Selasa, 21 Juli 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 13 : Chapter 10 - Menugaskan Pahlawan

Volume 13
Chapter 10 - Menugaskan Pahlawan


Siltvelt memberi kami dukungan penuh setelah itu. Kami naik ke salah satu kapal mereka dan berangkat ke Q’Ten Lo. Setelah beberapa waktu berlalu, kami menjatuhkan jangkar di pelabuhan sebuah negara kecil di sebelah timur. Aku mendaftarkan tempat itu sebagai lokasi portal dan kami kembali ke desa untuk sementara waktu.

“Oh! Selamat datang kembali, Pahlawan Perisai!” Seru Imiya.

Dia dan penduduk desa lainnya menyambut kami ketika kami kembali ke desa. 

“Terima kasih. Mungkin butuh waktu yang cukup lama, tapi kami kembali,” Jawabku.

“Kami semua khawatir,” kata Imiya.

Dia memberi tahuku bagaimana keadaannya, dan aku melihat ke semua penduduk desa. Dia juga ada disana. Sejauh yang aku tahu, sepertinya tidak banyak yang berubah.

“S’yne sedikit gelisah beberapa hari yang lalu,” kata Imiya. 

“Ah, jadi kau menyadarinya?” Aku bertanya kepada S’yne.

Dia mungkin ingin membantu tetapi menahan keinginannya untuk datang membantu karena aku tidak memanggilnya. Aku tidak merasa dalam bahaya pada saat itu. Kami bahkan tidak benar-benar bertarung.

“Familiar S’yne memberi kami informasi berkala tentang apa yang kau lakukan, jadi kami punya gambaran kasar yang terjadi disana,” lanjut Imiya.

“Aku ——“ S’yne mulai berbicara, lalu terpotong.

Hmm, aku tidak yakin akan merasa nyaman jika aku merasa dimata-matai. Tapi kurasa S'yne seperti pengawalku. Akan menjadi masalah jika aku dituduh melakukan kejahatan dan S'yne bisa bertindak sebagai saksi untukku atau semacamnya. Tetapi menilai dari perilakunya sejauh ini, mungkin aman untuk berasumsi bahwa itu tidak akan menjadi masalah.

“Apakah ada serangan ke desa?” Aku bertanya. 

“Beberapa,” jawab Imiya.

“Ah, ternyata ada juga,” kataku.

Bahkan ada upaya seperti itu juga di Siltvelt. Para penjaga di sana benar-benar tajam, dan mereka mengatasi para pembunuh Q’Ten Lo sebelum mereka mencapai kami. Sadeena melompat ke dalam air dan mulai menembakkan petir beberapa kali ketika kami berada di kapal tadi, jadi aku tahu para pembunuh masih berdatangan. Tetapi mereka belum melakukan upaya skala besar lagi. Q’Ten Lo mungkin tidak bisa mengambil risiko mengambil langkah besar melawan negara kuat seperti Siltvelt.

“Kami berhasil menangkis mereka dengan bantuan Pahlawan Pedang dan Pahlawan Busur. Tapi skala serangannya lebih kecil dari yang pertama,” jelas Imiya.

“Oh ya? Di mana Ren dan Itsuki?” Aku bertanya.

“Mereka sedang berlatih di kota tetangga saat ini,” jawabnya. Itu berarti mereka bersama wanita tua itu.

“Mel-chaaaan!” Filo berseru.

“Hei, Filo. Jika Kau pergi ke kota, beri tahu Ren dan Itsuki bahwa aku kembali,” Kataku padanya.

“Okaaaaaaay!”

Dia energik seperti biasa. Kupikir dia mungkin ingin bermain dengan Melty. Tapi mereka teman baik, jadi kurasa tidak masalah.

Tidak lama kemudian, Ren, Itsuki, dan Rishia kembali ke desa.

“Kami mendengar kau kembali, Naofumi. Kami datang untuk memastikannya,” kata Ren.

“Ya. Kami menyelesaikan cukup banyak masalah di Siltvelt,” jawabku.

“Kudengar kau terlibat dalam beberapa hal yang cukup menyulitkan. Mungkin kita seharusnya pergi, juga.”

“Tidak. Mungkin segalanya akan menjadi lebih rumit jika kalian ada di sana.”

Aku yakin para pemimpin Siltvelt akan memperlakukan kami sedikit berbeda jika Ren dan Itsuki ada di sana. Si brengsek singa itu kemungkinan besar akan memuntahkan sesuatu tentang tidak bisa mempercayai Pahlawan Perisai yang telah menjalin hubungan damai dengan para pahlawan dari negara yang bermusuhan.

“Semuanya berjalan lancar, berterima kasihlah pada diriku,” kata Atla. 
“...”

Dia pasti memilih waktu yang tepat untuk menyombongkan pencapaiannya. Fakta bahwa aku tidak bisa mengatakan dia salah benar-benar menyedihkan. Memang benar bahwa berkat kinerja Atla dan Fohl, akhirnya para pemimpin Siltvelt mengabulkan permohonanku dengan cepat. Jadi aku tidak bisa berdebat dengannya. Aku mengangkat bahu dan mengacak-acak rambut Atla sebelum menyuruhnya tenang.

“Atla! Ugh.” Fohl mengerang kesal.

Itu adalah kebenaran, jadi dia hanya perlu diam dan menghadapinya. Aku tidak yakin apakah mengambilnya merupakan keputusan yang baik atau buruk, karena sekarang aku benar-benar berhutang pada mereka. Aku harus memikirkan cara untuk membalas budi mereka.

“Aku benci mengakuinya, tapi aku tidak dapat menyangkal bahwa Atla memainkan peran besar,” kata Raphtalia dengan enggan.

“Sepertinya kau punya banyak hal untuk dihadapi. Jadi berapa lama sampai kita bisa masuk ke Q’Ten Lo?” Tanya Ren.

“Jika semuanya berjalan sesuai rencana, mereka mengatakan kita seharusnya bisa sampai di sana lusa,” kataku.

“Oh? Apakah itu kau, Nak?”

Pak tua toko senjata itu muncul entah dari mana karena suatu alasan. 

“Bagaimana keadaanmu sejauh ini?” Dia bertanya.
“Kami baru saja mendiskusikan perkembangan kami. Tapi apa yang kau lakukan di sini?” Aku membalas.

Dia kembali ke kota kastil terakhir kali aku mengetahuinya.

“Aku tidak pernah mendengar kabar darimu setelah kekacauan itu, jadi aku menutup toko sementara dan membawa Tolly untuk memeriksamu,” jelasnya.

“Ah, begitu. Maaf soal itu. Aku sedang sibuk,” kataku.

Setelah kami menyelesaikan semuanya di Siltvelt, terima kasih kepada Atla, aku cukup sibuk dengan hal-hal lain. Setelah menyelesaikan permasalahan tentang Jaralis dan mencari rumahnya, kami bergegas menyiapkan kapal dan kemudian berlayar menuju Q’Ten Lo. Aku tidak punya waktu untuk kembali ke desa, apalagi mampir ke toko senjata untuk memberi kabar terbaru.

“Jadi, Kau bisa mencapai negara yang kau tuju lusa?” Dia bertanya. Aku menunjuk ke peta.

“Oh, jadi di situlah tempatnya. Itu sempurna. Apakah kau pikir aku bisa ikut? Ada beberapa material di sekitar sana yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Jika dirimu menuju Q’Ten Lo, aku ingin kau membawaku,” pinta pak tua itu.

Dia menyatukan tangannya untuk menambah efek dramatis. Ketika aku tidak mengatakan apa- apa, dia mengeluarkan senjata rusak milik assassin yang aku berikan kepadanya setelah serangan.

“Tolly dan aku melihat senjata ini, lalu kupikir kita sudah menemukan sesuatu,” katanya.
“Oh ya?”

Aku memintanya untuk memeriksa senjata mereka. Apakah itu berarti ada semacam perkembangan?

“Sepertinya master kita yang membuatnya,” lanjutnya. 
“Apa?”

Aku ingat pernah mendengar orang tua itu dan paman Imiya berbicara tentang master mereka sebelumnya.

“Kau memberitahuku bahwa mastermu adalah orang yang menempa senjata misterius Q’Ten Lo?” Aku bertanya.

“Ada kemungkinan besar dia yang melakukannya. Jadi bisakah kau membawaku bersamamu? Aku ingin melihatnya lagi,” Jawabnya.

“Tapi….”

Bahkan jika itu benar, apakah aku benar-benar perlu membawa pak tua ini bersamaku? Aku lebih suka membiarkan dia bersiaga di desa atau melakukan pekerjaan di kota tetangga sementara dia menunggu. Namun, aku juga berutang padanya setelah semua yang dia lakukan untukku.

“Itu akan berbahaya,” kataku.

“Aku sadar akan bahayanya, Nak. Aku juga bisa bertarung sendiri, kau tahu. Aku tidak akan dikalahkan dengan mudah,” Jawabnya.

Hmm.... Lagipula, ini adalah satu- satunya permintaan dari pak tua toko senjata. Aku masih memikirkannya ketika Ren mengangkat tangannya.

“Aku pikir dia seharusnya baik-baik saja. Dia bahkan memberi kami beberapa pelajaran saat kami berlatih di kota,” Katanya.

“Sekarang setelah kau menyebutkannya, dialah yang mengajari diriku cara menggunakan pedang juga,” kata Raphtalia.

Dia berdiri di sana mengenang sejenak.

“Hanya dasar-dasar yang paling dasar,” kata pak tua itu.

“Aku juga sudah mengajarinya sedikit, akhir-akhir ini,” sela Sadeena.

“Ya, akhirnya aku mulai mengerti cara menggunakan katana dengan benar,” jawab Raphtalia.

“Aku sudah memperhatikan itu, sekarang setelah kau menyebutkannya. Kau menjadi lawan yang agak merepotkan,” Kata Atla.

“Aku tidak berencana kalah darimu, Atla,” jawab Raphtalia.

Sekarang setelah mereka menyebutkannya, aku melihat pelatihan Raphtalia dengan Sadeena ketika kami berada di atas kapal. Sadeena telah memberinya penjelasan rinci tentang cara menggunakan katana. Sadeena paling mahir dengan harpoon dan tombak, tetapi dia sepertinya tahu bagaimana menangani berbagai senjata. Adakah yang tidak bisa dia lakukan?

“Berapa levelmu yang sebenarnya?” Aku bertanya pada orang tua itu.

“Aku dulu seorang petualang, kau tahu. Aku level 87, mau kau percaya atau tidak,” Jawabnya.

Itu lebih tinggi dari yang aku harapkan! Kalau begitu, dia mungkin akan baik-baik saja. Kurasa. Tapi itu masih membuat diriku sedikit gelisah.

“Hmm Baikah kalau begitu. Tapi aku lebih suka membawamu begitu kami mendarat di Q’Ten Lo dan memastikan semuanya aman,” Kataku.

“Oh ayolah. Aku sudah terbiasa berpetualang dulu. Selain itu, kau atau si kecil mungkin berakhir dengan membunuh master jika ia kebetulan berada di pihak musuh karena suatu alasan. Itu akan menghilangkan seluruh tujuan, bukan?” Jawab pak tua itu.

Dia benar. Yang aku tahu tentang master mereka adalah bahwa dia adalah seorang ahli pedang. Memeriksa identitas setiap musuh yang kami lawan mungkin membuang-buang waktu. Aku selalu bisa membawa paman Imiya, karena dia tahu wajah master mereka. Tapi mengingat level mereka, pak tua itu lebih masuk akal.

“Sebaiknya kau tidak melakukan hal gila. Namun aku ingin kau tetap dekat denganku,” kataku. 

“Aku tahu itu! Kau benar-benar terlalu khawatir, nak,” jawab pak tua itu.

Yah begitulah. Dia telah melakukan banyak hal untukku. Wajar kalau aku mengkhawatirkannya.

“Naofumi memiliki lidah yang tajam, tetapi secara umum, dia selalu berpikir tentang melindungi orang lain. Masuk akal kalau dia akan khawatir,” kata Ren.

Ren berbicara atas nama diriku. Kenapa dia bertingkah seolah tiba-tiba tahu semua tentangku? Tapi aku merasa berkomentar hanya akan menimbulkan masalah, jadi aku tutup mulut.

“Lalu bagaimana dengan kita? Haruskah kami ikut denganmu juga?” Tanya Ren.

“Aku berencana untuk membuatmu tetap di sini untuk menghadapi setiap serangan di desa. Aku tidak ingin meninggalkan tempat ini tanpa ada penjagaan,” jawabku.

Maksudku, bukan berarti penduduk desa tidak berdaya. Tetapi mereka masih membutuhkan seseorang di sini untuk bertarung bersama mereka sebagai pemimpin. Namun, memiiki Ren dan Itsuki dalam timku mungkin hal yang menarik. Keduanya pada dasarnya akan dianggap OP, atau tak terkalahkan, dalam hal game.

Akan menyenangkan jika mereka bersama diriku ketika aku menyerbu Q’Ten Lo, tetapi itu berarti aku akan mengabaikan pertahanan di markasku. Aku bersyukur bahwa tidak ada banyak serangan sejauh ini. Tapi akan menjadi masalah besar jika musuh berhasil merebut desa sementara aku pergi dan kemudian menyandera warga.

“Tentu saja, itu hanya sampai kita berhasil sampai di Q’Ten Lo,” aku melanjutkan.

Aku bisa teleportasi bolak-balik dengan skill portalku, jadi aku bisa kembali ke desa kapan saja. Kupikir hal-hal akan berhasil jika aku menggunakan keuntungan itu untuk tetap menjaga pertahanan desa. Karena itulah aku meminta S'yne mengawasi diriku dari jarak jauh.

“Selain itu, kita masih bepergian dengan kapal, jadi kita harus berpikir tentang bertarung di atas air. Menempatkanmu dalam situasi seperti itu bisa berbahaya, kan?” Aku memberi tahu Ren.

“Ugh.” Dia mengerang.

Benar. Ren tidak bisa berenang. Selain itu, ada kemungkinan besar kita akan menghadapi musuh seperti klon Sadeena yang diproduksi secara massal. Menempatkan Ren dalam situasi seperti itu akan terlalu berisiko. Aku tidak bisa membuatnya terbunuh dalam pertempuran tepat setelah kami akhirnya membuatnya berada di pihak kami.

“Kenapa kau tidak mencoba berlatih berenang jika kau punya waktu luang? Dan kebetulan, ada beberapa senjata yang bisa kau buka menggunakan bahan monster laut yang dapat membuat berenang lebih mudah,” kataku.

“Oke, aku akan melakukannya. Tetap saja, itu akan memakan waktu.” Dia bergumam.

“Tentu saja. Aku menyadari itu. Itu sebabnya aku ingin kau menjaga desa dan kota untukku. Aku akan menggunakan portalku untuk memanggilmu jika kau diperlukan,” Jawabku.

“Baik. Maaf aku tidak bisa berbuat lebih banyak,” Katanya.

Ren selalu serius sekarang. Pendapatku tentang dia meningkat setiap hari.

“Jangan khawatir tentang itu. Lebih dari itu, aku benar-benar berharap kalian berdua bergegas dan pergi ke pulau Cal Mira untuk menghilangkan efek kutukan itu,” kataku.

Kami dalam keadaan siaga tinggi dan tidak punya waktu untuk mendaftarkan lokasi pemandian air panas sebagai lokasi portal. Tapi masih perlu waktu sebelum mereka sepenuhnya pulih dari kutukan mereka, dan itu adalah masalah. Aku tidak yakin harus berbuat apa tentang itu.

“Itsuki, kau bisa berenang, kan?” Aku bertanya. 

“Iya. Aku bisa berenang,” jawabnya.

Itsuki tidak berubah. Dia selalu merespons, tetapi dia masih tampak kurang emosi karena efek kutukan. Itu membuatnya jauh lebih mudah untuk ditangani daripada sebelumnya, tetapi tanpa ada emosi sama sekali terlihat agak menyeramkan.

“Jika aku akan membawa salah satu dari kalian bersamaku dalam perjalanan ke sana, akan lebih baik untuk membawa Itsuki, karena dia dapat membuat serangan jarak jauh dari kapal,” kataku.

“Jika itu adalah perintahmu” Itsuki menjawab.

Hmm.... Memutuskan apa yang harus dilakukan dengan Itsuki tidak semudah Ren. Memiliki dia di sana selama perjalanan akan menyenangkan juga, tentu saja. Tetapi bahkan lebih dari itu, jika sesuatu terjadi setelah kami tiba di Q’Ten Lo…. Aku harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa kami mungkin harus bertarung segera setelah kami sampai di sana. Kalau begitu, masuk akal untuk membawanya bersama kami pada saat itu.

Aku tidak bisa mengharapkan Ren untuk membantu bertarung saat kita berada di atas kapal, tetapi Itsuki masih bisa bermanfaat. Dia datang sebagai satu set dengan Rishia juga, dan mereka berdua cukup tangguh. Aku khawatir tentang peralatan Q’ten Lo yang melemahkan serangan para pahlawan, tapi itu akan menjadi masalah di mana pun kami bertempur.

'Hei! Hei! Naofumi kecil!” Sadeena memanggil. 

“Apa?” Aku bertanya.

Dia berbicara segera setelah aku selesai berbicara.

“Mengingat apa yang ada di depan, kupikir kau juga harus membawa Gaelion bersama kami. Karena dia adalah naga, dia seharusnya bisa merasakan naga lain ketika kita mendekati naga air,” katanya.

Apakah itu karena penanda teritorial naga atau semacamnya? Jika itu masalahnya, aku ingin mengatakan bahwa Filo mungkin bisa melakukan hal yang sama. Tapi, Gaelion juga bisa terbang. Itu mungkin berguna jika kita mendapat masalah.

“Baiklah. Itu mulai terlihat seperti kita akan menyerang dengan grup yang cukup besar,” Kataku.

Ketika aku benar-benar memikirkannya, membawa seluruh desa untuk menyerbu adalah suatu pilihan juga. Tapi penduduk desa sibuk menjajakan dagangan kami dan mengurus operasi rutin. Kami butuh uang. Aku mungkin bisa mendapatkan dukungan substansial dari Siltvelt jika aku memintanya, tetapi aku tidak ingin mengandalkan mereka lebih dari yang sudah aku dapatkan. Melakukan hal itu mungkin hanya akan menggali lubangku sendiri. Dan melihat mereka semua berbaris seperti sekelompok merpati yang menganggukkan kepala dan berdoa kepada diriku sangat menyeramkan.

“Tidak masalah, bagaimanapun juga. Kami berlayar besok pagi, jadi bersiaplah,” aku memberi tahu semua orang.

“Dimengerti!”

Dan waktu terus berjalan.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar