Selasa, 11 Februari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 11 : Chapter 2 - Kembali ke Desa

Volume 11
Chapter 2 - Kembali ke Desa


“Baiklah, setelah pendaftaran budaknya selesai, aku akan membawa kalian semua ke desa, jadi semuanya berbaris.”

Registrasi budak berjalan dengan lancar. Aku membawa budak kembali ke desa dalam kelompok menggunakan skill portalku setelah mereka selesai didaftarkan menjadi budakku. Tentu saja, kami harus menunggu agar waktu cooldownnya selesai, jadi kami kebanyakan menghabiskan waktu sambil memutar-mutar ibu jari kami.

“Sayang sekali kau tidak memiliki skill teleportasi yang sesuai kondisi kita sekarang ini, Raphtalia.”
“Aku bisa menggunakan Return Transcript.”
“Ya, tapi tak ada gunanya mengirim mereka ke Jam Pasir Naga. Meski begitu, kurasa kita bisa meminta Filo untuk membawa mereka ke desa dari sana.”

Itu memiliki waktu cooldown yang serupa. Hal yang sama juga berlaku untuk Return Dragon Vein milik Kizuna.
Itu mengingatkanku.... Kurasa Raphtalia juga bisa menggunakan Return Dragon Vein.

“Ngomong-ngomong, seharusnya kita bertemu satu Pahlawan Bintang yang bertugas di Zeltoble, dia pergi kemana ya?”

Aku kira bisa bertemu dengan Pahlawan Bintang di Zeltoble, seharusnya tidak sulit karena pedagang aksesori, ratu dan semua pedagang budak mendukungku. Tetapi pahlawan itu pergi ke suatu tempat dan berada di luar negeri. Mencarinya sendiri sangat merepotkan, jadi aku mengirim pesan untuk meminta para pahlawan agar segera kembali. Aku tidak yakin dia ini pahlawan yang dipanggil dari dunia lain atau apakah itu seseorang yang dipilih dari dunia ini, tetapi pahlawan ini jelas tidak terlalu memikirkan perintah dari Keempat Pahlawan Suci. Dan, berkat ulah ketiga pahlawan idiot, orang-orang sampai-sampai menyimpulkan bahwa aku adalah satu-satunya pahlawan suci yang sesungguhnya, mereka bertiga dianggap pahlawan palsu.

“Tetap saja, setidaknya kau harus mendaftarkan senjatamu ke Jam Pasir Naga agar bisa menggunakan Dragon Return Vein.”
“Iya. Tapi jika saja kita bisa bertemu dan berbicara dengan para pahlawan lain juga, demi kedamaian dunia ini.”
“Ya.”

Berbicara dengan Ketujuh Pahlawan Bintang untuk mengetahui tentang metode penguatan mereka akan meningkatkan statistikku sendiri, tidak ada yang lain. Setidaknya, itulah yang aku harapkan terjadi.

“Hei, Naofumi-chan. Kita punya waktu luang, bagaimana jika kita ken—”
“Portal Shield!”

Aku tidak merasa ingin berurusan dengan Sadeena, jadi aku pergi mengirimnya kembali ke desa sebelum kelompok budak berikutnya. Daya tariknya sudah tidak terkendali dan aku tidak punya energi untuk bertahan sekarang.

“Dia itu, aku tidak tahu tindakannya serius atau hanya untuk bercanda menikmati hidup saja,” kataku.
“Kak Sadeena sepertinya tidak pernah terlalu serius mengenai hidupnya,” jawab Raphtalia.
“Ya aku tahu. Kalau Raphtalia kan tidak ingin memikirkan kisah cinta selama pertempuran ini berlangsung, kan?”
“Iya.. Benar ....”

Kami terus mengobrol sambil mengirim orang kembali dengan portalku setiap kali waktu cooldown sudah habis.

Dan akhirnya, tiba saatnya mengirim Fohl dan Atla. Atla masih belum pulih, tetapi Fohl membawanya dan menyandarkannya di dekat tempat kami semua menunggu. Setelah itu dia pergi dan kembali membawakannya wadah berisi air.

“Terima kasih Onii-sama.”
“Jangan khawatir. Apa keadaanmu baik-baik saja?”
“Iya. Aku merasa sangat nyaman.”
“Itu bagus.”
“Tuan Naofumi.... Kapan kita akan berangkat?”

Atla berbalik ke arahku untuk bertanya padaku.

“Oh, sebentar lagi.”
“Dimengerti.”
“Aku mungkin harus memberimu obat lagi.”

Aku mengubah perisaiku ke Spirit Tortoise Sacred Tree Shield dan memberi Atla obat Elixir Yggdrasil lagi yang tersisa. Dia sudah jauh lebih baik, membuat kondisinya semakin membaik.

“Terima kasih.”
“Tidak masalah.”

Aku menatap Fohl dengan pandangan merendahkan.

“Ergh.....”

Hmm.... Apakah hanya aku atau cara dia mengatakan itu terdengar seperti orang lain? Masa bodo. Dia harus bekerja keras untuk membayar obat ini. Dia seharusnya memiliki beberapa potensi, jadi aku tidak akan bersikap lunak padanya.

“Tuan Naofumi....”

Atla memegang tanganku.

“Tolong, cobalah akur dengan kakakku.”
“Kami tidak bertengkar! Iya, kan?!”

Fohl melingkarkan tangannya di pundakku seolah kami teman baik. Ada apa dengan sikap itu? Aku tidak bisa membuatnya salah paham dengan hubungan kami.

“Kamu juga, Onii-sama. Tuan ini adalah orang yang luar biasa.”
“Aku.... Aku tahu itu!”
“Aku senang mendengarnya.”

Atla tampak kelelahan. Dia kembali ke posisi istirahatnya. Obatnya bekerja, tetapi jelas dia masih sakit. Masuk akal kalau dia akan kelelahan.

“Aku merasa agak mengantuk.”
“Perjalanan kembali ke desa akan berakhir dalam sekejap. Setelah itu kau bisa istirahat dengan tenang.”
“Whoosh, begitu yang terjadi dalam perjalanan, lalu kita tiba-tiba sampai disana! Firo lebih suka jalan lari, tetapi ini juga menyenangkan, Firo yakin kau akan suka ini!”

Seperti biasa, Filo mengerikan dalam menjelaskan sesuatu, tapi kurasa itu caranya menggambarkan skill portalku.

“Nona Burung Periang yang suka menarik kereta.... Aku merasakan kekuatan murni yang tidak ternoda di dalam dirinya. Nona Burung ini.... Kekuatannya menyaingi kekuatanmu, bukan, Tuan Naofumi?”

Atla menunjuk ke arah Filo. Mengagumkan. Gambarannya tentang Filo sangat tepat. Dia memang buta, tetapi jelas dia masih bisa merasakan lingkungan sekitarnya entah bagaimana.

“Ada apa, Tuan?”
“Atla, Budak yang baru saja aku beli, dia ini buta, tapi dia bilang dia tahu kau itu memiliki kekuatan yang besar.”
“Tee hee hee. Firo mendapat pujian!”
“Aku juga tahu kalau kebaikan Tuan Naofumi membuatmu tumbuh besar seperti sekarang ini.”
“Ya!”

Filo membusungkan bulu dadanya dengan bangga sambil menjawab. Kebaikan? Aku baik pada Filo? Apa yang gadis ini sedang bicarakan?
Dan kemudian waktunya telah tiba.

“Oke, cooldown portalku selesai. Sudah saatnya kita pergi.”
“Dimengerti. Akhirnya kita bisa kembali,” kata Raphtalia.
“Ya. Aku akan tetap meminta dua pedagang budak terus mencari budak Lurolona yang mungkin saja masih tersisa, mungkin saja kita akan kembali lagi ke Zeltoble.”
“Harga berhenti naik, tetapi budak.... yang mengaku dari Lurolona masih diperdagangkan dengan harga tinggi.” 

Aku bisa beranggapan kami telah memulihkan sebagian besar dari mereka, tetapi aku tidak dapat menyatakan sudah terselamatkan semuanya. Itu sebabnya kami terus mencari mereka. Kemungkinannya cukup kecil, tetapi selalu ada kemungkinan ada saja yang lolos dari perbudakan dan menjadi tentara bayaran atau semacamnya. Mungkin ada budak lain di luar sana yang Sadeena gagal dapatkan. Aku tidak mengira sesulit ini untuk memastikan tidak ada lagi dari mereka yang menjadi budak.

“Portal Shield!”

Aku menggunakan skillku untuk memindahkan kami kembali ke desa. Aku mengenali bau desa secara instan. Baunya seperti laut. Ya itu memang tempat desa nelayan.

“Jadi ini .... desa tempat Anda tinggal, Tuan Naofumi?” Meski buta, Atla melihat sekeliling desa.
“Kau sudah bisa melihat sekarang?” Tanyaku.
“Tidak. Saya hanya merasakan hawanya saja....”

Merasakan hawa, ya? Cukup mengesankan, walau masih sekecil ini dia bisa bertahan dengan kebutaannya.

“Karena kau orang sakit, Atla. Kami akan membuatmu menginap di rumah sakit desa. Fohl, bawa dia ke gedung itu.”

Aku menunjuk ke gedung yang kami gunakan sebagai rumah sakit. Kami membuatnya untuk tempat mengobati luka para budak.

“Iya... baik.” Fohl menggendong Atla di punggungnya dan mulai berjalan pergi.
“Saya ingin bertemu denganmu lagi, Tuan Naofumi.”
“Aku akan datang memeriksamu nanti, sekarang istirahat saja.”
“Baik. Ayo Onii-sama.”
“Ayo.” Gugup memandang sekelilingnya, Fohl berjalan menuju gedung itu sambil menggendong Atla di punggungnya.
“Oh! Imiya!”
“Paman! Kalian semua juga!”

Imiya memeluk pamannya, jelas senang bisa bertemu kembali dengan keluarga. Aku mendengar orang tuanya telah terbunuh, untung saja dia bisa bertemu kembali dengan pamannya.

Sepertinya budak baru sudah mulai merekatkan kembali persahabatan lama mereka sendiri. Kami baru saja memulai pesta kecil di desa untuk menyambut para budak baru. Aku memutuskan untuk menyuguhi mereka semua dengan beberapa masakanku untuk sedikit memotivasi mereka. Sebelum aku menyadarinya, hari itu telah berakhir.

Kami mulai melatih budak dan monster baru keesokan harinya. Untuk hari pertama, kami hanya melakukan sedikit leveling sambil menunggu mereka terbiasa dengan kehidupan di desa. Aku akan menempatkan Keel, Rishia, dan Raphtalia yang bertanggung jawab untuk mengurusi budak-budak baru itu, dan mereka membuat para budak sibuk dengan berbagai tugas. Sadeena juga membantu meningkatkan level mereka. Terlepas dari bagaimana pendapatku tentangnya, dia sangat kuat. Aku mendengar kelompoknya telah diserang oleh kumpulan monster sekali dan Sadeena dengan cepat memusnahkan mereka dengan serangan sihir.

Dua hari telah berlalu sejak kami kembali.





TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar