Minggu, 23 Februari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 11 : Chapter 5 - Sampah dan Hakuko

Volume 11
Chapter 5 - Sampah dan Hakuko


Keesokan paginya, aku akhirnya membuat sarapan, karena para budak di desa bersikeras memintanya. Budak divisi memasak mengurus semua persiapannya, jadi yang harus aku lakukan hanyalah memasak makanan.

“Baiklah, ini makanan yang kalian minta.”
“Yay!”

Mereka semua bersorak. Hadeh.... Tampilan luar mereka sudah tumbuh besar tapi isinya masih anak-anak. Raphtalia sudah jauh lebih dewasa pada saat dia seukuran mereka.

“Oh, Naofumi-chan! Pipiku terasa akan meleleh!”
“Ya terserah. Kau sebaiknya tidak minum sepagi ini.”
“Iya, aku tahu kok!”

Hmm? Sadeena dan aku bukan satu-satunya yang menyebabkan keributan. Suara itu.... Ah, itu Fohl dan Atla.

“Ini masakan Tuan Naofumi! Aku akan menjilat piringnya sampai bersih!”
“Atla! Tidak! Kau seharusnya tidak bertindak seperti itu!”

Jalan ke sana sudah bukan pilihanku. Aku pergi untuk meletakkan makanan di piring para budak yang mereka letakkan di nampan dan dibawa kembali ke tempat duduk mereka. Itu mengingatkanku pada saat makan siang di waktu SD. Ada cukup banyak budak sekarang. Itu berarti lebih banyak yang membantu, tentu saja, tetapi aku tidak menyangka tiga panci besar berisikan makanan akan lenyap dalam sekali makan.... saat aku memikirkan itu.

“Hah? Kau siapa?”


Ada seorang gadis tak dikenal ikut berbaris, sekarang dia berada di barisan utama menunggu aku menuangkan makanan pagi ini. Dia terlihat berusia .... 15 tahun, mungkin? Dia adalah manusia, sejauh yang aku tahu. Dia tampak mengantuk, seolah dia baru setengah sadar. Mata dan rambutnya berwarna perak. Dia memiliki kulit putih pucat, dan membuat dirinya terlihat tampak lembut. Menjadi manusia yang dikelilingi oleh semua budak demi-human membuatnya semakin mencolok. Ada prajurit dari kastil di sini juga, tetapi dia tidak berpakaian seperti seorang prajurit.

“Siapa gadis itu?”

Para budak menatap gadis yang tidak dikenal dan mulai bisik-bisik membicarakan dia.

“Raphtalia, apa kita pernah membawa dia ke desa?”
“Tidak. Dia tampaknya bukan seorang prajurit.”
“Oh?” kata Sadeena dengan heran.
“Rafu?”

Filo berlari masuk.

“Tuan! Aku kembali!”
“Hei, Filo. Kau mau makan juga?”
“Ya! Aku tadi sudah makan di tempat Mel-chan, tapi aku akan makan lagi!”

Rakus sekali dia ini.

“Hah? Kak Pierrot?” kata Filo.
“Ya,” jawabnya.

Kak Pierrot? Apa ada kenalanku seperti dia? Atau dia itu teman Filo? Filo lebih sering keluar sendiri untuk membantu menjual barang-barang dan keperluan lainnya. Dia pasti bertemu gadis ini saat itu.

“Sedang ada apa? Ada mau apa kemari?”
“Filo, dia itu kenalanmu?”
“Tuan juga pernah bertemu dia, lho.”

Aku mencoba mengingat seseorang yang dikenal Filo, dan aku pernah bertemu dia sebelumnya, tampaknya gadis bermata mengantuk ini menungguku untuk memberinya makan.

“Aku ma--- --rapan.”

Hah? Yang bisa aku dengar adalah suara statis di tengah-tengah kalimatnya. Tunggu. Bukankah pernah ada orang seperti itu sebelumnya? Aku bisa merasakan keringat dingin mengalir dipunggungku.

“Kau siapa? Filo sepertinya mengenalmu, tetapi aku tidak. Jawab aku.”
“Hah?” dia menjawab, bingung.

Gadis yang tidak dikenal itu mengeluarkan gunting dan menunjukkannya kepadaku. Umm, tidak. Itu tidak membuatku ingat apa-apa. Kemudian, tepat di depan mataku, dia mengubah gunting menjadi bola benang. Lalu dia mengeluarkan topeng yang sudah kukenal dan menunjukkannya kepadaku.

“Kau --s-- in--t b--da ini.”
“Kau?!”

Benar. Dia menunjukkan kepadaku peralatan yang sama yang telah digunakan oleh Murder Pierrot, orang aneh yang kami lawan dengan Sadeena sebelumnya di Colosseum Gelita! Murder Pierrot di Colosseum mengenakan topeng dan pakaian aneh, jadi aku tidak mengenalinya. Tapi hanya ada satu orang di dunia yang terdengar seperti badai pasir ketika dia berbicara!

“Murder Pierrot?! Kenapa kau ada di desa?!”
“Jalan ke sini?”
“Aku tidak bertanya bagaimana kau bisa sampai ke sini! Kenapa kau tanya balik?!”

Apakah dia berusaha melucu? Aku berharap dia akan berhenti mengeluarkan suara statis juga.

“Umm....”

Murder Pierrot menyingkirkan topeng dan bola benang yang biasa digunakannya untuk mengidentifikasi dirinya dan mengulurkan nampannya kepadaku, seolah meminta makanan.

“Aku tidak membagikan makanan ini secara gratis.”
“Oh....”

Dia memasukkan tangannya ke sakunya, mengeluarkan sesuatu, dan.... menempatkannya di tanganku. Itu dua keping perak. Umm, aku tidak berusaha meminta uang. Tetapi dua perak lebih dari yang aku harapkan. Tiga puluh tembaga sudah cukup untuk mendapatkan makanan yang cukup enak di dunia ini. Dua perak akan mendapatkan makanan set yang benar-benar lezat, sesuatu seperti belut panggang yang mewah disajikan di atas nasi panas di restoran mewah jika berada di Jepang. Aku akan bermain-main dengan leluconnya dan mengatakan sesuatu yang pintar, tetapi dia hanya berdiri di sana menatapku, benar-benar serius.

“Oh, baiklah.”

Antreannya tidak akan maju jika terus seperti ini. Aku memutuskan untuk memberinya makan dan kemudian membicarakan ini nanti. Aku menaruh makanan di atas piring dan menyerahkannya kepada Murder Pierrot. Dia duduk dan mulai makan seolah semuanya benar-benar normal.

“Ara, ara, ara....”

Kemudian Sadeena duduk di sebelah Murder Pierrot dengan penuh semangat dan memulai percakapan, tapi dia tidak menyahutnya.
Rasanya seperti Sadeena melakukan monolog.

“Sebenarnya, dia itu siapa ya?” tanya Raphtalia.
“Entahlah? Aku akan menanyainya nanti, sekarang kita memberi makan para budak dulu.”

Sepertinya dia tidak akan menimbulkan masalah, dan aku bisa bilang Sadeena berjaga-jaga kalau-kalau dia melakukannya. Para budak memang tampak ingin tahu, tetapi dengan semua budak baru dan segala sesuatu yang terjadi, mereka tidak benar-benar tampak terganggu oleh kehadirannya. Tetapi untuk apa dia datang ke desa ini?

Aku selesai menyajikan makanan untuk para budak dan duduk untuk makan sarapanku sendiri.

“Naofumi-chan, kata gadis itu kontraknya sebelumnya diputus, jadi dia sedang menganggur. Dia juga bilang kemari mencarimu berharap bisa mendapatkan kerjaan darimu.”

Melawan kami di Colosseum karena murni bisnis, kurasa. Lari di tengah pertempuran sepertinya tidak akan baik untuk bisnis, tapi aku kira hal semacam itu mungkin biasa untuk tentara bayaran.

“Aku tidak butuh tentara bayaran.”

Aku sudah bekerja melatih para budak untuk bertarung, dan aku tidak punya keinginan untuk mempekerjakan orang aneh seperti dia.

“Benarkah? Kalau begitu mari kita berteman.” 
“Apa kau sadar berkata seperti itu?”
“Umm, kami boleh tahu alasannya?” tanya Raphtalia, memilih kata-katanya dengan hati-hati.
“....” Murder Pierrot terdiam.
“Sewaktu melawan kami, kau sendiri yang bilang ‘Berjuanglah agar tidak terbunuh oleh mereka,’ maksudmu itu apa?”
“---tu--.”

Aku mendengar suara statis lagi. Apa itu tadi? Rasanya seperti berbicara dengan seseorang di ponsel dengan sinyal yang sangat buruk.

“Sedang ada apa, Tuan Naofumi?” tanya Atla.

Atla datang berjalan bersama Fohl yang membuntutinya di belakang. Jika sudah selesai makan, mereka seharusnya bergegas bersiap-siap untuk pergi. Kami pergi ke kastil hari ini untuk mengatur ulang level kakaknya.

“Tidak apa-apa. Gadis ini .... Kami bertarung melawannya dalam sebuah turnamen di Colosseum Zeltoble dan sekarang dia kemari meminta untuk berteman dengan kita.”
“Oh benarkah?” Atla berbalik menghadapi Murder Pierrot. “Aku merasakan kekuatan sementara yang berada di ambang batas menghilang, bersama dengan kekuatan terpisah dan tidak ternoda. Dia sepertinya bukan orang jahat, Tuan Naofumi.”
“Tetap saja....”

Aku merasakan hal yang sama ketika dia memberikan kesannya terhadapku. “Indera” Atla terlalu berlebihan untukku. Aku tidak yakin bagaimana harus menanggapinya.

“Bisa tidak kau jelaskan dulu tujuanmu datang kemari?” tanyaku.

Murder Pierrot menggelengkan kepalanya dengan tegas.

“Selama gelombang ------, izinkan --- ------ disini. Semua itu demi membantumu.”

Aku baru tahu rasa frustrasi mencoba melakukan percakapan pada orang yang hanya bisa mengucapkan kata-kata tidak pentingnya saja. Ini sangat menjengkelkan.

“Sebelum itu, aku mau bertanya yang lain juga. Kau itu siapa sebenarnya? Termasuk senjata yang kau gunakan itu apa?”

Murder Pierrot berdiri di sana berpikir sejenak dan kemudian mulai membuka dan menutup mulutnya, tetapi....

“--- -------- ------, ini adalah ------ ----- -------.”

Selain dari kata-kata yang paling sederhana, semua yang bisa aku dengar adalah suara statis. Aku tidak tahu apa yang dia katakan. Ada apa dengan gadis ini?

“Lalu, sewaktu kita bertarung di Colosseum.... Menangkap dari apa yang kau lakukan dan katakan, kau itu salah satu pemegang senjata vassal atau senjata bintang?”

Aku tidak sebodoh itu. Mengira senjatanya aneh karena di dunia ini. Senjatanya bisa berubah bentuk berulang kali, dan tampaknya memiliki kekuatan misterius yang bisa membatasi lawan. Kekuatan semacam itu hampir dipastikan adalah milik senjata vassal. Jenis senjatanya itu, tidak termasuk dari senjata bintang, menurut penjelasan yang aku dengar dari ratu.

“Aku menduga apa yang maksudkan itu, kekuatan kami sekarang ini bisa membuat kami terbunuh oleh pemegang senjata vassal yang menyerang dunia ini, kau berusaha memperingati kami...” 

Atas perkataanku itu, Murder Pierrot mulai menganggukkan berkali-kali dengan tegas. Jadi aku benar. Dan juga, itu berarti dia bisa mengerti apa yang aku katakan. Mungkin karena itu, dia itu sebenarnya memiliki pemahaman yang sama seperti Glass, dan berusaha membunuh pahlawan suci dunia ini, tetapi dia tidak bisa kembali ke dunianya karena penghalang Spirit Tortoise. Mungkin karena itu dia kamari.

“Mungkin kau mengira aku ini lemah, tapi aku sudah menerapkan semua metode penguatan pahlawan suci, sekarang ini kami melemah karena kutukan.”

Murder Pierrot menggelengkan kepalanya. Bocah kecil itu jelas tidak puas dengan penjelasanku.

“Itu ----- cukup. --- harus ---------- ---- ----.”
“Ya baiklah. Iya. Mungkin aku tidak menjelaskan gelombang secara detail, tapi aku tahu ada pemegang senjata vassal dunia lain yang mencoba menyelamatkan dunia mereka dengan membunuh para pahlawan suci di luar dunia mereka.”

Murder Pierrot menggelengkan kepalanya lagi.

“Kehancuran dunia lain ---- ------- ----.”

‘Badai pasir’-nya semakin parah. Itu hampir tidak bisa didengar sekarang. Ada apa dengannya? Apa dia membuka seri kutukan yang membuatnya tidak mungkin melakukan percakapan atau semacamnya?

“Maaf, tapi aku tidak bisa mendengar apa yang kau katakan.”

Murder Pierrot terdiam.

“Kita sebaiknya bagaimana, Tuan Naofumi?”
“Kita tidak bisa percaya padanya. Dia bisa saja berpura-pura menjadi sekutu dan menusuk kita dari belakang tanpa kita sadari.”

Sekarang ini, dia sedang berpura-pura menjadi gelandangan agar bisa mendekati kami lalu menunggu kesempatan yang tepat untuk membunuhku. Termasuk jika dia mengungkapkan identitasnya sendiri, aku masih tidak bisa mempercayainya.

“....”

Murder Pierrot hanya terus menatapku dan terdiam. Perasaan apa ini? Sesuatu tentang matanya mengingatkanku pada Raphtalia atau Filo. Memang benar aku tidak merasa dia adalah musuh. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda motif tersembunyi. Tapi, aku masih tidak bisa mempercayainya, dan jika dia tidak punya niat untuk bertarung bersama maka tidak ada alasan baginya untuk datang kepadaku. Dia bisa menunggu sampai gelombang berikutnya dan kemudian kembali melalui celah.

“A-- akan bay-- biaya ----- tinggal -- -ini.”

Hmm.... Menguntungkan sekali ya, dia mau menjadi kekuatan tempur dan membayar biaya sewa tinggal di sini. Aku tahu sering ada udang dibalik tawaran menguntungkan. Namun tawaran itu sulit ditolak. Tapi ya, dia mungkin akan mencoba membunuhku saat aku tertidur.

“Aku yakin kau tahu pepatah tidak ada makan siang yang gratis. Jika kau sudah mengerti, pergilah dari desa ini.”
“Baik.”

Murder Pierrot melihat ke bawah dengan sedih. Dia selesai makan dan kemudian berdiri. Sesuatu tentang dia mengingatkan aku pada Glass, setelah kami menyelesaikan perdebatan kami.

Kemungkinan lain yang bisa aku pikirkan adalah bahwa dia hanya ingin menjadi lebih kuat dan datang ke dunia ini untuk mencari bahan untuk menguatkan senjatanya seperti yang telah dilakukan L’Arc dan Therese. Itu tidak seperti pergi ke dunia lain berarti dia berusaha membunuh para pahlawan. Lagipula L’Arc telah menyebutkan bahwa kemampuan dan peningkatan statistik yang diperoleh di dunia lain dapat dibagi di antara dunia. Dan pada kenyataannya, aku mempertahankan kenaikan statistikku meski kembali di level 1 saat pertama kali tiba di dunia Kizuna.

Murder Pierrot mungkin tidak bermaksud membunuh pahlawan suci mana pun. Dia mungkin saja terjebak di dunia ini dan tidak tahu harus berbuat apa. Namun, kekuatan di ambang batas menghilang yang disebutkan Atla memang membuatku sedikit penasaran.

“....”

Murder Pierrot mulai berjalan menjauh dengan langkah yang sangat lambat sambil berhenti untuk menoleh ke arahku setiap beberapa langkah, seperti sedang berusaha mengulur waktu. Apakah dia berharap aku akan menghentikannya? Aku hanya berdiri diam, memelototinya, dan dia terus melakukan hal yang sama berulang kali. Dia akan berbalik dan mulai berjalan lagi, lalu berhenti dan melihat ke belakang lagi.

“Umm.... Tuan Naofumi....”
“Abaikan dia. Dia hanya berharap aku akan menghentikannya.”
“Kalau sudah tahu, mengapa tidak kau hentikan saja dia, Naofumi-chan? Kau sadar kan betapa kuatnya dia?”
“Cukup kuat sehingga dia mungkin bisa membunuhku saat aku tidur. Aku tidak bisa percaya padanya.”
“Aww.... Itu sangat buruk.”

Murder Pierrot berhenti dan melihat ke belakang lagi.

“Aku tidak akan menghentikanmu, menyerah saja.”

Ini agak canggung. Mempertimbangkan apa yang akan terjadi, mungkin ide yang bagus untuk membuatnya tetap berada disini. Kami selalu bisa membunuhnya jika dia mencoba sesuatu. Tapi itu bukan kesempatan yang bisa aku ambil dalam kondisiku saat ini. Murder Pierrot terus berjalan perlahan sambil melirik ke arahku setiap saat, sampai ke ujung desa.

“Pergi sana!”

Begitu dia akhirnya meninggalkan desa, aku mulai membersihkan ruang makan. Rupanya ada sesuatu yang mengganggu Raphtalia.

“Umm.... Bagaimana Murder Pierrot-san sampai di sini?”
“Dia bilang dia berjalan ke sini, tapi dia mungkin pakai semacam portal.
“Itu berarti dia pernah ke sini?”

Itu pertanyaan yang bagus. Aku seharusnya bertanya padanya. Sebenarnya.... Aku terlalu fokus untuk mengusirnya sehingga aku tidak berpikir untuk mencari tahu apa yang dia ketahui tentang bertarung melawan pahlawan lain. Sekarang aku menyesal tidak bertanya lebih banyak padanya sementara dia masih tertarik menjadi teman.

“Apa sebaiknya kita kejar dan hentikan dia?” tanya Raphtalia.
“Itu seperti jatuh dalam perangkap musuh. Kita membiarkannya pergi tanpa terluka karena dia tampaknya tidak tertarik bertarung. Tapi aku tidak siap untuk membiarkan pertahananku turun.”

Mungkin tidak tampak seperti itu, tetapi aku memiliki banyak kekurangan saat ini. Itu tidak akan mengejutkan jika dia mengincar nyawaku. Jujur, aku agak khawatir apa yang akan terjadi jika dia bertemu salah satu dari ketiga pahlawan lainnya. Kami perlu menemukan mereka dan membawanya ke tempat yang aman secepat mungkin. Mereka mungkin mati jika terpaksa melawan seseorang seperti Murder Pierrot.


Kami sudah selesai makan, sudah waktunya untuk menyelesaikan urusan hari ini.

“Agenda pertama kita hari ini ke kastil Melromarc. Sudah lama kita tidak kesana. Raphtalia, Fohl, dan Sadeena yang akan ikut menemaniku. Kita akan melakukan reset level yang kemarin pernah kita bahas.”
“Saya juga ingin ikut, Tuan Naofumi.”
“Oke, kau juga ikut, Atla.”

Mungkin ide yang baik untuk mengajak Atla bersama kami. Fohl mungkin akan banyak bicara jika Alta kami tinggal. Filo kembali bermain dengan Melty lagi setelah selesai makan. Raph-chan telah berinisiatif sendiri untuk membantu Rishia dan penduduk desa dengan apa pun yang mereka lakukan. Aku ingin sekali memawab Raph-chan juga, tapi sudah lah.

“Portal Shield!”

Aku menggunakan skill portalku untuk memindahkan kami ke kastil Melromarc. Ketika kami tiba, Sadeena melihat ke atas dan mengomentari pegunungan di atas punggung Spirit Tortoise, yang terlihat dari kastil.

“Wow.... Sudah lama sejak terakhir kali aku mendatangi Kota Kastil. Rupanya ada hal gila yang terjadi di luar benteng kota.”
“Jadi, kau pernah ke sini sebelumnya?”
“Aku adalah warga negara Melromarc.”

Sadeena masih melihat pegunungan Spirit Tortoise saat dia menjawab. Adapun untuk sisa Spirit Tortoise.... Oh, setelah diperhatikan baik-baik, aku melihat banyak pohon telah ditebang. Reklamasi tanah berjalan dengan baik. Manusia benar-benar kuat. Bencana telah melanda, tetapi semua orang bekerja keras untuk bangkit kembali.

“Kemana kita sekarang?” tanya Sadeena.
“Kita akan bicara dengan ratu terlebih dahulu. Kita tidak memberi tahu siapa pun akan datang kemari, jadi mereka mungkin perlu waktu untuk melakukan persiapan.”

Sebaiknya kami temui ratu. Tidak seperti kenaikan kelas, level reset mungkin jarang terjadi.

“Ke dalam kastil, ya? Aku telah melihat kastil Melromarc dari luar berkali-kali, tetapi aku tidak pernah memasukinya.”

Aku kira kecil kemungkinan bagi demi-human atau therianthrope untuk melihat bagian dalam sebuah kastil di negara supermasi manusia.

“Ya, itu tidak aneh. Tapi, sekarang kita berada di halaman kastil.”
“Aku sudah sering ke sini, tapi ukuran kastilnya benar-benar besar sekali,” kata Raphtalia.
“Ukurannya hampir sama dengan kastil milik L’Arc. Tapi ini bukan tempat yang sangat bagus untuk demi-human.”
“Iya, benar. Ada orang dekat di dalam sana, tetapi masih terasa tidak nyaman untuk mengunjungi tempat ini.”
“Aku juga sepemikiran,” jawab Sadeena.

Beberapa prajurit kastil memperhatikan kami dan memberi hormat, tetapi mereka tampak sedikit bingung begitu mereka melihat Sadeena. Dia dalam bentuk therianthrope, yang normal baginya, tapi kurasa tak aneh jika mereka terheran melihat kami. Tapi sekali lagi, mereka telah mengundang semua petualangan ke perayaan setelah mengalahkan gelombang. Hmm.... Sebenarnya, aku belum melihat banyak demi-human yang ikut serta. Aku rasa menjadi demi-human di negara ini sulit dalam banyak hal. Aku mulai lupa itu. Hanya ratu yang tidak membeda-bedakan. Rasisme sudah mengakar dalam diri warga.

“Baiklah. Saat ini, ratu sedang ada di mana ya.”

Dia mungkin sedang menatap dokumen di kantornya, seperti biasa. Aku bertanya kepada pelayan kastil di mana ratu berada. Rupanya dia sudah diberitahu tentang kedatangan kami dan pergi untuk menemui kami. Kami bisa menunggunya datang, kalau begitu. Bersantai di halaman kastil tidak terdengar buruk bagiku.

“Kita akan menunggu di sini.”
“Baik. Atla, kamu tidak lelah berdiri lama? Mau duduk?”
“Aku baik-baik saja, Onii-sama.”

Creng!

Sepertinya ada sesuatu yang jatuh di belakang kami. Aku berbalik dan melihat Sampah menatap kami dengan mulut terbuka seperti orang bodoh.

“Hah....”

Jadi dia masih ada, ya? Tapi kok aneh .... kenapa dia setengah telanjang? Dia tidak mengenakan apa pun kecuali celana dalam dan jubah. Aku kira sedang mengenakan pakaian kaisar.... raja yang baru.

“Ada apa dengan penampilan barumu itu? Kena hukuman? Atau karena kalah bermain?”

Senyum merayap di wajahku. Mengapa mereka tidak mengundangku untuk ikut melihat hal yang menyenangkan itu? Di punggungnya bahkan ada tulisan, ‘Sedang dihukum mengelilingi kastil. Jangan bantu curi-curi kesempatan yang membuatnya selesai dengan cepat.’ Bahkan ada tanda tangan ratu satu baris akhir kalimat itu. Apa yang telah dia lakukan kali ini?

“Perisai akhirnya menunjukkan warna aslinya!” Dia menunjuk ke arahku dan mulai berteriak. “Kemarilah! Kalian semua! Serang Perisai! Kita harus menghapus Iblis Perisai dari muka bumi!”

Sampah mengambil catatan itu dan mulai berlari ke arah kami. Beberapa penjaga kastil di dekatnya memblokir jalannya meskipun jelas-jelas tercengang, dan kemudian menahannya.

“Lepaskan! Perisai! Perisai menyusup ke kastil bersama Hakuko! Bajingan! Menyingkirlah dari jalanku! Aku tidak bisa membunuh Perisai!”

Aku pernah mendengar bahwa ada sejarah buruk antara Sampah dan Hakuko, tapi dia menunjukkan kemarahan yang mengejutkan. Dan kalimat terakhirnya hampir identik dengan kutipan yang terkenal dengan otaku di Jepang.

“Huh?”

Atla berbalik.

“Err....”

Sampah mulai menghentikan entakkan kakinya yang keras, tetapi ia mulai kehilangan tenaga dan kemudian berhenti sepenuhnya. Lalu .... Apa yang sedang terjadi? Dia hanya berdiri di sana dengan ekspresi yang sangat aneh di wajahnya. Aku tidak tahu apakah dia ingin tersenyum atau menangis.

“Hah? Onii-sama? Kenapa kalian ada dua?”

Atla bolak-balik memandangi antara Fohl dan Sampah.

“Apa yang kamu bicarakan, Atla?”

Bagaimana bisa Atla salah mengira Sampah dengan Fohl? Padalah kakaknya ada tepat di depannya? Aku kira mereka memiliki kecenderungan yang agak menyebalkan, tetapi sebaliknya mereka tidak bisa dianggap sama. Maksudku, usia dan bentuk fisik mereka.... umm, tidak relevan karena Atla buta, kurasa.

“....”

Sampah mendapatkan kembali ketenangannya, berbalik, dan berjalan terhuyung-huyung ke arah dari mana dia datang, seolah-olah dia kehilangan keinginan untuk menghadapi kita.

“Hei!” Seolah-olah Sampah tidak bisa mendengarkanku sama sekali. Apa yang terjadi padanya?
“Ada apa dengannya ya? Dia tampak seperti cangkang kosong,” kata Raphtalia.
“Dia tampak sangat terkejut ketika melihat Atla-chan,” komentar Sadeena.
“Ya.”

Apakah dia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan di wajah Atla atau semacamnya?

“Ada keributan ini?”

Setelah mendengar semua teriakan itu, Ratu akhirnya muncul beberapa menit kemudian. Aku memberi tahu dia tentang bagaimana Sampah mulai mengoceh karena melihat Fohl, lalu terdiam berdiri dan pergi begitu dia melihat wajah Atla.

“Aku mengerti .... Jadi itu yang terjadi.”
“Apa kau tahu dia itu kenapa? Aku belum pernah melihat Sampah bertindak seperti itu sebelumnya.”
“Nona Atla, ya? Biarkan aku melihat wajahmu.”
“Iya.” Atla melangkah maju sehingga Ratu bisa melihatnya dengan lebih baik.
“Ah, sekarang aku mengerti.”
“Apa kau tahu penyebabnya?”
“Ceritanya akan panjang, apa tidak keberatan ini akan mengambil waktu kalian?”
“Hmm.... Ada urusan yang harus diselesaikan, tetapi aku ingin tahu setelah melihat Sampah seperti itu.”
“Jangan khawatir. Aku akan meringkasnya.”

Ratu mulai menjelaskan mengapa Sampah menjadi tenang begitu dia melihat Atla.

“Lüge, sang Pahlawan Tongkat, memiliki adik perempuan yang jauh lebih muda dari dirinya, adiknya itu buta. Namanya adalah Lucia.”

Kenapa dia berusaha tidak memanggilnya Sampah? Aku kira itu tidak masalah. Tapi.... dia memiliki adik?

“Mengenai garis keluarga Lüge ini, ada hal yang agak rumit.”
“Oh ya?”
“Iya. Nama lengkapnya adalah Lüge Lansarz Faubrey. Ia dilahirkan sebagai pewaris ketiga belas dari tahta Faubrey.”
“Faubrey? Itu adalah negara paling kuat di dunia ini, kan? Dan dia pangeran kerajaan itu?”
“Pangeran termuda, tapi ya. Namun, ada sebuah insiden yang mendorongnya untuk melepaskan haknya dari takhta. Insiden itu adalah pembunuhan orang tuanya dan semua orang yang dia cintai oleh sekelompok Hakuko.”

Kedengarannya kehidupan Sampah benar-benar bergejolak. Tapi sekarang aku mengerti mengapa dia begitu membenci Fohl, yang merupakan seorang Hakuko.

“Untungnya, Lüge dan adiknya pergi pada saat itu, itulah sebabnya mereka tidak terbunuh dalam insiden itu. Namun, karena alasan politik, Faubrey tidak berupaya meminta pertanggungjawaban dari Siltvelt. Akibatnya, Lüge memiliki kebencian yang intens untuk Faubrey dan Siltvelt. Dia mengubah nama belakangnya dan pindah ke Melromarc, negara yang bermusuhan dengan demi-human.”

Ratu menggeser topik pembicaraan sesaat sebelum mempelajari detail berdarah dari perselisihan pribadi Sampah.

“Lüge menyembunyikan fakta bahwa ia adalah seorang keluarga kerajaan dan membuat rekam jejak yang mengesankan bagi dirinya sendiri sebagai seorang prajurit dan perwira militer Melromarc pada saat negara itu terus-menerus berperang. Dia akhirnya dipilih senjata bintang tongkat dan kemudian membuat namanya terkenal sebagai pahlawan.”

Itu adalah kisah kesuksesan yang sempurna. Aku mulai merasa agak cemburu. Tapi kemudian .... ekspresi kesusahan muncul di wajah ratu.

“Sewaktu masih muda, kepintaran dan kekuatannya itulah yang membuat hatiku tercuri olehnya.”
“Aku tidak peduli kisah cinta kalian. Kembali ke penjelasannya.”
“Begitu segala sesuatunya mulai berjalan lancar, adik Lüge yang buta, adik yang sangat dia sayangi, diserang oleh seorang Hakuko dan.... diduga meninggal karena ada sisa darah yang berceceran di tempat dia tinggal. Tetapi tubuhnya tidak pernah ditemukan. Lebih dari sebelumnya, Lüge dipenuhi keinginan balas dendam yang mendalam, memaksanya untuk menggulingkan raja Siltvelt, yang merupakan seorang Hakuko.”
“Dan? Apa hubungannya dengan reaksinya sebelumnya?”

Aku sudah dugaan benarnya. Kemungkinan besar....

“Mungkin Tuan Iwatani sudah menduga kebenarannya bahwa wajah Nona Atla benar-benar sama dengan adik tercinta Lüge, Lucia.”
“Sudah kuduga benar.”
“Iya.”

Ini hanya dugaan, yang muncul di benakku. Adik tercinta Sampah sebenarnya tidak mati. Namun, dia dibawa kembali ke Siltvelt sebagai mainan dan diperkosa oleh Hakuko, lalu anak hasil pemerkosaan itu adalah Fohl dan Atla. Tetapi ada yang janggal juga. Misalnya, mengapa mereka tidak menjadikan dia sebagai sandera? Mungkin adiknya dan pria hakuko diam-diam jatuh cinta, seperti semacam drama atau semacamnya.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi fakta bahwa Atla mengira Sampah mirip dengan Fohl mungkin berarti ada semacam ikatan darah yang dia rasakan. Sekarang aku baru sadar, aku ingat Fohl menyebutkan telah memiliki sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk perawatan Atla.

“Semua cerita yang luar biasa itu... benar-benar terjadi ya,” kata Raphtalia.
“Ara? Apa kamu tidak mengira pertemuanmu dengan Naofumi-chan hanya sebuah cerita bagus, Raphtalia-chan? Menurutku, itu benar-benar luar biasa, lho,” sela Sadeena.
“Yah.... Itu ada benarnya, tapi....”

Oh ayolah. Tentunya pertemuanku dengan Raphtalia tidak ada hubungannya dengan takdir atau semacamnya. Sadeena baru saja menghubungkanku dengan takdir karena aku tidak bisa mabuk alkohol dunia ini.

“Fohl. Atla. Apa kalian berdua half demi-human?”
“Saya kurang tahu? Saya masih terlalu kecil untuk mengingat apa pun sebelum orang tua kami meninggal. Onii-sama seharusnya lebih tahu dari saya.”
“Aku juga kurang tahu, aku hanya tahu kakek kami orang hebat. Kami diberitahu untuk tidak pernah menyebutkan nama belakang kami, dan orang tua kami meninggal dalam suatu perang ketika kami masih kecil, jadi aku tidak terlalu ingat banyak. Tapi, aku cukup yakin mereka memiliki kekayaan yang melimpah. Kami juga memiliki banyak orang yang selalu membantu kami.”
“Apa ada bawahan orang tuamu yang lari membawa uang kalian?”

Dunia ini dipenuhi orang rendahan. Mereka pasti menjadi korban salah satu dari orang-orang itu dan itulah sebabnya mereka berakhir sebagai budak.

“Tidak ada orang seperti itu. Setelah kami tidak mampu membayar untuk perawatan Atla lagi, kami membagi aset keluarga di antara para pelayan dan mengucapkan selamat tinggal.”

Jadi mereka bangkrut karena biaya medis Atla. Dan ada bawahan yang setia. Mereka benar-benar mendapat bawahan yang baik.

“Kakekmu, ya?” Ratu menatap Fohl dengan tajam. “Takdir memang memiliki jalannya tersendiri ya.”
“Memangnya ada apa?”
“Nak, bila dugaanku benar... Nama belakangmu Feyon, bukan?”
“Ya.... Kami diberitahu untuk tidak pernah menyebutkannya, tapi seingatku itu benar. Apa yang Anda ketahui?”

Ratu mengangguk seolah semuanya akhirnya masuk akal.

“Kau harus tetap berada di sisi Tuan Pahlawan Perisai. Almarhum kakekmu pasti akan bangga padamu.”
“Masa bodo!”

Ya... Fohl adalah anak nakal pemberontak. Tidak mungkin dia ingin tinggal bersamaku lebih lama daripada dia.

“Kenapa Anda bisa tahu siapa kakek saya?”
“Karena orang yang membuat keributan tadi adalah orang yang membunuh kakekmu.”
“Ap.... apa?!”

Ah, sekarang masuk akal. Fohl dan Atla adalah cucu dari musuh Sampah yang paling dibencinya, di atas semua kebencian itu, dia menyadari satu fakta lain bahwa Atla adalah anak dari adiknya yang berharga. Tidak heran dia tampak seperti itu.

“Apa saja yang kau ketahui mengenai kakekmu?”
“Semua orang memberi tahuku bahwa dia adalah pria yang sangat mengesankan. Dia ternyata raja Siltvelt?”
“Hanya itu yang mereka katakan? Mungkin aku sudah terlalu banyak bicara, kalau begitu.”
“....”

Fohl sepertinya tidak yakin harus berpikir apa. Aku bisa mengerti, mungkin dia merasa penasaran juga untuk mencari tahu tentang orang tua mereka yang selama ini tidak dia kenal. Namun, Ratu terlalu membawa perasaannya juga. Tentunya dia ingin tahu lebih banyak tentang asal muasal keluarganya sekarang. Itulah yang aku pikirkan, tapi sepertinya Fohl atau Atla tidak punya niat untuk meminta rincian lebih lanjut dari Ratu.

“....” Fohl tampaknya tenggelam dalam pikirannya.
“Mau apa pun kenyataannya! Loyalitasku terletak pada Tuan Naofumi!” Atla jelas tidak tertarik.
“Maaf atas keributan tadi, Tuan Iwatani. Bagaimana kabarnya?” Ratu berusaha mengubah topik pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan.
“Kurasa segalanya berjalan baik.”
“Pasti mengenai wilayahmu ya. Aku sudah banyak mendengarnya. Kau datang pada waktu yang tepat.”
“Apakah terjadi sesuatu?”
“Sebelum membahas itu, ada perlu apa datang kemari?”
“Oh ya. Aku ingin melakukan level reset pada budakku, ada dari mereka yang ingin mengulang pengembangan kekuatan mereka.”

Setelah aku memberi tahu Ratu mengapa kami datang, dia dengan senang hati menurutinya.

“Dimengerti. Akan segera kami persiapkan. Seharusnya mereka sudah selesai persiapan begitu kalian sampai di Jam Pasir Naga.”
“Terima kasih. Lalu, apa yang ingin kau bicarakan, Ratu?”

Ratu membuka kipas lipatnya dan menutup mulutnya sebelum berbicara.

“Ada kabar mengenai para pahlawan suci, ada kesaksian melihat mereka sedang ada di wilayah sekitar Melromarc. Setelah kami selidiki, kami berhasil menemukan tempat kemungkinan mereka akan datang di sana.”
“Apa? Serius?”

Ratu mengangguk.

“Iya. Kami menduga kemungkinan besar Pahlawan Tombak, Tuan Kitamura, akan mendatangi tempat itu.”

Motoyasu, ya? Motoyasu agak merepotkan jika menemuiku, tapi ini bukan waktunya untuk pilih-pilih.

“Kami berhasil menemukan salah satu rekan Pahlawan Tombak.”

Mereka menemukan salah satu rekan Motoyasu? Menilai dari kata-kata ratu, dia tidak berbicara tentang Bitch. Itu berarti salah satu dari dua gadis yang bersamanya. Aku hanya memanggil mereka Wanita 1 dan Wanita 2. Aku kira itu mungkin tidak menjelaskan yang aku maksud, tetapi aku tidak tahu nama mereka dan aku hampir tidak pernah berbicara dengan salah satu dari mereka. Mencoba mengingat apa pun tentang mereka itu merepotkan. Yang aku ingat adalah bahwa mereka berdua tampak sangat menjengkelkan.

“Maksudmu mayatnya?”
“Tidak. Seorang kaum bangsawan Melromarc, yang merupakan seorang ayah, telah menyatakan keprihatinan tentang putrinya yang hilang. Tetapi suatu hari dia kembali ke rumah dan melihat dia membantu ibunya menjalankan bisnis keluarga, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Apa apaan?! Putrinya yang hilang baru saja muncul dan bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi? Itu terdengar seperti semacam lelucon.

“Berarti salah satu dari dua gadis itu?” tanya Raphtalia.
“Jika dia adalah salah satu rekan Motoyasu dan itu bukan Bitch, maka itu pasti mereka,” jawab aku.
“Oh? Dia itu temanmu?” gurau Sadeena.
“Tidak, bukan teman,” aku membentak.
“Bitch!? Namanya heboh sekali ya,” kata Fohl.
“Heh heh heh....”

Komentar Fohl membuatku tersenyum. Itu adalah salah satu prestasi terbesarku.

“Itu tidak perlu dibanggakan, Tuan Naofumi,” tegur Raphtalia.
“Itu pasti pencapaian yang luar biasa Tuan Naofumi. Aku yakin dia pantas mendapatkan namanya.”
“Atla-san.... Kamu tidak salah soal itu, tapi aku tidak mengerti mengapa kamu beranggapan baik....” Raphtalia selalu begitu serius.

Sebaiknya lanjutkan lagi pembahasan ini.

“Apa kalian tidak mencoba mengamankannya?”
“Kami sudah melakukan menginterogasinya. Setelah Tuan Iwatani menemuinya, kami harap kau bisa berbicara dan meyakinkan dia agar bisa membantu untuk memancing keluar Pahlawan Tombak.”

Sekarang aku mengeri. Ratu yakin Motoyasu mungkin mencoba melihat gadis itu. Itu sedikit pertaruhan, tetapi jika itu berarti ada kemungkinan menangkap Motoyasu, maka itu patut dicoba.

“Apa dia bisa dipercaya untuk diajak bekerja sama? Jika dia berkhianat dan membocorkan ini ke Motoyasu, harus apa kita?”
“Sudah ada Shadow yang aku tugaskan untuk mengawasinya. Sejauh ini, dia cukup kooperatif.”
“Hmm....”

Jadi dia pada dasarnya mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dalam sebuah tawaran pembelaan. Masuk akal. Gadis-gadis yang bersama Motoyasu semuanya tampak seperti sampah.

“Baik. Setelah kami selesai melakukan reset level, kami akan kembali ke desa dan kemudian pergi untuk bertemu dengannya.”
“Aku akan menunjukkan lokasinya padanya.”

Ratu membuka peta dan menunjukkan kepada kami di mana kami bisa menemukan rekan Motoyasu.

“Baiklah, mari kita selesaikan reset level ini dan kembali ke desa. Kita memiliki misi penting sekarang.”
“Semoga semuanya berhasil.”
“Semua ini bergantung pada harapan kecil, tapi terserahlah.”

Aku khawatir tidak berjalan sesuai rencana.





TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar