada jika mereka memutuskan untuk menyerang kami karena mereka pikir aku tidak bisa menyerang balik! Aku tidak bisa membiarkan ide ini menyebar!

“Tunggu, Naofumi. Jangan bilang kau masih ...” Ucap R'yne dengan nada mengejek. Pada saat itu, aku sudah memutuskan nama panggilannya jika aku tidak tahu namanya: Wanita Mesum! Dia seharusnya bersyukur bahwa dia memberi tahuku namanya di awal, atau dia mungkin akan tercatat dalam sejarah dengan nama itu. R'yne masih menunjuk ke arahku, lalu menatap Raphtalia dan yang lainnya. Mereka semua mengangguk, hampir bersamaan, untuk mengkonfirmasi dugaannya. "Sepertinya kau laki-laki yang terlalu serius?" Dia tertawa.

“Diam! Bukan urusanmu!" Jawabku lantang. Dengan begitu banyak hal lain yang terjadi, aku tidak punya waktu—atau kecenderungan—untuk melakukan kegiatan semacam itu. Pertama Naga Iblis, dan sekarang semua ini! Tidak ada aturan tertulis bahwa aku harus melakukan seks. Itu adalah urusan pribadiku!

“Archduke, kau benar-benar harus mencobanya dengan Raphtalia. Lalu, nanti juga kita cari tahu apakah itu akan terasa sakit atau tidak,” Saran Rat.

“Aku setuju," Kata Melty. "Kau masih terlalu kaku dalam hal itu."

"Menahan itu tidak akan ada gunanya bagi siapa pun," Kata Shadow. Aku tidak akan bertanya apa yang ‘kutahan’.

“Semuanya, jika tidak keberatan... bisakah kalian berhenti melakukan ini kepada Tuan Naofumi?” Kata Raphtalia.

“Raph!” kata Raph-chan.

"Tidak, itu tidak akan terjadi!" Kataku. Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Bahkan jika aku meminta Raphtalia untuk tetap diam, mungkin saja seseorang mendengarnya ketika kami sedang melakukannya? Aku juga takut dengan tanggapan dari paus pembunuh bersaudari begitu kami kembali ke rumah dan mereka tahu aku meletakkan tangan pada Raphtalia. Aku tidak takut mereka marah—aku khawatir mereka akan berpikir itu berarti mereka juga bisa ikut mengantre.

Aku menyadari S'yne juga sedikit tertarik. Itu sebaiknya diabaikan. Ini semua terlalu kompleks.

"Lihat apa yang telah kalian lakukan. Disaat Tuan Naofumi sudah mulai membuka diri tentang hal ini, sekarang dia memendam semuanya lagi,” Kata Raphtalia. Aku juga tidak suka tanggapan itu. Aku bertanya-tanya apakah tidak ada cara untuk pindah dari topik ini. Aku bahkan tidak menyerah pada Atla dalam hal ini!

Aku melihat ke arah Mamoru, dan dia dengan cepat mengalihkan pandangan. Sepertinya aku tidak akan berbagi rasa sakitku karena diejek mengenai seks oleh wanita dengannya, kalau begitu. Kami berdua adalah Pahlawan Perisai, tetapi jika dia memiliki "pengalaman", maka itu menandai perbedaan besar di antara kami.

“R'yne, kau membuatnya tidak nyaman. Kurasa kau tidak perlu terlalu memaksanya seperti itu,” Saran Mamoru.

"Benarkah?" Kata R'yne. Dia memiliki ekspresi di wajahnya, seperti dia baru saja menemukan mainan baru. Itu benar-benar mengingatkanku pada kakak perempuan S'yne. Jika dia mendorong lebih keras, aku harus mendorongnya kembali! Jangan kasihani aku, dan jangan pilih aku!

“Mari kita ganti topik pembicaraan,” Saran Raphtalia. “R'yne, kau sepertinya menumbuhkan sayap selama pertempuran kita. Apa itu? Sihir?" Dia tidak memiliki sayap saat ini, tetapi mereka yang ada di medan pertempuran tampaknya mengingat kemampuannya.

“Ah, sayap optikku? Itu adalah kemampuan khusus yang dimiliki rasku,” Jelasnya. Dia fokus sejenak dan sayap yang terbentuk dari cahaya muncul di punggungnya. Dia bahkan mulai melayang di udara. Kemampuan terbang akan menjadi kekuatan yang nyaman untuk dimiliki. “Ini cukup memakan banyak stamina, sihir, dan kekuatan kehidupan untuk dipertahankan, jadi aku tidak bisa menggunakannya untuk waktu yang lama.”

“Seperti demi-human yang berubah menjadi bentuk therianthrope mereka,” Saranku.

"Kurang lebih, ya," Jawabnya. Kekuatan lain yang tidak akan pernah kuduga.

"Ketika kau mengatakan 'rasku', apakah itu berarti kau bukan manusia?" Tanyaku.

"Benar sekali. Di duniaku, kami menyebut diri kami skywings. Manusia menyebut kami malaikat,” Kata R'yne.

“Kau sekilas terlihat seperti manusia, tapi sebenarnya kau adalah seorang demi-human,” Kataku. Pasti ada banyak ras di luar sana. Ketika aku memikirkannya sejenak, aku ingat Glass dan Therese terlihat sangat mirip dengan manusia. Perbedaan mereka hanyalah yang satu sedikit transparan dan yang satu memiliki aksesori permata.

"Tapi temanmu S'yne adalah seorang skywing, kan?" Kata R'yne.

"Dia?" Tanyaku melihat ke arahnya. Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, menunjukkan bahwa dia sendiri tidak tahu tentang itu.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang itu," Kata S'yne.

“Aku cukup yakin...” Lanjut R'yne, bergerak mendekat dan meletakkan tangan di bahu S'yne. Sesuatu seperti kekuatan kehidupan mengalir dari R'yne ke dalam dirinya. "Ya. Aliran kekuatannya sedikit lemah, tapi kau seharusnya bisa menggunakan kemampuan yang sama denganku. Aku bisa mengajarimu, jika kau mau,” Kata R'yne.

"Ide bagus. Aku sangat ingin S'yne mempelajarinya,” Kataku. Sejujurnya, Vassal Weapon perlengkapan menjahit sudah mencapai batasnya, dan S'yne sendiri mengalami penurunan yang jelas. Dia masih membuatnya bekerja dengan peningkatan kekuatan makan dan menaikkan levelnya dengan keras, tetapi batasannya sudah terlihat. Menghadapi semua masalah ini, cara untuk meningkatkan kemampuannya baru saja jatuh ke pangkuan kami, jadi dia perlu mempelajarinya, jika dia bisa.

"Kenapa kau tidak tahu tentang dirimu sendiri, S'yne?" Tanya R'yne.

"Apakah ada orang di duniamu yang bisa menggunakan kekuatan seperti R'yne?" Tanyaku padanya. S'yne menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaanku. Kemudian potongan-potongan analisis mulai masuk ke dalam otakku. “Ini hanya anggapan,” Kataku, “tapi sepertinya benar. Anggap saja sayap optik ini menyulitkan “Sang Kuasa”. Mungkin itu artinya mereka berusaha menghapus rasmu dari sejarah, R'yne.” Sama seperti bagaimana mereka mencoba memusnahkan Hengen Muso Style, mereka akan melakukan apa pun untuk menghilangkan ancaman terhadap gelombang. S'yne entah bagaimana lolos dari nasib itu, dan sekarang menjadi yang terakhir dari garis keturunan tersebut. “Jika kita bisa melacak kembali silsilah keluarganya, mungkin kita bisa menemukan bagaimana semacam insiden terjadi yang menyegel kekuatan mereka,” Usulku. Hal semacam itu adalah bagian dari cerita dalam game. “Di dunia lain, negara yang setara dengan Q'ten Lo telah dimusnahkan, artinya kita tidak bisa menggunakan kekuatan dari sana,” Tambahku. Glass adalah contoh yang baik dari kasus ini juga. “Apapun masalahnya, S'yne, aku ingin kau belajar dari R'yne dan mempelajari apa pun yang kau bisa untuk membantu kami melawan... dia di masa depan,” Kataku padanya. S'yne mengangguk setuju atas perintahku. Dia sepertinya ingin mencobanya. Menemukan metode apapun yang kami bisa untuk membuat S'yne lebih kuat adalah ide yang bagus.

Alasan aku berhenti dan kemudian mengatakan "dia" adalah karena musuh yang kami hadapi adalah kakak perempuan S'yne; Musuh bebuyutan S'yne yang juga merupakan kakak kandungnya. Aku memutuskan untuk tidak memberi tahu sekutu baru kami tentang pertempuran yang sedang berlangsung antara kedua saudari perempuan ini.

“Ras yang tidak dikenal dari dunia lain... ini semua membuatku penasaran juga,” Kata Rat, ketika melihat adegan itu. Dia berspesialisasi dalam monster, tapi kurasa itu juga mempengaruhi topik ini.

Aku menatap R'yne lagi. Dia memang terlihat seperti S'yne—tapi mungkin lebih seperti kakak perempuan S'yne, dari caranya dia bertindak. Nama mereka hampir sama! Dia pasti nenek moyang S'yne!

Banyak orang yang kutemui baru-baru ini tampak seperti seseorang yang sudah kukenal. Itu juga berlaku untuk Fitoria juga. Aku bertanya-tanya apakah ini berarti sesuatu.

“Sepertinya kau sudah mengunjungi cukup banyak tempat,” Kata Mamoru.

"Kami memang sudah banyak berkeliling," Jawabku. “Bagaimana dengan kalian?”

"Aku telah melihat banyak hal di dunia ini, kurasa," Jawabnya. Ketika aku memikirkan kembali eksploitasi kami sendiri, aku menyadari bahwa memang benar bahwa kami telah melihat banyak hal. Bukan hanya Melromarc, tetapi juga Siltvelt, Q'ten Lo, Faubrey, dan kemudian dunia yang sama sekali berbeda dengan Kizuna dan sekutunya. Lalu setelah itu apa lagi? Pergi ke masa lalu!

“Akhirnya kita berada di topik yang benar degozaru,” Kata Shadow.

“Apakah itu benar-benar kalimat yang ingin kau gunakan setelah mencoba memaksaku dan Raphtalia masuk ke dalam karung?” Kataku dengan tajam. Pembahasanku dengan mereka tidaklah sama! Ada begitu banyak hal yang perlu kuketahui!

“Mamoru, tentang pertarungan kita. Skill Tri Barrier itu berasal dari perisai apa?” Tanyaku. Aku sudah tahu itu adalah chain skill yang berasal dari Air Strike Shield. Jika aku bisa menggunakannya sendiri, itu bisa sangat berguna — tetapi aku sudah memiliki Star Shooting Wall jika aku perlu melindungi sekutuku. Menyiapkan Tri Barrier ini sepertinya membutuhkan sedikit waktu juga.

“Seharusnya aku yang menanyakan itu padamu,” Kata Mamoru. "Bagaimana kau mempelajari gerakan Chain Shield itu?" Sepertinya ada banyak hal yang bisa diajarkan oleh masing-masing Pahlawan Perisai kepada yang lain.

“Chain Shield muncul saat aku menambahkan monster bernama White Tiger Clone ke perisaiku. Pertarungan itu terjadi di dunia yang berbeda dengan dunia ini, ” Kataku.

“Tri Barrier, yang lebih tepatnya berasal dari skill yang disebut Combo Barrier, adalah sesuatu yang aku pelajari dengan meningkatkan statusku menggunakan metode peningkatan kekuatan Holy Weapon busur,” Lapor Mamoru. Kedengarannya mirip dengan caraku mempelajari Hate Reaction. Menemukan kombinasi yang tepat untuk membuka skill seperti itu bisa sangat merepotkan.

“Aku sendiri sudah melakukan cukup banyak hal, tetapi aku belum pernah melihat skill itu,” Jawabku.

“Bahkan ketika kau menggunakan metode peningkatan kekuatan, Archduke, kau tidak pernah meningkatkan kekuatan seranganmu, bukan?” Komentar Rat. "Mungkin itu kondisi yang harus dipenuhi." Mamoru dan aku sama-sama terdiam melihat pengamatan itu. Aku merasa ingin memukul perisai lagi. Sedikit dukungan di area ini akan sangat menyenangkan! Jika kekuatan serangan adalah faktornya, mungkin ada banyak skill yang tidak akan pernah bisa kuakses!

“White Tiger Clone, katamu...” Gumam Mamoru. Mereka tidak memiliki hakuko di sini, jadi aku tidak yakin bagaimana dia bisa mempelajarinya.

“Setidaknya kau mungkin bisa mempelajarinya. Apakah kau memiliki perisai dengan skill yang benar-benar bisa kugunakan? ” Tanyaku.

"Baiklah. Aku memiliki perisai tertentu yang kubuat untuk tujuan yang sangat spesifik — lelucon kecil, jika kau mau menyebutnya — beberapa waktu lalu. Aku akan membiarkanmu menyalinnya,” Kata Mamoru.

"Lelucon? Apakah ini akan ada gunanya bagiku?” Tanyaku.

"Kau harus melihatnya sendiri," Jawabnya. Dengan begitu, Mamoru memerintahkan menteri domba untuk membawa perisai lelucon ini.

Apa yang muncul adalah replika perisai dari seri game dengan karakter yang mengenakan pakaian hijau, termasuk topi hijau— seorang pemuda dari garis keturunan pahlawan, seorang pria pendiam yang sering berakhir dengan menarik pedang suci di suatu tempat, mungkin di hutan. Aku sudah menduga Mamoru adalah seorang gamer, tapi dia lebih maniak daripada yang kukira.

"Ini bukan hanya Iron Shield atau semacamnya, kan?" Tanyaku.

"Perisai ini lebih baik daripada tampilannya, kujamin," Jawabnya. Aku dengan hati-hati mengangkat perisai tersebut dan mencoba menyalinnya.


Salinan senjata diaktifkan.

 Otherworld Kingdom Shield terbuka.
 Otherworld Kingdom Mirror Shield terbuka.

 Otherworld Kingdom Shield
 <kemampuan terkunci> equip bonus: peningkatan pertahanan (sedang)

 Otherworld Kingdom Mirror Shield
 <kemampuan terkunci> equip bonus: peningkatan ketahanan cahaya (sedang), skill "Shine Shield"


Aku tidak punya banyak hal baik untuk dikatakan tentang perisai ini—maksudku, ya, perisai-perisai ini. Menyalin satu senjata sepertinya memberiku dua opsi terbuka, tapi aku juga tidak yakin bagaimana cara kerjanya. Mungkin itu ada hubungannya dengan Vassal Weapon cermin, yang sepertinya tidak meninggalkanku. Aku mengubah ke Otherworld Kingdom Mirror Shield untuk mencobanya.

"Hah? Itu tidak terlihat seperti perisai yang sama,” Komentar Mamoru.

"Aku ingin mencoba sesuatu," Kataku. "Shine Shield!" Seperti namanya, perisai itu mulai bersinar... dan seberkas cahaya terpancar darinya, seperti obor. Aku mengarahkannya ke Mamoru, untuk melihat apa yang akan terjadi.

"Itu cukup mempesona," Katanya. Itu tampak seperti satu-satunya efek yang dimilikinya. Aku menggerakkannya ke arah Shadow, sedikit ingin membalas atas komentar sebelumnya.

"Dia benar, sangat mempesona degozaru," Kata Shadow.

“Itu mengingatkanku pada Keel ketika dia bermain pantulan cahaya dengan cermin yang dia ambil dari seorang pedagang,” Kata Raphtalia, dengan lembut mengeluarkan sihir untuk menyesuaikan tingkat kecerahannya.

“Jadi aku bahkan tidak bisa menggunakannya seperti Flashing Sword milik Ren,” Komentarku.

“Kau mungkin bisa mengejutkan seseorang dengan itu,” Kata Raphtalia. Ini skill tidak berguna. Aku tidak bisa membayangkan kegunaannya. Ini pada dasarnya adalah obor!

“Jika kau bisa menggunakan skill peningkatan kekuatan...” Kata Raphtalia.

“Kalau begitu, apakah menurutmu ini akhirnya bisa berfungsi seperti Flashing Sword?” Kataku dengan putus asa. Ini adalah perisai rendahan, tidak salah lagi. Raphtalia bisa menggunakan sihir cahaya, artinya dia bisa membuat musuh terkejut dengan lambaian tangannya. Raph-chan bisa melakukan hal yang sama. Ini akan masuk ke dalam list skill lelucon lainnya, kalau begitu. Mungkin aku bisa menemukan kegunaannya jika aku sedang bertarung dengan musuh.

"Baiklah kalau begitu. Kami akan berada di sini untuk sementara waktu, jadi kuharap kita bisa akur,” Kataku.

"Aku merasakan hal yang sama. Kami akan membantu semampu kami untuk mengembalikan kalian ke zaman kalian sendiri,” Kata Mamoru. Setelah itu, dia memberikan izin untuk kegiatan kami di dalam negeri—negaranya, pada dasarnya. Kami mencapai kesepakatan. Kami akan bekerja sama untuk saling membantu dengan masalah kami masing-masing.




TL: Hantu
EDITOR: Isekai-Chan
PROOFREADER: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar