Minggu, 17 Mei 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 8 - Demon Dragon

Volume 12
Chapter 8 - Demon Dragon


“Ayah?”
“Hah?”
“Aku memang punya firasat. Tapi sepertinya firasatku benar,” kata Sadeena berbisik. 

Dia dan Rat mengangguk seolah semuanya tiba-tiba masuk akal.

“Iya. Naga yang tinggal di sini... adalah ayahku.”

Wyndia mengangguk dan menghadap ke arah Gaelion. Hah? Apa itu berarti Wyndia dibesarkan oleh naga? Dia tampak persis seperti demi-human anjing, sama seperti Keel. Dia sama sekali tidak terlihat seperti naga. Yah, tatanan rambutnya menurutku agak aneh.  Itu mengingatkanku pada anjing dan kadal sekaligus. Tapi apa benar naga zombie itu... Tidak, tunggu. Mungkin itu terjadi sebelum dia kehilangan nyawanya.

“Tidak mungkin... Itu berarti... Aku...”

Kata-kata Ren terputus. Wyndia memelototinya.

“Penyesalanmu sangat menjengkelkan! Diamlah!” dia berteriak.

Ahh, jadi itu sebabnya dia sesekali memelototinya. Dan itulah mengapa hasrat masokis Ren sangat mengganggunya.

“Ini sangat langka, tetapi bukan tidak pernah. Ada cerita tentang monster liar yang membesarkan anak manusia atau demi-human. Biasanya itu monster sejenis serigala atau naga.” kata Rat.
“Ya ampun, jangan bilang kau punya semacam anak serigala juga di sini...” gumamku.
“Hentikan ini, segera. Ayah, tidak ada yang tersisa di sini. Aku tahu kamu mungkin membenci pada pahlawan yang mencuri segalanya darimu. Tapi bukan berarti boleh menyakiti orang lain. Hentikan semua ini sebelum kau melakukan sesuatu yang akan kau sesali!”
“GU...”

Gaelion mengerang kesakitan dan mundur. Dia menutupi telinganya dengan cakarnya, seolah mengatakan dia tidak ingin mendengarnya.

“Aku juga awalnya membenci mereka. Aku tidak bisa memaafkan pahlawan yang mencuri kebahagiaanku dan juga kebahagiaan Ayah. Tapi pahlawan perisai, dia... berbeda. Dia baik kepada semua orang di desa tempatku tinggal sekarang. Dia tidak seperti orang lain di negara ini, yang suka mencambukku. Dia tidak seperti penduduk desa ini yang mencuri harta karunmu dan tertawa senang menikmati harta curian mereka!” Wyndia menjelaskan.

Dia menangis ketika memberi tahu Gaelion tentang apa yang telah dia lalui, dalam upaya untuk menenangkannya. Alasan Gaelion menutupi telinganya adalah karena dia mungkin tidak ingin mendengarnya... atau usaha semacam itu?

Tapi aku tidak mengira fakta soal naga yang membesarkan anak demi-human... Mungkin dia berencana mengambil keuntungan darinya setelah dia dewasa. Tetapi fakta bahwa aku bahkan mempertimbangkan hal itu, membuktikan kalau aku terlalu menghabiskan banyak waktu untuk bermain game?

“Tolong. Kembalikan tubuh itu ke pemiliknya. Bayi naga itu bernama Gaelion, sama sepertimu, Ayah. Dan dia masih hidup! Kembalikan kekuatan yang kamu curi dari Filo-chan juga. Ayah... Ayah sudah tidak bisa berada di dunia ini lagi!”
“GYAOOOOOOO!”

Gaelion mulai mencakar dahinya. Apakah dia berhasil?!

Tapi tepat saat aku pikir itu berhasil... 

“Awas!”

Ren melompat maju dan melindungi Wyndia dari cakar Gaelion. 

“Gaelion!” dia berteriak.

Usaha dia membujuk Gaelion gagal. Tentu saja semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Bagaimanapun juga, dia masih memiliki Filo yang terperangkap di dalam tubuhnya.

“Tidak berhasil ya. Wyndia! Aku-”
“Lepaskan aku! Gaelion! Dengarkan aku! Kumohon!”

Dan kemudian Wyndia tiba-tiba menjadi berhenti bergerak, seolah-olah dia baru saja melihat sesuatu yang sulit dipercaya.

“Siapa kau? Kau bukan Gaelion!”
“Hah?”

Wyndia memelototi Gaelion dengan penuh amarah di matanya.

“Tadi ada sisa jiwa Gaelion dan Ayah! Apa yang kau lakukan pada mereka?!”

Sikap Wyndia berubah total. Dia sangat marah sekarang. Aku memandangi naga raksasa yang dulu bernama Gaelion. Tubuh hitamnya mulai berubah ungu, dan massa lumpur hitam yang mengelilinginya mulai menghilang.

“Oh? Jadi dirimu menyadari kehadiranku, bukan, gadis kecil?”

Naga itu berbicara, dan aku memelototinya juga. Aku pikir itu mungkin suara naga yang telah menjadi ayahnya sebelum dia meninggal, tetapi bukan itu masalahnya, dilihat dari reaksinya. Aku perlu mencari tahu siapa musuh baru dihadapan kami ini.

Tapi tunggu... Aku pernah mendengar suara ini sebelumnya. Itu adalah suara yang sama yang telah berbisik padaku ketika aku menggunakan All Sacrifice Aura.

“Siapa kau?!”

Aku berteriak padanya dengan nada ancaman. Naga raksasa itu perlahan membusungkan dadanya dengan bangga. Setelah jeda singkat, dia menjawab dengan tenang.

“Hmph. Kurasa diriku harus memperkenalkan diri,” gumamnya.

Naga itu meletakkan tangan di dadanya dan membungkuk.

“Diriku datang dari dunia berbeda. Di sana, diriku adalah Kaisar Naga. Julukan diriku Demon Dragon. Diriku sang penguasa semua monster. Pahlawan Perisai, seharusnya dirimu sudah dengar diriku siapa.”

Itu mengingatkanku pada apa yang terjadi di dunia Kizuna dan senjata yang aku dan Raphtalia selalu gunakan. Kedua senjata itu memiliki nama “Demon Dragon”.

Demon Dragon bertanya kepadaku. Jika ada kesempatan untuk membicarakannya, mungkin ini dia saatnya.

“Ya. Kau naga yang mencoba mengambil alih dunia Kizuna, kan? Aku cukup yakin Kizuna dan teman-temannya telah berhasil mengalahkanmu.”

Demon Dragon mengkonfirmasi kecurigaanku dengan anggukan.

“Bagus sekali karena dirimu sudah memahami situasi di sana. Betul sekali. Tujuan besar diriku telah berhasil ditumbangkan oleh party Pahlawan Alat Berburu.”
“Dan mengapa kau, Demon Dragon ada di sini sekarang?”
“Hmph... Pahlawan Perisai, apa dirimu benar-benar akan berpura-pura tidak tahu?”

Aku punya firasat buruk tentang ini. Romina memberitahuku bahwa inti kaisar naga yang dia gunakan di Barbaroi Armorku telah diciptakan dengan menggabungkan pecahan kaisar naga dan inti naga zombie. Dan mengikuti apa yang dikatakan Rat dan Wyndia, serta keadaan Gaelion saat ini, sepertinya kendali kaisar naga telah meluas, mencapai kesadaran mereka (Gaelion dan Naga zombie). Akibatnya, sisa Demon Dragon dari inti fragmenku telah mengendalikan tubuh Gaelion. Masuk akal.

“Jadi kesadaranmu tetap berada di inti fragmen yang kugunakan di perisai dan armorku. Dan sekarang kau mengambil alih tubuh Gaelion.”
“Benar sekali. Dirimu cepat mengerti, Pahlawan Perisai,” jawabnya.
“Lalu? Aku rasa kau tidak muncul disini karena kau memutuskan untuk membantu kami menekan naga kecilku yang mengamuk.”
“Tebakan dirimu benar. Akhirnya diriku menemukan tubuh yang memungkinkan diri ini untuk bergerak bebas! Tentunya dirimu tidak berpikir diriku akan menyerahkannya pada dirimu, bukan?”

Naga itu jelas tidak memiliki niat baik. Dalam hal itu, berurusan dengan lawan ini kemungkinan akan lebih berbahaya daripada melawan naga yang hanya menyebabkan gangguan hebat.

“Apa yang telah kau lakukan dengan Filo-chan?! Kembalikan dia!”

Melty melangkah maju dan berteriak penuh amarah pada naga.

“Dirimu pasti merujuk pada monster yang orang sebut Filolial di dunia ini.”

Rip!

Aku mendengar suara robek dan dada Demon Dragon terbelah. Sesuatu merayap keluar. Aku bisa melihat Filo ditahan oleh tentakel atau semacamnya. Lengan dan kakinya terikat ke bawah. Sepertinya dia telah bersatu dengan detak jantung naga itu, seolah dia sekarang menjadi bagian dari tubuhnya. Filo tampak mengerang kesakitan setiap detakannya. Tentakel berdenyut dan bercahaya, seolah-olah menandakan bahwa mereka sedang mencuri kekuatannya.

“Ugh... ughhh...” 
“Filo-chan!”

Melty mulai melangkah maju. Tapi sebelum dia bisa bergerak, Demon Dragon melantunkan mantra secara instan, tanpa mantra. Sinar cahaya hitam melesat ke kaki Melty.

“Awas!”

Aku langsung meraih Melty dan menariknya mundur. Jelas bahwa naga itu tidak bermaksud melepaskan filo, tapi dengan cara itu mudah membuat musuh merasa terpancing.

“Naofumi! Lepaskan! Filo-chan ada di sana!”
“Tenangkan dirimu! Melawan dia dengan gegabah tidak akan bisa menyelamatkannya!” 

Demon Dragon meletakkan tangan di dadanya, seolah-olah untuk menandakan persetujuannya.

“Ugh... Mel-chan... Tuan... Ini menyakitkan...”

Filo membuka matanya sedikit dan memanggil kami. Tapi Demon Dragon jelas tidak punya niat mengembalikan Filo. Kemudian dia menyeringai.

“Tentu saja betul. Filolial ini telah menjadi persembahan yang memberi kekuatan pada diriku. Untuk apa diriku sia-siakan sumber kekuatan ini?”
“Tidaaak... Ugh...”

Dengan suara retakan, Demon Dragon perlahan menarik kembali Filo, jauh ke dalam dadanya.

“Filo-chan!”

Melty mengulurkan tangan ke arah Filo. Aku menahannya dan memelototi Demon Dragon.

“Kau sendiri pastinya tidak mengira kami akan diam dan setuju pergi meninggalkan tempat ini?”
“Pastinya tidak, karena diriku juga memang tidak punya niat untuk membiarkan kalian pergi. Namun, mungkin kita bisa membuat kesepakatan.”
“Apa yang kau inginkan?”

Setiap kali ada yang menyebutkan negosiasi dalam situasi seperti ini, selalu berakhir dengan permintaan yang menggelikan. Itu mengingatkanku pada alur cerita terkenal dari naga tertentu: “Jika kau ingin menjadi sekutuku, aku akan memberimu setengah dari dunia.” Bahkan jika menerima tawaran itu, segalanya akan menjadi buruk.

Tapi selalu ada kemungkinan kalau tawaran Demon Dragon mungkin masuk akal. Tidak rugi untuk mendengarkannya.

“Tujuan diriku adalah menguasai dunia. Manusia itu lemah, bodoh, dan egois. Mengapa dunia harus menjadi milik mereka?”
“Sangat klise sekali. Kau akan mengeluh tentang manusia yang tidak layak memerintah dunia, bukan?” 

Seperti yang diharapkan. Itu membuatku muak mendengarnya.

“Seharusnya dirimu mengerti ini dengan baik, Pahlawan Perisai. Karena keegoisan mereka dirimu dipanggil secara paksa ke dunia ini, dan kemudian difitnah dan dianiaya hanya karena tidak suka peranan dirimu. Tentunya dirimu memahami kesombongan orang-orang di dunia ini.”
“...”

Dia tidak salah. Semua ketidakadilan yang kuterima adalah hasil dari kesombongan itu.

“Mereka itu bodoh semua dan memerintah di atas bumi ini dengan seenaknya. Jauh di lubuk hati, dirimu melihat semua perbuatan buruk mereka dan semua itu tidak bisa dirimu maafkan begitu saja. Semua itu diriku rasakan selama tinggal di dalam perisai dirimu.”
“Yah, kau tidak salah.”

Ini adalah dunia yang egois, busuk di mana mereka mengandalkan pahlawan untuk memperbaiki situasi setiap kali ada yang tidak beres. Jika aku bisa, aku akan meninggalkan misiku, segera kembali ke duniaku sendiri, dan melupakan semuanya. Seolah semuanya adalah mimpi buruk.

“Dirimu bisa tenang soal gelombang karena diriku yang akan mengurusi itu. Bilamana dunia ini hancur, itu tidak baik untuk bagi diriku. Tapi, akan diriku pertaruhkan keselamatan suatu dunia itu bila dalam kekuasaan diriku.”

Tawarannya sejauh ini terdengar bagus. Tapi selalu ada sesuatu yang mencurigakan ketika hal-hal terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Dia menyebut Filo sebagai persembahan, dan dia menyedot kekuatannya. Dia telah membajak tubuh Gaelion. Itu bukti yang cukup bahwa semuanya tidak akan begitu indah.

“Tuan Naofumi...”

Raphtalia berusaha menenangkan Melty yang panik. Dia meletakkan tangannya di pundakku. Aku tahu apa yang ingin dia katakan. Dunia ini kotor dan busuk, tapi masih ada orang di sini yang berusaha melakukan yang terbaik untuk hal yang benar. Aku tidak peduli jika semua orang bodoh yang tak berguna mati. Tetapi ada juga orang yang layak mendapatkan perlindunganku. Tentu saja aku mengerti itu.

“Makhluk yang sombong! Aku cukup kalahkan dia, kan, Atla?!”
“Jangan dulu, Onii-sama.”

Alta mulai melangkah maju, untuk menghentikan Fohl dengan tusukan cepat di perutnya. 

“Ugh... Kenapa, Atla?”
“Kita masih belum cukup kuat untuk menandingi makhluk itu. Kesempatan kita untuk bertindak akan datang, tapi saat ini, kita perlu menunggu instruksi Tuan Naofumi. Kita harus fokus mengumpulkan kekuatan sebanyak mungkin sampai saat itu.”

Atla mulai memusatkan kesadarannya begitu dia selesai berbicara.

“A... Atla?”

Fokusnya luar biasa. Dia berdiri di sana tanpa bergerak, seolah-olah dia tidak bisa lagi mendengar suara Fohl. Posisinya sekitar dua meter di belakangku.

“Cukup sudah pembukaan. Sebutkan dulu persyaratannya.”

Bahkan jika negosiasi akan berakhir dengan kegagalan dan kami harus terus bertarung, masih masuk akal untuk mendengarkannya. Musuh ini terlalu kuat jika kami mencoba untuk menyelesaikannya sendiri, tanpa mempertimbangkan apa yang dia katakan. Serangan Ren dan Raphtalia tidak efektif.

Kekuatan yang luar biasa. Pasti ada sesuatu dibaliknya. Jika aku bisa mengetahui apa itu dengan pembicaraan, aku yakin aku bisa mencari cara untuk menghadapinya.

“Mudah sekali diriku sampaikan ini karena dirimu sudah paham. Yang akan diriku pertimbangkan bermula dari diri kalian semua,  selain Pahlawan Perisai, kalian akan sumpah setia dan menjadi bawahan diriku. Dan kemudian kalian akan menghabisi Pahlawan Alat Berburu serta teman-temannya yang telah menumbangkan tujuan besar diriku!”

Tawaran macam apa itu. Apa dia benar-benar berharap kami akan menyetujuinya? Dia mungkin naga yang kuat, tapi dia sama sekali tidak memiliki potensi sebagai politisi. Tapi aku masih tidak tahu kenapa dia menginginkan sumpah setia dari rekan-rekanku tapi tidak dengan diriku?

“Kau kira kami akan setuju dengan syarat itu? Anehnya kau tidak mengharuskan aku ikut sumpah setia, apa maksudnya itu?”

Semuanya menatap Demon Dragon dan mengangguk. Dalam situasi seperti ini, normal untuk memaksa pemimpin, yang saat ini adalah aku, untuk berjanji setia juga. Demon Dragon menatapku. Sorot matanya... Itu tidak cukup menghina. Itu membuatku merinding. Matanya mengingatkanku pada monster kelaparan yang menatap mangsanya.

“Sama seperti Filolial yang menjadi persembahan, untuk apa diriku menagih sumpah setia pada dirimu yang menjadi sumber kekuatan diriku. Dirimu akan bernasib sama dengan Filolial ini, dirimu dan dirinya akan menjadi bagian tubuhku untuk selamanya. Diriku bisa membalaskan dendam dirimu pada orang dunia ini, semua itu bisa terjadi selama dirimu memberi terus diriku kekuatan kebencian yang dirimu miliki!”
“Hah?!”

Jadi bajingan itu bermaksud menjadikanku bagian dari tubuhnya dan memanfaatkanku sebagai sumber tenaga, sama seperti Filo!

“Tentunya dirimu tidak berpikir Filolial ini adalah satu-satunya sumber kekuatan diriku. Dirimu bisa pikirkan baik-baik situasi sekarang ini. Kemarahan yang kini dirimu pancarkan bisa menjadi kekuatan diriku!”
“Itu pasti yang dibicarakan Atla-san soal ada semacam kekuatan yang bocor dari dirimu dan memperkuat sesuatu,” kata Raphtalia.
“Tidak heran naga itu begitu kuat...”

Rat membuat ekspresi jengkel di wajahnya. Wyndia memelototiku.

Aku melihat perisaiku. Kemarahanku... Aku menarik Wrath Shield di layar status. Layarnya terlihat buram semua. Banyak hal tentang naga itu yang mengingatkanku pada kemampuan Wrath Shield-ku, termasuk serangan napas yang digunakan Gaelion sebelum berubah menjadi Demon Dragon. Dengan kata lain, Demon Dragon pasti menggunakanku sebagai media untuk mempertahankan kekuatan sebesar itu. Dan karena aku adalah sumber kekuatan itu, dia ingin menyerapku ke dalam tubuhnya untuk melanjutkan penyerapan kekuatan itu. Sama seperti yang dia lakukan pada Filo.

“Kurang ajar! Kau pikir akan ada orang yang setuju dengan syarat seperti itu?!”
“Oh, sama sekali tidak. Diriku mengerti sepenuhnya pasti terjadi penolakan dari diri kalian. Sedari awal diriku memang tidak punya niat bernegosiasi, tapi tindakan eksploitasi sang perkasa terhadap yang lemah.”

Demon Dragon mengeluarkan raungan ke langit. Ketika dia melakukannya, hujan serangan sihir mengalir ke atas kami.

“Brengsek! Kami tidak akan membiarkanmu mengambil Naofumi! Shooting Star Sword!
“Benar! Kami tidak akan membiarkan Iwatani-dono berkorban untuk tujuan mengerikan seperti itu!”

Ren mencegat serangan sihir Demon Dragon dengan skill Shooting Star Sword, dan Eclair melantunkan mantra yang membentuk perisai cahaya. Itu membentuk penghalang di sekitar ku yang akan membantu melindungi diriku, meskipun hanya sedikit.

“Kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi!” teriak Raphtalia.

Dia menggunakan Light Stardust Blade dengan pedang sihirnya untuk membantu menghancurkan serangan sihir.

“Kembalikan Filo-chan!” teriak Melty.

Dia pasti telah mengumpulkan kekuatan besar, kekuatan terpendam yang keluar saat menghadapi bahaya yang akan terjadi. Dia mulai dengan cepat melantunkan mantra dan menembakkannya pada sihir naga.

“Sialan... Serangan kita memang mengenainya tapi damage yang diberikan hanya bisa memberinya luka lecet!” gerutu Ren.

Kekuatan serangan Ren pasti lebih tinggi daripada Demon Dragon, karena dia berhasil menghentikan serangan sihir naga. Tapi serangan Ren tidak cukup kuat untuk menembus armor Demon Dragon.

“Tuan Naofumi, tolong lindungi yang lain. Ren-san, ayo kita serang dia dari jarak dekat,” kata Raphtalia.
“Oke!” Ren menjawab.

Raphtalia memberi Ren sinyal, berjongkok rendah, dan kemudian melompat ke Demon Dragon.

“Hiyaaaa!”

Dia menebaskan katana padanya dengan kekuatan yang luar biasa. Ren mengikuti petunjuknya dan mengayunkan pedangnya.

“Thunder Sword!”

Petir melesat keluar dari pedang Ren dan meluncur cepat ke Demon Dragon. Tapi itu bahkan gagal menggores sisik naga. Sebaliknya, serangan Raphtalia membuat suara irisan tajam, seolah-olah dia telah memotong sesuatu. Ada awan hitam, gas berbahaya di sekitar Demon Dragon dan sepertinya dia telah berhasil memotongnya.

“Ugh... Kurasa diriku harus meluncurkan serangan balik. Cobalah untuk tidak mati. Diriku ingin mencoba mengukur kekuatan diriku sendiri.”

Demon Dragon tidak memiliki satu goresan pun pada dirinya, namun dia telah mengerang kesakitan. Apa yang dipotong Raphtalia? Aku tidak tahu, tapi tampaknya memiliki efek. Demon Dragon mengepakkan sayapnya dan terangkat dari tanah. Dia mulai bersinar seterang matahari, dan awan api hitam memenuhi udara.

“Raphtalia! Ren! Mundur!”

Aku memanggil Air Strike Shield dan Second Shieldku di depan Raphtalia dan Ren untuk melindungi mereka dari serangan itu. Seperti yang diinstruksikan, mereka berdua mundur. Baik. Itu sudah cukup.

“Rasakan kekuatanku secara langsung! Flames of Purgatory! Solar Prominence! Dark Nova!

Mulut Demon Dragon terbuka, dan di dekat dadanya matahari hitam terbentuk. Api hitam menghujani kami. Aku mengangkat perisaiku ke langit dan mengeluarkan E Float Shield, Shooting Star Shield, dan Dritte Shield.

“Melty! Sadeena! Siapa saja! Gunakan sihir pertahanan apa pun yang kalian bisa!”
“B... baiklah!”

Melty mengangguk dan mulai ikut bersama yang lain. Api membakar matahari hitam dan meledak.

Ugh... Intensitas serangan itu bahkan lebih besar daripada ketika aku terkena mantra sihir seremonial Judgment. Selain itu, api akan mengutuk apa pun yang mereka sentuh, dan sekarang api itu telah menelan tubuhku. Sedikit demi sedikit, kulitku meleleh. Rasa sakit mengikuti beberapa saat kemudian.

“Naofumi-chan! Bertahanlah! Saint Aqua Seal!

Sadeena menggunakan air suci untuk mengurangi jumlah damage yang aku terima. Aku bisa tahu bahwa nyala api akan menunda penyembuhan. Tidak diragukan lagi karena Wrath Shieldku adalah sumber kekuatannya. Air suci itu jelas sangat efektif melawan unsur kutukan. Penyembuhan tidak akan menjadi masalah selama efek kutukan tidak menunda itu. Syukurlah Rat membantu sedikit dengan memberikan sihir penyembuhannya sendiri.

Setelah beberapa saat, api padam. Area di depanku telah berubah menjadi ladang abu yang membara.

“Hmph. Membunuh dirimu berarti memotong sumber kekuatan diriku. Serangan itu tidak cukup kuat untuk memberikan damage yang besar. Itulah kekurangannya.”
“Ugh...”

Aku memakai sihir penyembuhan pada diriku dan bersiap untuk melanjutkan pertarungan. Aku tidak ragu kalau dia berusaha melemahkanku sehingga dia bisa menyatukanku ke dalam tubuhnya.

“Naofumi, kau adalah targetnya! Kau harus tetap dibelakang, apa pun yang terjadi!” Teriak Ren.
“Tuan Naofumi! Pahlawan Pedang itu benar! Hati-hati! Naga itu jelas berusaha melemahkanmu!” Raphtalia menambahkan.

Demon Dragon mengambil waktu sejenak untuk pulih setelah melepaskan serangan sebesar itu. Raphtalia dan Ren memanfaatkan kesempatan itu dan melompat padanya untuk melanjutkan serangan mereka. Sebelumnya dalam pertarungan, mereka berdua menyerang pada saat yang sama dan efek gabungan telah meninggalkan bekas samar pada sisik Demon Dragon.

Apakah tidak ada yang bisa kulakukan? Jika aku berpasangan dengan Sadeena, kita bisa menggunakan mantra sihir kooperatif kami, Descent of the Thunder God pada Raphtalia dan Ren. Itu seharusnya meningkatkan kekuatan serangan mereka. Sadeena pasti menyadari apa yang kupikirkan, karena dia mengangguk dan menggenggam tanganku. Tapi apakah hanya itu yang bisa aku lakukan? Tidak ada lagi yang bisa kulakukan.

Tugas seorang pengguna perisai adalah untuk memblokir serangan lawan dan menciptakan celah bagi sekutu untuk menyerang. Jika mereka memiliki waktu, mereka dapat membantu anggota party lainnya sambil membantu menjaga mereka tetap hidup. Secara alami, itulah yang selalu aku lakukan. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.

“Hmph... Rasanya diriku masih kurang kuat. Coba saja lakukan itu,” bisik Demon Dragon. Dia mulai berkonsentrasi. Tentu saja, gerakannya juga melambat, tetapi Raphtalia dan yang lainnya masih tidak bisa memberikan damage yang signifikan.

Dia berusaha memangsa kekuatanku lagi... Tunggu. memangsa kekuatanku? Jika aku berasumsi dia menggunakan kekuatan Wrath Shield. Ren telah menerapkan metode penguatan, namun serangannya masih tidak efektif. Aku adalah satu-satunya dengan peringkat pertahanan yang cukup tinggi untuk melakukan itu. Demon Dragon mengatakan kalau dia menggunakan Wrath Shield sebagai media perantara. Jadi apa yang akan terjadi jika aku dengan sengaja menggagalkan peningkatan yang selama ini aku lakukan pada Wrath Shield?

“Dia menggunakan perisaiku sebagai sumber kekuatannya. Aku mau coba sengaja menggagalkan peningkatan perisai.”

Ren menoleh padaku dan mengangguk.

“Betul juga! Aku tidak memikirkan itu! Cobalah, Naofumi!”
“Hah? Apa maksudmu?”
“Ada kemungkinan gagal setiap kali kami meningkatkan senjata kami. Jika aku sengaja gagal melakukan metode penguatan, terutama pada perisai yang menjadi sumber kekuatannya, itu berarti...”
“Naga itu akan melemah juga!”
“Tepat sekali. Jika pertahanan yang dia miliki berasal dari perisai yang satu ini, maka segaris dengan gagalnya meningkatkan perisai, serangan kita akan berdampak padanya!” Aku ambil keputusan dan bersiap-siap untuk meningkatkan perisaiku. Dan saat itulah hal itu terjadi!
“Dirimu pikir diriku melewatkan itu?”




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar