Chapter 21 – Tanggal Pernikahan
Setelah situasinya menjadi lebih tenang, Karina bergegas menyambut mereka yang kembali ke istana.
Karina berteriak pada Clarice dengan suara panik yang tidak pernah dia dengar darinya.
"Yang mulia! Apakah Anda sudah gila? Anda tahu siapa mereka dan Anda masih saja memutuskan untuk pergi ke luar ?!! ”
Clarice sudah mempersiapkan berbagai macam alasan, namun tidak ada satu alasan pun yang keluar dari mulutnya. Karena dia melihat mata Karina yang memerah. Dia hanya bisa meyakinkan Karina dan mengatakan bahwa dia menyesal, dan dia akan lebih berhati-hati untuk kedepannya.
"Jadi, bagaimana ini semua bisa terjadi?"
Begitu mereka kembali ke kamar mereka, hal pertama yang dilakukan Clarice adalah menginterogasi Senyun. Dengan raut wajah seperti yaksha yang sama dengan saat dia memandangi Ericia maupun ayahnya.
Senyun sudah mempersiapkan berbagai macam alasan, namun tidak ada satu alasan pun yang keluar dari mulutnya. Karena dia merasa bahwa jika dia mengatakan satu kata yang salah, tulangnya tidak akan utuh. Dia hanya bisa mengatakan ini.
"Maafkan sayaaaaaaaaaa!!!!!"
Melompat dari kursinya (sangat berani, meskipun dia tidak mengenakan celana dalam [dan karena itu Minwoo mendapat pemandangan yang tidak diinginkan dari balik roknya dan hampir menusuk matanya.]) Kakinya terlipat dan kemudian melompat ke atas tanah. Dia bersujud di tanah dan mengakui semua yang telah dilakukannya.
“Aku tidak pernah bermaksud membuat semua ini terjadi!!! Isaprince! Aku tidak pernah berpikir bahwa si jalang Isaprince akan memulai suatu kerusuhan, aku tidak pernah membayangkannyaaaaaaaaaaaaaaa!!! ”
Itulah yang terdengar. Sebuah kejujuran tanpa sedikit pun dusta. Karena tidak terdengar sepatah perintah setelah beberapa saat, Senyun melirik untuk melihat reaksi Clarice. Dan menyesalinya.
Karena apa yang duduk di sana bukan Clarice dengan wajah dan aura yaksha, tetapi hanya yaksha.
“…… .Senyun. Bukan itu yang ingin aku tanyakan. "
Clarice tidak bisa menahan sakit kepalanya yang berdenyut-denyut lagi, saat dia menggosok pelipisnya dan menghela napas.
"Mengapa kau melakukan sesuatu yang bahkan tidak aku minta?"
Karena ulah Senyun, sekarang mereka mendapat dukungan penuh dari orang-orang untuk pernikahan Clarice dengan Minwoo. Bahkan jika Ayahnya kembali dan memutuskan untuk mendorong dia lebih keras untuk menikah sekarang, mereka tidak memiliki jalan untuk melarikan diri. Tentu saja, JIKA dia kembali...
Senyun mengangkat kepalanya untuk melihat Clarice...... payudaranya yang besar menyembunyikan wajah Clarice dari garis pandang Senyun. Lol wtf.
<TLN: itu lol wtf dari sononya ya.>
"Saya ingin bertanggung jawab ..."
Mengesampingkan bagaimana dia ingin menangis untuk banyak hal, Senyun berkata begitu. Tanggung jawab? Clarice membalas. Senyun duduk tegak menghadapi tatapan Clarice dan mengakui perasaannya.
“Tanggung jawab untuk membuat Yang Mulia menjadi seorang wanita. Tanggung jawab atas penghinaan yang Anda derita oleh tangan Ericia. Tanggung jawab karena tidak dapat membatalkan pernikahan. Dan tanggung jawab untuk menyebabkan demo. "
“……… ..”
"Awalnya itu hanya untuk menenangkan CLC tapi saya tanpa sadar merubah suasana hati mereka dan saya tidak bisa berkata-kata untuk itu.... Tetapi saya benar-benar ingin bertanggung jawab. "
Clarice menatap mata ungu Senyun. Dia menyadari bahwa di balik mata indah yang menyerupai violet itu, ada sebuah kejujuran tanpa dusta.
Clarice menghela nafas dan tidak bisa untuk tidak memaafkannya.
"Untuk kali ini saja. Jika kau melakukan sesuatu yang konyol seperti ini kedepannya maka aku benar-benar tidak akan memaafkanmu. ”
"C, Clarice-nim...!"
Tersedu. Senyun menutup mulutnya dengan tangannya dan tergerak oleh kebaikan hati yang mulia itu. Mata Clarice sedikit menyipit ketika dia bertanya-tanya apakah dia berlebihan, sebelum dia membuka mulut.
"Senyun. Ngomong-ngomong…"
Wajah jernih Clarice memerah.
“Te, terima kasih telah menghentikan para pengunjuk rasa. Jika itu bukan karena Senyun, sesuatu yang mengerikan pasti akan terjadi."
Kegilaannya memang sesuatu yang membuatnya marah, tetapi pada akhirnya hal itu mengakibatkan para pendemo menjadi tenang (meskipun 'hasil' itu hampir tidak menghindari skenario terburuk.) Clarice dengan tulus berterima kasih kepada Senyun.
Dan reaksi Senyun.
“………. !!!”
Kuk. Kuhuk. Senyun mencengkeram dadanya dan terengah-engah seperti sapi, dan jatuh ke lantai. Clarice kaget dan menolong Senyun. Mata Clarice yang cemas berubah menjadi dingin seketika.
Sekarang mengapa dia mimisan.
"P, pangeran saya ... saya, saya ... !!! Uuuuuuu !!!! ”
Tanpa ada waktu untuk bereaksi Senyun membenamkan dirinya di payudara Clarice. Waaaaaaaahhhhh!!!!!!!! Senyun mulai menangis. Sedikit mundur, Clarice mengelus punggung Senyun dan menghiburnya.
"SAYA! Saya sangat taakuuuuuuuuuuut !!!!! Hwaaaaaaaah !!!!! Yang mulia!! Saya takut Yang Mulia akan membenci saya !!!!! Hwuahuhwhuuuaaaaa !!!!!! ”
Tatapan Clarice bertemu dengan Minwoo dan Karina. Mereka bertiga tersenyum dan menggelengkan kepala.
Bagaimanapun juga, dia benar-benar seperti anak kecil.
***
Senyun akhirnya mengakuinya. Apa? Bahwa pangeran kesayangannya telah menjadi seorang wanita. Kenyataan bahwa pangerannya sekarang adalah seorang putri. Sampai sekarang, Clarice sebagai seorang wanita begitu asing sehingga dia tidak bisa menghentikan kecanggungannya. Tapi Clarice tetaplah Clarice. Bahkan jika dia sekarang seorang wanita, kelembutannya tidak berubah. Pada saat yang sama, dia merasa bahwa pepatah yang diturunkan di perkumpulan doujin ada karena suatu alasan.
Senyun mengubur dan menggosokkan wajahnya di payudara Clarice yang berlimpah, layaknya payudara seorang ibu (meskipun ironisnya ibu Senyun memiliki payudara datar seperti Senyun sendiri) dan mata Senyun bertemu dengan Karina.
Keduanya berbagi koneksi.
'Laki-laki atau perempuan.'
'Tidak masalah asalkan rasanya enak.'
Itulah moto hidupnya yang baru.
Clarice merinding tiba-tiba karena merasakan hawa dingin di punggungnya. Itu mungkin karena bagian depannya yang basah kuyup karena Senyun meneteskan ingus dan air mata di sekujur tubuhnya. Clarice perlahan-lahan memutuskan untuk menghibur Senyun.
"Senyun. Apakah kau baik.... "
"Guhehehe ..."
?
"Guhehehe ... payudara Yang Mulia .... Sangat lembut dan halus ♪ ”
Hul.
<TLN: sudah dijelaskan di chapter sebelumnya, ini SFX>
Senyun menunjukkan warna aslinya. Clarice lupa bahwa dia juga adalah anggota CLC terkutuk itu. Tunggu, dan sudah berapa lama sejak dia menangis.
"Oi! Apa ini saatnya kau berkata omong kosong seperti itu ?! ”
Minwoo dengan cepat berlari dan meraih tengkuk Senyun. Seperti seekor ikan yang keluar dari air, Senyun terus berusaha kembali ke pelukan ketika dia berteriak.
“Diam!!! Aku tidak mau mendengarnya dari orang yang mencuri celana dalamku! Apakah kau juga akan mencuri milik Yang Mulia.... Mmhmm! ”
Minwoo buru-buru menutup mulut itu. Benda ini terus-menerus mengatakan hal-hal yang akan membuat suasana menjadi sangat canggung. Minwoo ingin merahasiakan fakta bahwa dia membuat Senyun menjadi 'tanpa celana dalam' untuk insiden pencuri celana dalam itu dari Clarice. Meskipun Senyun lebih dari pantas untuk mendapatkannya, tidak mungkin Clarice menginginkan balas dendam seperti itu.
Minwoo ingin selalu menjadi seseorang yang bisa diandalkan untuk Clarice. Bukan seorang maniak celana dalam.
"Celana dalam?"
Clarice memiringkan kepalanya. Mungkin karena insiden pencurian celana dalam, Clarice sangat peka terhadap kata celana dalam. Minwoo bersandiwara.
"Tidak, tidak apa-apa. Bukan pertama kalinya dia berbohong seperti itu. Jangan khawatir tentang- "
"Mmmm !!!!"
Genting.
"Waaaaaarrrgh !!!"
Keparat! Dia benar-benar menggigit tanganku!!
"Kau ingin berkelahi hah?!"
"Mmmmm!!!"
Keduanya mulai berkelahi satu sama lain. Terjebak di antara mereka berdua, Clarice meminta bantuan Karina.
Crunch crunch. Dia sedang makan popcorn.
Cih! Setelah dipikir-pikir, meskipun dia tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, tetapi dia juga, adalah anggota CLC. Organisasi yang seharusnya mencintai dan memujanya, mereka bukan sesuatu yang baik untuk hidupnya. Tepat saat Clarice hendak melipat lengan bajunya untuk memisahkan keduanya.
"Hoho. Kami khawatir dengan keadaan kalian, tetapi sepertinya kami tidak perlu khawatir lagi."
“Sepertinya begitu. Lihat saja betapa semangatnya mereka. ”
Perhatian semua orang tertuju pada sumber suara itu. Mungkinkah, mungkin saja, tetapi bisa saja tidak bukan. Pasangan kerajaan yang diam-diam meninggalkan negara dan melarikan diri entah kemana, entah bagaimana, menyelinap kembali seperti ular yang menyelinap melalui dinding. Semua orang sangat terkejut, mereka tidak tahu harus mulai dari mana.
Tentu saja, dua wajah kulit besi adalah pengecualian.
<TLN: tidak tahu malu.>
"Clarice. Kau sudah mengalami kesulitan. Kami percaya bahwa jika itu adalah kau, kau akan dapat mengatasi krisis ini. Ada gunanya menahan air mata kami dan membiarkan kau melakukannya. "
"Yang Mulia. Yang lain akan merasa terabaikan. ”
"Ahh. Benar. Minwoo dan Senyun, dan juga Karina, kerja bagus. Terutama Senyun. Aku tidak berpikir bahwa aku akan tersentuh oleh ucapanmu tentang cinta sejati. Sungguh, aku... aku merasa malu di sini."
"Astaga. Yang Mulia. Apakah kau merasa malu pada wanita lain di depan wanitamu? "
Ha ha ha! Hohoho! Pasangan kerajaan membual dengan obrolan omong kosong mereka. Begitu tak tahu malu sehingga tidak ada yang bisa mengatakan apa pun dengan baik.
Mereka bingung harus mulai dari mana.
"Ibunda. Mengesampingkan bajinga.... Ayahanda, mengapa Ibunda juga meninggalkan kastil? ”
Itu adalah pertanyaan yang menanyakan mengapa, paling tidak, dia tinggal di belakang untuk menjaga kerajaan. Dan jawaban sang ratu adalah…
"Putri. Kau mengajukan pertanyaan yang jelas. Seorang suami dan istri adalah satu sejak awal. Apa tujuanku untuk tinggal tanpa suamiku? "
"………"
Ah persetan, tidak bisa berkata apa-apa. Seperti yang diharapkan dari ratu yang kepalanya berubah menjadi bunga setiap kali melibatkan raja.
"Putri. Apakah tidak ada masalah yang lebih besar saat ini? "
"Masalah yang lebih besar?"
Ratu tersenyum. Bagi seseorang (= raja) itu adalah senyum yang cerah dan bahagia, dan pada saat yang sama bagi orang lain (= orang lain) itu adalah pertanda buruk.
“Ketika kami kembali, aku mendengar apa yang orang katakan. Bahwa mereka memberkati pertunangan sang putri dan sang pahlawan. ”
Tentunya. Minwoo dan Clarice keduanya pucat. Raja dan ratu bertukar pandang sebelum mereka membuka mulut mereka bersama.
s
"Minwoo-"
"Putri-"
""Kapan tanggal yang baik untuk pernikahannya?""
Note:
Raja ratu ampas, kukira bakal kaya shield hero, taunya suami-istri geblek semua hahaha.
Ditunggu chapter berikutnya ya! Soalnya si pendeta atau priestess bakal muncul :v
Karina berteriak pada Clarice dengan suara panik yang tidak pernah dia dengar darinya.
"Yang mulia! Apakah Anda sudah gila? Anda tahu siapa mereka dan Anda masih saja memutuskan untuk pergi ke luar ?!! ”
Clarice sudah mempersiapkan berbagai macam alasan, namun tidak ada satu alasan pun yang keluar dari mulutnya. Karena dia melihat mata Karina yang memerah. Dia hanya bisa meyakinkan Karina dan mengatakan bahwa dia menyesal, dan dia akan lebih berhati-hati untuk kedepannya.
"Jadi, bagaimana ini semua bisa terjadi?"
Begitu mereka kembali ke kamar mereka, hal pertama yang dilakukan Clarice adalah menginterogasi Senyun. Dengan raut wajah seperti yaksha yang sama dengan saat dia memandangi Ericia maupun ayahnya.
Senyun sudah mempersiapkan berbagai macam alasan, namun tidak ada satu alasan pun yang keluar dari mulutnya. Karena dia merasa bahwa jika dia mengatakan satu kata yang salah, tulangnya tidak akan utuh. Dia hanya bisa mengatakan ini.
"Maafkan sayaaaaaaaaaa!!!!!"
Melompat dari kursinya (sangat berani, meskipun dia tidak mengenakan celana dalam [dan karena itu Minwoo mendapat pemandangan yang tidak diinginkan dari balik roknya dan hampir menusuk matanya.]) Kakinya terlipat dan kemudian melompat ke atas tanah. Dia bersujud di tanah dan mengakui semua yang telah dilakukannya.
“Aku tidak pernah bermaksud membuat semua ini terjadi!!! Isaprince! Aku tidak pernah berpikir bahwa si jalang Isaprince akan memulai suatu kerusuhan, aku tidak pernah membayangkannyaaaaaaaaaaaaaaa!!! ”
Itulah yang terdengar. Sebuah kejujuran tanpa sedikit pun dusta. Karena tidak terdengar sepatah perintah setelah beberapa saat, Senyun melirik untuk melihat reaksi Clarice. Dan menyesalinya.
Karena apa yang duduk di sana bukan Clarice dengan wajah dan aura yaksha, tetapi hanya yaksha.
“…… .Senyun. Bukan itu yang ingin aku tanyakan. "
Clarice tidak bisa menahan sakit kepalanya yang berdenyut-denyut lagi, saat dia menggosok pelipisnya dan menghela napas.
"Mengapa kau melakukan sesuatu yang bahkan tidak aku minta?"
Karena ulah Senyun, sekarang mereka mendapat dukungan penuh dari orang-orang untuk pernikahan Clarice dengan Minwoo. Bahkan jika Ayahnya kembali dan memutuskan untuk mendorong dia lebih keras untuk menikah sekarang, mereka tidak memiliki jalan untuk melarikan diri. Tentu saja, JIKA dia kembali...
Senyun mengangkat kepalanya untuk melihat Clarice...... payudaranya yang besar menyembunyikan wajah Clarice dari garis pandang Senyun. Lol wtf.
<TLN: itu lol wtf dari sononya ya.>
"Saya ingin bertanggung jawab ..."
Mengesampingkan bagaimana dia ingin menangis untuk banyak hal, Senyun berkata begitu. Tanggung jawab? Clarice membalas. Senyun duduk tegak menghadapi tatapan Clarice dan mengakui perasaannya.
“Tanggung jawab untuk membuat Yang Mulia menjadi seorang wanita. Tanggung jawab atas penghinaan yang Anda derita oleh tangan Ericia. Tanggung jawab karena tidak dapat membatalkan pernikahan. Dan tanggung jawab untuk menyebabkan demo. "
“……… ..”
"Awalnya itu hanya untuk menenangkan CLC tapi saya tanpa sadar merubah suasana hati mereka dan saya tidak bisa berkata-kata untuk itu.... Tetapi saya benar-benar ingin bertanggung jawab. "
Clarice menatap mata ungu Senyun. Dia menyadari bahwa di balik mata indah yang menyerupai violet itu, ada sebuah kejujuran tanpa dusta.
Clarice menghela nafas dan tidak bisa untuk tidak memaafkannya.
"Untuk kali ini saja. Jika kau melakukan sesuatu yang konyol seperti ini kedepannya maka aku benar-benar tidak akan memaafkanmu. ”
"C, Clarice-nim...!"
Tersedu. Senyun menutup mulutnya dengan tangannya dan tergerak oleh kebaikan hati yang mulia itu. Mata Clarice sedikit menyipit ketika dia bertanya-tanya apakah dia berlebihan, sebelum dia membuka mulut.
"Senyun. Ngomong-ngomong…"
Wajah jernih Clarice memerah.
“Te, terima kasih telah menghentikan para pengunjuk rasa. Jika itu bukan karena Senyun, sesuatu yang mengerikan pasti akan terjadi."
Kegilaannya memang sesuatu yang membuatnya marah, tetapi pada akhirnya hal itu mengakibatkan para pendemo menjadi tenang (meskipun 'hasil' itu hampir tidak menghindari skenario terburuk.) Clarice dengan tulus berterima kasih kepada Senyun.
Dan reaksi Senyun.
“………. !!!”
Kuk. Kuhuk. Senyun mencengkeram dadanya dan terengah-engah seperti sapi, dan jatuh ke lantai. Clarice kaget dan menolong Senyun. Mata Clarice yang cemas berubah menjadi dingin seketika.
Sekarang mengapa dia mimisan.
"P, pangeran saya ... saya, saya ... !!! Uuuuuuu !!!! ”
Tanpa ada waktu untuk bereaksi Senyun membenamkan dirinya di payudara Clarice. Waaaaaaaahhhhh!!!!!!!! Senyun mulai menangis. Sedikit mundur, Clarice mengelus punggung Senyun dan menghiburnya.
"SAYA! Saya sangat taakuuuuuuuuuuut !!!!! Hwaaaaaaaah !!!!! Yang mulia!! Saya takut Yang Mulia akan membenci saya !!!!! Hwuahuhwhuuuaaaaa !!!!!! ”
Tatapan Clarice bertemu dengan Minwoo dan Karina. Mereka bertiga tersenyum dan menggelengkan kepala.
Bagaimanapun juga, dia benar-benar seperti anak kecil.
***
Senyun akhirnya mengakuinya. Apa? Bahwa pangeran kesayangannya telah menjadi seorang wanita. Kenyataan bahwa pangerannya sekarang adalah seorang putri. Sampai sekarang, Clarice sebagai seorang wanita begitu asing sehingga dia tidak bisa menghentikan kecanggungannya. Tapi Clarice tetaplah Clarice. Bahkan jika dia sekarang seorang wanita, kelembutannya tidak berubah. Pada saat yang sama, dia merasa bahwa pepatah yang diturunkan di perkumpulan doujin ada karena suatu alasan.
Senyun mengubur dan menggosokkan wajahnya di payudara Clarice yang berlimpah, layaknya payudara seorang ibu (meskipun ironisnya ibu Senyun memiliki payudara datar seperti Senyun sendiri) dan mata Senyun bertemu dengan Karina.
Keduanya berbagi koneksi.
'Laki-laki atau perempuan.'
'Tidak masalah asalkan rasanya enak.'
Itulah moto hidupnya yang baru.
Clarice merinding tiba-tiba karena merasakan hawa dingin di punggungnya. Itu mungkin karena bagian depannya yang basah kuyup karena Senyun meneteskan ingus dan air mata di sekujur tubuhnya. Clarice perlahan-lahan memutuskan untuk menghibur Senyun.
"Senyun. Apakah kau baik.... "
"Guhehehe ..."
?
"Guhehehe ... payudara Yang Mulia .... Sangat lembut dan halus ♪ ”
Hul.
<TLN: sudah dijelaskan di chapter sebelumnya, ini SFX>
Senyun menunjukkan warna aslinya. Clarice lupa bahwa dia juga adalah anggota CLC terkutuk itu. Tunggu, dan sudah berapa lama sejak dia menangis.
"Oi! Apa ini saatnya kau berkata omong kosong seperti itu ?! ”
Minwoo dengan cepat berlari dan meraih tengkuk Senyun. Seperti seekor ikan yang keluar dari air, Senyun terus berusaha kembali ke pelukan ketika dia berteriak.
“Diam!!! Aku tidak mau mendengarnya dari orang yang mencuri celana dalamku! Apakah kau juga akan mencuri milik Yang Mulia.... Mmhmm! ”
Minwoo buru-buru menutup mulut itu. Benda ini terus-menerus mengatakan hal-hal yang akan membuat suasana menjadi sangat canggung. Minwoo ingin merahasiakan fakta bahwa dia membuat Senyun menjadi 'tanpa celana dalam' untuk insiden pencuri celana dalam itu dari Clarice. Meskipun Senyun lebih dari pantas untuk mendapatkannya, tidak mungkin Clarice menginginkan balas dendam seperti itu.
Minwoo ingin selalu menjadi seseorang yang bisa diandalkan untuk Clarice. Bukan seorang maniak celana dalam.
"Celana dalam?"
Clarice memiringkan kepalanya. Mungkin karena insiden pencurian celana dalam, Clarice sangat peka terhadap kata celana dalam. Minwoo bersandiwara.
"Tidak, tidak apa-apa. Bukan pertama kalinya dia berbohong seperti itu. Jangan khawatir tentang- "
"Mmmm !!!!"
Genting.
"Waaaaaarrrgh !!!"
Keparat! Dia benar-benar menggigit tanganku!!
"Kau ingin berkelahi hah?!"
"Mmmmm!!!"
Keduanya mulai berkelahi satu sama lain. Terjebak di antara mereka berdua, Clarice meminta bantuan Karina.
Crunch crunch. Dia sedang makan popcorn.
Cih! Setelah dipikir-pikir, meskipun dia tidak ada hubungannya dengan kejadian ini, tetapi dia juga, adalah anggota CLC. Organisasi yang seharusnya mencintai dan memujanya, mereka bukan sesuatu yang baik untuk hidupnya. Tepat saat Clarice hendak melipat lengan bajunya untuk memisahkan keduanya.
"Hoho. Kami khawatir dengan keadaan kalian, tetapi sepertinya kami tidak perlu khawatir lagi."
“Sepertinya begitu. Lihat saja betapa semangatnya mereka. ”
Perhatian semua orang tertuju pada sumber suara itu. Mungkinkah, mungkin saja, tetapi bisa saja tidak bukan. Pasangan kerajaan yang diam-diam meninggalkan negara dan melarikan diri entah kemana, entah bagaimana, menyelinap kembali seperti ular yang menyelinap melalui dinding. Semua orang sangat terkejut, mereka tidak tahu harus mulai dari mana.
Tentu saja, dua wajah kulit besi adalah pengecualian.
<TLN: tidak tahu malu.>
"Clarice. Kau sudah mengalami kesulitan. Kami percaya bahwa jika itu adalah kau, kau akan dapat mengatasi krisis ini. Ada gunanya menahan air mata kami dan membiarkan kau melakukannya. "
"Yang Mulia. Yang lain akan merasa terabaikan. ”
"Ahh. Benar. Minwoo dan Senyun, dan juga Karina, kerja bagus. Terutama Senyun. Aku tidak berpikir bahwa aku akan tersentuh oleh ucapanmu tentang cinta sejati. Sungguh, aku... aku merasa malu di sini."
"Astaga. Yang Mulia. Apakah kau merasa malu pada wanita lain di depan wanitamu? "
Ha ha ha! Hohoho! Pasangan kerajaan membual dengan obrolan omong kosong mereka. Begitu tak tahu malu sehingga tidak ada yang bisa mengatakan apa pun dengan baik.
Mereka bingung harus mulai dari mana.
"Ibunda. Mengesampingkan bajinga.... Ayahanda, mengapa Ibunda juga meninggalkan kastil? ”
Itu adalah pertanyaan yang menanyakan mengapa, paling tidak, dia tinggal di belakang untuk menjaga kerajaan. Dan jawaban sang ratu adalah…
"Putri. Kau mengajukan pertanyaan yang jelas. Seorang suami dan istri adalah satu sejak awal. Apa tujuanku untuk tinggal tanpa suamiku? "
"………"
Ah persetan, tidak bisa berkata apa-apa. Seperti yang diharapkan dari ratu yang kepalanya berubah menjadi bunga setiap kali melibatkan raja.
"Putri. Apakah tidak ada masalah yang lebih besar saat ini? "
"Masalah yang lebih besar?"
Ratu tersenyum. Bagi seseorang (= raja) itu adalah senyum yang cerah dan bahagia, dan pada saat yang sama bagi orang lain (= orang lain) itu adalah pertanda buruk.
“Ketika kami kembali, aku mendengar apa yang orang katakan. Bahwa mereka memberkati pertunangan sang putri dan sang pahlawan. ”
Tentunya. Minwoo dan Clarice keduanya pucat. Raja dan ratu bertukar pandang sebelum mereka membuka mulut mereka bersama.
s
"Minwoo-"
"Putri-"
""Kapan tanggal yang baik untuk pernikahannya?""
Note:
Raja ratu ampas, kukira bakal kaya shield hero, taunya suami-istri geblek semua hahaha.
Ditunggu chapter berikutnya ya! Soalnya si pendeta atau priestess bakal muncul :v
0 komentar:
Posting Komentar