Chapter 17-49. Dewa yang Tak Bersalah
Satou di sini. Dikatakan bahwa anak-anak itu suci dan tidak bersalah, tetapi sifat-sifat itu juga yang mendorong beberapa dari mereka untuk melakukan sesuatu yang kejam karena rasa penasaran. Jika Kau menangkap basah saat mereka beraksi, sudah menjadi tugas orang dewasa untuk menegur mereka dengan lembut.
◇
"Mengapa?"
Dibalik percikan api hitam pekat dan warna pelangi, wajah kekanak-kanakan Dewa Parion murung.
Karena aku menghalanginya membunuh tiga dewa yang tersisa.
Sejujurnya, aku hanya ingin menyelamatkan dewa Karion yang mengajariku [Miasma Barrier] dan dewa Urion yang cerewet namun tidak berbahaya, aku tidak terlalu tertarik menyelamatkan dewa angkuh Heraruon, namun karena ia kebetulan adalah salah satu dewa yang melindungi dunia manusia dari serbuan Makhluk asing, aku akhirnya menyelamatkannya juga.
<TLN : Mungkin pada banyak yg menganggap kalau si Heraruon mati kemarin, tapi ternyata masih hidup guys xD emang gak ada perkataan yg mengatakan kalau Heraruon mati sih~>
"Apa itu? Pedang yang dapat menandingi Divine Sword, aneh."
Dewa parion menatap pedangku yang berwarna pelangi.
"Ini Holy Magic Divine Sword Pendragon."
Itu adalah pedang yang terbuat dari perpaduan Holy Magic Sword Pendragon yang aku buat sebagai persembahan khusus di Bollhart namun entah bagaimana pedang itu kembali ke Storageku dan [Dragon God Fang] yang aku miliki di Storageku, melalui Primeval Magic.
Aku tidak yakin apakah aku bahkan bisa menggunakan Primeval Magic tanpa keilahian tersisa, tetapi pada akhirnya ternyata baik-baik saja.
Untuk memulainya, apa yang dibutuhkan oleh Primeval Magic adalah sejumlah besar magic. Alasan keilahianku menipis tampaknya karena itu adalah kompensasi MP-ku yang berkurang dari kehilangan levelku.
Dengan pasokan MP dari Arisa, familiarku, ditambah dengan penyimpanan MP yang aku ambil dari Storage, aku bisa menggunakan Primeval Magic tanpa masalah.
"Aku tidak tahu, pedang itu."
Dewa parion dengan santai mengayunkan [Godreaping Scythe].
Aku menghindari itu menggunakan Unit Arrangement.
Dewa parion mengeksploitasi celah itu untuk mencoba dan membunuh ketiga dewa, tapi aku menghentikannya lagi menggunakan Unit Arrangement.
"Jangan menghalangi jalanku."
Menggunakan Holy Magic Divine Sword, aku menangkis tebasan Divine Sword yang dia ayunkan saat dia berbalik.
Sayangnya, tampaknya Divine Sword masih sedikit lebih kuat.
『--Strongest Blade (Tidak ada yang tidak dapat dipotong)』
『Itu tidak akan menjadi kenyataan.』
Ketika dewa Urion meneriakkan itu, cahaya biru nila menyelimuti Dewa Parion, menghapus cahaya biru yang membungkus sabitnya.
Meskipun tidak bisa menghentikan ayunan itu sendiri, sabit berhenti bergerak setelah menghancurkan penghalang, menghentikan dewa Parion yang akan menghancurkan dewa Karion bersama dengan penghalangnya.
"Tidak bisa membunuh."
Dewa Parion menghentakkan kakinya dengan frustrasi seperti anak kecil.
--Hah?
Tidak yakin apakah itu hanya imajinasiku atau bagian dari aura biru dewa Parion dan sabit berwarna pelangi yang indah mulai dibalut dalam aura hitam pekat seperti Divine Sword.
"Kenapa! Parion! Bicaralah, mengapa!"
Dewa Heraruon yang telah mendapatkan kembali keseimbangannya meneriakkan itu keras-keras ketika dia menyerbu langsung menuju dewa Parion.
Baiklah, mari kita gunakan dia sebagai umpan dan melucuti senjata dewa Parion saat ada kesempatan.
"Parion seharusnya merasa menyesal. Karion juga berkata begitu."
Dewa Urion mendukung dewa Heraruon.
Otoritas Dewa Parion lebih tinggi dari tiga dewa lainnya, tetapi empat melawan satu dengan aku sebagai salah satunya, sehingga bahkan dia mulai merasa terpojokkan.
"Kalian bertarung bersama-sama, tidak adil."
Dewa parion berbicara seolah dia tidak ingat apa yang baru saja dia lakukan.
Meskipun mulutnya cemberut seperti bentuk ‘ ^ ‘, serangannya tidak berhenti.
Kami memang mengalami beberapa masa kritis, tetapi Holy Magic Divine Swordku dan pedang biru dewa Urion entah bagaimana berhasil mengatasi sabit tersebut, lalu dewa Heraruon mengambil kesempatan itu untuk mengekang tangan dewa Parion yang memegang Divine Sword.
Mulut dewa Parion cemberut kembali dengan ekspresi masam di wajahnya.
"Hanya sejauh ini kau bisa bertahan, Parion."
"Heraruon benar. Parion harus melepaskan senjata berbahaya ini."
"Aku ingat sekarang--"
Aku bisa melihat sudut mulut dewa Parion sedikit naik dengan mata tertunduk.
"<< PERISH>>."
<TLN : Menghilang>
--Oh sial.
Saat dewa Parion membaca scripture, aku menendang dewa Heraruon, meraih dewa Urion dan menggunakan Unit Arrangement ke zona aman.
Saat kami berteleportasi, aku melihat dewa Heraruon yang lututnya hancur, tertelan ‘Perish’.
Dewa Heraruon bergegas menjauh dengan penghalang dewa Urion yang melindunginya, tapi itu tidak bisa bertahan bahkan untuk sekejap melawan <<PERISH>> Divine Sword.
Penghalang itu hancur dalam waktu singkat, dewa Heraruon tertelan dalam ledakan hitam pekat, mengakhiri hidupnya yang panjang sekali, untuk selamanya.
<TLN : Nah ini baru mati :v yey akhirnya para dewi menjomblo /plak>
"--Parion, dia"
Di sebelahku, dewa Urion terkejut.
Tampaknya dia terkejut bukan karena dewa Heraruon binasa oleh Divine Sword, tetapi karena perubahan dewa Parion.
Yah, aku mengerti bagaimana perasaannya.
Aura hitam legam meluap keluar dari tubuh dewa Parion, hanya menyisakan setengah dari wajahnya yang manis sementara bagian tubuhnya yang lain berubah hitam pekat. Mata dan mulut berwarna biru hanya tersisa setengah bagian, sedangkan sisanya hitam legam dan terlihat sangat menakutkan.
Itu terlihat mirip dengan Demon God ketika Ketidakmurnian merambahinya.
Asumsiku yang tidak berdasar akan mengatakan bahwa ketidakmurnian yang diserap Divine Sword pasti telah mengalir kepada dewa Parion ketika dia menggunakan Scripture.
Sabit yang dibawanya juga telah berubah menjadi hitam pekat seperti Divine Sword, meskipun dampak dari perubahan ini telah diperlunak oleh perubahaan dewa Parion.
"Light Step (Lebih cepat dari pada siapapun)."
Dewa Parion secara instan bergerak tepat di depan dewa Karion dan mengayunkan Divine Sword.
--Aku tidak akan membiarkanmu.
Aku berpindah diantara mereka berdua menggunakan Unit Arrangement dan dengan panik meraih dewa Urion sementara penghalang ungu pecah satu demi satu.
<< PERISH >> Divine Sword mendekatiku.
Waktunya tidak akan cukup.
Tidak ada pilihan, harus mengorbankan Holy Magic Divine Sword yang baru kubuat untuk membeli waktu dan -.
Dewa parion terhempaskan oleh angin di depanku yang sedang kebingungan.
"Hehen, itu yang kau dapatkan karena melupakan Arisa-chan di sini!"
Sepertinya Arisa menghempaskan Dewa Parion dengan magic anti-dewa.
Aku dan dewa Urion juga terhempas oleh gelombang kejut, namun kami berhasil lolos dari kematian karena itu.
"Yeah, hajar dia!"
"Nn, setuju."
Magic anti-dewa Hikaru menghantam Dewa Parion berturut-turut, kemudian Lesser Fenrir yang dipanggil Mia menggigitnya.
Sayangnya, versi lebih rendah dari magic anti-dewa yang dimaksudkan untuk digunakan melawan demon lord tampaknya tidak dapat membahayakan dewa Parion.
Dewa Parion mendorong Lesser Fenrir dengan sabitnya dan menghancurkannya dengan Divine Sword.
"Pengecut."
Mata kekanak-kanakannya menatap Arisa.
"<CONDEMNATION>>"
<TLN : Kutukan>
Dewa parion membacakan Scripture sabitnya.
Aku membawa para gadis ke tempatku menggunakan Unit Arrangement, dan ayunan horizontal sabit dewa Parion meleset dari target.
--Oh sial.
Aku memindahkan diriku dan para gadis kali ini.
Dewa parion terus berputar-putar sendiri bahkan setelah kita menghilang.
Aura hitam legam yang dibalut dengan kekuatan <CONDEMNATION>> memotong melingkar ruang tahta Demon God.
Baik [Paladin Domain] Nana dan penghalang vermilion dewa Karion benar-benar dihancurkan oleh aura hitam legam itu.
"Urion!"
Dewa Urion yang gagal melarikan diri tepat waktu kehilangan bagian bawah tubuhnya.
"Sheesh, bagaimana dia begitu kuat dengan wajah 'payayan' itu?"
<TLN: Wajah payayan itu mirip bocah polos dan lugu :v>
Aku sepenuhnya setuju dengan erangan Arisa.
◇
"Core Two, bersiap untuk lepas landas darurat."
Aku membawa semua orang ke dek pesawat ruang angkasa.
Bersama dengan dewa Urion, dewa Karion dan gadis-gadis kecil ungu tentu saja.
Bahkan dengan Holy Divine Divine Sword sebagai kartu trufku, melawan Scripture [Divine Sword], [Godreaping Scythe] dan Dewa Parion yang diselimuti ketidakmurnian adalah hal yang sulit.
Yang paling penting, tidak ada alasan bagiku untuk mempertaruhkan hidupku mencoba membunuh dewa Parion.
Aku mungkin tidak akan menyodorkan leherku dalam perselisihan internal antara para dewa jika bukan karena fakta bahwa kehilangan lebih banyak dewa daripada ini akan merusak perdamaian dunia manusia.
"Erupsi ~?"
"Tidak dapat dipelcaya-nanodesu."
Gadis-gadis mulai dari Tama dan Pochi terkejut ketika mereka melihat pemandangan sekitarnya mengalami perubahan 180 derajat.
Gunung-gunung Neraka meletus, retakan terbentuk di tanah di bawahnya, awan-awan dari letusan itu menyambarkan petir dan kilat di mana-mana, dan tornado menyapu segalanya.
"Ketidakstabilan Neraka adalah hal wajar sekarang karena Demon god telah tiada."
"Setuju dengan Karion."
God Urion telah selesai meregenerasi bagian bawahnya.
"Master, semuanya sudah siap untuk lepas landas darurat!"
"Mulai prosedur lepas landas darurat. Kalahkan semua musuh di sekitar kita dengan serangan jarak jauh."
"Iya!"
"BAIK!"
Zena-san dan Karina-sama yang mengurus berbagai hal di luar kapal juga telah kembali ke dek, kami menghancurkan demon yang mengerumuni kapal saat lepas landas.
Menggunakan Unit Arrangement untuk membawa kapal ke tempat yang aman akan menjadi pilihan terbaik, tapi kupikir aku harus menyimpan keilahianku untuk nanti.
Distorsi ruang dan waktu terjadi saat kami keluar dari kastil Demon god.
"Jangan pergi."
Dewa Parion tiba-tiba teleport dan menghalangi jalan kami.
"- Sudah diperkirakan."
Aku menyingkirkan Dewa Parion dengan Unit Arrangement berbasis penglihatan.
"Tidak akan membiarkanmu pergi."
Kupikir dia sudah menyusul.
Aku yakin dia akan mengejar kita bahkan ke dunia manusia.
"Bukankah dia semakin membesar?"
"Setuju."
Dewa parion sekarang cukup besar untuk menggenggam pesawat ruang angkasa ini di antara telapak tangannya.
"Katakan padaku, Parion! Kenapa, kenapa kau melakukan ini!"
Sera berlari ke dek dan berteriak keras.
Menilai dari aura zamrud yang meluap darinya, dewa Tenion rupanya meminjam tubuhnya.
"Ini misiku."
Dengan semacam kekuatan seperti dewa, dewa Parion tampaknya telah mendengar suara Dewa Tenion melalui Sera.
"--Misi?"
"Dewa Pencipta berkata. Naik pangkat, jadilah dewa yang baik."
Dewa Parion berbicara sedikit demi sedikit.
"Apakah kau tidak ingat Tenion?"
Dia memiringkan kepalanya ke samping.
"Aku ingat. Tapi, sebelum itu, dia juga menyuruh kita untuk『 Menjaga Makhluk Hidup, dan Memelihara keilahian 』!"
"Itu masalah kecil. Orang-orang adalah makhluk yang menghasilkan jumlah keilahian yang sangat kecil dengan mana sebagai pupuknya. Yang pada akhirnya diinginkan oleh Dewa Pencipta kepada dewa adalah mendapatkan Keilahian dalam jumlah besar dan naik pangkat."
Tenion bimbang.
Sepertinya dia mengatakan yang sebenarnya.
"Tapi, bahkan jika itu benar ..."
"Dan untuk naik pangkat, membantai dewa-dewa lain dan memakan jiwa mereka bersama dengan Keilahian mereka adalah yang paling optimal."
Wajah polos Parion mengangguk.
Jadi tampaknya dia melakukan semua ini bukan karena kedengkian tetapi hanya karena perintah Dewa Pencipta.
"Sudah selesai mengulur-ulur waktu."
Dewa Parion memutar-mutar lengannya.
"Sudah terbiasa dengan ini."
Lima lingkaran cahaya muncul di belakang dewa Parion.
Memiliki warna-warna dewa yang dibantai - ungu, oranye, hijau, kuning, dan warna birunya sendiri.
Namun warna-warna tersebut terlihat lebih gelap, kemungkinan karena ketidakmurnian.
"Parion itu berbahaya. Karion juga berkata begitu."
"Aku tidak mengatakannya. Tapi menyetujuinya. Parion dua peringkat lebih tinggi dari kita. Tidak ada harapan bahkan jika Tenion bergabung."
Seberbahaya itu ya ....
"Un, Parion yang terkuat."
Note :
Tinggal pencet meteor shower selesai gak tuh parion :v awkk. Seenggaknya para dewi udah pada single xD tancap gas satou~
※ Update chapter berikutnya direncanakan untuk terbit pada 10/2 atau 11/2
0 komentar:
Posting Komentar