Volume 9
Chapter 2 - Iaigiri
Tak lama setelah itu, Alto pergi meninggalkan kami, dia bilang ada hal yang ingin dia bicarakan dengan L’Arc.
“Bagaimana kemajuannya?”
Kami pergi ke halaman kastil... oh, sepertinya mereka melakukan hal yang sama seperti saat kami lakukan di Melromarc, mereka sedang latihan sekarang ini.
Padahal kami mendatangi dunia yang berbeda, tapi malah memutuskan untuk latihan. Kami memang tidak memiliki waktu untuk bersantai. Ketika Rishia punya waktu, dia bergabung untuk latihan juga.
“Kurasa sudah berjalan dengan baik,” jawab Raphtalia.
“Oh, kau sangat yakin sekali.”
“Begitulah.”
Mungkin sebab Raphtalia dipilih oleh Senjata Vassal Katana, dia terpaksa menjalani hidupnya sebagai buronan bersama L’Arc dan Glass. Selama itu terjadi, mereka melatih Raphtalia. Sedangkan aku tidak memikirkan latihan, saat itu aku fokus menaikkan level dan mencari uang. Kalo dibandingkan begini, aku bisa didahului olehnya.
“Aku baru saja menunjukkan semua cara mengendalikan energi Kii yang berhasil aku kuasai pada Rishia-san.”
Oke, aku cukup yakin dia lebih sudah mendahuluiku sekarang.
“Aku kurang ingat mengenai itu. Jangan-jangan yang kau maksud itu adalah Teknik Hengen Musou yang diajarkan oleh Wanita Tua?”
“Iya. Memangnya ada apa?”
“Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, Rishia dan Filo...”
“Fuuueh?!”
Ketika aku berbalik dan menatap Rishia, dia melompat seolah aku telah mengejutkannya. Matanya melirik gelisah menatap sekitar halaman. Memangnya aku bicara apa sampai dia bereaksi seperti itu? Mungkin dia hanya takut padaku. Aku tidak tahu kenapa, tapi setiap aku melihatnya, dia tidak pernah tenang.
“Firo Bagaimana?”
“Mengenai Filo, Tuan Naofumi. Dia tampaknya benar-benar berhasil mengusai energi Kii.”
“Apa maksudmu?” tanyaku. Raphtalia melirik Filo.
“Filo.”
“Apa?”
“Coba kau perlihatkan kami cara pengendalian kekuatan yang diajarkan oleh Fitoria-san padamu.”
“Firo tidak mau! Firo lelah…”
Filo tampaknya telah kehilangan banyak stamina yang sebelumnya tampak mengesankan ketika kami menyeberang ke dunia baru ini. Namun sekarang dia cepat lelah.
Dia kelelahan, tetapi sekarang dia bisa terbang. Itu bukan hal yang buruk, tapi dia berfokus pada sihir selama pertempuran saat ini.
“Coba kau tunjukkan dulu. Tuan Naofumi pasti akan memujimu!”
“Baik!”
Filo meminta perhatian dan mulai memfokuskan kekuatannya.
Aku ingin melihatnya, tetapi aku tidak bermaksud untuk memujinya nanti. Ah, terserahlah.
Setelah Fitoria mengajari Filo cara bertarung, dia menjadi sangat cepat. Serangannya juga lebih tajam.
“Wah. Firo terlalu lelah, Firo mau mengumpulkan kekuatan dulu.”
Dia mulai mengumpulkan kekuatan sihir di sekitar dirinya. Itu tampak seperti teknik yang dia gunakan selama pertempuran kami dengan Jantung Spirit Tortoise.
“Glass-san menjelaskan ada semacam teknik yang berhubungan dengan energi Kii, kami akhirnya saling memberitahu mengenai energi Kii.” jelas Raphtalia.
“Ya, teknik ini memiliki kecocokan dengan Prana, teknik yang diajarkan saat aku masih berguru, dengan melatih itu kami dapat mengumpulkan, meningkatkan dan menyimpan energi dalam diri kami.”
Tekniknya terdengar mirip. Tapi, aku kurang yakin mengenai tingkat kecocokannya, sebab wanita tua yang sangat memahaminya. Kurasa kami akan terbatas pada apa yang telah kami pelajari saja.
“Meski ada hal yang serupa disini, aku belum pernah melihat teknik yang kuketahui dapat berdampak seefektif itu. Aku sangat tertarik untuk mempelajarinya, akhir-akhir ini aku berlatih teknik itu dari Raphtalia-san,” kata Glass padaku.
Maka itu berarti, Glass sudah menjadi lebih kuat dari sebelumnya, aku tidak akan mengajarinya itu bila berada diposisi Raphtalia. Dari perkataan Raphtalia tadi, Glass sudah bisa merasakan keberadaan energi Kii. Sebenarnya, bakat macam apa yang dia punya? Dia kemudian melihat dan menilai Filo.
“Dia ini memiliki bakat alami.” sebutnya mengenai Filo.
“Maksudmu, dalam hal mengusai energi Kii?”
Aku meminta Filo untuk membantu Rishia melatih kemampuan mengendalikan energi Kii, tetapi sekarang setelah kuingat biak-baik, aku belum pernah melihat Filo mendapat pelatihan penuh dari wanita tua. Faktanya, aku ingat wanita tua mengatakan Filo tidak butuh arahan pelatihan darinya.
Aku sekarang mengerti apa maksudnya.
“Kemungkinan besar kita memiliki konsep energi Kii yang sama, namun memiliki perbedaan tertentu. Aku yakin apabila kita saling membagi cara menguasainya, maka kita dapat meningkatkan penggunaannya.”
“Itu terdengar bagus. Maka teruslah mempelajarinya, Filo?”
“Ya!”
Aku melirik Rishia dan berkata, “Raphtalia, Glass, bagaimana dengan perkembangan Rishia?” tanyaku pada mereka.
“Jujur saja, tidak terlalu baik.” jawab Glass.
Ah aku sudah menduganya. Dari apa yang aku tahu, dia melakukan semua usahanya untuk menguasai itu, tetapi usaha itu tampaknya tidak banyak berpengaruh.
“Perlu kuberitahu, Wanita Tua yang mengusai teknik ini mengatakannya sendiri bahwa ada kekuatan besar, bakat yang tertidur dalam dirinya. Aku sendiri pernah sekali melihat kekuatan itu bangkit, jadi aku masih berharap besar padanya.”
“Fuueh...”
Aku berharap Glass bisa mengajari dia cara penguasaannya.
“Dia memiliki... bakat? Kau yakin?” Glass memandangnya dengan tak percaya. “Dia terlihat memiliki energi Kii-Prana yang sedikit.”
“Oh, dia memang tidak berbakat ya?”
“Tuan Naofumi, bisakah kau perhalus lagi perkataannya?”
Rishia memiliki banyak kegunaan di luar pertempuran. Selain itu, aku melihat dia bertarung seolah kemampuannya tiba-tiba terbangun. Aku tidak bisa mengerti alasan itu bisa terjadi.
“Bukan itu, ini hanya sulit kujelaskan. Aku rasa bakat yang Naofumi katakan tadi benar adanya.”
“Aku malah tambah bingung.”
“Aku juga tidak mengerti. Maksudmu apa?” sela Kizuna sambil bertanya.
Glass memegang dagunya dan mencoba menjelaskan. “Secara perkataan memang sulit dijelaskan, aku mengerti kenapa dia memiliki bakat, sebab aku merasakan ada cahaya kilat yang menjadikan dia kuat namun hanya sejenak saja.”
“Hmm...”
“Untuk lebih spesifiknya, ini seperti apa yang baru saja dilakukan Filo-san, dengan mengumpulkan energi Prana yang ada di luar, energi Prana dalam tubuhnya akan menjadi tertuju pada satu titik kuat. Ini hanya sebatas pemahamanku saja...”
Glass terus mengoceh untuk sementara waktu. Dia menggunakan banyak kosakata khusus yang belum pernah aku dengar sebelumnya, jadi sebagian besar langsung keluar dari kepalaku.
Inti dari hal itu adalah Rishia memiliki energi prana yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan orang, tetapi dia memiliki bakat luar biasa untuk mengumpulkan dan menyerap energi Kii dari lingkungannya. Itu masuk akal bagiku, karena saat melihat apa yang terjadi ketika dia menggunakan sebotol life-force water untuk dirinya sendiri. Dia menjadi sangat kuat dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri.
Glass telah melihat kemampuan pertempuran Rishia meningkat selama pertarungan dengan Kyo. Teorinya adalah fenomena ini terjadi ketika Rishia menjadi lebih emosional, dan kemudian dia dapat mengendalikan kekuatannya dengan lebih baik.
“Berati, semakin dia berusaha maka dia akan semakin kuat mengendalikannya?”
“Bisa dibilang begitu.”
“Singkatnya, kekuatannya dapat menjadi sangat kuat saat dia lebih emosional dan mengatakan banyak hal tidak penting.” sebut Kizuna.
“Hei, jangan begitu. Itu terlalu kejam untuknya.”
Lihat dia baik-baik, Kizuna. Glass sampai mengerutkan dahinya untuk membela Rishia. Dari semua ini, bila Glass juga mengatakan Rishia memiliki bakat terpendam, maka itu pasti benar. Aku masih berharap dia membuktikan dirinya berguna dengan pengetahuan kutu bukunya.
“Aku cukup cemburu padanya,” kata Ethnobalt, memasuki percakapan kami.
Kenapa? Kenapa dia ikut bergabung dalam percakapan ini?
Ethnobalt selalu mendukung kami semua dalam pertempuran. Meskipun ia memiliki senjata Vassal, ia tampaknya tidak sekuat itu — mungkin itu sebabnya ia cemburu.
Dia hanya bergumam pelan pada dirinya sendiri, tetapi Kizuna dan Glass tampak sedih setelah mendengarnya.
“Kau cemburu kenapa?”
“Oh, benar. Kau tidak tahu mengapa Ethnobalt harus menghindari garis depan, kan, Naofumi?” tanya Kizuna.
“Tidak.”
Ketika aku memikirkannya, aku menyadari bahwa dia selalu mendukung kami dari kejauhan, dan dia tidak ikut dengan kami ketika kami pergi mencari Glass dan yang lainnya.
Aku hanya berasumsi bahwa dia adalah tipe intelektual, yang menggunakan sihir, dan bahwa dia menggunakan senjata Vassal kapal untuk berkeliling. Tapi, mungkin semuanya lebih rumit dari itu. Karena aku tidak berpikir dia benar-benar telah melakukan apa pun selama pertempuran ketika gelombang muncul.
Kupikir mungkin dia hanya bersantai, tetapi sepertinya tidak demikian.
Senjata Vassal biasanya memberikan tugas dalam pertempuran pada mereka yang memegangnya. Aku tidak yakin aku pernah benar-benar melihat Ethnobalt bertarung. Dia selalu pergi menjauh untuk menghindari pertempuran, dan tidak ada yang pernah bertanya kepadanya tentang hal itu. Pasti ada penjelasan untuk semua ini. Mungkin senjata Vassal kapal memiliki keterbatasan, seperti perisaiku, atau alat berburu Kizuna.
“Ras aku pada umumnya tidak mendapatkan kekuatan ketika levelnya meningkat.”
“Apa?”
Aku menatapnya dalam diam. Lalu aku memandangi Rishia, tetapi tidak ada yang menyadari aku meliriknya.
“Benar. Kembali ketika aku pertama kali tiba di sini, Ethnobalt biasa pergi bertualang dengan diriku seperti yang lainnya. Dia juga naik level, tapi...”
“Aku kaget dengan betapa cepatnya statistik Kizuna melampaui milikku. Tidak peduli berapa banyak level yang aku naikkan, statistikku hanya tumbuh dengan jumlah yang sedikit. Perbedaan kekuatan antara kami berbeda jauh sekali.”
“Aku rasa itu masih bisa diusahakan dengan metode penguatan senjata kalian?”
“Itu bisa, namun hanya sedikit saja.”
Dia pasti selamat dari bonus status yang diberikan ketika kemampuan baru terbuka.
Tapi itu tidak cukup, dia tidak cukup kuat untuk bertarung di dunia ini. Harus diakui, monster, manusia, dan gelombang di dunia ini sangat kuat dibanding standar Melromarc. Bonus status kecil hanya bisa membawanya sejauh ini.
“Aku sudah mempelajari berbagai macam mantra sihir, tetapi kekuatanku tidak ikut tumbuh, hasil dari usahaku ini membuatku yakin, betapa bebannya diriku ini.”
Dia sendiri sampai mengatakan dia tidak sehebat itu dalam memberikan mantra pendukung. Tidak diragukan lagi, dia memiliki kecocokan yang sama pada Rishia.
“Setiap kali aku berusaha untuk maju melawan musuh, aku selalu dihentikan dengan alasan aku tidak boleh terluka, aku tahu mereka ingin melindungiku, tapi aku seorang pemegang senjata vassal juga! Aku tidak mau terus menjadi beban bagi kalian semua.”
Itu sebabnya dia cemburu. Dia ingin melindungi orang lain, bukan untuk dilindungi oleh mereka.
“Perkataanmu tadi sangat mengesankan, tapi mengapa kau bertindak sebaliknya?”
“Tuan Naofumi, tidak bisakah kau menyemangatinya dengan kalimat yang halus?”
Perkataanku memang benar.
Dia bisa memilih untuk tidak bertarung, tetapi dia memiliki keinginan untuk melindungi orang lain berbeda denganku yang dipaksa melakukan semua itu, dia juga sangat menyadari apa yang perlu dilakukan, aku yakin dia pasti bisa menemukan cara agar bisa melakukan semua itu.
Belum lagi, Ethnobalt adalah pemegang senjata Vassal kapal. Ketika kami menggunakannya untuk terbang di langit, aku perhatikan ada banyak meriam yang dipasang pada kapalnya. Jika dia bisa menembakkan semua meriam itu sekaligus, maka dia pastinya bisa bertarung sesuai keinginannya. Kecuali, dia terhalangi oleh cara kerja dunia ini, seperti damage yang dihasilkan tidak begitu berdampak besar pada monster, itu sangat masuk akal dalam dunia ini.
Namun, apabila dia sepenuhnya berpikir semua ini dipengaruhi oleh statistik saja, maka dia tidak bisa terus menerus dibutakan oleh itu!
“Lihat Rishia! Statistiknya benar-benar akan membuatmu menangis ketika melihatnya! Bila dibandingkan, kau adalah pemegang senjata vassal! Untuk apa kau dibutakan oleh hal semacam itu!?”
“Fuuueh?!” Rishia berteriak.
“Naofumi, kurasa pendapatmu berlebihan? Bukan hanya untuk Ethnobalt, tetapi juga untuk Rishia-san.”
“Tidak, kurasa tidak sedikit pun. Aku membahas mengenai motivasi mereka saja.”
Aku melambaikan tangan Kizuna dan membisikkan statistik Rishia di telinganya, dimulai dengan yang terbaik.
Rishia secara teknis menjadi budakku untuk mendapatkan manfaat dari skill pertumbuhan koreksi. Itu sebabnya aku tahu statistiknya. Semakin banyak statistik yang aku beritahukan kepadanya, semakin nampak pucat pula wajah Kizuna.
“Tidak mungkin! Statistik dia benar-benar serendah itu?”
“Ya, biasanya. Selain pada pertempuran dengan Kyo, seperti itulah statistiknya.”
“A... Apa maksudmu?“ Glass bertanya pada Kizuna, bingung. Kemudian Glass berlutut di depan Rishia dan membungkuk sampai kepalanya berada di lantai. “Maafkan aku. Aku tidak tahu serendah itu kemampuanmu ketika membawamu pergi untuk melawan gelombang.”
“Fuuueh?!”
“Tak kusangka dia sampai berlutut padamu...”
“Naofumi! Aku tahu kau pasti akan membawa Rishia-san pergi melawan gelombang tanpa berpikir dua kali! Tapi setelah mengetahui ini, kecerobohan yang kau lakukan itu diluar nalar!” Kizuna berteriak dengan marah. Apakah seburuk itu?
Bila kalian benar-benar memikirkan perasaannya, maka kenapa reaksi kailan lebih mengkhawatirkan daripada diriku? Raphtalia tampak bermasalah, seolah dia tidak yakin bagaimana harus merespons.
“Um yah, dia selalu ingin menjadi lebih kuat, aku rasa tidak apa membawanya juga.”
“Raphtalia-san, ada perbedaan antara keberanian dan kecerobohan! Dengan kemampuannya saat ini, dia sama saja ingin terbunuh disana!”
Apa yang sedang terjadi? Pembicaraan ini jelas melenceng. Padahal, yang ingin aku utarakan adalah Ethnobalt harus terus berusaha tanpa perlu cemburu pada Rishia sebab dia tidak termasuk orang yang patuh dijadikan contoh. Tapi mengapa mereka malah memojokkanku.
“Aku mengerti apa yang sedang kau singgung. Aku tidak memiliki ketegasan, atau keberanian, seperti yang dimiliki Rishia-san. Begitukah?” Ethnobalt berkata setelah menyadari betapa membantunya Rishia dalam pertempuran, terlepas dari statistik dan kemampuannya.
“Tidak ada yang tahu kapan bakat atau kekuatan seseorang akan bangkit. Memangnya level tinggi bisa membantu? Oh belum tentu, jangan lupa untuk terus berusaha dan berlatih sekeras mungkin.”
Seburuk-buruknya dia, dia tetap seorang pemegang Senjata Vassal.
Aku mengerti rasa kecewa yang dirasakannya ketika berusaha keras tapi hasilnya terbilang kecil. Tapi, Ethnobalt memiliki waktu luang sampai-sampai dia menyadari betapa lemahnya dia, tapi berbeda dengan Ethnobalt, Rishia akan memanfaatkan waktu luang itu untuk terus berusaha dan mendekati kemampuan rekan lainnya sedikit demi sedikit.
“Kau tidak perlu berusaha keras bila merasa puas dengan peran mendukung dibelakang. Tetapi jika kau ingin menjadi lebih kuat, maka kau harus berusaha lebih lagi. Aku tahu jelas statistik tidak selalu menjadi tolak ukur kuatnya seseorang. Bila kau berpikiran begitu, maka kau salah besar.”
“Tuan Naofumi...”
“Kau terdengar sangat keren, Naofumi. Kau memang suka banyak omel tapi kalau soal bertarung masih lebih unggul dariku meski kita sama-sama memiliki keterbatasan,” kata Kizuna.
“Diam.”
Aku akan melakukan serangan bila memungkinkan. Tapi sebab kutukan perisai ini, aku tidak punya pilihan selain melindungi saja. Namun, aku tidak diam di situ saja.
Jika senjata milik Ethnobalt memungkinkannya untuk menyerang, maka masih ada harapan baginya.
Rishia juga selalu disebut memiliki bakat. Aku juga percaya, mengingat apa yang dia lakukan dalam pertempuran dengan Kyo. Suatu saat nanti, dia akan menyadari betapa kuatnya dirinya sekarang ini, sampai saat itu belum terjadi, dia terus berusaha.
Lebih baik untuk menyesal mencoba dan gagal daripada menyesal karena tidak mencoba sama sekali. Ethnobalt harus menunjukkan usaha kerasnya dulu baru bisa mengeluh.
“Baiklah, Glass, bolehkah aku ikut berlatih sekarang?”
“Kau... kau yakin?”
“Iya. Aku juga ingin melindungi kalian semua, jadi aku harus berusaha keras seperti yang dilakukan Rishia-san.”
“Kita bisa melakukannya!” Rishia berkicau. Mereka benar-benar saling mengerti.
Glass memandangi mereka dan tersenyum, “Perlu kalian ketahui, pelatihan dariku sangat tegas!” Glass tampak dipenuhi dengan tekad baru. Dia tampak lebih tangguh, lebih dari biasanya. “Oke, latihan pertama kalian adalah meningkatkan stamina! Ayo kita lakukan!”
“Baik!”
“Baaik!”
Mereka bertiga pergi berlari. Kemudian Ethnobalt dan Rishia tersandung lalu terjatuh. Mereka memiliki banyak kesamaan, keduanya. Mereka berdua sangat canggung.
“Umm, Tuan Naofumi. Kau kemari karena ada perlu dengan kami bukan?”
“Itu benar, aku hampir lupa.”
Aku begitu sibuk membicarakan statistik dan kekuatan Rishia sehingga aku mengabaikan alasanku datang kemari. Aku mengeluarkan sarung katana yang aku buat dan memberikannya kepada Raphtalia.
“Terima kasih banyak!” Dia tersenyum hangat. Itulah wajah yang ingin kulihat.
Aku telah memasukkan pedang murah ke sarungnya untuk saat ini, tetapi dengan katana yang sebenarnya di dalamnya, desainnya sangat cocok. Itu membuat katana terlihat lebih indah. Ketika dia menyelipkan pedangnya, itu disegel dengan bunyi klak yang memuaskan.
Hmm, ketika bilahnya masuk, aku seperti melihat permatanya yang ada disarung itu berkedip.
“Kizuna, sebelumnya kau bilang ketika empat senjata suci dan senjata vassal diberikan aksesori, maka akan ada efek khusus yang muncul, benar begitu?”
“Ya, tapi aku tidak tahu apa efeknya.”
“Aku meminta aksesori untuk di tanamkan efek yang akan meningkatkan kelincahan Raphtalia, sehingga dia bisa bergerak di sekitar medan pertempuran dengan lebih mudah.”
Itulah yang aku minta pada spesialis pemberi sihir. Ketika aksesoris itu selesai, aku memeriksanya, dan dari apa yang aku tahu, mereka tampaknya berhasil memasukkan efek yang kuminta.
Kurasa ada kemungkinan mereka telah menyelipkan sesuatu yang menyusahkan didalamnya, tetapi itu berhasil mempengaruhi senjata Vassal saja, tapi aku sangat ragu jika mereka berani melakukan hal semacam itu.
“Kira-kira efek seperti apa ya?” tanya Raphtalia.
“Dari tadi batu permatanya berkedip-kedip, bukan?”
“Ya. Ini benar-benar terlihat seperti perlahan terisi dengan cahaya.”
“Hmm... Kira-kira kenapa terus berkedip-kedip begitu ya?” tanya Raphtalia.
“Kurasa kita harus menunggu dan melihatnya berhenti berkedip.”
“Kita juga masih belum tahu apa yang membuat batu permata ini berkedip-kedip.”
“Aku juga tidak tahu.”
“Mungkin kau harus mencoba menghunuskan katana dan melihat apa yang terjadi?” saran Kizuna.
Dia benar. Sebuah efek mungkin terpicu ketika kondisi tertentu terpenuhi. Aksesori yang aku dapatkan dari Pak Tua di toko senjata juga seperti itu. Efeknya mungkin dipicu karena aku telah memblokir begitu banyak serangan secara bersamaan. Sesuatu telah memicunya, dan itu membuat penghalang defensif seperti skill Shooting Star shield. Itu mungkin lebih baik daripada Shooting Star shield, karena itu sebenarnya melukai musuh yang menyentuhnya.
Aku berharap aksesori yang aku buat akan berfungsi dengan cara yang sama. Intinya... Aku gagal.
“Ide bagus. Raphtalia, cobalah untuk menghunuskan pedangnya.”
“Baik.”
Dia mengeluarkan katana dari sarungnya, dan cahaya berkedip menghilang dari batu permata.
“Cahayanya padam.”
“Mungkin persyaratannya untuk efeknya masih belum terpenuhi? Coba kau hunuskan katananya lagi ketika batu permata itu penuh dengan cahaya.”
“Baiklah,” kata Raphtalia, memasukkan kembali pedangnya. Kami menunggu sampai batu permata itu dipenuhi cahaya.
“Nanti kau mungkin akan bertarung dalam keadaan katanya masih dalam sarung, apa aku perlu potong sarungnya agar bagian tajamnya bisa digunakan?”
“Lah? Terus untuk apa dibuatkan sarung kalau begitu?” komentar Kizuna.
“Itu masalahnya. Kita perlu mencoba segala cara agar bisa menemukan solusinya.”
“Hmm, batu permata ini cukup lama juga penuhnya?” guam Raphtalia.
“Aku rasa kau bisa mengisinya selama ada katana cadangan.”
“Aku yakin kipas yang dipakai Glass sekarang adalah kipas yang terbagi menjadi dua. Dia mungkin terlihat menari di atas panggung, tapi kenyataannya dia sedang bertarung dengan dua pedang.”
“Jadi bila kemampuan atau teknik itu berhasil dikuasai, maka senjatanya bisa digandakan?”
“Mungkin.”
“Um... Kalau bisa kalian jangan menatap katana dan menganalisis diriku disaat yang bersamaan?” Raphtalia bergumam dengan tidak nyaman.
Ya mau bagaimana lagi. Aksesoris yang selesai duluan milik Raphtalia, kami sangat penasaran dengan efeknya.
“Ini sangat mengkilap dan cantik!”
“Rafu!”
Filo berubah menjadi bentuk Humming Falcon dan bertengger di pundakku sementara aku memeriksa sarung katana.
Perubahannya wujud hewannya terbilang aneh.
Bagaimanapun, rasanya sekitar tiga menit telah berlalu pada saat batu permata itu terisi penuh. Cahaya terang muncul, dan ada suara seperti menjatuhkan koin ke celengan. Itu pasti sinyal yang mudah disadari.
“Baiklah. Raphtalia, cobalah menghunuskan katananya lagi.”
“Baiklah.”
Dia memegang sarung di tangan kirinya, dan menggunakan tangan kanannya untuk perlahan-lahan menarik katana.
Hm? Apakah aku melihat ada dua Raphtalia yang berdiri di depanku?
Kizuna memiringkan kepalanya dan mengedipkan mata. Dia pasti melihat hal yang sama denganku.
Sulit untuk menjelaskan seperti apa itu. Jika aku berusaha sangat keras untuk bisa mengikutinya dengan mataku, tapi sepertinya dia bergerak lebih cepat daripada yang bisa diimbangi tubuhnya. Itu tampak seperti serangan high quick Filo, sebenarnya. Seperti dia hanya bergerak sangat cepat sehingga dia nampak buram.
Aku terkesan bahwa Kizuna dan aku bisa tetap melacaknya.
Dari tadi ada seseorang yang diam tanpa disadari siapapun dan memerhatikan dengan seksama kejadian itu, kami mengabaikan kehadiran Therese.
Beberapa detik berlalu dan kemudian kecepatan Raphtalia kembali normal.
“Hah? Tuan Naofumi?”
“Kenapa?”
“Ketika aku menghunuskan katana, kalian semua mulai bergerak lambat.”
“Oh begitu. Kau mulai bergerak begitu cepat sehingga aku hampir tidak tahu di mana kau berada. Itu seperti high quick Filo.”
“Jika kau menyerang kami dengan kecepatan itu, aku rasa hanya bisa menahannya saja.”
“Ya, aku juga.”
Aku harus benar-benar beruntung untuk memblokir serangan secepat itu.
“Tampaknya jika kau menjaga katana tetap di dalam sarungnya sampai batu permata terisi penuh, itu akan mengaktifkan high quick saat menghunuskan katananya.”
“Bagus sekali. Sepertinya melakukan iaigiri, kau dapat menghunuskan katana dan langsung menebas monster! Keren sekali!”
“Bila Kizuna yang pernah melakukan hal serupa dengan pisau tunanya, maka aku juga setuju dengan pendapatnya.”
Aku harus menyebutkan itu, karena bahkan jika Raphtalia bisa mengalahkan monster dengan satu tebasan, Kizuna bisa melakukan hal yang sama. Fakta itu tidak berubah. Sebenarnya, serangan Kizuna mungkin lebih baik, karena keterampilan Raphtalia hanya diaktifkan saat pertama kali dia menghunuskan pedangnya. Jika dia melewatkan kesempatan itu, dia harus menunggu tiga menit atau lebih tanpa menyerang untuk mendapatkan kesempatan lain.
Dia mungkin bisa meladeni musuh dengan tangan kosongnya, tetapi dia tidak akan bisa menggunakan pedangnya untuk bertarung, karena jika digunakan, batu permatanya tidak akan terisi. Mungkin waktunya bisa dikurangi dengan sihir dukungan, tetapi sepertinya tidak baik untuk merencanakan strategi pertempuran kami dengan serangan miliknya.
Bagaimanapun juga, meski itu memiliki keterbatasan, tentu aku senang dia mendapatkan kemampuan itu.
“Sebaiknya kalian jangan menatap dan menganalisis orang lagi dan lagi...”
“Jika memungkinkan, dia bisa mendapatkan menggunakan dua senjata sekaligus seperti Glass, nanti tinggal diatur-atur untuk mengisi satu katananya saat bertarung.”
“Bagaimana jika ada batasan hanya bisa untuk satu katananya saja?”
“Jika iya, masih berguna sekali.”
“Hei, tolong dengarkan orang di depan kalian!?”
“Oh, maaf. Obrolanku mudah dimengerti oleh Kizuna.”
Raphtalia tampak kesal saat aku berbicara panjang lebar dengan Kizuna.
Mungkinkah...dia cemburu?
Aku semacam figur ayah baginya, memungkinkan untuknya tidak suka bila aku terlalu banyak berbicara dengan wanita lain. Mungkin dia merasa seperti akan kehilangan orang tuanya.
“Aku merasa ditatap oleh perasaan hangat dan aneh sekarang!”
“Sudah, sudah. Sekarang kau bisa bergerak dengan cepat ketika berburu monster, bukankah itu hal yang bagus?” kata Kizuna.
“Betul sekali. Meski baru bisa sebentar, itu sudah cukup.”
Mendapatkan serangan pertama selalu merupakan keuntungan.
Filo juga bisa bergerak dengan cepat, tapi itu jelas ketika dia melancarkan serangan seperti itu, hanya akan membuat musuh menjadi ekstra hati- hati. Tetapi katana Raphtalia akan mempertahankan elemen kejutannya, sehingga musuh akan jatuh sebelum mereka tahu apa yang menimpa mereka.
Bila dimanfaatkan dengan baik, serangan baru ini akan terbukti sangat berguna.
“Kira-kira batu permatanya bisa mempertahankan kekuatannya saat katananya dihunuskan lalu dimasukan kembali dalam waktu singkat?”
“Aku akan menanyakan itu pada ahlinya nanti. Sudah jelas mereka lebih tahu cara kerjanya.”
“Benar. Nanti akan aku beritahukan juga pada mereka.”
“Ah sudahlah! Sekarang mereka malah ingin mengubahnya tanpa tanya aku dulu?” guam Raphtalia. “Bagaimana dengan aksesorismu, Tuan Naofumi?”
“Belum selesai.”
Aku membuatnya sesuai dengan kebutuhanku saat ini, tapi hasilnya masih belum diketahui bila barangnya belum siap.
“Bagaimana dengan milikmu, Kizuna-san?”
“Terima kasih untuk bertanya! Coba lihat! Ta-da!” Kizuna tersenyum dan mengeluarkan umpan mencolok yang kubuat untuknya. Ketika dia melihat seperti apa rupanya, Raphtalia menatapku dengan kecewa.
“Itu yang dia inginkan.”
“Aku akan membawanya kepada spesialis pemberi sihir untuk melihat apa yang bisa mereka lakukan, dan kemudian, aku akan menggunakannya untuk pergi memancing malam ini!”
“Kizuna-san benar-benar suka memancing, ya?” tanya Raphtalia.
“Tentu saja aku menikmatinya! Ini hobi favoritku.”
Kurasa itu bukanlah sesuatu yang harus kau banggakan. Itu mengingatkan aku, satu atau dua hari yang lalu Glass mengeluh tentang sesuatu yang berhubungan dengan ini. Ketika kami kembali ke rumah Kizuna, kami menemukan dinding yang tertutupi oleh cetakan ikan gyotaku.
Ada begitu banyak pajangan ikan di sana, aku sendiri ragu bila dia berhasil memancing semua itu sendirian.
Ada juga yang bentuknya aneh sekali, aku sendiri ragu apakah itu termasuk ikan atau tidak.
“Aku akan meminta bantuan Ethnobalt nanti! Untuk berlayar!”
“Kita akan pergi di pagi hari, jadi jangan sampai kemalaman.”
“Ya, ya!”
Dia mungkin keluar sampai lewat tengah malam.
“Kita akan pergi ke suatu tempat di pagi hari?”
“Ya, kita akan melalui beberapa latihan berburu monster dengan L'Arc. Cobalah untuk bisa tidur cepat malam ini.”
“Baik.”
Aku merasa senang sarungnya bekerja. Raphtalia pasti akan mendapat manfaat dari serangan baru itu.
“Hei! Rishiaaa!”
Aku berteriak padanya saat dia berlari. Aku benar-benar lupa sesuatu yang penting.
“Apa?”
“Mereka bilang buku ini berisi tentang gelombang.”
Rishia mulai membolak-balik buku yang aku berikan padanya.
“Bagiku kau mungkin bisa menerjemahkan isi dari buku ini, apa kau mau mencobanya?”
“A-aku?!”
“Kau hebat sekali soal ini kan?”
“Aku memang suka membaca, tetapi aku tidak yakin bisa menerjemahkannya juga.”
Kerendahan hati adalah hal yang baik, tetapi Rishia mulai membuatku jengkel. Dia secara alami berbakat ketika berhubungan dengan buku dan belajar, seorang indoor, tapi melihatnya berusaha menjadi outdoor sangat menyedihkan.
“Sudah kau ambil dan terjemahkan saja, itu perintah dariku. Meski ada sedikit informasi yang berhasil kau dapatkan dari buku ini, informasi itu dapat meringankan beban pundak Itsuki.”
Buku itu mungkin berisikan rahasia gelombang. Rishia biasanya tidak banyak membantu sama sekali, tetapi ini bisa menjadi peluang besar baginya untuk berkontribusi.
“Aku akan berusaha!” Rishia memasukkan buku itu ke dalam tasnya dan berlari kembali.
“Naofumi-san, apa yang terjadi dengan kelas sihirmu hari ini?” tanya seseorang yang terdiam selama ini, Therese, mungkin dia diam karena sangat senang dengan aksesorisnya.
Aku lupa menyebutkan bahwa Therese memberiku pelajaran tentang penggunaan sihir ketika aku tidak sibuk membuat aksesoris.
Aku belajar teknik baru dari Ost ketika aku mendapat Spirit Tortoise Heart Shield. Itu disebut sebagai Dragon Vein. Tampaknya ini cara baru untuk menggunakan sihir, tapi aku tidak memahaminya dengan baik.
Semenjak saat itu dia telah menuntunku melalui semacam teka-teki sihir, tetapi sekarang aku tidak tahu cara mengaksesnya. Seharusnya itu adalah sejenis sihir yang membiarkanku meminjam kekuatan dari sesuatu di luar diriku.
Aku tidak punya ide, dan aku pernah melihat Therese melakukan hal yang sama, jadi aku hanya mencoba bertanya kepadanya. Dia berkata bahwa dia mengetahuinya walau sistem yang berbeda, dan mengatakan bahwa tekniknya mungkin bekerja untuk diriku juga. Jadi dia mulai mengajariku cara menggunakan sihir.
Aku belajar banyak darinya selama beberapa hari terakhir, tapi jujur itu cukup sulit. Banyak yang terlintas di kepalaku.
“Ayo kita lakukan. Aku ingin belajar sihir dukungan itu juga.”
Berkat bantuan Ost, aku dapat memberikan mantra sihir dukungan yang sangat kuat “All Liberation Aura.” Ini secara substansial meningkatkan statistik semua orang.
Kami akan membutuhkannya untuk bertahan hidup dari apa yang akan datang. Selain itu, aku punya tanggung jawab kepada Ost. Aku harus belajar untuk menggunakan kekuatan yang dia percayakan kepadaku. Tidak ada waktu untuk bersantai atau bermalas-malasan.
Jadi, sebagai imbalan atas bantuannya selama pelatihan sihir, aku setuju untuk membiarkan Therese mengawasiku kapan saja aku membuat aksesoris. Perjanjian ini telah berlaku selama beberapa hari sampai sekarang.
Untuk belajar dari Therese, kami membutuhkan batu permata untuk bisa melakukannya, jadi aku juga menggunakan itu. Therese adalah Jewel, jadi dia sebenarnya tidak perlu menggunakan batu permata yang kubuat. Aku membutuhkannya sehingga aku bisa meminjam kekuatan dari batu permata tersebut selama pelatihan kami.
“Kalau begitu mari kita mulai pelatihannya?”
“Ayo.”
Aku berdiri di halaman kastil dengan batu permata di satu tangan, dan sesi pelatihan kami dimulai.
“Lakukan yang terbaik, Tuan Naofumi! Aku akan berlatih dengan Glass-san!” Raphtalia berteriak menyemangatiku.
“Iya, kau semoga sukses, Raphtalia. Aku ingin belajar bagaimana menggunakan energi Kii juga, nanti aku kembali mengikuti pelatihanmu.”
Aku memutuskan fokus pada sihir terlebih dahulu. Aku perlu menemukan cara untuk bertarung melawan musuh yang mampu menggunakan teknik mengerikan yang disebut Serangan Berbasis Pertahanan. Tapi diatas semua itu, aku ingin belajar bagaimana menggunakan kekuatan yang diberikan Ost kepadaku.
0 komentar:
Posting Komentar