Minggu, 12 Juli 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 13 : Chapter 7 - Wujud Sebenarnya Siltveltian

Volume 13
Chapter 7 - Wujud Sebenarnya Siltveltian


“Apa ini penghinaan? Kau dan kakakmu hanyalah hakuko berdarah campuran. Dirimu tidak berhak berbicara di sini! Pergilah!” Teriak Jaralis.

“Berdarah campuran? Hak berbicara? Menyedihkan! Apakah orang-orang Siltvelt - Kalian di sini khususnya - melupakan hal yang paling penting dari semuanya?” Atla menjawab.

Dia mungkin hanya seorang anak kecil, tetapi dia menepis respons marah Jaralis seolah-olah dia sama sekali tidak terpengaruh.

“Apa?!” Teriak Jaralis.

“Diam!” Teriak anggota lain. 

“A-Atla?” Fohl tergagap.

“Aku tidak akan diam. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika aku hanya berdiri melihat lelucon ini tanpa berbicara. Akalku, intuisiku, dan hatiku semua mengatakan kepada diriku bahwa tindakan kalian salah,” jawabnya.

Saat Atla berbicara, aku bisa merasakan semacam energi yang keluar dari tubuhnya. Energinya berbentuk seekor harimau dan memburu para pimpinan Siltvelt. Rasanya mirip dengan rasa haus darah, tetapi bukan haus darah juga. Aku penasaran apakah itu semacam penerapan ’kekuatan kehidupan’.

Atla menghentakkan satu kakinya kedepan dan itu menyebabkan lantai retak. Anggota dari para pimpinan Siltvelt menelan ludah.

“’M-ungkinkah dia.”

“Mustahil….”

Cara mereka gemetar ketakutan tampaknya menyiratkan bahwa mereka tahu sesuatu yang tidak aku ketahui, tetapi itu sebenarnya bukan urusanku saat ini. Aku memutuskan untuk hanya menyilangkan tanganku, duduk di sana seperti raja di atas takhta, dan mendengarkannya.

“Aku ingin kalian semua mengingat tujuan asli Siltvelt. Ingat mengapa tempat ini ada. Kalian bilang menyembah Pahlawan Perisai, tapi di sini kalian memperlakukannya seperti sampah!” Dia berteriak.

“A-apa yang kau katakan?! Bukankah kita sudah menyambut Pahlawan Perisai–“

“Kalau begitu katakan padaku, mengapa Tuan Naofumi, Pahlawan Perisai, terlihat sangat kesal?! Apakah Kalian benar-benar berpikir kami belum menyadari banyaknya perlakuan kasar kepada Tuan Naofumi sejak kami tiba?!” Dia melanjutkan.

Mereka semua gemetar seperti sekelompok anak yang dimarahi oleh ibu mereka.

“Aku malu bahwa aku mengagumi apa yang kau sebut pengabdian religius!” Dia berteriak.

Oh ya. Atla telah menyebutkan tentang betapa fantastisnya pengabdian mereka beberapa kali sebelumnya.

Aku sudah berencana untuk berbicara dengannya tentang hal itu.



“Orang-orang Siltvelt, tahukah kalian bagaimana negara ini didirikan? Bisakah Kalian memberi tahuku mengapa itu tetap ada?” Dia bertanya.

“T-tentu saja! Negara ini didirikan oleh Pahlawan Perisai dan hanya ada demi Pahlawan Perisai!” Salah satu dari mereka menjawab.

Dia mengambil umpannya. Atla menunjuk pria itu.

“Benar! Siltvelt dibangun oleh Pahlawan Perisai, sama seperti desa di Melromarc dibangun kembali oleh Tuan Naofumi! Namun Kalian membuat ancaman terselubung mengirim pembunuh ke desa! Tindakan Kalian adalah penghinaan terhadap pendirian negaramu sendiri!” Dia berseru.

“O-omong kosong!”

“Siltvelt adalah negara besar! Desa di Melromarc itu adalah—”

“Namun apakah Siltvelt dimulai sebagai negara besar? Apakah Kalian mengatakan desa yang sedang dibangun kembali oleh Tuan Naofumi, sang Pahlawan Perisai, tidak penting hanya karena kecil?” Dia membentak.

Sepertinya kritik pedas Atla masih panjang. Dia benar-benar marah.

“Apakah Kalian ingin buku-buku sejarah menceritakan tentang dunia yang menghendaki sesuatu yang segar dan baru daripada puas dengan fosil tua yang usang?” Dia bertanya.

“Ugh. Tapi….”

“Apa tujuan dari kekuatan kita - cakar ini dan taring kita – dari awal? Pikirkan tentang itu! Apakah untuk mendominasi dunia ini? Atau untuk melindungi orang lain? Tidak juga! Ini semua demi Tuan Naofumi, Pahlawan Perisai!” Dia berteriak.

Para anggota pemimpin - Werner, khususnya - mulai mengangguk berulang kali.

“Sudahkah Kalian menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengasah taring- taring itu untuk bersiap jika hal tersebut dibutuhkan? Kalian dapat menghina diriku dan menyebut diriku berdarah campuran sesuka kalian, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa darah ini mengalir melewati nadiku, menuntut kesetiaanku kepada Tuan Naofumi!”

Semacam aura aneh mulai terbentuk di sekitar Atla, dan para pimpinan secara bertahap mulai bertepuk tangan. Aku tidak bisa mempercayainya. Akankah mereka menelan sesuatu bulat-bulat apaun yang diberikan kepada mereka?

“Benar! Gelombang kehancuran akan mendatangi kita! Nasib generasi mendatang terletak di tangan Pahlawan Perisai! Apakah kita tidak mengasah taring kita sehingga kita dapat membantunya? Jika kalian berpikiran sama denganku, nyatakan kesetiaan kalian kepada Tuan. Naofumi! Mengabdilah padanya seperti seorang pelayan yang seharusnya!”

Deru tepuk tangan memenuhi udara. Aku hanya bisa tercengang. Raphtalia membuat ekspresi tidak percaya di wajahnya. Ada satu therianthrope singa, bersama dengan sahabat karibnya, yang menolak untuk bergabung dalam grup yang bertepuk tangan. Itu adalah Jaralis, berdiri di sana sambil membuat muka kesal.

“A-Atla?” Fohl bergumam lagi.

Dia menatapnya dengan ekspresi takjub.

“Aku tidak tahu. Tidak ada hal yang tampaknya salah dari apa yang dia katakan, jadi aku tidak bisa berdebat dengannya,” Kata Raphtalia.

Dia sepertinya sangat setuju dengan Atla.

“Ya. Alasannya untuk setia pada Naofumi kecil dan kesediaannya untuk bertarung demi dirinya tidak bisa disalahkan.” Jawab Sadeena.

“Hm? Kami bertarung melawan Gelombang karena Master meminta kami melakukannya, bukan?” Kata Filo.

Mereka semua menyuarakan dukungan mereka seolah itu sudah sangat jelas. Melihat ini, para anggota pemimpin Siltvelt semua berlutut, seolah-olah mereka tiba-tiba sadar.

“Aku tidak percaya aku harus diberitahu hal seperti itu oleh seorang gadis kecil seperti ini. Tapi itu seperti yang dia katakan,” jawab Werner.

“Kami ada demi Pahlawan Perisai! Tujuan kami seharusnya untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran yang akan datang. Namun kami mencoba memperlakukan Pahlawan Perisai seperti alat untuk mendapatkan kekuatan bagi diri kita sendiri. Itu tak bisa diungkapkan dalam kata-kata!” Teriak salah satu anggota lainnya.

Setiap orang yang bertepuk tangan membungkuk kepadaku. Berbeda dengan mereka semua, Jaralis dan sahabat karibnya memelototi diriku dan Atla.

“Keberatan! Aku menyampaikan bahwa Pahlawan Perisai yang berdiri di sini di hadapan kami bukanlah Pahlawan Perisai sejati yang telah lama dinanti-nantikan oleh Siltvelt!” Jaralis meraung.

“Jaralis, kau bajingan! Penghinaanmu telah melewati batas!” Bentak Werner, menegur Jaralis.

“Penghinaan? Kau salah. Justru karena aku sangat peduli dengan Siltvelt, aku dengan tenang menyatakan pendapatku sehingga kita bisa menghindari membuat keputusan bodoh,” jawab Jaralis.

Hmph. Kata-katanya agak sensasional, tetapi aku merasa apa yang dia katakan tidak salah. Istilah “Perkataan Pahlawan Perisai adalah hukum” tampaknya terlalu ekstrim. Itu bisa dengan mudah menimbulkan masalah. Jika situasinya berbeda, aku mungkin setuju dengannya. Tetapi pada titik ini, dia hanya menghalangi. Dalam hal ini, aku penasaran apa yang harus kulakukan dengannya.

Hm? Atla pasti memiliki sesuatu untuk dikatakan, karena dia menarik napas panjang dan...

“Tuan. Naofumi - tidak, tuhan kami tidak membuat kesalahan!” Dia berteriak sekeras mungkin.

Gadis kecil ini. Aku mulai berpikir dia mungkin jenius dalam hal menimbulkan masalah. Tapi mengapa? Orang-orang ini hanya mengangguk setuju. Bahkan aku dapat mengakui bahwa diriku membuat kesalahan dari waktu ke waktu! Aku harus berbicara dengan Atla nanti.

“Atau kau cukup bodoh untuk mengatakan bahwa Tuan Naofumi adalah pahlawan palsu?” Dia bertanya.

“Tidak begitu. Aku tidak punya niat untuk sejauh itu. Aku hanya mengatakan bahwa diriku tidak percaya dia adalah Pahlawan Perisai yang telah kita tunggu- tunggu,” Jawab Jaralis.

Dia berusaha untuk menghindari pilihan tidak setuju tanpa menyangkal bahwa diriku memang Pahlawan Perisai. Itu adalah respons politisi sejati.

“Aku mempertanyakan apakah yang kita alami sekarang benar-benar gelombang kehancuran yang dibicarakan dalam legenda. Seperti yang mereka katakan, tergesa- gesa akan membuat kerugian. Jika ini benar-benar gelombang yang diramalkan akan menghancurkan dunia, lalu mengapa Pahlawan Perisai berhasil dipanggil oleh musuh kita, Melromarc?! Memang, fakta bahwa Pahlawan Perisai dipanggil ke wilayah musuh kita adalah bukti konkrit bahwa sekarang sebenarnya bukan waktu yang telah diramalkan!” dia meraung.

Tidak ada argumen bahwa segala sesuatunya akan berubah drastis jika aku dipanggil ke Siltvelt dari awal. Aku mungkin akan menghabiskan waktu dengan haremku, terlibat dalam beberapa 'pesta pora penuh dengan kebejatan' yang Sadeena suka bicarakan, meskipun aku ingin percaya bahwa itu tidak akan terjadi.

“Tidak, aku khawatir teori itu tidak masuk akal,” jawab Atla.

Dia menggelengkan kepalanya karena tidak setuju. Oh, Apakah dia akan berdebat?

“Justru karena ini adalah waktu yang diramalkan bahwa Pahlawan Perisai dipanggil bersama dengan tiga pahlawan suci lainnya. Kekuatan sejati para pahlawan terletak pada kekuatan individu mereka satu sama lain. Dengan kata lain, Tuan Naofumi dipanggil ke Melromarc karena itu adalah lokasi yang tepat untuk ketiga pahlawan lainnya untuk dipanggil. Itu adalah bukti bahwa dunia dalam bahaya!” Dia melanjutkan.

“Simpan cara berpikir yang menyesatkan itu untuk dirimu sendiri!” Jaralis meraung.

“Siapa yang sebenarnya menyesatkan di sini? Aku berbicara sebagai orang yang telah memberikan sumpah kesetiaanku kepada Tuan Naofumi!” Dia membentak.

Para anggota pemimpin Siltvelt menelan ludah dan terdiam total. Saat itu, sebuah suara datang dari dekat pintu masuk ruang tahta.

“Kau menghina gadis kecil itu, namun dia memiliki kemauan yang kuat dan sama ganasnya dengan harimau. Jika ada yang bertanya siapa di antara kalian yang merupakan Siltveltian sejati, aku curiga ada orang di sini yang akan mengatakan bahwa gadis itulah jawabannya,” kata suara itu.

Semua orang berbalik. Berdiri di pintu masuk adalah seorang therianthrope yang menyerupai kura-kura. Namun yang berdiri di sampingnya adalah kenalan Fohl - hakuko yang aku temui pagi itu. Ekor kura-kuranya tampak seperti ular. Mungkin itu hanya imajinasiku, tetapi postur tubuhnya terlihat gemuk.

“Kau siapa?” Aku bertanya, bingung.

Ekspresi terkejut Werner melunak. Dia kembali tenang dan menjawab menggantikan pria itu.

“Dia adalah genmu, dan salah satu bangsawan paling terkenal di negeri ini. Dia mungkin salah satu dari dua orang paling berpengaruh di Siltvelt,” jelas Werner.

Genmu? Apakah itu seharusnya genbu? Ah, jadi ras genmu menyerupai Kura-kura Hitam. Yang tersisa hanyalah menemukan aotatsu, atau apa pun yang mereka sebut ras yang menyerupai Azure Dragon. Lalu kita akan memiliki keempat simbol hewan penjaga.

“Salam, Pahlawan Perisai. Saya telah mendengar banyak perbuatanmu. Merupakan kehormatan sejati untuk berkenalan dengan anda,” kata kura-kura itu.

“Terima kasih….” Aku membalas.

“Bolehkah aku mengingatkanmu bahwa kau berdiri di depan Hero Perisai! Tidak peduli seberapa kuatnya dirimu, menggunakan bentuk itu di sini tidak bisa dimaafkan!” Bentak Werner.

Dia berbicara dengan suara yang mengancam, tetapi dia tersenyum pada genmu.

“Ya ampun! Aku tetap dalam bentuk ini setiap saat untuk menjaga diriku agar terlindungi, jadi aku benar-benar lupa,” jawabnya.

Genmu kembali ke bentuk demi-human. Apa yang tadinya seekor kura-kura sekarang adalah lelaki kecil yang gemuk. Dia tampak agak tua - sekitar 60 tahun, mungkin. Cara dia berjalan dengan tongkat sudah menjelaskan itu. Tidak ada yang aneh tentang penampilannya.

“Tuan-tuan, kita telah mengasah taring kita sebagai persiapan untuk waktu kedatangan yang diramalkan. Kita telah membuat negara ini hidup dan kuat sehingga dapat mendukung Pahlawan Perisai. Menyiratkan bahwa Siltvelt akan berantakan jika Pahlawan Perisai tidak tetap di sini adalah kebodohan total. Apakah kalian tidak setuju?” Pria itu bertanya.

Selain Jaralis dan sahabat karibnya, semua orang mengangguk setuju.

“Apakah kau menyarankan agar kita mendengarkan si berdarah campuran ini?! Tidak ada tindakannya yang membuatnya layak disebut sebagai seorang Siltveltian sejati!” Jaralis meraung.

Aura yang mengancam itu muncul dari tubuh Atla sekali lagi.

“Apakah begitu? Jika Kau bersikeras menghalangi jalan Tuan Naofumi apa pun yang terjadi?” Atla menunjuk Jaralis dan mengeluarkan pernyataan berani.

“Perkataan Tuan Naofumi adalah hukum. Jika Kau akan menghalangi dia, maka aku akan melenyapkan dirimu menggunakan kekuatan fisik!” Dia menyatakan.

Keterkejutan keluar dari para pemimpin Siltvelt.

“Hmph! Aku suka saranmu! Werner, aku tidak mungkin menghindari ini,” jawab Jaralis.

“Baiklah kalau begitu. Sesuai dengan tradisi Siltvelt, aku mengizinkan kalian untuk berduel!” Werner mengumumkan.

Para pemimpin segera ribut dan bergumam.

“Lalu aku akan melayani sebagai pelindung gadis hakuko dari Pahlawan Perisai. Jaralis, kau akan secara pribadi menerima duel untuk menunjukkan bahwa kau setia pada kepercayaanmu,” kata genmu.

“Itu kata-kata yang cukup berat, pak tua. Apa kau benar-benar siap menerima konsekuensinya sebagai pelindungnya jika dia kalah dalam duel?” Jaralis bertanya.

“Begitulah,” kata genmu.

Jelas terlihat bahwa lelaki tua itu memiliki pengaruh yang kuat. Tapi apa maksud dari tradisi duel Siltvelt itu?

“Pertama, empat ras 'elit' dari Siltvelt akan melepaskan pengaruh mereka ketika menangani suatu masalah. Kedua, kau akan menerima klaim kami terhadap Pahlawan Perisai sebagai satu-satunya properti Siltvelt. Dan terakhir, kau akan mengizinkanku memberi hukuman berat untuk bocah nakal di sana,” Kata Jaralis.

“I-itu –“

Werner berusaha melakukan intervensi, tetapi lelaki tua itu menghentikannya. “Jika aku kalah, maka itu akan terjadi!” Atla berteriak.

“Persyaratannya sungguh konyol. Itu hanya menguntungkan dirinya sendiri. Aku lebih suka tidak menerimanya jika ada cara lain.” Aku bilang.

Tapi aku bisa melihat tekad Atla yang tegas tertulis di wajahnya. Aku akan menolak jika itu adalah diriku. Aku pada dasarnya diperlakukan seperti hadiah di sini. Sebagian diriku ingin mengatakan kepada mereka semua untuk pergi ke neraka.

“Bolehkah aku berasumsi kau tidak akan keberatan jika kami menentukan persyaratan yang sama parahnya?” Si genmu tua bertanya.

“Terserah kalian,” jawab Jaralis, mengangguk dengan tenang.

Dia tampak seperti tipe yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Tetapi dia juga tampaknya memiliki kharisma, atau sosok pemimpin seperti singa, yang membuatnya terlihat berwibawa. Aku tidak punya kewajiban pribadi untuk menerima persyaratannya, jujur. Tapi itu akan sia-sia jika itu berarti bisa berurusan dengan masalah Raphtalia dan juga membuat orang-orang bodoh ini membayarnya.

“Baiklah. Kenapa tidak? Aku akan menerima persyaratanmu. Sebagai imbalannya, Kau akan setuju untuk memenuhi permintaanku jika kami menang,” Kataku.

“Tentu saja! Sesuai keinginanmu, pahlawan perisai yang hebat,” jawab Jaralis. Mungkinkah bajingan itu ingin memprovokasiku?

“Kalau begitu mari kita konfirmasi persyaratannya. Jika Jaralis menang, empat rumah bangsawan Siltvelt akan melepaskan hak mereka untuk berbicara, Pahlawan Perisai akan tetap berada di Siltvelt, dan hakuko berdarah campuran ini akan dihukum. Jika Pahlawan Perisai menang, Siltvelt akan mengikuti perintahnya. Apakah kedua belah pihak sepakat?” Werner bertanya.

“Setuju,” jawabku.

“Lalu aku akan menjelaskan aturan duel. Menurut tradisi Siltvelt, mereka yang memprakarsai dan menerima duel masing-masing dapat memilih siapa yang akan bertarung untuk party lawan,” kata Werner.

“Aku memilih….” Jaralis mulai. Dia menunjuk ke Atla dan Fohl.

“Dua hakuko berdarah campuran ini!” Dia meraung. 

“Hah?” Fohl bergumam.

Dia kehilangan kata-kata karena dipilih untuk bertarung. Tapi, apakah dia serius? Aku bisa mengerti alasan dia memilih Atla, tetapi kenapa dia memilih Fohl juga?

“Kau punya mulut besar untuk sesorang berdarah campuran! Aku akan menunjukkan kepadamu kekuatan yang sebenarnya dari keturunanku!” Jaralis meraung.

“Aku ingin kau mencobanya! Walaupun, aku agak mengkhawatirkanmu kak,” jawab Atla.

“A-Atla?!” Fohl tergagap.

Aku mulai merasa kasihan padanya lagi.

“Aku lebih suka dipasangkan dengan Tuan Naofumi,” kata Atla. “Apakah aku diizinkan untuk berpartisipasi dalam duel?” Aku bertanya.

“Membiarkan Pahlawan Perisai – sang hadiah – untuk berpartisipasi? Kau benar-benar pelawak, bukan?” Jaralis berkata dengan sinis.

Bajingan itu menunjuk ke arahku dan mencibir dengan tatapan provokatif di matanya.

“Aku harap kau sadar kau akan menyesalinya nanti. Lalu bagaimana dengan Raphtalia atau Filo?” Aku menyarankan.

Raphtalia akan bisa menghancurkannya. Sebenarnya, aku membawa seluruh petarung terbaikku.

“Kau benar-benar hanya bisa berbicara omong kosong, darah campuran, tapi kelihatannya Pahlawan Perisai itu kurang percaya padamu dan kakakmu. Ini adalah bukti nyatanya,” ejek Jaralis.

Dasar brengsek. Aku benar-benar berharap dia tidak berencana untuk mencoba sesuatu yang licik untuk membuat duel ini menguntungkannya.

“Hanya untuk memperjelas, ini adalah duel antara pria. Penggunaan monster tidak diperbolehkan,” kata Werner.

“Hm?” Gumam Filo. 

“Rafuuu?”

Raph-chan dan Filo sama-sama tampak bingung. Kupikir Filo mungkin dapat berpartisipasi dalam wujud manusianya, tetapi kurasa itu tidak diizinkan.

“Faktanya adalah, aku tidak benar-benar percaya dia akan bertarung dengan adil, tapi....Baiklah,” kataku.

Aku menyadari bahwa jika diriku mencoba untuk menukar peserta duel dan mengirim Raphtalia bukannya Fohl, itu mungkin akan menimbulkan masalah, tapi....

“Kau tidak perlu khawatir, Tuan Naofumi! Bahkan jika Kakak dikalahkan, aku akan memenangkan pertarungan itu sendiri!” Seru Atla.

“Atla?! Aku tidak akan dikalahkan!” Fohl menjawab.

Dia pada dasarnya menyatakan Fohl sebagai sesuatu yang tidak berguna. Pria yang malang. “Aku merasa agak tidak nyaman tentang itu.” Aku mengaku.

“Untuk menerima permintaan musuh - itu adalah bukti sejati kekuatan kita! Bahkan jika Kakakku kalah, Aku tidak akan kalah! Tuan Naofumi! Tolong izinkan kami untuk mewakili turnamen ini!” Atla memohon.

Aku benar-benar lebih suka ekstra hati-hati, tetapi kurasa itu sebagian berkat Atla yang mengatakan bahwa kami dapat menentukan persyaratan kami sendiri. Jika sesuatu berubah menjadi buruk, aku bisa membuat alasan dan mengabaikan persyaratan mereka. Lagi pula, bajingan Jaralis itu benar-benar membuatku jengkel. Namun aku telah melihat betapa hebatnya Atla baru-baru ini juga.

“Baik. Aku akan mengizinkannya,” kataku.

“Terima kasih! Nah, sekarang, kami mendapat izin dari Tuan Naofumi. Mulai duel ini!” Atla menyatakan.

Semua anggota berdarah panas di ruangan itu mengangguk penuh semangat, dan semua orang dibawa ke aula tempat pesta malam sebelumnya. Tampaknya di situlah duel akan diadakan.

Sahabat Jaralis adalah seorang therianthrope minotaur berotot yang tampak seperti semacam prajurit legendaris. Dia mencengkeram senjatanya dengan erat dan bersiap untuk menyerang. Pria itu bahkan lebih besar daripada minotaur yang menaiki kereta kami sehari sebelumnya.

“Astaga…. Kurasa kau telah memilih salah satu pahlawan yang selamat dari perang besar untuk bertarung di sisimu,” kata Werner.

“Memang. Dengan Pahlawan Perisai yang dipertaruhkan, ini adalah pertempuran yang sangat penting. Aku tidak bisa mengambil risiko membawa orang yang tidak bisa aku percayai. Tentu saja, aku benar-benar berharap dia akan melakukan yang terbaik,” jawab Jaralis.

“Semua demi Siltvelt!” Seru minotaur.

Dia tampak bersemangat untuk bertarung juga.

“Aku akan meminta Pahlawan Perisai untuk menikahi putriku,” tambahnya.

Tidak. Bahkan jika putri binatang yang sangat berotot ini adalah gadis yang paling cantik di dunia, aku masih akan menolak. Aku juga sudah membenci wanita dari awal. Namun diperlakukan sebagai alat berkembang biak adalah hal yang tidak bisa dimaafkan.

“Tapi…. Apakah ini benar-benar...” Suara Werner menghilang.

Dia melirikku dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

“Astaga…. Bocah itu tampaknya memang tahu cara menangani dirinya sendiri. Dia bahkan mungkin lebih kuat dari Sasa kecil,” kata Sadeena.

Aku ingin membalas 'siapa itu ?!” Tapi aku samar-samar ingat bahwa menjadi nama salah satu pejuang yang aku lihat dalam pertandingan coliseum Zeltoble.

“Kami tidak punya pilihan selain bertarung, terlepas dari siapa lawannya. Atla hanya perlu mengalahkannya. Bisakah kau melakukan itu, Atla?” Raphtalia bertanya.

“Kau bahkan tidak perlu menanyakannya, Raphtalia. Jika itu akan membuktikan kesetiaanku kepada Tuan Naofumi, maka aku akan menghancurkan rintangan apa pun, betapapun hebatnya itu!” Atla menjawab.

“Aku….” Fohl mulai.

Dia tampak ragu-ragu. Apa pun itu, aku tidak berharap banyak darinya. “Jadi aku seharusnya menonton saja?” Aku bertanya.

“Itu benar,” jawab Werner.

Hmph. Jadi ini rasanya diperlakukan seperti hadiah. Aku tidak bisa berhenti membayangkan apakah Raphtalia merasakan hal yang sama ketika Motoyasu menantang diriku untuk berduel. Ngomong-ngomong, kami berhasil hingga sejauh ini tanpa kekalahan. Mengalami kekalahan di sini bukanlah suatu pilihan.

“Atla! Fohl! Kau lebih baik menang, apa pun yang terjadi!” Aku bilang. 

“Tentu saja!” Atla menjawab.

“Ugh. Aku akan menang untuk Atla dan untuk ayah kita!” Kata Fohl.

Oh, Dia mulai menunjukkan sedikit semangat juga.

“Hmph! Semoga beruntung, hakuko berdarah campuran!” Jaralis menggeram.

“Aku mendengar kau bertempur bersama ayahku. Pria macam apa dia di medan perang?” Fohl bertanya pada Jaralis.

Aku hampir lupa bahwa Jaralis berada di samping ayahnya ketika ajal menjemput. Kematian ayahnya juga mencurigakan, jadi masuk akal baginya untuk bertanya.

“Ha! Kau hanyalah bayangan samar pria itu. Jika kau benar-benar ingin tahu, maka tanyakan padaku dengan kepalan tanganmu!” Jaralis menjawab.

“Baiklah. Apakah aku lebih kuat dari dia atau tidak.... Aku akan membiarkanmu melihatnya sendiri!” Fohl berteriak.

“Baiklah. Apakah kedua pihak siap untuk memulai duel?” Tanya penyiar.

Dia memberi sinyal untuk bersiap-siap, lalu Jaralis dan minotaur keduanya mengambil sikap bertarung. Atla hanya berdiri di sana dengan santai, seolah benar- benar santai dan tidak terpengaruh oleh semua ini. Menilai dari cara Fohl mulai bertindak, dia mungkin benar-benar menikmati pertempuran. Tapi aku masih agak khawatir. Berdebat dengan saudara perempuannya adalah satu-satunya pertempuran yang aku lihat sejauh ini.

Kemudian, suara gong bergema di seluruh aula.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar