Minggu, 02 Februari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 10 : Epilog - Daya Tarik

Volume 10
Epilog - Daya Tarik


Ada lima belas budak yang Sadeena sudah sembunyikan. Aku ragu apakah kami akan mampu membeli sebanyak itu dengan uang hadiah dari Colosseum. Berbicara tentang budak Lurolona yang Raphtalia lihat di pelelangan, ternyata ada di antara kelima belas budak ini. Kata mereka, Sadeena sudah mengirim salah satu budak Lurolona ke pelelangan, bersama pedagang, untuk membeli anak desa lainnya. Kami harus yakin bisa mengidentifikasi mereka agar rencana itu berhasil. Sadeena memutuskan kontraknya juga, dan dia senang bisa bebas sekali lagi.

“Baiklah. Apa kau sudah selesai bicara dengan mereka, Raphtalia?”
“Iya. Mereka semua percaya perkataanku. Aku juga memberi tahu mereka tentang wilayahmu dan pembangunan kembali yang kita lakukan pada desa kami.”
“Bagus. Tinggal aku putuskan untuk menawarkan pada mereka untuk menjadi budakku atau tidak.”
“Mengenai itu... Bisa kamu bicarakan itu pada mereka saat kita sampai desa?”

Hmm... kurasa dia berpikir kalau Keel dan para budak lainnya akan menjadi contoh, dan melihat mereka akan membuat para budak baru memutuskan mereka ingin menjadi lebih kuat atas kemauan mereka sendiri. Raphtalia memang cerdas.

“Baiklah, minta saja mereka untuk bergabung dalam partyku untuk saat ini. Aku akan mengirim mereka kembali ke desa dengan skill portalku.”

Di bawah bimbingan Sadeena dan Raphtalia, kelima belas budak menghabiskan waktu mereka menikmati kebersamaan satu sama lain ketika aku hendak mengembalikan mereka ke desa asal mereka dengan skill portalku. Melewati portal untuk pertama kalinya cukup mengejutkan, tapi perasaan itu segera hilang.

“Bagaimana kalau kita pulang juga sekarang? Aku sudah lelah sebenarnya.”
“Setuju.”

Kami menggunakan portal untuk kembali ke desa, kami kembali bersama anak desa asli, termasuk Sadeena yang tampaknya sibuk mengakrabkan kembali persahabatan lama mereka. Filo pergi ke kota sebelah untuk memberi tahu Melty tentang eksploitasi heroik kami di Zeltoble. Aku hanya berharap dia tidak mengoceh tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dikatakan.

“Jadi, Rock-chan, nama aslimu adalah Naofumi-chan?” 
“Masih saja kau memanggilku dengan panggilan -chan?“

Seperti biasa, Sadeena terlalu akrab denganku dan berbicara kepadaku seperti aku masih kecil. 

“Jadi, Naofumi-chan, sejauh mana jarakmu dengan Raphtalia-chan?”
“Sejauh apa?” 
“Kak Sadeena!”

Apa maksudnya dari sejauh mana jaraku dengannya? Raphtalia tidak suka membahas hal-hal mesum, dan aku yakin Sadeena juga tahu itu, karena mereka sudah kenal dari dulu. Kalau begitu, dia pasti bertanya seberapa jauh kami berdua telah bepergian.

“Jarak terjauh yang pernah kami lalui adalah pergi melalui celah dimensi dan sampai di dunia yang berbeda. Katana yang dipakai Raphtalia sekarang, itu adalah senjata sana. Bila didunia ini mungkin disebut Ketujuh Senjata Bintang.”
“Ara…” Sadeena menatap tajam pada Raphtalia.
“A... apa?!”
“Benarkah? Hanya itu saja yang kau lakukan bersama Naofumi-chan?” 
“Y... ya, hanya itu!”
“Kakak-kakak, kalian sedang bahas apa?”

Keel memanggilku dan teman lamanya. Dia dalam suasana hati yang baik setelah dipersatukan kembali dengan teman satu desanya.

“Bukan hal penting, Keel-kun.” 
“Oh benarkah?”
“Hanya sedang menceritakan kisah heroik Raphtalia saja, kan?”
“Ya, selama itu yang kamu pikirkan, Tuan Naofumi.”

Hah? Apa maksud perkataan Raphtalia? Itu hampir membuatnya terdengar seperti tebakan pertamaku yang benar.

“Ara, kalau begitu... Raphtalia-chan? Kamu tidak keberatan, kan, jika aku mengambil Naofumi-chan”
“Kak, kamu bilang apa sih?!” 
“Kau ini mau bilang apa!”
“Hah? Aku memang mengincarmu, Naofumi-chan. Sumpah.”

Sadeena menjawabnya sambil menggoda yang mana dia lanjutkan dengan meletakan tanganku diantara kedua gunungnya. Hentikan itu! Menjijikkan sekali. Aku mencoba menarik lenganku menjauh darinya, tapi rasanya sia-sia karena dia terus mencoba untuk mengaitkan lengannya kepadaku berulang kali. Sial! Keras kepala sekali ini wanita!

“Apa kau tidak tertarik mendapat perawatan dari Oneesan setiap hari?” 
“Kak Sadeena... Kau serius?”
“Iya, lah.” Sadeena menjawab tanpa ragu-ragu. Sial.
“Huh? Soal orang yang suka padamu, Kaka? Yang suka padamu bukan hanya dia, tapi semua orang desa menyukaimu, Kaka!”
“Aku seorang pecundang dan tirani yang menyukai uang! Aku tidak tertarik untuk punya hubungan dengan orang lain, aku juga bukan seorang kakak yang baik hati!”
“Aku baru pertama kali dengar kalimat yang sangat meyakinkan ini? Luar biasa sekali!”

Apa maksudmu, Keel?! Ahh... Anak ini memang bodoh. Sadeena baru saja membuat tindakan seksual padaku karena dia tahu aku benci hal semacam itu! Dia hanya terus mencoba memperlihatkan daya tariknya padaku. Dia adalah wanita yang sama yang meletakkan tanganku di dadanya dan berkata, “Nih OPPAI Oneesan!” Menganggapnya serius hanya akan membuatmu lelah. Raphtalia adalah tipe orang yang sangat serius, dan dia cenderung tidak suka pembicaraan seperti itu.

“Benarkan? Baiklah, Keel-chan, mau tidak bantu Oneesan menjatuhkan dan mendesak Naofumi-chan? Oneesan mau menjadikan dia sebagai suami!”
“Siapa orang yang mau sama pemabuk bodoh!” 

Wajah Raphtalia semakin pucat saat itu. Dia melihat ke arahku. 

“Tuan Naofumi... Jangan-jangan, kamu dengan Kak Sadeena pernah melakukan lomba minum? Pastinya tidak, kan?”
“Lomba minum? Saat pertama kali kami bertemu, dia terus memesan minuman dan menyuguhiku minuman sepanjang pertandingan. Untuk kedua kalinya, baik aku atau dia tidak [pernah mabuk dan pingsan.”
“Ihhh. Naofumi-chan tidak sadar sudah pernah menang dariku, tahu!” 

Raphtalia melemparkan kepalanya ke belakang dan menutupi wajahnya dengan tangannya, seolah-olah dia benar-benar frustasi. Apa yang sedang terjadi?

“Tuan Naofumi... Waktu dulu, Kak Sadeena pernah menyuarkan sumpahnya pada kami, semua penduduk desa.”
“Hah?”

Keel mengangguk paham. Apa maksudnya?

“Isi sumpahnya begini, ‘Hanya ada seseorang yang bisa minum lebih banyak dariku, hanya dia saja yang pantas menjadi pasangan hidupku. Saat ada ciri orang seperti itu, semuanya tolong bantu aku untuk menangkap dan tidak membiarkannya lari! Semuanya harus siap saat itu terjadi,’ itulah yang dia katakan pada kami.” 
“Tidak ada orang di desa yang bisa minum seperti Kak Sadeena! Dia juga pernah ikut lomba minum yang diadakan kota sebelah dan menang lalu melanjutkan minumnya!”
“Oh…”
“Oleh karena itu, jika Kak Sadeena menyebutkan Kaka adalah suaminya, maka semua penduduk desa pasti mengira Kaka berhasil menang dari Kak Sadeena dalam lomba minum!”
“Hah?”

Sekarang teringat lagi, Sadeena memberiku minuman dengan buah rucolu di dalamnya. Aku merasa dia mulai bertindak lebih ramah denganku setelah itu. Hah? Jadi itu sebabnya dia ingin aku menjadi suaminya? Aku pikir dia hanya bercanda belaka...

Aku memandangi Sadeena. Dia kemudian kembali ke bentuk manusia dan mulai menggandeng lenganku dengan satu tangan, sambil memegang pipinya yang memerah dengan tangan lainnya. Itu membuatku berpikir... Jika ini terjadi sebelum Bitch menipuku, aku yang dulu mungkin mengatakan questnya selesai, sudah waktunya dia ikut denganku.

“Hei Kaka, bagaimana bisa kau menang dari Kak Sadeena?”
“Aku tidak tahu apa ini termasuk menang atau tidak, perilakunya berubah setelah dia melihatku memakan buah rucolu.” 
“Oh yaaaa jelas lah!”

Keel dan semua budak Lurolona mengangguk setuju. Aku merasa Sadeena seperti kakak bagi anak-anak desa, jadi mungkin mereka semua mengenalnya dengan baik?

“Kalian lihat juga, kan, waktu kita dagang? Orang dari tempat yang kita lalui selalu saja memberiku itu.” 
“Hah? Itu buah rucolu? Kukira itu tanda sambutan dari mereka.”

Memakan satu buah rucolu telah menjadi cara yang populer untuk memastikan aku tidak berpura-pura sebagai Pahlawan Perisai. Rupanya, aku adalah satu-satunya di luar sana yang bisa makan buah rucolu dan tidak mendapatkan efek apapun. Aku suka menganggapnya sebagai tanda sambutan yang juga merupakan hukuman bagi penipu.

“Maka dari itu, inilah ungkapan dari penantian lamaku! Terima kacih, Naofumi-chan!” 
“Blegh!”

Sadeena mengerutkan bibirnya dan mendorongnya dengan cepat ke bibirku. Aku memalingkan kepalaku dalam sekejap. Tetap saja, bibir Sadeena menyentuh pipiku dan dia menciumku sedikit.

“Yah, tidak kena. Lain kali akan kupastikan kena bibirmu!”
“Enyahlah!”

Hampir saja! Dia hampir mencuri ciuman pertamaku! Maaf, tapi aku tidak punya niat membangun keluarga di dunia ini. Begitu dunia ini damai, aku akan kembali ke Jepang tanpa ragu-ragu!

Entah kenapa, suasana sekitarku menjadi tegang dan dingin? Raphtalia memelototiku dan Sadeena dengan wajah yang benar-benar kesal. Lihat dia! Sudah kubilang Raphtalia tidak suka hal seperti ini.*
<Ryu : f*k ngak peka peka nih orang.>


“Ra... Rafu...” 
“Fuueh...” 
“Kak Sadeenaaa!”
“Ara-ara! Rasanya menyenangkan sekali! Mulai hari ini, boleh tidak Oneesan mendapatkan harapan yang lebih pasti darimu?”
“Jika bisa, bisa tidak kau menahan diri...”
“Aku punya ide! Hei, Kaka! Buat masakan untuk kita semua!”
“Makan!”
“Ya, makanan!” 
“Makan-makan!” 
“Diam!”

Bagaimanapun yang terjadi. Rencanaku untuk mengumpulkan teman satu desa Raphtalia telah membuat kemajuan yang baik. Aku tak yakin bisa menyebut kedatangan satu masalah ini sebagai salah satu kekuatan tempur baruku atau tidak, tapi aku masih bisa menggunakan dia sebagai kekuatan cadangan.

Tapi... entah ini hanya imajinasiku? Karena muncul dibenaku soal pepatah yang mengatakan, saat satu masalah selesai maka akan muncul masalah baru lainnya.

Sadeena berubah dari bentuk manusia ke bentuk therianthrope dan berusaha keras untuk merangkulku, sementara aku mencoba menenangkan Raphtalia, yang kesal karena dia sangat sensitif terhadap perilaku seksual semacam itu. Aku tidak bisa menahan diri untuk berpikir kalau mereka berdua adalah sumber masalah pinggangku encok.





TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar