Kamis, 15 September 2022

Naze Boku no Sekai wo Dare mo Oboeteinainoka? Light Novel Bahasa Indonesia Volume 3 Chapter 5 - Dimana Takdir Terlelap

Volume 3
Chapter 5 - Dimana Takdir Terlelap
Cover



Yurun, bagian dari dataran luas yang agung...

Terdapat bangunan hitam yang sangat besar [Makam]. Pada kenyataannya bangunan ini dibangun dari berjuta-juta batu yang diukir menjadi berbentuk persegi yang tidak bisa memantulkan cahaya.

Sayangnya sampai saat ini masih belum diketahui siapa yang membuatnya.

[Rath=IE, yang kutemui di perbatasan bagian barat, berkata: ‘Kau akan dihilangkan. Meskipun akan lebih baik bagimu untuk disegel di tempat itu di dunia nyata']

Mereka sedang pergi menuju makam. Bersama dengan Kai dan para Resistance adalah Reiren dan Rinne. Dan yang memimpin mereka...

[Tapi Kyouko tidak mengerti. Tempat itu? Disegel? Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya, tapi ini menganggu ku. Karena itulah Kyouko berpikir untuk mencarinya di termpat yang paling mencurigakan.]

Itu Rikugen Kyouko.

Dengan tubuh semi-transparannya yang terbuat dari lendir berwarna biru laut, pada saat ini dia menggunakan wujud manusia dalam bentuk wanita muda. Bisa dikatakan itu terlihat seperti perwujudan wanita dengan kulit kaca berwarna biru.

[Dan hanya tempat ini yang terasa berbeda dari perkotaan manusia.]

“Hm? Apa maksudmu?”

Lion King mengeluarkan suaranya sambil menatap ke arah makam, yang tinggi nya bisa setinggi gedung pencakar langit.

“Apa kau mengatakan kepadaku bahwa piramida aneh yang besar ini tidak berasal dari kaum mu?”

[Maksud ku berbeda.]

“Lalu apa?”

[Aku tidak tahu. Para roh mengira bahwa piramida ini buatan manusia. Kyouko juga berpikir seperti itu, sampai aku tiba disini, aku lupa bahwa piramida ini disebut dengan makam.]

Pahlawan Roh Rikugen Kyouko menjawab dengan acuh tak acuh.

“...”

[Tidak percaya?]

“Ya, aku tidak bisa mempercayainya. Baik mengenai bangunan ini yang kau sebut makam atau mengenai bekerja sama dengan mu, sialan. Aku tidak memiliki niatan untuk mempercayai satupun perkataan dari mu. Jeanne-dono, kau seharusnya juga waspada.”

Keberaniannya yang tak tergoyahkan ketika menantang Pahlawan Roh tentu saja patut dipuji.

[Aku mengerti.]

Di sisi lain Rikugen Kyouko tidak menunjukan sedikitpun tanda-tanda amarah.

Disamping Lion King ada komandan Urza Resistance Jeanne dan Farin. Rinne dan Reiren juga mengikuti di belakang. Melihat mereka dari belakang, Kai secara tidak sadar mengepalkan tinjunya.

Akibat dari ketegangan yang bersumber dari pemikiran mengenai kapan perang di antara tiga ras akan pecah.

Kami, Reiren dan Rikugen Kyouko.

Bahkan mengesampingkan Rinne, berkumpul disini bersama berbagai ras jelas terasa tidak biasa.


Perilaku Lion King balmung bisa dimengerti.

Dataran ini merupakan bagian dari wilayah para roh. Meskipun mereka tidak melihat sosok roh lain selain Rikugen Kyouko.

Mempertimbangkan populasi roh, tidak akan mengejutkan jika ada jebakan penyergapan di sekitar sini. Jadi tidak mungkin untuk menyangkal kemungkinan untuk mendatangi makam ini malah akan  menjadi suatu jebakan.

“Aku menginstruksikan para tentara ku untuk berjaga di dataran ini, sambil menunggu kembali nya diriku dalam waktu tiga jam. Mereka tidak akan menunggu lebih dari satu menit dan mundur.”

Untuk berjaga-jaga jika Lion King Balmung tidak kembali... Sang Lion King Balmung mempertimbangkan bahwa Roh ini akan berkhianat dan menyerang mereka di dalam makam.

“Mengerti?”

[Aku mengerti.]

Sang Roh menjawab dengan datar.

Dan ketika melihat obrolan ini...

“Reiren, aku ingin bertanya kepadamu: katakan, apakah ada makam di Io?”

“Aku tidak pernah melihatnya.”

Miko elf, yang mengetahui segala hal mengenai hutan elf, menggelengkan kepalanya.

“Jika di hutan elf ada bangunan besar seperti ini, pasti akan ada yang menyadarinya, bangunan itu sangat mencolok. Mungkin para malaikat akan mengetahui sesuatu.”

“Mungkin Alfreyja mengetahuinya...”

Kemungkinan itu langsung terlintas di pikiran ku, ketika aku mulai memikirkan nya.

Aku bahkan tidak kepikiran untuk menyelidiki mengenai apa yang terjadi dengan makam ketika berada di Io.


Terdapat Code Holder di makam kepemilikan para iblis. Jadi ada kemungkinan di makam kepemilikan para Foreign God terdapat sesuatu juga. Jelas itu merupakan kesalahan bagi Kai untuk melupakan kemungkinan itu dan meninggalkan negeri itu.

“Tempat itu, makam, dari mana kita seharusnya masuk?”

Reiren bertanya kepada Rikugen Kyouko.

“Apakah ada sejenis pintu yang bisa kau lihat dari atas?”

[Tidak tahu.]

“Oii!?”

[Kyouko masih belum sepenuhnya ingat mengenai makam. Rath=IE mengatakan makam, jadi Kyouko mengingat keberadaannya. Tapi Kyouko tidak mengingat fungsinya untuk apa.]

Pahlawan Roh kemudian melihat ke arah Kai.

Untuk slime yang tubuhnya terdiri dari sel-sel lendir, tidak ada yang namanya panca indera manusia. Bahkan jika [mata] tersebut bisa meniru mata manusia, mata nya seharusnya tidak bisa melihat sama sekali.

Tapi. Kai tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu sedikit pengetahuan nya mengenai hal ini.

[Bukankah kau mengetahui sesuatu mengenai ini?]

“...Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi dengan makam yang ada di dunia ini. Tapi aku mungkin mengetahui beberapa hal.”

[Baguslah.]

Dia menebak bahwa Pahlawan Roh meminta nya untuk memandu. Ketika Kai mulai melangkah ke depan, Rikugen Kyouko juga berjalan di sampingnya, dengan cara berjalannya yang belum terbiasa.

“Kai, bukankah kita seharusnya ke sisi yang ada di belakang?”

“Yeah. Ada jalan masuk rahasia ke dalam Makam Urza di sebelah sana.”

Dia memberi isyarat pada Jeanne dan Farin. Lion King Balmung, yang berada di akhir barisan mereka, dengan enggan mengikuti mereka, sambil mengawasi Rikugen Kyouko. Berjalan di sekeliling luar kuburan, menuju sisi lain.

“...Seperti yang kuduga.”

Di belakang Makam. Kai menyipitkan matanya ke hadapan rerumputan yang tertutupi bayangan.

Menggelindingkan sebuah batu yang berbentuk seperti bola dunia. Padahal biasanya batu itu seharusnya terkubur di dalam makam.

Segel batu...

Menyegel keempat ras di dalam makam, itu berfungsi sebagai [batu penahan] untuk mencegah keempat ras melarikan diri. Itu mungkin berfungsi mengingat pola hijau berkilauan di permukaan batu.

Dimana batu ini seharusnya menutupi dinding makam, mereka bisa melihat sebuah lubang.

Sama seperti sebelumnya.

Ketika aku menemukan Rinne di dalam makam kepemilikan para iblis
.

“Ketika aku menemukan makam di Urza, aku juga masuk dari sisi belakang. Seperti yang kau bisa lihat, bangunan ini sangatlah besar sehingga pasti akan sulit untuk mencari pintu masuknya, meskipun begitu jalan masuk ini akan mengarahkan kita ke bagian tengah makam dengan rute terpendek.”

“Apakah disana gelap?”

Sinar matahari tidak bisa memasuki makam. Ketika Kai melangkah masuk, sang Lion King langsung mengerutkan keningnya. Tiba-tiba udara dingin berhembus ke leher mereka.

“Hei, Kai, apakah ada gunanya bagi kita untuk pergi menelusuri tempat ini? Kau sendiri mengatakan bahwa kau sama sekali tidak tahu apa yang ada disini, kan?”

“Aku sudah katakan. Aku pernah memasuki makam yang ada di Urza sekali.”

“...Disana kau menemukan monster yang tidak diketahui asalnya, benar?”

Ketika mereka tiba di Yurun Resistance, sang Lion King juga mendapatkan laporan mengenai Rasterizer dari Jeanne. Mengenai monster yang secara tiba-tiba mengakibatkan perubahan kepada Heavenly Lord Alfreyja.

“Jeanne-dono, ini merupakan sikap alami seorang tentara jadi aku harap kau memaafkan ku, tapi sulit bagiku untuk mempercayai monster seperti itu ada.”

“Aku juga sama. Sampai kau bisa melihat nya sendiri, maka akan sangat sulit untuk bisa mempercayainya.”

Jeanne menjawab, dia melangkah maju dengan ekspresi tegang di wajahnya.

Itu adalah lorong sempit, yang hampir tidak bisa muat untuk dimasuki dua orang dewasa secara bersamaan. Di dalam dinding yang berdiri kokoh terdapat suatu labirin raksasa, membuatnya semakin sulit untuk memahami dimana dirimu berada.

“Apakah ini mimpi atau hanya sebuah khayalan? Itu adalah monster yang tak terbayangkan. Monster yang menyerang Alfreyja memberikan aura sesuatu yang bukan milik kelima ras. Seperti bau kematian itu sendiri”

[Kalian membicarakan soal rasterizer?]

“...Tunggu. Bagaimana kau bisa mengetahui nama itu?”

Miko elf mengarahkan jari nya ke sang roh, yang menyebutkan nama monster itu. Membuat jubah tujuh lapis nya melambai.

“Nama itu seharusnya hanya diketahui oleh orang-orang yang ada di istana malaikat pada saat itu... Jika seperti itu, mungkinkah kau merupakan rekan dari makhluk itu?”

[Kau salah. Rath=IE juga menyebut nama itu ketika di perbatasan barat. Dan Rath=IE juga mengetahui bahwa Alfreyja telah mati.]

“...Mu!?”

[Kyouko juga melawan. Tapi tubuh Kyouko dicabik habis dan kalah.]

Semuanya terhenti dan menatap ke arah slime. Kata-kata itu berarti... pertarungan sengit di antara kedua pahlawan?

Pada akhirnya Rikugen Kyouko kehilangan sebagian besar dari tubuhnya, dan sepertinya sudah mencapai batas dari energi kehidupannya.

Masuk akal ketika dia mengatakan bahwa dirinya [lelah].

Dia mengatakan bahwa Rath=IE terlalu kuat, berarti secara langsung dari pengalamannya sendiri, benarkah?


“Tunggu, tunggu. Rath=IE tahu?”

Suara Reiren menggema di dalam makam miko elf berbicara tanpa rasa takut kepada Pahlawan Roh.

“Apakah serangan Rasterizer kepada Alfreyja-dono dipicu oleh makhluk cryptid Rath=IE?”

[Aku tidak tahu.]

“...!?”

[Kyouko tidak hadir pada saat itu terjadi jadi aku tidak tahu. Kyouko juga tidak bisa mengatakan apakah Rasterizer, yang Kyouko lihat adalah Rasterizer yang sama dengan Rasterizer yang juga sudah menyerang Pahlawan Foreign God.]

“...Begitukah...”

Menurunkan bahu nya dengan kecewa, Reiren menggertakkan giginya.

"Tetap saja ini sesuai dengan perkataan Raphael. Rath=IE menjinakkan rasterizer. Dan tanpa ragu cryptid menyerang negara lain."

Di Urza wyvern lah yang menyerang. Di Io Behemoth raksasa lah yang menyerang.

Dan kemudian pahlawan cryptid Rath=IE sendiri lah yang muncul di Yurun dengan tujuan untuk menyingkirkan para roh.

“Sebelumnya dia berkata untuk menyerang cryptid. Jadi untuk mengubah konflik dari kelima ras menjadi konflik dari keempat ras. Mungkin kita harus bertindak seperti yang Rikugen Kyouko sarankan?”

“...Aku akan pertimbangkan.”

Sang Lion King membuat anggukan kecil dan berjalan dengan langkah yang besar.

“Karena itulah aku merasa kita malah membuang-buang waktu untuk menelusuri bangunan aneh ini. Cepat kita akhiri saja. Lebih tepatnya ke arah mana kita berjalan di dalam labirin ini!?”

[Kyouko tidak tahu. Manusia, bagaimana menurut mu?]

“Menurut ku? Sama seperti ku sebelumnya. Bahkan ketika aku sedang berada di makam kepemilikan para iblis aku hanya berjalan tanpa arah pada akhirnya... Tapi yah, pada akhir aku berjalan aku menemukan ruangan dengan cahaya.”

Kai ingat disana terdapat ruangan yang terbuka lebar. Ruangan itu, yang seharusnya menjadi tempat untuk mengurung para iblis, kosong dan yang dia temukan malah sebuah pedang, yang tertancap di tanah.

[Wah?]

Membuat ekspresi terkejut dengan suara nya yang penuh kekaguman, Rikugen Kyouko menunjuk ke arah Bayonet.

[Menemukan Code Holder disini?]

“...Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?”

[Di dunia yang seperti ini hanya tempat inilah yang berkemungkinan kau menemukan nya.]

Menjawab dengan jawaban yang sederhana, sebenarnya itu masuk akal.

[Kyouko merasakan sesuatu yang aneh mengenai pedang ini. Sid berkata: berhati-hatilah. Namun, Kyouko tidak memiliki ingatan kapan perasaan aneh ini muncul.]

“...”

Kai diam-diam bertukar pandang dengan Rinne. Hanya Kai sendiri dan Rinne yang merasakan hal [tidak biasa] mengenai dunia alternatif ini. Di sisi lain Meskipun Rikugen Kyouko tidak menegaskan hal [tidak biasa] yang sama, pada saat yang sama juga dia bisa merasakan ada sesuatu yang [aneh].

Kyouko tidak bisa mengingat kapan dunia menjadi begitu aneh.

Yang berarti mirip dengan Jeanne Kyouko juga tidak menyadari reinkarnasi dunia.

Kyouko tidak bisa menyadari reinkarnasi dunia. Tapi dia bisa merasakan sesuatu yang aneh mengenai sejarah yang tertulis ulang. Satu-satunya pertanyaan adalah kenapa?

Baik Vanessa dan Alfreyja tidak seperti itu. Diantara keempat pahlawan hanya Rikugen Kyouko yang menyadari bahwa [dunia ini terasa aneh]. Jadi apa yang membuat dirinya berbeda?

“Angin?”

Reiren bergumam seolah-olah menyadari sesuatu. Angin berhembus melewati leher Kai.

“Apakah dari luibang angin?”

“Bukankah malah aneh, Jeanne-sama? Akan masuk akal jika lubang angin itu ada di dekat pintu masuk, tapi kita sedang berada jauh di dalam bangunan ini. Dan juga tidak ada retakan yang membuat angin bisa masuk.”

Jeanne memperhatikan seperti menyadari sesuatu. Di samping nya ada Farin yang juga menampilkan ekspresi waspada.

“Ini bukan hanya sekedar angin saja, kan?”

[...Gelombang.]

"Apa terdapat gelombang sihir?"

Mirip seperti paduan suara yang halus. Suara indah Rinne dan Rikugen Kyouko menciptakan harmoni.

“Kai, disini.”

“O..,oi, Rinne? Disini berbahaya jadi jangan pergi sendiri!”

Suara langkah kaki dari setengah larinya Rinne menggema dari lantai batu yang kokoh. Tanpa Ragu Rinne berlari menuju jalan rumit yang ada di labirin.

“Eh, Itu?”

Hanya ada jalan buntu.

Berdiri di depan tembok yang membagi ruangan kecil. Rinne terlihat kebingungan padahal yang ada di hadapan nya bukanlah sesuatu yang ganjal.

“...Aneh sekali. Padahal aliran kekuatan nya seharusnya berasal dari ruangan yang ada di sekitar sini.”

Rinne memusatkan pandangannya pada ruang kosong. Dia mengulurkan tangannya yang tidak dapat meraih apa pun.

“Kenapa? Apa kau menemukan sesuatu yang aneh?”

Itu adalah Lion King yang melihat dari ujung barisan mereka. Baginya masuk akal untuk menanyai seseorang yang tiba-tiba mulai berlari di dalam reruntuhan yang menakutkan.

“Hei, Kai?”

Rinne berbisik kepadanya.

“Sebelum Kai menyelamatkan ku, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Apa yang kau tanyakan...”

Kai tidak melakukan apa-apa tanpa sengaja. Ada ruangan yang mirip di makam kepemilikan para iblis dimana tertancapnya pedang yang bersinar. Kai ingat setelah dia mencabut pedang tersebut dengan tangan nya terdapat suatu suara.

Suara berat yang terdengar serius.

Kau, yang terikat oleh takdir kebencian. Jangan pernah untuk melepaskan pedang ini.

Pedang Sid. Pada saat itu Kai mengetahui nama asli dari pedang ini.

“...Code Holder, huh?”

Tidak ada maksud tersembunyi bagi Kai menggumamkan nama pedang ini. Meskipun secara alami Kai teringat kejadian lampau, ketika Kai mengatakannya...

Pedang bersinar di tangan Kai terbuka.

“Ap!?”

Berubah menjadi tetesan cahaya berkilauan yang tak terhitung jumlahnya. Partikel berkilauan ini menyapu ruang kosong yang redup, menjadi kilatan, dan meninggalkan jejak cahaya di sana.

Cahaya itu membentuk sebuah pintu.

Ini mirip.

Mirip seperti ketika aku bertemu dengan Rinne.


“A-apa ini!? Kai, apa yang kau...”

Apakah suara Reiren menghilang? Tidak. Mereka lah yang menghilang. Kai bersama dengan lain menghilang dari [dunia], meninggalkan suara Reiren yang menggema ke seluruh makam di belakang.

Ada lautan awan pelangi yang tak berujung ...

‘...Apa aku bermimpi?”

Sang Lion King Balmung menggunakan tangan nya sendiri untuk memukul kepalanya. Tapi meskipun dia memukul kepala dengan cukup kuat sampai meninggalkan bekas merah, dia tetap tidak terbangun.

Ini kenyataan.

Jauh dari kata mimpi, di depan mata mereka dimensi seperti mimpi terbentang luas.

“Dimana kita? Kita... seharusnya ada di dalam makam. Apa kita baru saja berteleportasi ke tempat aneh secara tiba-tiba?”

Suara Lion King Balmung menembus tempat tak terbatas ini.

Itu adalah perubahan total dari makam yang suram, di mana pun kau lihat, ini adalah dunia awan yang memenuhi langit. Apalagi awan ini tidak hanya putih, mereka juga sedikit berkilauan dengan warna pelangi.

“Aku setuju dengan mu, Balmung-dono.”

Jeanne mengiyakan dengan kesal.

“Sebagai Komandan, yang seharusnya bersikap tenang di dalam situasi apapun. Itulah yang aku yakini, tapi jika dihadapkan dengan situasi seperti ini... aku juga bisa merasa terkejut.”

Mengatakan itu, suara Jeanne mulai serak, membuatnya sulit berbicara dengan suara maskulinnya yang biasa.

“Farin, pendapatmu?”

“...Jika kau meminta suatu penjelasan, aku rasa kita punya sosok yang lebih cocok untuk menjelaskan.”

Orang yang dilihat oleh Farin.

Farin tidak menjelaskan secara jelas siapa yang dimaksud. Tapi tatapan diam nya menunjuk ke arah Kai.

“Jadi, tempat ini...?”

“Tempat yang sama dimana ketika aku tersesat pada saat menjelajahi makam kepemilikan para iblis.”

Kai tidak bisa mengatakan bahwa ini benar-benar sama. Sambill Kai coba untuk mengingat pemandangan lautan awan pelangi yang luas ini, Kai tidak bisa mengatakan tempat ini benar-benar sama, tapi hanya awan-awan inilah yang membuat nya sama.

Sudah pasti aku tidak bisa mengatakan bahwa aku menemukan Rinne di tempat yang seperti ini.

Jadi aku harus mengatakan...


‘Aku dan Rinne bertemu dengan Rasterizer di tempat ini sebelumnya.”

“...Tunggu sebentar, Kai, kau menyimpan hal penting seperti itu dari ku!?”

“Aku tidak bermaksud. Jeanne, bahkan kau tidak bisa mempercayai ku, kan? Maksud ku tempat seperti ini...”

Meskipun Kai adalah rekan nya. Kai berbalik ke arah Jeanne, yang terlihat tidak puas ketika Kai mengatakan itu, lalu menunjuk ke sekeliling mereka.

“Apa kau kira aku akan berharap bahwa kau juga akan mempercayai tempat seperti ini, yang mana diriku sendiri tidak bisa mempercayai nya jika aku tidak melihatnya secara langsung.”

“...I-itu... mungkin benar juga...”

“Bahkan ketika aku pertama kali tiba di Urza Resistance, aku sudah disangka sebagai [seorang pria mencurigakan yang mengatakan hal aneh], dan bukankah jika aku bercerita mengenai tempat ini kepadamu yang ada malah akan membuat mu semakin terkejut?”

Tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya tanpa menahan diri... Bagi Kai ini hal yang cukup merepotkan.

Hanya menceritakan mengenai [dunia dimana perang besar telah berakhir] sudah cukup mencurigakan, tapi Kai sadar jika menceritakan suatu tempat dunia lain seperti ini hanya akan membuat Kai semakin kehilangan kepercayaan.

“Baik aku dan Rinne berusaha untuk kabur dari kejaran Rasterizer, dan ketika kami berhasil kabur keluar dari makam.”

“Kalian berhasil kabur?”

“Ada sebuah pintu. Mirip dengan pintu bersinar yang baru saja kita lihat sekarang...”

Namun, pada saat itu tidak ada pintu. Sejauh yang Kai bisa lihat hanyalah lorong tanpa akhir.

“Aku sangat ini bisa keluar dari tempat aneh seperti ini... Tapi, yang ada disini hanyalah lorong, siapa yang membuat ini.”

Sang Lion King menginjak-injak lantai nya karena kesal.

Lorong batu ini dibuat dengan desain marmer berwarna putih, mirip dengan marmer. Dan juga kokoh. Bahkan jika orang kuat seperti Balmung akan menendangnya dengan seluruh kekuatannya, itu tidak akan meninggalkan satu retakan pun.

"Dengan kekokohan seperti ini. Butuh waktu cukup lama untuk menyusun setiap batu untuk lorong ini. Mengingat rumor yang kudengar, apakah lorong ini dibuat oleh para foreign god?"

Ada pilar batu yang megah, tampak seperti patung kuno. Di sepanjang lorong, di mana Kai dan teman-temannya berada, pilar-pilar ini berjajar di sepanjang lorong dengan jarak beberapa puluh meter, hampir seperti kuil kuno.

Mereka bisa merasakan bahwa ini hasil desain seseorang.

“Aku dengar istana malaikat melayang di atas langit. Jadi mungkinkah ini sama?”

“Jelas hal yang berbeda.”

Tidak lain adalah Reiren yang langsung menentangnya.

Elf, yang sampai saat ini tetap diam, meletakkan tangan nya di pilar batu terdekat dan bersandar di sana.

“Ada dua perbedaan dengan yang foreign god miliki. Pertama baik pilar batu dan lantai yang mereka miliki terbuat dari bahan yang berbeda. Dan yang kedua kenapa lantai ini melayang. Istana malaikat bisa melayang di atas udara berkat kekuatan sihir yang sangat besar, tapi disini berbeda.”

“Lebih jelasnya?”

 “Tidak berasal dari kekuatan sihir. Aku berani mengatakan itu karena aku mungkin tahu sumbernya, atau mungkin ada trik di dalam nya. Tapi aku tidak begitu yakin soal ini.”

Seperti dedaunan yang mengapung di air. Lantai batu ini juga melayang di atas lautan awan. Dan seperti yang dikatakan oleh Reiren, jika tidak ada trik di balik ini, maka lorong batu ini akan tenggelam ke dalam lautan awan.

“Tetap saja, ini membuat ku bertanya-tanya. Aku tidak akan mengatakan bahwa aku tidak menyukai tempat ini, kau tahu? Mungkin ada harta kebijaksanaan baru. Kalau begitu, Kai, ayo kita berangkat!"

“...Dan kau bersembunyi di balik ku karena...?”

"Ini hanyalah keinginan mulia ku untuk menyerahkannya di tangan mu yang ahli dalam memimpin kami. Bukan berarti karena aku takut. Bagaimanapun, adalah tugasku untuk menjadi otak di belakang mu di sini. Juga hanya memastikan: bukan karena takut, mengerti?"

Menempel dari belakang Kai, Reiren dengan erat menggenggam jaketnya, tidak melepaskannya.

Dan juga, Rinne yang melihatnya, menatap ke arah Reiren dengan ekspresi yang tidak senang, tapi sepertinya si elf tidak memiliki waktu untuk menyadarinya.

“Hei, Kai, roh itu sedang bergerak maju...”

"...Sepertinya yang paling berani di antara kita."

Jika mereka lihat. Mereka sudah tertinggal sekitar ratusan meter dari sang Pahlawan Roh.

Meskipun tidak jelas apakah roh memiliki kewaspadaan, tetapi setelah berteleportasi ke tempat ini, dia tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan.

“Kau tidak boleh, papan datar, menyingkir dari Kai.”

“Tidak apa-apa, kan? Atau apa, mungkinkah kau sangat ketakutan sampai kau ingin berdekatan dengan Kai?”

“A-aku tidak takut apapun!”

Dua gadis di belakangnya saling berkelahi.

Oh, yah, bukankah ini baik-baik saja.

Di tempat seperti ini ada sedikit suara akan menenangkan mu kembali
.

Ini dunia tanpa suara. Disini, dimana angin bahkan tidak berhembus, tidak ada satupun selain mereka yang bergerak. Semuanya diam dengan tenang, seperti konsep waktu hilang disini.

Sangat sunyi.

Tempat ini adalah tempat yang sangat aneh sejauh ini.

[...]

Rikugen Kyouko berhenti, memperhatikan kanan dan kiri.

Di depan ada jalan yang terbagi menjadi tiga. Mereka bisa lurus, kanan atau kanan. Dan lebih jauh ke depan mereka dapat melihat bahwa jalan-jalan ini terbagi lagi.

[Lanjut?]

“Yeah, ayo coba lurus ke depan. Berbalik malah akan membuat kita tersesat.”

Kai mengangguk untuk merespon wanita biru yang menghadap ke arahnya.

Memegang Code Holder di tangannya, Kai melanjutkan.

Mereka menghiraukan pertigaan. Untuk sesaat Kai ingat dia pernah tersesat disini. Membayangkan seberapa jauh tempat Kai meyakinkan diri dengan bodoh untuk terus menelusurinya.

Kai membayangkan apakah sudah satu jam berlalu, atau mungkin dua jam. Sekitar waktu ketika pertengkaran antara Rinne dan Reiren sudah berkurang.    

[Disana.]

Rikugen Kyouko yang memimpin mereka, menunjuk.

[Ada sesuatu disana. Altar? Terlihat mirip dengan yang dimiliki oleh bangunan manusia.]

"Ah, di sanalah aku pertama kali menemukan Rin..."

Rinne, yang dirantai.

Kai dengan cepat menarik kembali kata-katanya yang berasal mulutnya.

“Ada seorang wanita, yang dirantai ke pilar batu.”

"Seolah-olah wanita tersebut ditahan di sana sebagai upacara pengorbanan."

...Nostalgia sekali, tunggu, seharusnya ini memiliki sentimen yang berbeda.

Pada awalnya aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa, bahkan tersesat.

Gadis dengan sayap tenma.

Kai ingat dia begitu waspada terhadap gadis itu karena Kai sama sekali tidak tahu gadis itu berasal dari ras mana. Jika pada saat itu Kai melakukan hal yang sangat berbeda, maka sudah pasti dia tidak akan bisa sampai di titik ini dengan Rinne yang ada di sampingnya.

[...Hee?]

Tempat ini ditunjukkan sebagai altar. Di ujung tangga, yang kurang dari sepuluh anak tangga, ada tiga pilar batu yang menjulang tinggi seolah-olah mencapai langit itu sendiri.

Suara Rikugen Kyouko, yang sedang melihat ke tengah tiga batu, mulai serak.

[Ada patung malaikat disana.]

Itu adalah patung malaikat dengan enam sayap malaikat [Heavenly Lord] Alfreyja.

Meskipun seharusnya dia sudah tiada. Gambar malaikat agung dipasang di sini, diukir seolah-olah itu adalah wujudnya yang membatu.

“Apa!?”

Dengan tangis, miko elf melupakan segalanya dan berlari ke arah tangga.

Tetap terdiam di tempat, Jeanne, Farin dan Lion King Balmung melihat dengan ekspresi kebingungan.

Rinne semakin mendekatkan diri ke Kai, dengan tatapan waspada.

[Hmmm. Menemukan sosok yang menarik disini.]

Rikugen Kyouko memulai monolognya.

[Kyouko ingat pernah bertarung dengan malaikat ini. Terlihat seperti pahlawan dari foreign god, Rath=IE mengatakan bahwa ini seharusnya sudah dihancurkan, lalu apa ini?]

Rikugen Kyouko perlahan naik ke altar.

Dengan tangannya, yang terbuat dari lendir biru, Rikugen Kyouko mencoba untuk menyentuh patung batu dari Heavenly Lord Alfreyja...

“Hentikan. Jangan sentuh.”

Kata-kata tajam Reiren menyelanya.

“Roh, apa yang ingin kau lakukan!? Bahkan jika aku harus mengorbankan nyawa ku, aku tidak akan membiarkanmu untuk menyentuh Alfreyja-dono."

[...Bodoh sekali.]

“Apa?”

[Kyouko tidak bisa memastikan apakah ini Alfreyja atau bukan. Hanya kepikiran bahwa patung ini terukir dengan bagus. Namun, reaksimu yang seperti itu membuatnya jelas bagi Kyouko.]

Patung batu ini adalah Heavenly Lord Alfreyja itu sendiri.

Bagi pahlawan roh, dia adalah musuh terbesar. Tapi sekarang dia menjadi sangat tidak berdaya. Dengan bagaimana dia saat ini kehancurannya akan menjadi mudah.

[Jika kau ingin waspada terhadap Kyouko, seharusnya kau berpura-pura untuk tidak mengenalnya.]

“...!”

[Namun.]

Rikugen Kyouko menyentuh patung batunya Dengan jari-jarinya dia meraba-raba di atasnya untuk memastikan bagaimana rasa permukaannya, tetapi terlepas dari ketakutan Reiren, dia tidak melakukan apa pun yang membahayakan patung batu itu.

[Patung ini tidak hidup. Kyouko tidak perlu untuk menyerang.]

“I-itu tidak mungkin!”

[Ingin Kyouko coba serang?]

“T-tidak! Maksud ku, ini belum dipastikan apakah pembatuan ini bisa disembuhkan atau tidak. Ini hanyalah pembatuan. Ini bisa dilakukan dengan sihir iblis.”

Ada contoh gargoyle yang menyerang Urza Resistance. Di antara sihir iblis [pembatuan] dikenal sebagai yang paling mengerikan. Untuk manusia tanpa kekuatan sihir tidak ada cara untuk menolaknya.

Tapi berbeda dengan foreign god, yang memiliki yang memiliki sejumlah kekuatan sihir yang besar.

“Jika ada formula sihir untuk membatalkannya, maka seharusnya bisa menghidupkan Alfreyja-dono kembali. Secara teori..."

[Kurasa tidak semudah itu.]

Rikugen Kyouko berbicara sambil membelai patung batu itu.

[Ini bukanlah pembatuan biasa. Lebih seperti patung ini sudah benar-benar membeku.Kemungkinan besar batu ini hanya menutupi permukaan.]

“Ap... Seperti itu, ya?”

[Bisa kau sembuhkan?]

"Eei, sebentar. Aku akan memikirkannya sekarang."

Reiren tetap terdiam di hadapan patung malaikat.

“Kai, pinjamkan aku pengetahuanmu.”

“Aku juga sedang berpikir. Hanya saja...”

Lalu Kai ingat. Wujud Heavenly Lord ini berubah menjadi [sesuatu] seperti patung batu. Itu hampir seperti...

‘Patung tidak bicara. Jika bicara maka itu sudah bukan patung lagi. Kau ini apa?’

‘Aku adalah dunia, dimana perang besar telah berakhir.’

Rasanya seperti di tempat suci berwarna biru. Jauh di dalam hutan kuno, mereka melihat patung dewi di dalam bangunan prasejarah.

Kai tidak bisa tidak mengingat dengan jelas pertemuan dengan patung batu yang berbicara itu. Dewa ramalan yang bisa melihat nasib itu sendiri. Dan kemudian gambar Heavenly Lord saat ini tumpang tindih dengan patung itu.

Kai berpikir apakah ini sebuah kebetulan.

Namun, Heavenly Lord Alfreyja saat ini benar-benar membeku di tempat, tanpa ada tanda-tanda kewaspadaan. Kai tidak bisa menyangkal bahwa ini mirip, tapi juga terasa berbeda.

Ditambah, tempat apa ini?

Apakah Heavenly Lord yang kalah tersegel disini? Atau dia sedang dikurung?

“Jeanne-dono. Apa patung malaikat ini merupakan Pahlawan Foreign God?”

Sang Lion King memanjat altar.

“Detail yang ada di patung ini sangat mengerikan, tapi apakah benar?”

“Yeah. Ini adalah malaikat yang kami lawan. Seperti yang mereka sudah bahas, kelihatannya ini bukanlah sebuah pembatuan biasa. Dan menyelidikinya akan memakan waktu.”

“Tidak, tidak perlu untuk itu.”

Pria besar berjanggut mengangkat maul logam dengan tangannya yang kuat.

"Jika ini benar-benar Pahlawan Foreign God, maka menghancurkannya di sini akan menguntungkan seluruh umat manusia! Serahkan padaku. Untuk patung seperti ini, satu pukulan..."

“Sudah kukatakan hentikaaaaan!?”

“Mu. Lepaskan, Reiren!”

“Tidak akan!”

Reiren menempel di punggung pria besar itu. Mungkin karena Reiren agak kecil bahkan di antara elf, tapi ini tampak seperti anak kecil yang menempel pada orang dewasa, ingin tetap bersama.

"Mengerti, Nak. Aku akan membelikanmu permen nanti. Sekarang tidak apa-apa?"

"Kau memperlakukanku seperti anak kecil!? Kai, Jeanne, kau jangan diam saja disana, tidak bisakah kalian mengatakan sesuatu!?"

"Ah... Balmung-dono?"

Komandan Urza Resistance turun tangan untuk menengahi tentara yang maulnya siap diayunkan kapan saja.

"Akan bermanfaat bagi kita untuk melanjutkan penyelidikan patung batu ini. Jika kita menghancurkannya sekarang, kita akan kehilangan sumber informasi penting."

“Mu... Kau mungkin benar.”

“Dan mungkin ada sesuatu yang lain disana. Kita harus menjadikannya prioritas untuk melanjutkan pencarian kita."

Jeanne melihat ke arah lorong batu sekali lagi. Altar ini bukanlah tujuan akhir. Lorong berlanjut lebih jauh, bahkan melewati awan absurd ini.

“Dan yang paling penting kita harus mencari jalan keluar. Mungkin ada altar lain yang seperti ini juga.”

Di atas komandan, yang menyamar sebagai seorang pria... Pada saat itulah sesuatu yang aneh terjadi.

Makhluk asing menyerbu Zero World. Terdeteksi dekat dengan pahlawan yang terhapus...'

Entah dari mana titik hitam yang berputar-putar muncul. Dari dalam sebuah lubang, mirip dengan pusaran air, melebar dengan sunyi [sesuatu] muncul.

'Bahaya campur tangan dengan dunia baru. [Peringatan] disarankan.'

'Memulai pengusiran oleh Rasterizer kelas 1 [Penghancuran kehendak]'

Itu adalah gadis yang termasuk dalam campuran ras yang aneh. Penampilan luarnya mirip dengan manusia, tetapi bagian bawahnya memiliki bentuk dengan empat kaki seperti singa. Ada celah di perutnya, yang darinya bisa terlihat cahaya bersinar seperti sambaran cahaya. Di punggungnya ada sayap kerangka yang tumbuh.

Memiliki banyak ras yang tercampur membuatnya mirip dengan Rinne... Tapi hanya itu.

Makhluk itu tercampur secara tidak beraturan sehingga terlihat sangat tidak seimbang.

[...A...Haha, ha...]

Itu adalah suara yang bergema. Meskipun memiliki penampilan yang menjijikkan, suara ini cocok dengan suara gadis cantik.

Kali ini berbeda dari pria sebelumnya.

Jenis ras lain!?


“Apa-apaan monster ini!? Sekarang, dari mana monster ini muncul!?”

Monster, yang sebelumnya tidak pernah terdengar, mendarat di altar.

Sambil membuka matanya lebar-lebar pada perasaan aneh ini, Sang Lion King tetap berdiri diam tanpa mundur, kemungkinan besar berkat pengalaman panjangnya sebagai seorang prajurit.

[Itu bersama dengan Rath=IE. Itu datang untuk menyerang.]

“Aku mengerti. Jadi ini adalah peliharaannya Rath=IE. Yang berarti dia adalah salah satu penyebab di balik bagaimana Alfreyja-dono berakhir..."

Suara Reiren memiliki kemarahan dibaliknya. Reiren dengan erat menggenggam pisau warna bulan sabit di tangannya.

“Akankah Rath=IE juga akan muncul? Jika iya maka pekerjaan ku akan semakin cepat.”

[Tidak mungkin.]

“...Apa-apaan maksud mu, roh?”

[Jika cryptid itu dan mahluk ini menggabungkan kekuatan, tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Untuk memulai, pria di depanmu ini sangat kuat.]

Rikugen Kyouko berhadapan dengan Rasterizer... Menuju monster dengan senyum menyeramkannya, Pahlawan Roh berbicara sekali lagi dengan nada dingin yang menusuk.

[Ini adalah musuh dunia. Hanya satu yang bisa menghancurkan keseimbangan dunia.]

Itu adalah musuh setiap makhluk hidup. Yang mampu mengubah dunia itu sendiri.

[Dan kemungkinan lebih kuat dari keempat pahlawan.]

Seolah menegaskan. Senyum menawan Monster mengguncang Zero World.

TL : Nouzen
Editor : Regent

0 komentar:

Posting Komentar