Jumat, 28 Februari 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 99. Kutukan Pulau Cal Mira. Bagian Pertengahan

Chapter 99. Kutukan Pulau Cal Mira. Bagian Pertengahan

Di siang hari, kami memutuskan untuk kembali bersama Raphtalia, di tambah lagi waktu menuju malam masih lama.
Menghabiskan waktu dengan mempelajari obat-obatan dan mantra itu cukup bagus... dan bermain di pantai juga ide bagus.
Lalu, sambil memikirkan hal itu, akhirnya kita menuju pasar dengan tujuan menikmati waktu santai ini.

“Raphtalia, apa kau butuh sesuatu?”
“Untuk saat ini tidak ada.”
“Perut Firo kosong.”
“Iya, ya.”

Menyuguhkan makanan ringan kepada Filo yang di beli di toko jajanan, kita masuk ke dalam kerumunan yang berada di hadapan kami.
Lalu...

“Mohon bersabar. Persediaan kami masih banyak jadi tidak perlu saling mendorong. Harap tetap berada di antrean kalian masing-masing.”

Suara ini... ini pasti suara dari pedagang yang sedang ramai pengunjung.
Ia pasti membuatnya dengan sungguh-sungguh. Aku mengerti keuntungan dengan menambahkan cerita itu berjalan dengan lancar.

“Ah!”

Hmm?
Mataku mengarah kepada Penjual penipu yang sedang berada di atas podium yang dipenuhi oleh antrean orang-orang.
Dan Penjual penipu dengan kesulitan menuju ke arahku karena disana dipenuhi oleh antrean orang-orang.

“Hero Perisai-sama!”

Aku tidak mengatakan kalau Aku itu hero kepadanya.... ya, Aku rasa tentang keberadaan hero disini sudah bukan hal yang biasa lagi. Atau mungkin karena hal lain, ini mungkin karena suasana disini sedikit berbeda.
Dan, mana mungkin ia tidak mengetahuinya ketika Aku mendatanginya dengan menggunakan perisai saja?

“Sudah dipastikan daganganmu sangat laku berat.”
“Iya! Ini semua berkat Hero Perisai-sama!”
“Apa yang telah kau lakukan?”

Raphtalia dan Filo memiringkan kepala mereka dengan maksud mendengar jawabanku.

“Ahh, sebenarnya...”

Aku memberitahu Raphtalia dan Filo semua hal yang terjadi di hari pertama kita sampai di pulau ini.
Mendengar semua kejadian itu sambil mengesampingkan hal yang buruk, Raphtalia menyetujui apa yang kukatakan.

“Ahh, jadi itulah yang membuatmu tutup ketika Aku datang bersama Moto... Hero Tombak ya.”

Ia sudah tidak menggunakan kata ‘-sama’ pada namanya.
Ya, mau bagaimana lagi.
Sepertinya setelah bersama dengan ketiga hero, dia itu sudah tidak menghormati mereka lagi.
Dalam sekilas, Aku merasakan perasaan yang sama. Aku rasa itu bukan hal yang mudah di mengerti.
Itu membuatku heran yang mana ketika, Aku, juga dipanggil tanpa ‘-sama’.
... itu lebih tidak nyaman.

“Selalu memanggilku dengan ‘-sama’ ya.”
“Huh..?”

Lupakan saja ‘-sama’ untuk saat ini.
Ketika Raphtalia kebingungan, Aku melanjutkan pembicaraanku dengan Penjual penipu.

“Jadi? Apa yang membuatmu memanggilku? Sebaiknya kita berbicara ketika waktu tokomu tutup saja. Jika kau hanya ingin berterima kasih karena daganganmu laku berat.”
“Bu-bukaan kok. Tolong masuk ke dalam tokoku dulu.”
“Kenapa?”
“Aku ingin membalaskan budimu dengan suatu hal.”
“Hmm.”

Sekarang keuangannya pasti sudah sangat meroket dari penghasilan berjualan ini, Aku bisa mengharapkan sesuatu yang lebih dari ungkapan terima kasih.
Ia mungkin ingin mencari ide lain agar bisa mendapat keuntungan yang lebih banyak. Sebaiknya Aku cepat mengambil barang yang diberikannya.
Aku bisa mengatasi panggilan ‘-sama’ di lain waktu.

“Baiklah...”

Penjual penipu mengangguk dan menuntunku masuk ke tokonya.
... Tenda dagangnya sudah hilang. Sekarang ini adalah toko sungguhan.
Jadi tokonya sudah direnovasi dengan baik. Aku penasaran berapa banyak keuntungan yang ia dapatkan.
Sudah jelas dari antrean yang panjang ini. Menjual benda dengan tambahan cerita pasti sangat menguntungkan.

“Di sebelah sini.”

Dengan mengitari tokonya kita masuk dari pintu belakang. Orang-orang yang berjualan sangat semangat dalam menjual barangnya dan yang dijual disini adalah aksesoris.
Pada meja kerjanya, si pengrajin sedang membuat banyak aksesoris yang terbuat dari bijih yang dipilihnya.
... Bukankah ini terlalu menguntungkan? Arwahku bisa penasaran karena ini.
Maksudku, siapa yang bisa mengatakan jumlah petualang yang datang ke pulau ini?
Memikirkannya sudah membuatku bingung.

“Sebentar lagi, pesta dewa pulau ini akan segera dilaksanakan dan kita diperbolehkan untuk membuka toko disana.”

Sepertinya begitu, disini sudah ada kuil yang menyediakan jimat.

“Terus, apa yang kau maksud dengan membalaskan budi kepadaku?”
“Maksudku adalah ini.”

Bersamaan dengan itu, ia memberikan gelang yang ia pegang. Sebuah gelang Pulau Cal Mira.....

Miraca Bracelet (EXP Bonus bertambah Sedikit)
Kualitas Terbaik

Berwarna merah... sebuah permata berwarna merah darah diberikan kepadaku.
Efeknya, bisa dibilang, bagus juga, dan kualitasnya sangat bagus.

“Yang benar saja, ini bisa menambah EXP yang Aku dapatkan.”
“Gelang ini memiliki kualitas terbaik yang terbuat dari bijih Miraca yang berasal dari pulau ini. Aku sudah menyiapkan ini semua, jadi Aku bisa membalaskan budimu dengan ini. Ah, efeknya berasal dari kesempatan yang kecil munculnya dan tidak akan ditemukan di pengrajin lain.”

Ya, begitulah yang terjadi. Sepertinya mereka tidak menjual aksesoris ini.
Atau mungkin, aksesoris ini sangat mengejutkan para pengrajin karena bisa menambah EXP.

“Bijih Miraca, yah.”

Karena meja kerjanya dihadapanku, Aku mengambil kesempatan untuk melihat bijih itu.
Kebanyakan dari bijih itu kualitasnya buruk. Apa, semua bijih disini bukan apa-apa selain sampah saja.
Sepertinya tidak mudah untuk mendapatkan barang yang bisa membantumu dalam pertarungan.

“Bukankah ini sangat mahal? Dari yang kulihat, kualitasnya bisa melewati standar bila kau lanjutkan.”
“Benar sekali.... sudah kuduga kau pasti menyadarinya. Masalah terbesar dari bijih Miraca adalah kualitasnya yang sangat buruk.”
“Hmm...”
“Ini akan menjadi permata yang...”
“Apa kau yakin akan memberikan barang yang langka ini?”
“Iya. Aku sudah mendapatkan bayarannya dulu ketika Aku menerima pelajaran dari Hero Perisai-sama.”
“Apa yang kau maksud?”

Seharusnya Aku memberikan cara membuat orang senang dan mengambil emas mereka.

“Sampai sekarang, yang Aku pikirkan dari berbisnis hanya mengambil kelemahan dari orang saja. Tetapi, Aku ingin mencoba cara berdagang Hero Perisai-sama yang telah kau perlihatkan kepadaku. Aah, ini pasti cara ampuh dalam berdagang.”

Sampai saat ini, Penjual penipu terus menipu pembelinya.
Akan tetapi, setelah Aku memberitahukan caraku berjualan, caraku menjual barang dengan harga yang sangat tinggi, sedangkan para konsumen membelinya dengan senyuman di wajah mereka.
Menambah kebencian. Hanya cara itulah yang ia ketahui dari berjualan.

“Kurang lebih begitu ya... ketika rumor ini padam, kau harus berhati-hati agar tidak kembali ke cara yang sebelumnya.”
“Aku sudah menjadi dalang dari semua ini. Jadi kau tidak usah khawatir.”
“Oh? Apa saja yang sudah kau persiapkan sesuatu?”
“Ada sedikit bantuan dari pengrajin lain.”

Setelah mengatakan itu, Penjual penipu menunjuk pengrajin tersebut.
... Pedagang aksesoris tersenyum padaku sambil mengayunkan lengannya.
Jadi kau datang kesini juga, yah.

“Sesuai dugaanku dari Hero Perisai-sama, walau di tempat yang di kelilingi oleh air kau masih bisa menemukan ide menarik dan segar seperti ini.”
“Sambutlah sponsor utama dari toko kami.”
“Jadi kau ya...”

Apa hidungmu bisa mencium bau keuntungan? Ya, itulah yang terlintas di benakku.
Begitulah seorang pedagang, Aku tidak mau bekerja sama dengan orang yang mata duitan.

“Saat ini, ketenaran aksesoris Pulau Cal Mira sedang berada dipuncaknya. Hahaha.”
“Ya, sampai berlebihan.”

Tidak ada efek yang sesungguhmya.
Yang terburuk, kita mungkin harus menyiapkan sesuatu yang bisa membalikkan keadaan yang memburuk disini.

“Eh, tapi, kan. Sudah banyak yang melakukan ini dengan sukses. Siapa yang mau mengungkapkan kebenarannya? Bukankah itu sangat menguntungkan?”

Mereka berdua tertawa, Dengan aura kegelapan yang menyelimuti mereka.
Wajah yang menyebalkan.
Jangan sampai mereka mengambil semua tulangnya. Tulang pulau ini.
<TLN : yang di maksud Naofumi adalah penghasilan utama Pulau Cal Mira>

“Selanjutnya kita akan menambah rumor dari warnanya.”
“... Apa yang akan kau lakukan?”
“Kau tunggu saja nanti.”
“Terserah...”
“Maukah Hero Perisai-sama membuka toko disini? Akan Aku danai sebanyak yang kau minta. Bagaimana jika kau menjadi manajer toko yang kupimpin?”
“Aku tidak bermaksud menjadikanmu penerus yang selanjutnya.”

Aku tahu.
Orang ini hanya ingin membuatku menjadi pemimpin selanjutnya di guild pedagang dan menyukseskannya.

“Jadi begitu. Bila ada waktu mampirlah kesini karena kami akan menerimamu kapanpun.’
“... Bila Aku ada waktu maka Aku akan kembali jadi biarkan saja Aku.”
“Silakan pilih sesuatu yang kau mau untuk rekanmu juga.”
“Oh? Baik sekali gendut.”
“Ya... saking gendutnya karena berat keuntungan yang akan segera meledak!”

Dengan wajah yang sama Penjual penipu dan Pedagang aksesoris tertawa tanpa hentinya.
Wajah itu seperti orang yang mabuk berat akan kegelapan dari berdagang.
Beberapa orang membenci sisi kegelapan dan ada juga yang menyukainya... itu harus terus Aku ingat.

Pada akhirnya, Raphtalia dan Firo mendapatkan seri Miraca aksesoris lainnya.
Raphtalia mendapatkan gantungan untuk pedangnya. Firo mendapatkan gantungan tali sepatu.

Miraca Strap (Penyembuhan Stamina, Sedang)
Kualitas Terbaik

Miraca Strap (Penguatan Kekuatan Sihir, Sedang)
Kualitas Terbaik

“Jadi tidak enak.”
“Jangan khawatir, terima saja ini.”

Aku coba untuk menghiraukan wajah dari tertawa mengerikan mereka di kegelapan.
Begitulah kehidupan mereka, itulah cara bertahan hidup.
Aku tidak peduli bila ada keributan yang berhubungan dengan mereka.
Jika Aku di tuduh karena hal yang aneh ini, Aku bisa memperlihatkan aksesoris ini dan berpura-pura menjadi korban saja.

“Apabila, terjadi suatu masalah maka ini bukan usaha kita bersama lagi.”
“Aku mengetahuinya dengan baik. Hero Perisai-sama sangat menghawatirkan itu. Ya, itu juga kekhawatiran dari seorang pedagang juga.”
“Aku pegang janjimu ya. Jika nanti kalian menumpahkan masalahnya padaku maka kalian sudah tahu kelanjutannya, kan?”
“”Ya, kita sudah siap.””

Perkataannya cukup menganjal.
Jujur saja, apa kalian sudah mengerti?




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar