Rabu, 26 Februari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 98. Waktu Evaluasi

Chapter 98. Waktu Evaluasi


“He-hentikan.”
“Tapi Itsuki-sama!”
“Dia itu hanya menilaiku saja. Tapi yang sebenarnya itu berbeda. Sebaiknya kita menyelesaikan masalah ini dengan damai.”
“Ja-jadi begitu. Aku mengerti.”

Si Zirah yang menyadari posisinya, mulai melemaskan lengannya. Begitu juga dengan Raphtalia, dia mulai melemaskan genggaman tangannya.

“Dasar tukang bohong. Jika kau seorang penegak hukum, maka rekanmu tidak akan mempercayai seorang pembohong besar.”

Perkataan kasar itu merujuk pada Itsuki.

“... Aku harap hal seperti itu tidak menimpaku. Dan pada akhirnya, kau akan menyerah dan
terpaksa harus mengandalkanku.”

Apa-apaan itu.
Aku sudah memutuskan, kalau itu adalah raungan seorang pecundang.
Dari awal juga, mengapa Raphtalia harus mengandalkan Itsuki, padahal ada Aku.
Aku tidak bisa membayangkan kejadian itu.

Apa ia Motoyasu dalam versi yang lain?
Mungkin saja, jiwa keadilannya masih kurang, atau ia itu hanya ingin dipuji?
Atau mungkin... yang membuatnya kuat adalah rasa puas diri?
Apa Aku terlalu berlebihan?

Aku harap itu tidak terlalu buruk.
Aku ingin mempercayai itu, Jika tidak, maka itu akan sia-sia.

“Baiklah, Aku akan menunggu Pertukaran Informasi nanti malam.”
“Uh iya, ada banyak hal yang ingin Aku tanyakan juga.”
“Benar sekali, dengan begitu Aku bisa mendapatkan informasi dari Naofumi-san juga.”

Dengan begitu, Itsuki dan rekannya kembali menuju kamar mereka di penginapan.
Tetapi.... dari mereka semua. Kupikir Motoyasu lah yang lebih baik dibandingkan mereka bertiga.

“Ya ampun! Kenapa semua hero selain Naofumi-sama melakukan hal seperti itu?”

Dia sudah kehilangan akal.
Bukan berarti Aku tidak memahami perasaannya. Mau dia orang jahat atau orang baik, tapi mereka adalah hero.
Banyak orang bilang hero itu munafik, dan itu terjadi di dalam game. Tapi hero itu hanyalah seorang pencuri.
Apalagi, kalau orangnya berjiwa keadilan tinggi, suka bersembunyi, dan hanya memikirkan kepuasan dirinya saja.
Lagi pula... Pertukaran Informasi yang akan dilakukan belum tentu berhasil dengan baik.

“Raphtalia, Filo, kemarilah, dengarkan Aku dengan baik.”
“Ada apa?”
“Apa~?”
“Raphtalia, Aku rasa keinginanmu terlalu berlebihan.”
“Eh!?”

Raphtalia menanggapi itu dengan terkejut.

“Aku juga bisa disalahkan, tapi pada akhirnya, sebelum mereka menjadi hero mereka hanya manusia biasa. Apa yang kau ketahui tentang hero dalam legenda, kebanyakan hanya tentang pencapaian mereka yang hebat saja, tapi kenyataannya mereka bisa saja mengalami kegagalan dalam sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali atau mungkin sudah terjadi enam kali.”
“Bukannya itu terlalu banyak?”
“... Jangan khawatir. Legenda itu sering disandiwarakan. Contohnya, ada perkataan seorang pahlawan yang sering ditirukan, jika hero dunia ini memang begitu, apa akan berakhir begitu saja?”
“I-iya...” 

Baru saja Aku mempelajari pepatah ini, tapi Aku mengerti maksudnya karena ada kecocokan kalimat dari duniaku.

“Jadi, kau tidak perlu memikirkan itu dengan serius. Mereka juga memiliki cara bertarungnya masing-masing. Coba kau perhatikan dengan baik.”
“Iya?”
“Jika kau perhatikan cara bertarungnya Motoyasu, maka kau akan mengetahui kalau ia tidak mau membuat rekannya terluka, itulah yang membuatnya bertarung sendirian. Apa itu bukan perilaku seorang hero?”
“I-itu benar.”
“Coba kau perhatikan cara bertarungnya Ren, ia tidak mau membuat rekannya melakukan hal yang tidak mungkin, dan jika mereka melawan musuh yang kuat, maka ia akan meminjamkan kekuatan hero-nya untuk membantu mereka.”

Apa Aku terlalu gegabah?
Ya, ia itu memang payah dalam menyusun strategi, tapi Aku merasa itu berasal dari kebiasaannya saja. Itu juga bisa dinilai dari pengalaman yang dimilikinya.

“Iya...”
“Jika diperhatikan cara bertarungnya Itsuki, maka ia tidak akan membiarkan rekannya terluka, itu akan membuatnya tidak mungkin bertarung bila ia tidak memiliki kepercayaan pada dirinya. Keberadaan hero itu untuk diandalkan.”

Ya, semua pengikutnya sudah tidak terkendali.
Walau aku sendiri yang memikirkannya, ini sedikit menyakitkan.
Tetapi, kita masih belum melihat sisi buruk mereka, tapi kita juga masih belum mengerti sisi buruk kami.

“Aku juga sama, mungkin Aku terlalu mengikuti keinginanku.”
“...”
“Dari awal manusia hidup, tidak ada manusia yang sempurna. Alasan dibalik kekuatan hero adalah senjata mereka... misalnya, bila senjata mereka kuat, itu bukan berarti kekuatan mental mereka kuat juga, kan?”
“Be-benar...”

Aku juga sama, ketika sampai di dunia ini aku sangat senang.
Kemudian, Aku harus berurusan dengan pedang dan mantra sihir.
Setelah mengetahui kenyataan pahitnya sudah tidak ada cara lain selain mengubur dalam mimpi yang Aku dambakan.
Dengan memberikan orang biasa sebuah kekuatan spesial, dan mengangkatnya dengan sebuah sebutan “Pahlawan Dunia”.

Jika kau pikirkan dengan baik, keempat hero yang dipanggil, hanyalah manusia biasa.
Tiada orang yang sempurna.
Aku tidak mengetahui ketentuan untuk pemanggilannya... Tapi, kalau dipikirkan ada sifat hero pada diri mereka.

Sebagai contohnya adalah Motoyasu, ia seorang feminim yang sangat menyukai wanita, kalau dipikir-pikir, ketika ia mendengar Raphtalia menjadi budakku, demi kebaikannya, ia ingin memerdekakannya, lagi pula menurutku ia hanya orang yang menyebalkan.
Ren ingin menyelamatkan desa yang sedang dalam masalah.
Bahkan Itsuki juga, ingin menghilangkan ketidakadilan yang terjadi, meskipun pemikirannya masih kurang, tapi Aku rasa itu adalah tindakan seorang hero juga.

Walaupun itu yang terjadi, Aku masih tidak punya alasan untuk akur dengan mereka.
Dan setelah memikirkan semua yang tersebut, permasalahan mereka banyak berasal dari perilaku mereka saja. Tetapi, bukan berarti Aku melindungi mereka, Aku hanya ingin Raphtalia sadar kalau party kita harus ada peningkatan.

“Apa kau tahu kekuranganku? Karena kau sudah bersamaku dalam waktu yang lama.”
“... Naofumi-sama itu.... ketika orang lain tertimpa masalah kau malah tertawa.”

Gu... Aku menyadari itu, tapi Raphtalia tetap mengatakannya.
Sebenarnya, ketika Aku mendengar tentang masalah yang menimpa pedagang dan pedesaan, Aku merasa senang karena Aku akan mendapatkan keuntungan yang besar.
Yang masih segar adalah ketika Bitch terbakar akibat kesalahannya sendiri dan Aku tertawa terbahak-bahak melihat itu terjadi didepan mataku sendiri.

“Terus, kau bukan orang yang sopan, kau tidak berbohong, tapi kau suka menjaga janjimu.”

Wow... perkataannya sangat menyayat diriku.
Jika kau tidak mengatakan itu, Aku juga sudah menyadarinya.
Aku rasa itu akan baik-baik saja bila tidak selalu menjaga janji orang.
Lagi pula Aku tidak bermaksud untuk merubah itu, apa itu sisi burukku?

“Perkataanmu kasar, terkadang kau tidak peka, dan juga keras kepala, kau itu tidak terlalu pandai dan juga tidak mengerti perasaan orang lain.”
“Itu berlebihan.”

Aku memang menanyakan hal itu.
Siapa ya yang tidak peka dan keras kepala. Aku tahu kalau aku itu tidak pandai.

“Iya, iya. Jika Raphtalia berkata begitu, itu berarti Aku masih belum dianggap sebagai hero olehmu.”
“Bukannya begitu!”
“Aku senang kalau kau memikirkan itu. Namun, sepertinya Aku masih memiliki sifat buruk,  begitu juga dengan mereka. Coba kau lihat gambaran kasarnya.”

Sepertinya, dia masih belum mengerti.
Jika saja kau mengerti kelemahan mereka, maka akan mudah untuk mencegah hal yang sama di lain waktu.

“Raphtalia, kau tidak perlu memikirkan apa yang kukatakan tentang keinginanmu yang terlalu tinggi. Ketika hal tidak mengenakkan tiba, melarikan diri juga bukan pilihan terburuk. Mengerti, kan.”
“Iya....”

Raphtalia menurunkan wajahnya dengan pelan-pelan.
Aku tahu yang Aku katakan itu sedikit berlebihan, tapi dengan memperhatikan orang lain maka kau bisa berkembang.
 Hal buruk lainnya juga berlaku pada hero lain, tapi saking banyaknya, mungkin hal yang sama akan menimpaku juga di masa yang akan datang.
Sangat penting untuk menanggapi apapun di masa depan.

“Hey, hei, bagaimana dengan Firo?”
“Kau itu berisik.”
“Jahaaaat amat!”
“Hahaha.”

Party kecil kami menjadi satu.... Tapi ketika orang-orang berkumpul, permasalahan pasti muncul.
Lagi pula masalahnya berasal dari mereka bertiga, bukan berarti itu akan menimpa kami juga.
Agar bisa menghindari itu, sangat diperlukan untuk mengatur semua anggota party.

“Kau harus memperhatikan dirimu dan rekanmu juga, perhatikan lingkungan sekitar dengan baik.”

Seorang Pangeran, Solo Player, dan Penegak hukum dalam penyamaran, dengan melihat rekan mereka Aku merasa harus mencegah rekanku mengalami masalah seperti itu.
Dan untuk hierarki, ingin segera aku lupakan. Rekan baru... jika Aku mendapatkan budak atau monster baru, itu akan membuat Raphtalia dan Filo terganggu dan Aku tidak mau itu terjadi.
Aku ingin meyakini kalau itu bukan anak kecil, tapi bukan berarti itu tidak akan terjadi.
Tapi, jika ada anggota baru masuk, maka akan sulit untuk mempercayainya dalam waktu singkat.

Ini tidak hanya berlaku pada Raphtalia dan Filo saja, tapi ini juga berlaku padaku juga.
Jika masalahnya berasal dariku, maka itu akan mempersulit perkembangan di masa yang akan datang.

Hero Perisai adalah Aku, rekan dari ketiga hero lain sudah menerima pengaruhku.
Sudah kuduga, Raphtalia dan Filo saja masih kurang, akan sangat diperlukan untuk menambah rekan baru.
Jika jumlah rekanku bertambah, maka mengaturnya juga akan bertambah sulit.
Dengan mempertimbangkan masalah yang disebabkan oleh mereka bertiga, maka sangat diperlukan untuk meningkatkan party-ku mulai dari sekarang.

“Kalian jangan berpikir karena kalian rekan hero maka perbuatan apapun itu diperbolehkan ya. Hindari untuk membuat masalah. Jika ada hal serupa dengan ini, jangan menyerah ditengah jalan ya.”

Lagi pula, akan menjadi masalah besar bila bekerja sama dengan orang itu.
Ada kemungkinan tuduhan palsu yang menyangkut Raphtalia ketika pertemuan nanti malam.
Sejujurnya, Aku ingin mereka segera menyelesaikan masalahnya.

“.... Aku mengerti. Maafkan Aku.”

Sepertinya Raphtalia sudah mulai mengerti dan dia menyesalinya setelah mengerti posisiku saat ini.

“Ya, bukan hal buruk juga jika kau ingin mengejar keinginanmu, tapi itu tidak berjalan dengan baik bila kau tidak berusaha dengan keras.”
“... Iya.”
“Iya~”

Aku melihat mereka berdua bergumam dan menganggukkan kepalanya bersamaan.

“Pokoknya, akan lebih baik bila bersama orang yang seperti Raphtalia dan Filo.”

Baik mereka itu kuat atau lemah, Aku sudah pernah bersama dengan orang yang suka cari masalah.
Dalam seminggu ini, Aku merasakan betapa menyakitkannya Raphtalia dan Filo yang bersama dengan mereka yang mudah bergaul.

“Jadi itulah alasannya. Aku berharap besar pada kalian. Mohon kerja samanya mulai sekarang dan seterusnya.”
“I-Iya!”
“Iya~!”

Ketika kita mengakhiri sesi diskusi ini, Raphtalia-lah yang paling menyesalinya.
Masih ada hal yang belum Aku tanyakan....

“Ngomong-ngomong, Filo, kau terus bersama dengan Itsuki, kan?”
“Uh iya.”
“Apa dia melakukan sesuatu yang berbeda dariku?”
“Hm—....”

Sembari memikirkan itu, Filo memainkan ahoge-nya.
Jawaban apa yang dilontarkannya?

“Umm, sebenarnya. Ia mengatakan tentang Bonus dan Persentase dari monster.”

Persentase? Bonus?
Apa memang ia menyembunyikan sesuatu? Bonus... apa mungkin bonus perlengkapan? Dalam menyerap monster.... biarku coba dengan dua jenis yang berbeda.
Dan ada juga bijih yang Aku dapatkan dari Rishia, aku mungkin bisa menemukan sesuatu dari itu.




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar