Kamis, 18 Februari 2021

Realist Maou ni yoru Seiiki naki Isekai Kaihaku Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 53. Buku Bergambar Saint

Chapter 53. Buku Bergambar Saint




Ketika aku mendekati kamar Hijikata, aku mendengar bahwa ada suara wanita di dalam ruangannya. Awalnya, aku bingung apakah dia sedang ‘sibuk’, tetapi aku dapat mendengar mereka berbicara, jadi aku membuka pintu ruangan setelah mengetuknya.

Meskipun itu hari pertandingan, dia tetap memanggil para wanita di rumah bordil ke kamarnya. Dia meletakkan kepalanya di pangkuan salah satu wanita itu, disaat yang bersamaan wanita itu membersihkan telinganya.

Dia sedang bermain kecapi dan tampak menikmati dirinya sendiri.

Tampaknya bukan sikap yang tepat sebelum pertandingan, tapi aku tidak merasa bahwa dia tidak menganggapnya serius.

“Aku sudah berlatih setiap hari sejak aku masih kecil. Seribu ayunan sehari. Jadi beristirahat sebentar tidak akan membuat kemampuanku menurun."

"Benar. Bagus untuk mengendurkan sarafmu sebelum bertarung. Ngomong-ngomong, Hijikata. Ini menjadi sedikit tidak terkendali, mengingat kita baru akan memutuskan siapa yang akan ikut denganku ke Dungeon. Apakah kau tidak khawatir?”

"Tidak. Selain itu, aku tidak melihat kemungkinan kalau aku akan kalah dari gadis kecil itu. Satu-satunya hal yang kukhawatirkan saat ini adalah kemungkinan dia akan terluka.”

“Dengan kata lain, kau beranggapan kalau kau tidak bisa menang kecuali kau mengerahkan seluruh kemampuanmu?”

“Kau boleh menafsirkannya sesukamu, Astaroth-sama. Yah, aku berharap bisa bekerja keras hari ini." Kata Toshizou sambil memejamkan mata dan bersantai di pangkuan wanita itu.

“Aku punya para wanita di sini untuk menghiburku, tetapi gadis kecil itu tidak punya siapa-siapa. Mungkin kau harus menemuinya juga.” Dia berkata dengan lambaian tangannya.

“Memanjakannya mungkin ide yang bagus, tapi kuharap kau tidak membuatnya kelelahan sebelum pertarungan.” Lanjut Hijikata dengan salah satu leluconnya, kemudian lanjut memainkan kecapi.

Eve melihatnya dan berkata,

"Dia bersikap seolah-olah dia adalah raja."

"Memang."

Aku setuju.

Aku memang lebih suka hidup sederhana. Gaya hidup Hijikata pasti lebih mirip dengan bangsawan.

“Jika anda menginginkannya, Astaroth-sama, anda bisa hidup seperti dia.” Kata nya dengan ragu-ragu, tapi aku menggelengkan kepalaku.

"Aku tidak terlalu ingin gaya hidup seperti itu. Manusia tidak semuanya sama. Aku lebih suka hidup sederhana bahkan di kehidupanku yang sebelumnya aku pun juga begitu.”

Tentu saja, ingatanku kabur, tapi aku masih ingat kalau aku adalah putra kedua dari bangsawan yang tidak terlalu kaya. Jadi gaya hidup kami bukanlah gaya hidup mewah.

Semua penghasilanku sebagai pemilik wilayah digunakan untuk penelitian.

Saat aku memberi tahu Eve tentang ini, dia terkekeh.

“Kalau begitu menjadi Raja Iblis tidak mengubah anda sama sekali. Satu-satunya yang Anda kumpulkan adalah buku.”

"Iya. Dan aku tidak peduli dengan edisi pertama atau kondisi buku itu. Selama aku bisa membacanya.”

Perpustakaan di kastil ini tidak terlalu besar, dan isinya juga tidak terlalu langka. Perpustakaan itu hanya berisi buku-buku pengetahuan yang dapat kau temukan di mana saja, bersama dengan beberapa karya fiksi.

Tetap saja, aku bisa menghabiskan satu hari penuh untuk membaca buku- buku itu, jadi aku jelas bukan Raja Iblis dengan hobi yang mahal. Meskipun aku tidak tertarik untuk bermain wanita, tetapi aku ingin berburu rusa dan elang suatu hari nanti. Bagaimanapun juga, Raja Iblis Ashtaroth bukanlah Raja Iblis dengan selera seni yang bagus.

Aku selanjutnya pergi ke kamar Jeanne. Aku juga mengetuk pintunya, tapi untuk alasan yang berbeda.

Dalam kasus Hijikata, aku mempertimbangkan fakta kalau dia memiliki tamu atau semacamnya. Tapi dalam kasus Jeanne, itu untuk memastikan dia tidak berganti baju.
<TLN: klo pak boss mah kek nya asal trobos ae klo tau ganti baju :v>
<EDN: Ngoehehe, kesempatan dalam kesempitan>

Aku mengetuk pintu ruangan untuk kedua kali, tetapi tetap tidak ada jawaban.

Apakah terjadi sesuatu?

Aku menyuruh Eve masuk untuk melihat apakah semuanya baik-baik saja. Dia kembali dengan seringai dan memberi isyarat agar aku masuk. Dia tidak akan pernah berbohong, jadi aku masuk begitu saja, namun, aku sangat terkejut melihat Jeanne dalam keadaan seperti itu.

Dia biasanya menatap kosong ke langit-langit, bermeditasi, atau makan. Namun, hari ini dia sedang duduk di mejanya dan berkonsentrasi pada sesuatu. Dia memegang pena dan tampak sedang menulis.

"Sekarang aku mengingatnya, aku memang mengajari Jeanne menulis alfabet sebelumnya."

Aku mengeluarkan sebuah bagan dan memintanya untuk belajar menulis, yang mana sedang dia lakukan.

Halaman saat ini diisi dengan 'U', yang berarti dia hampir selesai.

Ketika sedang aku memperhatikannya, dia akhirnya menyadari keberadaanku dan melihat ke arahku sambil tersenyum.

Kemudian dia dengan bangga menunjukkan buku catatan itu kepadaku.

“Lihat, Astaroth-sama. Aku menulis ini setiap hari.”

Buku itu dipenuhi dengan begitu banyak kata sehingga hampir tidak ada bagian putih yang tersisa.

"Itu prestasi yang luar biasa, Jeanne." Kataku sambil menepuk kepalanya.

Rambut emasnya halus dan lembut. Dia menatapku dengan mata anak anjing. Tiba-tiba, Jeanne mengingatkanku pada seekor anjing golden retriever.

Kemudian Jeanne membuka mulutnya seolah-olah sedang mengingat sesuatu.

“… Oh! Aku lupa mengatakannya, Astaroth-sama. Aku telah belajar menulis setiap hari. Apakah ini saatnya aku berlatih membaca?” Dia bertanya sambil menatapku.

Sulit untuk mengatakan tidak.

Selain itu, dia telah bekerja sangat keras. Mungkin sudah waktunya untuk lanjut ke tahapan berikutnya.

Jadi aku mengeluarkan sebuah buku dari saku-ku. Buku itu cukup tipis. Nyatanya, itu hanyalah sebuah buku bergambar. Mereka ada di dunia ini juga.

Buku ini biasanya dibaca oleh anak-anak bangsawan dan pedagang, tapi kosakata dalam buku ini sepertinya cocok untuk Jeanne sekarang.

Itulah mengapa aku membelinya di toko buku kota. Aku bertanya-tanya apakah dia akan menyukainya.

Dengan sedikit rasa cemas, aku menyerahkan buku itu padanya.

Itu berjudul,

'The Carbuncle that Died Ten Thousand Times.'
<TLN: The Carbuncle itu nama karakter dalam bukunya>

Pemilik toko buku mengatakan buku itu cukup mendidik dan ditulis khusus untuk anak perempuan. Carbuncle hijau di sampulnya juga sangat lucu.

Jeanne mengambil buku itu dan…

Reaksinya lebih besar daripada yang kuharapkan.

Dia memegang buku itu erat-erat di dadanya sampai air mata mengalir dari matanya.

“… Terima kasih, Astaroth-sama. Aku akan menjaga buku ini selamanya. Aku akan selalu membawanya.”

Aku mengelus kepalanya sekali lagi.

“Yah, kau tidak boleh membawa buku itu saat mandi.” Kataku sambil bercanda.

Dia menyeka hidungnya dan berkata,

"Iya.”

Lalu dia mengangguk dan memelukku.

Eve melihat ini dengan ekspresi yang kurang senang, tapi dia bukanlah wanita yang akan menyela gadis yang sedang menangis.

Dia berpura-pura tidak peduli selama beberapa menit sebelum mengeluarkan jam saku-nya.

"Astaroth-sama. Nona Jeanne. Sudah waktunya."

"Oh ya. Ada pertandingan yang harus kuhadiri.”

Jeanne meletakkan penanya dan menggantinya dengan pedang. Wajahnya berubah menjadi wajah seorang pejuang.

Sekarang, Maid of Orleans yang gagah berani berdiri di sana. Untuk sesaat aku merasa bahwa Toshizou memiliki keuntungan, tetapi sekarang aku melihat bahwa bukan itu masalahnya.

Aku sangat menantikan pertandingan ini.


PREVIOUS CHAPTER       TOC        NEXT CHAPTER


TL: Tasha Godspell
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar