Kamis, 12 Mei 2022

Genjitsushugisha No Oukokukaizouki Light Novel Bahasa Indonesia Volume 13 : Chapter 5 - Pertemuan -Musuh-

Volume 13
 Chapter 5 - Pertemuan -Musuh-





Melewati gang sempit dan menuju jalan setapak yang mengarah ke dataran tinggi, tembok putih terlihat dibangun di atas permukaan tebing. Kupikir itu adalah rumah Kishun. Sekarang setelah aku melihatnya, aku bisa melihat kemiripannya dengan kastil bergaya Jepang, seperti salah satu kastil dari periode Sengoku awal hingga pertengahan yang tidak memiliki menara.

Tomoe berkedip berulang kali ketika dia melihat ke atas ke bangunan itu. “Dindingnya jauh lebih rendah daripada yang ada di kastil di Kerajaan, ya?”

“Itu karena mereka tidak harus melindungi kota di sekitarnya juga. Dibangun begitu jauh di dataran tinggi membuatnya sulit untuk di serang, jadi kupikir itu sudah cukup tinggi” jelas Ichiha.

"Tapi bagaimana jika ada serangan kavaleri wyvern?" Tomoe bertanya, memiringkan kepalanya ke samping. "Aku tidak melihat apapun seperti Anti Air Repeating Bolt Thrower."

“Mereka tidak memilikinya. Karena tidak ada Wyvern yang tinggal di Kepulauan Naga Berkepala Sembilan,” kata Ichiha sambil menunjuk ke arah laut. “Wyvern benci terbang jauh yang membuat mereka tidak bisa melihat daratan. Akhirnya, sayap mereka akan lelah dan tanpa tempat untuk mendarat, mereka akhirnya akan jatuh ke laut. Berkat pegunungan yang tinggi, pulau-pulau di kepulauan itu terlihat lebih dekat daripada yang sebenarnya. Sulit untuk terbang dari pulau ke pulau dengan wyvern, jadi tidak menguntungkan untuk membawa mereka dari daratan dan membiakkan mereka di sini.”

"Benar ..." Yuriga mengerang.

“Itu luar biasa, Ichiha,” kata Tomoe, bertepuk tangan. “Kamu membuatnya sangat mudah dimengerti.”

Ichiha tersenyum malu mendengar pujian itu.

Anak-anak memiliki keinginan yang bagus untuk belajar, pikir ku ketika kami melewati gerbang di puncak tangga batu. Mereka terus menyerap segala macam informasi baru dari pemandangan asing di sekitar mereka. Itu kebiasaan yang bagus.

Begitu Kishun membawa kami ke mansion, para pelayan berbalik dan menundukkan kepala saat kami tiba. Sepertinya telah dijelaskan kepada mereka bahwa kami adalah tamu.

"Tolong, Lewat sini," kata Kishun, membawa kami ke ruang besar beralaskan tatami.

Bangunan itu memiliki layar shouji dan panel fusuma, membuatnya terasa seperti di Jepang. Karena taman di dekatnya, rasanya bukan seperti ruang perjamuan di penginapan, malah lebih seperti dojo.

“Ruangan ini harusnya cukup besar dan mudah digunakan. Saya sudah menyiapkan bahan-bahan yang kami siapkan untuk dibawa ke ruangan ini. Tolong, gunakan barang-barang dan orang-orang di mansion ini sesuai keinginan anda. ”

“T-Tolong, beri saya perintah anda juga,” tambah Putri Shabon, menundukkan kepalanya bersama Kishun. Sepertinya mereka melakukan semua yang mereka bisa untuk kami. Itu menunjukkan betapa seriusnya mereka berdua tentang ini.

Melihat sekeliling ruangan, ada tumpukan kertas. Itu pasti bahan yang disebutkan Kishun.

Aku mengangguk, lalu dengan cepat mulai memberikan arahan kepada semua orang, “Oke. Mari kita mulai bekerja. Ichiha dan aku akan melihat informasi tentang Ooyamizuchi. Juna, aku ingin kamu membantu kami.”

"Baik."

"Y-Ya, Tuan!"

Juna dan Ichiha memberi hormat.

Aku memberikan arahan kepada yang lain, “Putri Shabon dan Kishun, aku akan memintamu membantu mengklasifikasikan berkas yang kalian kumpulkan di sini. Kamu mengatakan kami bisa 'menggunakan pelayan,' tapi aku lebih suka tidak membiarkan banyak orang berhubungan dengan informasi penting. Maukah kalian berdua membantu kami? ”

"Baiklah. Berikan perintah, dan akan segera kulaksanakan.”

"Ya. Baik."

Shabon dan Kishun menerima permintaanku.

"Oke. Aisha... apa kamu sudah sembuh?” Aku bertanya.

Aisha memukul dadanya, meskipun terlihat sedikit sakit. "Ya. Dunia masih sedikit bergetar, tapi itu seharusnya tidak menjadi masalah.”

"Kamu tidak perlu memaksakan dirimu, tapi... jika kamu bisa menahannya, harap berjaga-jaga di dalam ruangan ini."

“Ya, tuan! Baik."

“Tomoe dan Yuriga, kamu bisa melakukan apa saja. Ini adalah kesempatan bagus untukmu, jadi pergilah melihat pulau itu. Naden, awasi mereka untukku.”

"Baik."

“Eh, Onii-chan? Aku juga berharap bisa membantu, kau tahu?” kata Tomoe.

Aku memberi isyarat padanya lebih dekat, lalu, meletakkan tanganku di atas kepalanya, aku berbisik di salah satu telinga serigala kecilnya, “Nanti aku akan membutuhkan kemampuanmu. Tapi kurasa belum waktunya bagimu untuk melakukan sesuatu. Sampai itu terjadi, aku ingin kamu mengawasi Yuriga dan mencegahnya membuat masalah.”

“Yuriga?”

"Ya. Ingat cara dia menyimpan dirinya di kapal. Dia seperti bom waktu. Jika kita membiarkannya bosan dan tanpa seseorang untuk diajak mengobrol, tidak ada yang tahu masalah apa yang mungkin dia sebabkan.”

"...Aku mengerti. Itu masuk akal." Tomoe memberi hormat seolah mengatakan "Serahkan padaku!"

Tomoe kadang-kadang bisa mengatasi rasa kekanak-kanakan nya sendiri. Nah, dengan Naden melindungi mereka, mereka tidak akan berada dalam bahaya. Begitu Tomoe kembali ke Yuriga, yang memberi kami tatapan yang mencurigakan, “Apa yang kalian berdua bicarakan?”, aku bertepuk tangan.

"Oke, semuanya, aku mengandalkanmu."



“Berkas-berkas ini dibawa kepada kami oleh mata-mata yang dikirim oleh sang putri dan saya, dan termasuk laporan saksi dari Ooyamizuchi serta berkas tentang armada Persatuan Kepulauan,” Kishun menjelaskan, menunjukkan tumpukan kertas di atas meja di depanku.

Aku seharusnya tahu bahwa penduduk setempat akan dapat mengumpulkan banyak informasi. Meskipun kami telah mengirim Kucing Hitam, kami tidak dapat mengirim banyak dari mereka karena tempat ini cukup jauh dan melintasi laut. Karena itu, mereka memiliki kemampuan yang terbatas untuk mengumpulkan intel, dan kebanyakan intel tersebut datang terlambat.

“Aku bersyukur untuk ini. Sekarang, langsung saja, saya ingin Putri Shabon dan Kishun mengkategorikan berkas-berkas ini. Bagilah menjadi informasi tentang Ooyamizuchi dan yang lainnya, lalu bawa saja berkas Ooyamizuchi kepada kami.”

Saat aku mengatakan itu, mata Shabon terbelalak kaget. "Apakah itu berarti ... informasi tentang Raja Naga Berkepala Sembilan dan armadanya tidak penting bagi Anda?"

...Ahh, kurasa aku mengucapkannya dengan buruk. Aku bisa mengerti mengapa itu terdengar seperti aku meremehkan armada Raja Naga Berkepala Sembilan dan Negara Persatuan Kepulauan dan menganggap mereka lawan yang mudah. Meskipun mereka telah berpisah dengan mereka, dia dan Kishun datang kepada kami karena keinginan  mereka untuk membantu penduduk pulau, jadi wajar jika mereka masih merasakan patriotisme untuk negara mereka. Pasti tidak menyenangkan melihatku meremehkan mereka.

"Maaf. Bukan begitu maksudku. Aku tidak tahu banyak tentang angkatan laut dan pertempuran di laut, jadi aku ingin memusatkan perhatianku pada Ooyamizuchi. Berikan berkas  tentang Raja Naga Berkepala Sembilan dan armadanya ke Aisha, jika kamu mau. Dia akan mengirimkan informasinya ke ahli kami di Kerajaan (Excel), yang akan memberikan tindakan pencegahan yang efektif.”

"O-Oh, begitu... Maafkan aku," kata Shabon, menundukkan kepalanya meminta maaf.

Itu tampaknya telah memuaskannya, jadi aku segera melanjutkan untuk memeriksa tugas yang ada.

Juna dan aku mengambil berkas yang telah diklasifikasi oleh Shabon dan Kishun untuk kami dan selanjutnya membaginya menjadi kesaksian saksi dan laporan kerusakan sebelum menyerahkannya ke Ichiha. Dia kemudian menganalisis informasi dan mempersempit kemungkinan bentuk makhluk itu.

“I-Ini adalah...! Astaga..." Putri Shabon, yang sedang memilah-milah kertas, tiba-tiba berteriak.

Aku menoleh untuk melihat apa yang terjadi, dan Putri Shabon datang, dengan ekspresi sedih di wajahnya saat dia menyerahkan satu dokumen kepadaku. Aku menerima kertas-kertas itu dan memeriksanya.

“Seluruh pulau, hancur, ya...? Itu mengerikan, ”gumamku meskipun diriku sendiri.

Dokumen itu adalah laporan kerusakan dari beberapa hari yang lalu. Lusinan orang dan ternak mereka telah menghilang dari pulau itu dalam semalam. Dilihat dari kehancuran dan "sisa" yang tertinggal, sudah dipastikan bahwa Ooyamizuchi pastilah yang menyebabkan hal ini. Melihat tanggalnya, Shabon dan Kishun seharusnya berada di Kerajaan ketika itu terjadi. Dengan kata lain, kerusakan terus menyebar saat mereka pergi.

Gambar pemandangan neraka di luar tembok Lastania melintas di ingatanku. Hal seperti itu bisa terjadi di mana saja di dunia ini. Aku perlu mengingatnya setiap saat. Namun, untuk saat ini, aku harus mencari cara untuk menghadapi Ooyamizuchi.

“Berdasarkan laporan saksi, kita bisa berasumsi bahwa Ooyamizuchi adalah makhluk tunggal. Jika itu bisa melahap semua orang itu dalam satu malam, itu pasti sangat besar, kan?” Ichiha bertanya, dan aku mengangguk.

"Ya. Ada beberapa perbedaan dalam kesaksian mereka, tetapi tampaknya setara dengan ukuran pulau kecil. Tingginya pasti lebih dari 30 meter.”

"Setara Naden dalam bentuk ryuu-nya jika kamu membandingkan nya, kalau begitu."

“...Aku tahu itu tidak pantas, tapi agak lucu membayangkannya,” kata Juna sambil tersenyum masam. Bagaimanapun, kami menggunakan Naden seperti penggaris.

“Hei, Ichiha, kalau tingginya 30 meter, pasti lebih panjang dari itu, kan?”

"Benar. Kami memiliki laporan tentang orang-orang yang melihatnya merangkak seperti kura-kura. Jika kita memikirkannya seperti itu, mungkin dua hingga tiga kali lebih panjang. ”

“Pada ukuran itu, itu benar-benar seperti kaiju...”

Maksudku, aku telah melihat sejumlah makhluk yang bisa kau sebut "kaiju," termasuk Naden dan naga seperti Ruby, juga badak dan naga laut, tapi Ooyamizuchi ini sangat besar bahkan jika dibandingkan dengan mereka. Satu-satunya yang tidak kalah dalam hal itu adalah Ibu Naga, tapi dia tidak memasukkan dirinya dalam urusan umat manusia ketika mereka tidak melibatkan naga, jadi dia tidak akan membantu kami. Kami harus mengurus masalah kami sendiri.

“Apa yang kita ketahui tentang bentuknya? Ada laporan bahwa itu adalah ular berkepala banyak juga, kan?”

Saat aku menanyakan itu, Ichiha melihat-lihat dokumen, sedikit memiringkan kepalanya ke samping.

“Itu tidak jelas. Banyak dari pernyataan ini mengatakan bahwa mereka tidak dapat melihat bentuknya dengan jelas melalui kabut di kejauhan. Meskipun, banyak yang menyebutkan melihat sesuatu yang panjang dan berbentuk seperti ular.”

“Di kejauhan, ya...? Apakah kita memiliki laporan saksi dari dekat?” kataku, menggali tumpukan, dan Ichiha mengerang.

“Satu-satunya yang pernah melihatnya dari dekat adalah para korban. Mereka semua terluka, trauma, atau…”

"... Sudah dicerna sekarang?"

“Meskipun, kita tidak bisa memastikan ia memiliki saluran pencernaan seperti makhluk normal atau tidak.”

Tidak banyak harapan untuk mendapatkan informasi tentang itu, ya? Aku sedang berpikir, ketika...

“Oh, tuan. Bagaimana dengan ini?" kata Juna sambil menunjukkan secarik kertas padaku. “Sepertinya laporan tertulis dari satu-satunya yang selamat dari serangan Ooyamizuchi. Meski selamat, mereka terluka parah dan harus dipindahkan ke pulau lain untuk perawatan. Mereka tampaknya berada dalam kondisi pikiran yang tidak stabil, jadi kami tidak dapat memastikan seberapa akurat kesaksian mereka.”

"Boleh aku lihat?" Ichiha mengambil kertas itu dan melihatnya.



— Kesaksian Seorang Nelayan —



Itu adalah ular. Kepala ular. Membentang dari kabut. Kami bersembunyi di gudang kapal, tapi ular besar dan panjang ini merobek atap, dan mengambil Raishi* dengan mulutnya. Kami ketakutan, hanya ketakutan... Tidak bisa berbuat apa-apa selain menonton.

Beberapa saat berlalu, dan kemudian terdengar bunyi gedebuk yang menyeramkan... Kami melihat keluar dan ada Raishi, terbelah dua—bagian atas dan bagian bawahnya.

Kami bingung, dan semua lari ke arah yang berbeda.

Aku tidak ingat kemana aku berlari, atau bagaimana... tapi aku tersandung sesuatu, terjatuh... dan kehilangan kesadaran, karena ketika aku sadar, hari sudah pagi. Aku memegang kepalaku yang sakit, dan... dan pergi mencari teman-temanku, tapi... aku tidak menemukan mereka.

Aku kembali ke gudang perahu dan tubuh Raishi juga hilang. Meski darahnya masih ada...

Kemana semua orang pergi?! Dimana dimana...

* Tambahan: Salah satu nelayan lainnya

◇ ◇ ◇

“Itu mengerikan...”

Ichiha menjadi pucat saat dia membacanya. Karena mereka telah menuliskan kata-katanya kata demi kata, kami dapat merasakan perasaan si saksi.

“...Tapi ada satu hal yang menarik minatku.” Ichiha berhasil memaksa dirinya untuk berkata setelah mengambil waktu sejenak untuk pulih.

“Hm? Apa itu?"

“Cara seorang pria tersebut terbelah menjadi dua bagian atas dan bawahnya. Sesaat sebelum ini, saksi mengatakan pria itu telah diangkat oleh ular.”

"Ya. Itu memang mengatakan itu.”

“Jika seekor ular dengan kekuatan untuk merobek atap sebuah bangunan dan rahang yang cukup kuat untuk menggigit seseorang melakukannya, menurut anda apa yang akan terjadi pada tubuh orang itu?”

"Itu akan menggigit mereka menjadi dua, kan?" Aku bertanya.

"Tuan Apakah Anda tahu bagaimana cara ular memakan makanannya?”

“Apa maksud... Ah! Mereka menelan semuanya!”

Aku telah melihat seekor ular sedang makan di beberapa program alam dulu, jadi aku ingat gambar mereka menelan mangsanya secara utuh. Kalau begitu, memiliki seorang pria yang terbelah dua pasti tampak aneh di sini.

Ichiha mengangguk. “Saya mempertanyakan pernyataan bahwa itu adalah ular. Bahkan jika kita menganggap itu semacam ular bergigi, jika menggigitnya dari atas, tubuh bagian atasnya seharusnya tetap berada di dalam mulutnya. Hanya bagian bawah yang seharusnya jatuh ke tanah. Juga, jika ia menggigit tubuhnya, mengingat ukurannya, lengan dan kaki nya akan terputus dan seharusnya jatuh secara terpisah.”

"Seharusnya dia tidak membelahnya menjadi dua... Apakah itu yang kamu ingin katakan?"

Ichiha mengangguk setuju. “Ini hampir seperti dia dipotong dengan pisau yang tajam. Itu bukan sesuatu yang terjadi ketika Anda digigit.”

"Jadi, apakah salah mengatakan itu ular?"

"Saya tidak bisa mengatakan sebanyak itu, tapi... Mungkin itu sesuatu yang terlihat seperti itu."

“Benar…” Aku meletakkan kertas itu dan menghela nafas. “Tetap saja, bahkan seseorang yang melihatnya dari dekat tidak dapat memahami dengan jelas seperti apa bentuknya, ya? Kabut di sekitarnya pasti cukup tebal. Apakah itu pernah muncul di bawah langit yang cerah?”

Ini seperti sesuatu yang keluar dari film tokusatsu lama. Aku mendengar bahwa ketika CG tidak berkembang dengan baik, mereka menggunakan banyak adegan yang dibuat di malam hari untuk menyembunyikan titik-titik kasar dalam teknik yang mereka gunakan. Aku rasa mirip seperti itu.

"Kabut... Kabut tebal... Dan itu selalu ada disana?" Ichiha terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. “Dengan begitu banyak orang yang menyebutkan kabut... mungkin saja itu tidak terjadi secara alami. Mungkinkah Ooyamizuchi menghasilkan kabut itu sendiri?”

"Kabut? Untuk menyembunyikan diri?”

“Tidak, itu tidak mungkin. Dari apa yang ditunjukkan oleh laporan-laporan ini, tidak ada catatan tentang pertempuran serius melawan Ooyamizuchi. Bukankah begitu, Putri Shabon?” Ichiha bertanya padanya, Shabon mengangguk.

"Ya. Ooyamizuchi bergerak melalui laut dan sulit untuk diikuti oleh kapal. Kami bahkan tidak bisa melawannya dengan benar. Meskipun saya tidak yakin kita bisa menang jika kita bisa melawannya…” Shabon menggertakkan giginya karena frustrasi.

Ichiha melanjutkan berbicara, “Jika tidak ada catatan pertempuran, maka itu berarti Ooyamizuchi tidak melihat umat manusia sebagai ancaman. Kita mungkin tidak lebih dari mangsa yang merangkak di tanah. Tidak ada gunanya bersembunyi dari lawan yang tidak Anda takuti, kan?”

"Itu benar. Tapi lalu untuk apa kabut itu?”

“Mungkinkah, karena itu adalah makhluk laut, ada beberapa batasan kemampuannya untuk bergerak di darat? Sebagai contoh... jika Anda meninggalkan gurita raksasa di darat, pada akhirnya akan mengering, bukan? Mungkin itu sama untuk Ooyamizuchi, dan tubuhnya mengering dengan cepat di darat, memperlambat gerakannya. Dan itulah mengapa ia membuat kabut, untuk membantu menjaga kelembapannya... mungkin?”

Itu masuk akal. Jika kamu mengeringkan teripang, teripang akan menyusut menjadi lebih kecil dari ukuran aslinya. Meskipun, itu menjadi besar lagi dengan cepat ketika kamu memasukkannya kembali ke dalam air ...

“Makhluk yang menghasilkan kabut? Tapi itu tidak terlihat seperti semburan ikan paus... Oh! Kalau dipikir-pikir, ada legenda monster kerang besar yang disebut 'shen' yang menghasilkan kabut fatamorgana..."

“Kerang yang menghasilkan kabut, katamu …? Saya akan mencoba menggambarnya,” kata Ichiha, lalu pergi bekerja menggunakan arang dan papan gambar yang dibawanya.

Dia mencoba menggambar Ooyamizuchi menggunakan informasi terpisah yang telah kami kumpulkan. Ichiha adalah ahli monsterologi terkemuka. Aku yakin dia akan menghasilkan sesuatu yang lebih akurat daripada yang bisa dia lakukan di Kingdom.

Juna dan aku buru-buru mendapatkan semua bahan yang dia butuhkan.

◇ ◇ ◇

Sementara Souma dan dan yang lain sedang memeriksa informasi tentang Ooyamizuchi, Shabon dan Kishun sedang memilah-milah berkas-berkas yang telah ditumpuk secara acak. Saat mereka memisahkan informasi berdasarkan kategori, Shabon menghela nafas sedikit.

“...Nona Shabon?” Kishun bertanya ketika dia menyadarinya, dan Shabon menggelengkan kepalanya.

"Aku minta maaf. Aku sedang berpikir."

“Apakah ada sesuatu yang mengganggu anda?”

"Ah iya. Tuan Souma tampaknya menganggap informasi tentang Ooyamizuchi itu penting, tetapi dia meninggalkan informasi tentang Ayah dan armadanya kepada bawahannya. Aku tahu dia mengatakan dia tidak akrab dengan angkatan laut, tetapi aku terkejut bahwa dia bahkan tidak akan tertarik sama sekali ... "

"Anda pikir dia menganggap Raja Naga Berkepala Sembilan terlalu enteng, begitu?"

Shabon mengangguk. “Aku bersyukur dia melihat Ooyamizuchi sebagai ancaman dan sedang mencari metode untuk menghadapinya. Namun, ayahku adalah penguasa yang kuat dari sebuah Negara Kepulauan yang penuh dengan penjahat. Aku tidak bisa membayangkan dia bisa mengalahkannya tanpa menganggapnya serius.”

“Apakah Tuan Souma memiliki keyakinan mutlak pada kemampuannya untuk mengalahkan Raja Naga Berkepala Sembilan? Seperti senjata yang tidak pernah bisa kita bayangkan di Kepulauan Naga Berkepala Sembilan?”

"Mungkin saja. Namun, jika dia lengah, aku khawatir dia akan tersandung. Mengetahui ayahku, aku sangat menyadari betapa menakutkannya dia sebagai musuh. ” Dia menatap Souma dan menghela nafas. “Tetap saja, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah percaya pada Tuan Souma. Karena aku sudah berpisah dengan ayahku... Karena ini jalan yang kupilih..."

“Nona Shabon…” kata Kishun, ada kekhawatiran dalam suaranya. Shabon menampar pipinya.

“Aku juga harus melakukan semua yang kubisa. Agar semudah mungkin bagi bawahan Tuan Souma untuk membuat rencana.”

“Ya, nona… Ah! Kalau dipikir-pikir.”

“Hm? Ada apa, Kishun?”

“Ada satu hal yang menarik perhatian saya saat kita membahas laporan di sini.”

“Sesuatu yang menarik perhatianmu?”

"Ya. Laporan tentang peralatan militer Pulau Naga Berkepala Sembilan. ”

Kishun menyerahkan selembar kertas kepada Putri Shabon untuk dilihat. Itu adalah laporan tentang pengeluaran Raja Naga Berkepala Sembilan untuk peralatan militer untuk mempersiapkan pertempuran dengan armada Kerajaan. Shabon memiringkan kepalanya ke samping.

“Sikap konfrontatif ayahku tetap tidak berubah. Apakah itu maksudmu?”

“Pengeluarannya lebih rendah dari yang saya pikirkan. Anda ingat bahwa raja menaikkan pajak 'untuk mempersiapkan invasi Kerajaan yang akan datang.' Dia seharusnya bisa menghabiskan lebih dari ini.”

"Benarkah?... Itu aneh."

Jika apa yang ditunjukkan Kishun benar, maka sebagian besar dana yang telah dikumpulkan melalui pajak tidak digunakan untuk militer.

“Nona Shabon. Apakah Raja Naga Berkepala Sembilan adalah tipe orang yang membuang-buang uang?”

"Tidak mungkin! Ayah adalah seorang militeris yang tidak akan ragu untuk membelanjakan uangnya untuk peralatan militer, tetapi dia tidak pernah membuang uang untuk hal lain. Alih-alih kemewahan, dia akan selalu memilih untuk memiliki satu kapal lagi untuk armadanya.”

"Kalau begitu, kemana uang itu pergi...?"

"...Aku tidak yakin." Mata Shabon bergetar karena kegelisahan saat dia melihat ke arah Pulau Naga Berkepala Sembilan. "Apakah ada hal yang tidak kita ketahui sedang terjadi di negara ini?"

Kishun tidak menanggapi pertanyaan Shabon.

◇ ◇ ◇

Sementara itu, sekitar waktu yang sama, Naden, Tomoe, dan Yuriga sedang melihat-lihat mansion Kishun. Mereka memeriksa segala sesuatu mulai dari gulungan gantung di ceruk* hingga perabotan asing dengan penuh minat.
(EDN: semacam lengkungan)

“Hei, lihat ini. Kepala di ornamen harimau ini bergoyang-goyang.” Kata Yuriga. Tomoe mencondongkan tubuhnya untuk melihat lebih dekat.

"Kamu benar... Itu cukup bagus, ya?"

Naden, terbungkus mantel tebal, menggigil saat melihat mereka. Mantel itu dari The Silver Deer. Biasanya, Naden baik-baik saja dengan pakaian yang terbuat dari sisiknya sendiri, tapi itu tidak bisa menghangatkannya, jadi dia mengenakan beberapa lapisan tambahan.

“Urgh... Dingin sekali... Mansion ini terlalu berangin. Ohh, aku ingin kembali ke pemanas di kamar Souma.”

"A-Apakah kamu baik-baik saja, Naden?" tanya Tomoe, terdengar khawatir, dan Naden memeluknya erat.

“Wahh?!”

"...Sangat hangat. Anak-anak memiliki suhu tubuh yang sangat tinggi.”

“Kamu juga terlihat seperti anak kecil, tahu?” Yuriga berkata dengan putus asa saat Naden menggunakan Tomoe untuk menghangatkan dirinya.

“Hei, Yuriga! Naden adalah seorang ratu!”

"Aku tidak keberatan. Aku tahu aku yang paling tidak agung dari semua ratu. Orang-orang di kota Parnam tetap memperlakukanku seperti gadis normal juga,” kata Naden sambil tersenyum masam sambil mengelus kepala Tomoe.

Meski sudah menjadi ratu, Naden tetap pergi ke kota jika ada waktu luang. Para wanita penjaga toko memujanya dan akan memintanya untuk membelikan barang-barang untuk mereka atau menyanyikan lagu pengantar tidur untuk anak-anak mereka.

"Aku seorang ratu, kau tahu!"...dia akan protes, tapi Naden selalu melakukan itu untuk mereka, jadi mereka terus mengandalkannya. Jika kamu melakukan survey pendapat popularitas untuk ratu, tetapi membatasi hanya di kota Parnam, para bangsawan dan ksatria akan memilih Liscia, tetapi suara rakyat jelata yang jauh lebih besar mungkin akan terbagi antara Naden dan Juna. Jika kamu membatasi itu lebih jauh hanya pada pemilih perempuan, Naden jelas memiliki keunggulan. Mereka menghadiahinya dengan produk dari toko mereka, jadi dia selalu membawa pulang produk segar dan menyenangkan Souma dengan masakan rumah buatannya.

"Itulah mengapa aku tidak akan mengeluh tentang rasa tidak hormat... Tapi sebagai gantinya..."

"Hah?! Eek?!”

Naden berputar di belakang Yuriga dan meraihnya dari belakang.

“Hangatkan aku dengan sayapmu sebentar.”

"Apa?! Whoa, jangan mengelus sayapku! Mereka sensitif!”

“Ohh. Aku suka bulumu.” (Sentuh, sentuh.)

“T-Tidak... Berhenti...! Ahhh!”

Mungkin karena kedinginan, Naden menjadi terlalu sensitif.

“A-apa yang mereka lakukan? Mungkin ada baiknya Ichiha tidak ada di sini.” Tomoe tersipu saat dia melihat Naden mendekati Yuriga.

Setelah mereka bergulat sebentar, Naden pasti sudah merasa lebih hangat dan melepaskan Yuriga. Setelah dibebaskan, Yuriga memelototi Tomoe dengan kesal.

“Jangan hanya menonton! Tolong aku!"

“Oh, aku tidak bisa melakukan itu. Maksudku, lihat, aku bahkan tidak punya sayap.”

“Kau punya ekor serigala, bukan? Dengar, Naden, bukankah akan terasa begitu hangat jika kamu bisa memeluk ekor berbulu halus anak ini?”

“...Hei, kamu benar.”

Saat Naden menatapnya dengan mata predator, Tomoe secara naluriah menutupi ekornya dengan tangannya.

“U-Um, kita harus benar-benar pindah ke tempat berikutnya. Para pelayan mengatakan gudang itu penuh dengan barang-barang menarik.” Tomoe mendesak mereka berdua untuk bergerak bersama, mencoba mengubah topik dari ekornya.

Gudang yang mereka datangi di sudut taman berdinding putih dan beratap ubin. Jika Souma ada di sana, dia akan menggambarkannya sebagai, "Jenis tempat seorang hakim jahat dalam sebuah drama akan menyimpan koin emas untuk kemudian dicuri oleh pencuri yang baik."

Kishun sudah memberi mereka izin untuk masuk ke dalam, jadi pintunya terbuka lebar. Ketika ketiganya masuk, udaranya sedikit berbau jamur, dan berbagai benda disimpan di sana, tampaknya disusun secara acak.

“Apakah ini... alat untuk bertani? Kelihatannya cukup tua.”

"Yuriga, ada jaring lempar untuk memancing di sini."

“Apakah itu babi hutan raksasa taksidermi...? Ini lebih kecil dari yang ada di Pegunungan Naga Bintang. Apakah mereka menangkapnya di pegunungan di sini? Oh, dan tulang rahang itu berasal dari hiu, kan?”

Sepertinya gudang ini adalah tempat mereka menyimpan barang-barang yang tidak lagi digunakan. Ada berbagai alat yang digunakan untuk bertani, memancing, dan berburu, serta piala yang dibuat dari apa yang mereka tangkap.

"...Hah?"

Sesuatu di gudang menarik perhatian Tomoe.

"Wow?! Apa ini? Ini lucu.”

"Apa yang sedang kamu lakukan? Tunggu, apa ini?”

"Seekor anjing... Tidak, serigala?"

Yuriga dan Naden mendekat untuk melihat apa yang Tomoe temukan. Itu adalah benda yang panjangnya mungkin 30 sentimeter, menyerupai serigala, dan dipasang pada alas kayu. Mulutnya memiliki lubang bundar di dalamnya, yang mengarah ke lubang silinder.

Penasaran, Yuriga mencoba mengambilnya.

“Ngh...! Ini lebih berat dari yang terlihat.”

Tampaknya terbuat dari besi dan membebani lengan ramping Yuriga. Tomoe pasti juga akan kesusahan untuk mengangkatnya.

Melihat serigala besi, Tomoe memiringkan kepalanya ke samping. "Hmm. Dari bentuknya, itu terlihat seperti meriam, tapi…”

"Bukankah meriam sedikit lebih besar dari ini?"

"Mungkin itu meriam kecil?"

Sementara Tomoe dan Yuriga berjuang untuk mencari tahu apa itu...

“Bukankah lebih cepat bertanya pada seseorang yang tahu?”

""Ah!""

Naden dengan santai mengangkat serigala besi itu dengan satu tangan. Menjadi ryuu, dia kuat bahkan dalam bentuk manusia. Tomoe dan Yuriga kaget melihatnya. Dengan itu di tangan Naden, mereka bertiga kembali ke Souma dan yang lainnya.

Ketika mereka kembali, Souma dan Juna sedang istirahat, minum teh yang telah disiapkan Shabon untuk mereka, sementara Ichiha menggambar berdasarkan informasi yang mereka kumpulkan.

"Apakah kamu punya waktu sebentar, Onii-chan?"

“Hm? Ada apa, Tomoe?”

"Kami menemukan benda ini di gudang."

Dia menunjukkan Souma dan yang lainnya serigala besi yang mereka bawa.

"Apakah ini ... meriam?" Juna melihatnya, bingung. “Kami menggunakan meriam di angkatan laut, tapi yang ini sangat kecil. Ini memiliki kaliber 60 milimeter... dan tidak akan bisa menampung banyak bubuk mesiu, sehingga kekuatannya tidak bisa menembus lambung kapal. Meskipun, di Negara Kepulauan Naga Berkepala Sembilan ini, mereka menggunakan kapal kayu dengan pelat besi yang dibaut, jadi jika kamu menargetkan kayunya, kupikir ini masih bekerja dengan baik.”

Tomoe terkesan dengan penjelasan Juna.

Sementara itu, Souma berpikir, Hewan itu terlihat seperti komainu lion-dog, tapi mungkinkah ini Meriam Crouching Tiger? Dia ingat unit negara Cina dalam game simulasi peradaban yang dia mainkan di dunia tempat dia berasal menggunakan senjata seperti ini.


"Itu adalah meriam lion-dog," kata Kishun. “Seperti yang dijelaskan Nona Juna, itu adalah senjata yang menggunakan bubuk mesiu yang digunakan dalam pertempuran laut. Karena mereka tidak terlalu berat, kami dapat memuatnya bahkan ke perahu terkecil kami, dan kemudian memanfaatkan kecepatannya untuk menargetkan titik lemah musuh.”

“Begitu… Seperti yang diharapkan dari negara maritim, memiliki senjata yang menarik.” Souma menyilangkan tangannya dan mengerang setuju.

Itu berada pada kategori antara meriam dan senapan, kurasa. Kami tidak bisa menggunakan senapan karena massa peluru yang rendah berarti mereka tidak bisa dimantrai oleh sihir, tapi meriam tangan semacam ini mungkin bisa digunakan... Akan berat, dan sulit untuk bermanuver, tapi mungkin aku akan minta militer menelitinya saat aku kembali ke Kerajaan.

Sementara Souma memikirkan hal itu...

“Tuan Souma... Eh, maksudku, Yang Mulia! Saya sudah selesai menggambar!”

Ichiha datang dan membentangkan gambarnya di atas meja. Semua orang berkerumun untuk melihat, lalu menelan ludah.

"Apakah ini Ooyamizuchi?" Tomoe bergumam pada dirinya sendiri.

Ini masih hanya sketsa imajinatif, tetapi memiliki gambaran untuk meyakinkan kita semua bahwa ini mungkin merupakan bentuk asli dari makhluk itu.

◇ ◇ ◇

Dengan matahari terbenam di malam hari, kamu bisa melihat garis merah samar di sepanjang punggung gunung. Kami berada di taman dengan api unggun dan panci besar yang membuatku berpikir tentang pesta hot pot imoni-kai di Yamagata.

"Sekarang, ayo makan semuanya." Pria tanuki yang berdiri di depan pot berkata, menawarkan mangkuk dengan satu tangan sementara yang lain memegang sendok.

Aku diberitahu bahwa penduduk setempat menggunakan sisa potongan yang tersisa ketika mereka menyiapkan ikan dari kerajaan untuk pengawetan, dan menggabungkannya dengan sayuran lokal untuk membuat sup, yang sedang dibagikan saat ini. Dengan makanan hangat di tangan, kami pergi ke balkon untuk makan.

"Wah... Itu benar-benar menghangatkanmu."

“Hee hee, tentu saja. Ini adalah rasa yang sangat menenangkan.”

Juna dan aku merasakan mulut kami sangat puas dengan makanannya.

Masakan Negara Kepulauan Naga Berkepala Sembilan tampaknya cukup mirip dengan dunia tempatku berasal, termasuk penggunaan miso. Sayuran akar yang direndam dalam kaldu ikan dan miso sangat lezat. Di dekat pot, Aisha dan Naden memanjakan diri mereka dengan gembira.

“Ini terasa mirip dengan masakan Yang Mulia. Oh! Aku ingin mangkuk lain, tolong! ”

“Rasa masakan suami kita, ya? Aku juga akan makan semangkuk lagi!”

Jadi, itu bukan seperti  rasa masakan ibu mereka, ya? Yah, aku tidak memiliki kenangan tentang ibuku sendiri, rasanya mungkin seperti masakan nenek untukku. Tomoe, Ichiha, dan Yuriga tampak putus asa untuk mencoba apakah mereka bisa makan sebanyak dua orang rakus itu.

“Rasa miso yang familiar ini enak. Ini cocok dengan rasa umami ikan.”

"Oh itu benar. Kamu juga dari utara, bukan? Kami memiliki hidangan serupa di Malmkhitan.”

“Sama seperti di Kadipaten Chima. Sangat menarik untuk mengetahui bahwa Negara Kepulauan Naga Berkepala Sembilan memiliki budaya makanan yang mirip dengan Persatuan Negara Timur. Apakah munkin kelompok yang memiliki budaya itu bermigrasi dari satu tempat ke tempat yang lain...?”

Saat Ichiha merenungkan itu, Tomoe tersenyum dan menyodok pipinya.

“Ayolah, Ichiha. Jika kamu terus memikirkannya, Aisha dan Naden akan memakan semuanya, tahu?”

"Oh! Waktunya makan, kalau begitu... Aduh! Itu panas!"

Sepertinya makanannya terlalu panas ketika ia terburu-buru untuk memakannya. Ichiha menjulurkan lidahnya dan mengipasinya dengan tangannya. Tomoe melihatnya dengan prihatin.

“A-Apakah kamu baik-baik saja, Ichiha? Maafkan aku. Seharusnya aku tidak membuatmu terburu-buru.”

“T-Tidak, aku hanya kurang berhati-hati...”

"Apa yang kalian berdua lakukan?" Yuriga bertanya sambil menghela nafas. “Astaga. Ini, ambil airnya.”

“M-Maaf...” Ichiha menerima sesendok penuh air dan meneguknya.

Segalanya tampak baik-baik saja, jadi orang dewasa seperti kami tidak perlu terlibat. Saat kami melihat ketiga anak itu dengan menggemaskan, ada suara-suara di suatu tempat di kejauhan. Aku memfokuskan telingaku untuk mendengarkan, dan ternyata itu adalah sebuah lagu.



Kami mengambil perahu kami di laut ibu.

Ke ombak yang kaya dengan ikan dan kehidupan.

Di bawah mata burung laut ada harta karun.

Jika kita terlalu lambat, big'un akan menyerang.

Tarik jaring! Heave, ho! Heave, ho!

Biarkan pelabuhan mendengar lagu kemenangan kita.



"Ini..."

“Sebuah nyanyian pelaut. Penduduk pulau pasti menyanyikannya, ”jawab Kishun sebagai tanggapan atas gumamanku. "Saya yakin mereka pasti merayakannya di pelabuhan hari ini untuk pertama kalinya dalam waktu yang terlalu lama."

Kishun datang dengan membawa sebotol sake di tangannya; di belakangnya adalah Shabon membawa cangkir. Kishun duduk di sebelahku dan Shabon duduk di sebelah Juna, menempatkan diri mereka mengapit kami berdua sebelum membagikan cangkir.

“Ini sake naga, dibuat dengan beras Negara Kepulauan Naga Berkepala Sembilan,” Kishun menjelaskan, menuangkan minuman ke dalam cangkirku. Baunya persis seperti sake Jepang.

“Untuk Anda juga, Nyonya.” Shabon mencoba menawarkan Juna sake naga juga, tapi...

"Maafkan aku. Bisakah aku meminta teh saja? ” dia dengan sopan menolaknya. Juna bisa menahan minuman kerasnya dengan cukup baik, tapi dia pasti berpikir sebaiknya kami berdua tidak mabuk pada saat yang bersamaan.

Aku mendentingkan cangkirku ke cangkir Kishun dan meminumnya... Ya, ini benar-benar terlihat seperti sake.

Aku telah meninggalkan Jepang sebelum aku mencapai usia minum, jadi satu-satunya alkohol Jepang yang pernah kucoba adalah mirin alkohol untuk memasak, tetapi aku merasa ini seharusnya sama dengan sake Jepang.

"Anda suka? Apakah sake negara kami sesuai dengan seleramu?” Kishun bertanya dan aku mengangguk sebagai jawaban.

“Ya, kupikir itu bagus. Ini cocok dengan rasa sup yang kaya rasa.”

"Saya senang mendengarnya."

Jadi kami minum, mendengarkan teman kami yang berisik dan nyanyian pelaut dari pelabuhan. Dari apa yang  kulihat di sini, sulit untuk membayangkan ada monster bernama Ooyamizuchi di laut, dan kami akan bertarung sengit melawannya. Di masa yang lebih damai... Aku mungkin bisa lebih menikmati minum bersama Shabon dan Kishun—bersama dengan Liscia dan Roroa, yang kami tinggalkan di Kerajaan.

"Ini benar-benar minuman yang enak."

Aku menelan minuman itu bersama dengan perasaan pahit itu.



Clank! Clank! Clank! Di tengah malam itu, bel alarm mulai berdering.

"Itu disini! Itu disini!"

“Teman-teman, cepatlah temui chief pulau! Wanita dan anak-anak, jangan keluar!”

Mendengar kericuhan, kami bergegas keluar dari ruangan besar tempat kami tidur.

Melihat Souma, Kishun berkata, “Tuan Souma. Tolong pergi ke menara pengawas. Anda akan dapat melihatnya dari sana. ”

"Mengerti."

Mengikuti sarannya, kami bergegas ke menara pengawas mansion. Aku menyipitkan mata ke laut dan bisa melihat benda besar bergerak di dekat Kepulauan Kembar dengan kecepatan lambat.

"Gunakan ini, Yang Mulia," kata Aisha, menawariku teleskop.

"Terima kasih."

Aku membawanya ke mataku dan mengintip ke kejauhan. Untungnya, bulan cerah malam itu, dan cahaya bulan yang terpantul dari permukaan laut memberiku gambaran lengkap tentang makhluk itu.

Memandang jauh dari teleskop, aku bertanya kepada Shabon, "Apakah itu Ooyamizuchi?"

"Sepertinya benar. Sulit membayangkan makhluk lain yang begitu besar.” dia menegaskan dengan anggukan.

Aku memberikan teleskop ke Ichiha. "Aku tahu kami bisa mengandalkanmu," kataku padanya. "Itu terlihat persis seperti gambarmu."


Berdasarkan laporan saksi yang terpisah-pisah, Ichiha telah membuat sketsa. Itu tampak mirip dengan naga laut dari kepala sampai ke lehernya, dengan cangkang kerang di punggungnya, dan tentakel tebal seperti gurita untuk lengan dengan pencapit seperti krustasea di ujungnya. Poin kuncinya di sini adalah teori bahwa laporan tentang "ular berkepala banyak" berasal dari kesalahan identifikasi tentakel dan pencapit. Korban yang dipotong menjadi dua tidak menunjukkan digigit sesuatu yang memiliki kepala ular, melainkan akibat dipotong oleh pencapit yang dikira sebagai kepala oleh saksi.

Selain itu, anggapan bahwa, "Ini mungkin melepaskan kabut untuk menjaga tubuhnya tetap lembab," memunculkan gagasan bahwa beberapa bagian dari tubuhnya mungkin adalah moluska. Laporan tentangnya sebagai "seperti pulau kecil," dan aku mengatakan kepadanya, "ada legenda bahwa kabut diciptakan oleh monster mirip kerang," membuatnya menggambarkannya memiliki cangkang kerang di punggungnya. Ada beberapa bagian yang hanya cocok secara kebetulan, tapi untuk bisa menggambarnya dengan akurat berdasarkan sedikit info yang kami tunjukkan, Ichiha benar-benar jenius. Mereka mengatakan anak-anak yang tidak bersalah selalu melihat kebenaran, kurasa...

"Aku senang kau di sini, Ichiha."

“A-Anda menyanjung saya,” kata Ichiha dengan rendah hati sambil melihat melalui teleskop.

Aku menaruh tanganku di atas kepalanya.

“Banggalah dengan itu. Terima kasih untukmu, kami dapat menyiapkan tindakan pencegahan. ”

"Huh?! Oke!" Ichigo menanggapi dengan antusias.

Aku berharap keberhasilan berulang seperti ini dapat membantu anak pemalu ini mengembangkan rasa percaya diri, pikirku. Jika ia berhasil, dia akan tumbuh menjadi orang yang bisa membantu memimpin negara kami di masa depan.

Anggota kelompok yang lain bergantian melihat dengan teleskop, masing-masing menelan ludah ketika melihatnya.

“Sepertinya tidak ada kabut sekarang,” gumam Aisha.

“Itu mungkin karena dia tidak berencana untuk menyerang,” jawab Ichiha. "Mungkin kita harus menganggap kabut sebagai sesuatu yang dipancarkannya tepat sebelum pergi ke darat untuk menangkap mangsa?"

Aku mengajukan pertanyaan yang paling penting: "Kalau begitu, itu tidak akan mendarat di Kepulauan Kembar?"

"Betul sekali. Mempertimbangkan betapa tidak waspadanya makhluk itu, saya pikir itu 'hanya lewat.' Meskipun, jika ada pulau atau perahu kecil yang melintasi jalurnya, saya yakin itu akan tetap menjadi mangsanya.”

“Lagipula, itu sangat besar. Lebih besar dari kapal terbesar yang dimiliki Kerajaan.”

Bahkan dalam bentuk ryuu-ku, ukuranku bukan lah apa-apa dari makhluk itu.”

Juna dan Naden mendesah kagum. Kau bisa melihatnya, bahkan dari kejauhan, bahwa itu sangat besar. Seperti sesuatu yang keluar dari film kaiju. Itu lah yang akan kita hadapi, kan?

~~~~~~~~!

Ada suara seperti angin yang bertiup di antara bangunan, seperti nya itu memantul beberapa kali. Apakah ini tangisan Ooyamizuchi?

Aku mundur sedikit, lalu berbisik di telinga Tomoe, “Bisakah kamu tahu apa yang dipikirkan Ooyamizuchi, Tomoe?”

“Aku hanya bisa mengerti sedikit, tapi…” Tomoe balas berbisik. "Dia mencari 'musuh' dan 'makanan'... begitulah kedengarannya."

"Sebuah 'musuh', dan 'makanan'?" Aku balas berbisik, dan Tomoe mengangguk.

“Sepertinya itu sama saja untuk Ooyamizuchi. Musuh besar adalah makanan besar, dan rasa laparnya akan semakin besar... Ini sedikit berbeda dengan rasa lapar yang dimiliki lizardmen dari Kerajaan Lastania. Sepertinya inilah tujuan hidup Ooyamizuchi... Atau begitulah yang kumengerti.”

Memakan musuh untuk tumbuh... Apakah itu yang dilakukannya setiap hari? Ini jelas berbeda dari lizardmen dan kelaparan mereka. Jika ada, itu membuatku berpikir tentang pecandu pertempuran, terobsesi untuk membuktikan keberadaan mereka dengan mengalahkan saingan yang kuat.

Ketika aku menyampaikan apa yang dia katakan kepada Ichiha, dia memasang ekspresi termenung di wajahnya. “Mungkin... Ini monster yang tumbuh di ruang tertutup seperti dungeon, memakan monster lain untuk bertahan hidup? Biasanya, setelah tumbuh ke tingkat tertentu, ia akan meninggalkan dungeon dengan sendirinya, tapi untuk beberapa alasan... seperti mungkin karena dungeon berada di bawah air, ia terpaksa terus memakan monster lain..."

“Jadi monster itu saling memakan, dan Ooyamizuchi ini yang tersisa? Aku bisa melihat mengapa itu akan membuatnya melihat musuh dan makanan sebagai hal yang sama... Kurasa.”

Meskipun ini hanya spekulasi dari Ichiha, itu seperti praktik Cina kuno dalam menciptakan gu*: mereka memasukkan sekelompok makhluk menjijikkan ke dalam pot, dan yang terakhir selamat digunakan sebagai alat dalam ilmu hitam. Jika begitu Ooyamizuchi muncul, itu berarti dia adalah pemakan yang rakus, muncul sebagai makhluk paling kuat di dalam dungeon asalnya.

Ichiha mengerutkan kening dan berkata, “Jika makhluk itu lahir di dalam dungeon yang membuatnya terkurung di dalamnya, maka biasanya dia akan mati disana. Tapi jika dungeon itu bisa dihancurkan, atau mungkin Ooyamizuchi kebetulan mendapatkan kemampuan yang membuatnya berhasil kabur dari sana... Apapun itu, aku percaya ini adalah kasus yang sangat langka dari monster seperti itu yang muncul di permukaan.”

“...Itu masuk akal, ya.”

Aku telah menyaksikan secara langsung kekacauan seperti apa yang dapat ditimbulkan oleh dungeon yang belum ditemukan di Republik Turgis, tetapi tidak ada yang tahu kapan monster seperti ini akan muncul.

~~~~~~~~!

Merasakan tangisan Ooyamizuchi bergema jauh di lubuk hatiku, aku baru menyadari bahaya yang mengintai di dunia ini.




TL: Hantu
EDITOR: Zatfley

0 komentar:

Posting Komentar