Minggu, 21 Februari 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 17 : Chapter 2 – Limit Break

Volume 17
Chapter 2 – Limit Break


Ternyata, Ethnobalt sedang bersama Sadeena dan yang lainnya. Sadeena tidak berhenti mencoba untuk memanggilku.

“Naofumi Kecil, bagaimana kabarmu?” dia bertanya.

"Benar-benar tidak yakin bagaimana aku harus menjawabnya," jawabku. Ngomong-ngomong, gelombang Melromarc telah diatasi. Dengan empat pahlawan suci serta pahlawan tujuh bintang staff, gauntlet, dan proyektil, musuh setingkat gelombang bukan masalah lagi. Itu berakhir dalam beberapa menit setelah gelombang dimulai. Tidak ada musuh yang kami anggap sebagai ancaman ikut masuk dalam gelombang.

Mungkin itu menjadi penanda seberapa kuat para pahlawan sekarang.

Satu hal yang disayangkan, kita tidak terhubung dengan dunia Kizuna selama gelombang berlangsung. Aku agak berharap, jika kita terhubung dengan dunia mereka, Raphtalia bisa kembali ke dunia ini melalui salah satu celah gelombang. Karena lebih banyak gelombang akan terus terjadi di negara-negara di seluruh dunia, para pahlawan harus berpencar untuk menangani semuanya. Perlu pergi dan menyelamatkan Kizuna serta rekan-rekannya di dunia lain adalah tugas yang cukup sulit, di atas semua masalah kita.

Ethnobalt telah menjelaskan bagaimana para pahlawan suci, selain Kizuna, semuanya telah terbunuh di dunianya. Kontrol telah diambil oleh kelompok yang tampaknya menjadi pasukan garis terdepan gelombang dan juga memiliki akses kekuatan seperti Takt yang dapat mencuri senjata pahlawan.

“Katakan padaku, Ethnobalt. Hanya untuk mengkonfirmasi, menurutmu kapan sebaiknya kita pergi ke dunia Kizuna?” Aku bertanya. Aku sudah mengembalikan aksesori jangkar kepadanya yang sebelumnya dia berikan kepadaku. Kami rupanya bisa menggunakan aksesori kecil itu untuk menyeberang antar dunia. Namun, ada beberapa masalah yang perlu kami tangani terlebih dahulu.

Aku punya banyak hal lain untuk diselesaikan, tentu saja. Tapi aku juga ingin pergi dan menyelamatkan Raphtalia secepat mungkin.

“Aku pikir ini akan memakan waktu tiga hari lagi. Lalu aku akan bisa menggunakan kekuatan aksesori dan membawamu ke dunia kami,” jawabnya.

"Baik. Kalau begitu, aku akan menggunakan 3 hari itu untuk membuat persiapan yang diperlukan," kataku, lalu berteriak, ”Gaelion!" Dia menjawab dengan geraman, terbang mendekat. Aku perhatikan bahwa dia sudah lebih mandiri dan jarang bersama Wyndia akhir-akhir ini.

Setelah mendapatkan inti naga dari Kaisar Naga Takt sendiri, Gaelion sekarang telah menjadi Kaisar Naga terbesar saat ini. Dia juga memperoleh pengetahuan tentang bagaimana cara untuk menembus batasan level.

Untuk menjelaskan pengetahuan batasan tentang level, pertama-tama aku harus menjelaskan tentang dunia dan level yang ada di sini.

Sederhananya, dunia ini memiliki elemen yang sangat mirip dengan”level" yang berada dalam video game. Mengalahkan monster memberimu exp, dan exp itu dapat meningkatkan levelmu. Namun, semua orang selain pahlawan memiliki batas level, yang pertama 40 dan yang kedua 100. Untuk memecahkan batas level ke-40, Kau dapat menggunakan — dengan izin dari negara — fasilitas yang disebut  ‘jam pasir naga’ untuk melakukan ritual kenaikan kelas. Metode untuk menembus batas level 100, telah hilang entah kemana. Namun, Gaelion sekarang tahu bagaimana cara melakukannya.

“Mengingat kita akan menghadapi lebih banyak pertempuran di masa depan, apakah kau bisa mengumpulkan semua orang yang siap untuk menembus batasan level dan melakukannya?” Aku bertanya.

“Kwaa!” Gaelion menanggapi dengan tegas. Dia terdengar sangat senang, mungkin senang bisa melakukan sesuatu untuk membantuku. Urusan kenaikan kelas monster tidak berjalan sesuai keinginannya.
<TLN: Ingat scene para monster yg berubah jadi spesies Raph, awwk>

"Kau memiliki beberapa teknik menarik di duniamu, Naofumi," komentar Ethnobalt.

“Bagaimana dengan dunia Kizuna?” Aku bertanya.

“Ada batasan level, tentu saja. Jika kita bisa menggunakan kembali teknik ini, itu mungkin membantu kita mengatasi masalah kita saat ini,” Ethnobalt merenung.

"Aku yakin sistemnya tidak sama," jawabku. Dunia kita dan dunia Kizuna sangat berbeda satu sama lain. Sama seperti mereka menangani senjata tujuh bintang dan vassal weapon secara berbeda, metode untuk memecahkan batasan level mungkin juga berbeda.

Bagaimanapun juga, ketika aku pertama kali mengunjungi dunia itu, aku telah turun kembali ke level 1.

“Ayo pergi ke jam pasir naga untuk melakukan upacara menembus batasan level. Siapapun yang memenuhi syarat, bersiaplah untuk ikut,” kataku. Metode peningkatan kekuatan yang disediakan oleh senjata tujuh bintang gauntlet sekarang memungkinkan kami untuk mendistribusikan poin skill. Meningkatkan level keahlian untuk Portal Shield-ku juga meningkatkan jumlah lokasi yang dapat aku daftarkan dan jumlah orang yang dapat aku bawa melalui portal bersamaku.

“Kami ikut, kami ikut! Little Shildina, bersiaplah!” Sadeena berteriak dengan penuh semangat.

"Aku sudah siap sebelum kau siap," balas Shildina. Kedua paus pembunuh ini adalah salah satu dari mereka yang akan berpartisipasi dalam eksperimen menembus batasan level. Keduanya cukup kuat, dan keduanya sudah berada di level 100.

Alasan level tinggi mereka adalah karena, entah kenapa, monster di laut memberikan lebih banyak exp.

"Raph!" kata Raph-chan.

"Dafu!" kata Raph-chan II. Mereka berdua terlihat sangat bersemangat. Kurasa sudah waktunya keduanya naik kelas juga. Masih ada banyak pertanyaan tentang Raph-chan II, tapi dia bukan musuh, jadi tidak ada salahnya... bukan?

"Tunggu!" Ruft berlari mengejar Raph-chan.

“Hei, Ruft. Bekerja keras untuk meningkatkan levelmu sendiri?” Aku bertanya.

"Ya. Aku harus segera mencapai level 40,” jawabnya.

"Bagus untukmu," aku memujinya. Dia semakin tinggi akhir-akhir ini. Wajahnya juga terlihat lebih dewasa.

“Saat aku mencapai level 40, aku akan mengambil kenaikan kelas Raph-chan. Aku benar-benar sudah tidak sabar!” serunya.

"Raph?" Raph-chan menyela. Oh Boy. Apakah aku salah dalam membesarkan anak ini? Raphtalia tidak akan senang dengan hal itu, tapi aku setuju dengan kenaikan kelas Raph-chan yang dikatakan Ruft.

"Shildina, kau akan pergi dengan Pahlawan Perisai, bukan?" Ruft bertanya.

"Itu rencananya," jawabnya.

"Setelah kau naik kelas, izinkan aku bergabung denganmu untuk naik level," katanya. Shildina menatapku. Jika memungkinkan, aku ingin Ruft tetap menjadi anak-anak untuk sementara waktu dan tumbuh lebih bertahap, tetapi dengan semua yang terjadi baru-baru ini, dia mungkin punya alasan sendiri menginginkan hal ini. Dia juga dilatih dalam segala macam gaya bertarung oleh semua jenis orang. Aku tidak bisa menyia-nyiakan keinginannya untuk bekerja keras.

Aku mengangguk, dan Shildina juga menyetujuinya.

"Hanya pada area yang tidak berbahaya," katanya.

"Baik. Terima kasih,” jawabnya. Kecepatan pertumbuhan Ruft secara mental benar-benar mengingatkanku pada Raphtalia. Begitulah perkembangannya. Tidak heran dia dan Raphtalia adalah sepupu.

“Dafu?” Kemudian Ruft mengambil Raph-chan II. Aku melihat kesempatan yang sempurna.

"Raph-chan II, jaga Ruft dengan baik," kataku padanya. Raph-chan II sebenarnya adalah Kaisar surgawi masa lalu. Jika sesuatu terjadi di sini saat kita pergi, dia bisa berubah menjadi bentuk Kaisar Surgawi masa lalu dan bertarung untuk melindungi Ruft. Dia juga kuat, meskipun transformasi itu tampaknya memiliki batasan waktu.

“... Dafu,” jawaban terdengar.

"Heh, bersama si kecil ini benar-benar membuatku tenang, bahkan lebih dari saat aku bersama Raphtalia — sangat membuatku berpikir ketika memiliki seorang ibu mungkin seperti ini," jelas Ruft. Maksudku, dia pada dasarnya adalah leluhurnya — seperti nenek buyut dari nenek buyutnya.

“Dafu...” Raph-chan II mengusap pipinya sedikit, tidak yakin bagaimana harus bereaksi seperti apa terhadap itu, lalu Ruft meletakkannya di pundaknya dan membelai kepalanya. Kata-kata” Raph-chan khusus milik Ruft" terlintas di benakku.

Kemudian aku berpikir lagi. Jika Raph-chan II sebenarnya adalah Kaisar surgawi masa lalu, bagaimana dengan Raph-chan yang asli? Apakah dia juga memiliki jiwa seseorang yang tidak kita kenal di dalam dirinya?

"Raph," kata Raph-chan tiba-tiba, berpose untuk menyuruh kami berangkat. Diantara sekutuku yang bisa berbicara dengan monster tidak menyebutkan ada masalah apapun dengannya, jadi kurasa itu bukan masalah.

“Kita akan berurusan dengan kenaikan kelas terlebih dahulu dan kemudian segera menaikkan level,” kataku. Lalu aku mengirim semua orang yang akan naik kelas ke jam pasir naga. Ritual kenaikan kelas dimulai sekaligus.

"Kita mulai!" Kataku.

“Kwaa!” Gaelion berteriak, mulai melantunkan sihir saat Sadeena menyentuh jam pasir naga.

“Di sini, pada saat ini, Kaisar Naga memerintahkanmu. Berikan peran baru pada prajurit ini yang bertarung bersama pahlawan dalam mempertahankan dunia ini. Oh dunia, oh dragon vein, oh kebenaran itu sendiri! Buka kunci kekuatan sejati individu ini!” Dia mengucapkan mantra menggunakan telepati, artinya hanya akulah yang bisa mendengarnya. Gaelion yang pada dasarnya berkicau seperti burung beo. Saat dia menyelesaikan kata-katanya, seberkas cahaya dipancarkan dari jam pasir naga dan meluas ke perisaiku, yang bersinar seolah-olah beberapa bentuk verifikasi telah selesai. Kemudian, seperti biasa, daftar opsi muncul, menunjukkan pilihan yang bisa diambil Sadeena.

Penasaran apakah ada pilihan kenaikan kelas khusus, aku melihat opsi yang tersedia untuknya. Pilihan tersebut secara luas terbagi antara meningkatkan kemampuannya dalam bentuk humanoid atau saat dia dalam bentuk therianthrope. Sepertinya dia juga bisa mendapatkan beberapa kemampuan khusus.

Rasanya sedikit berbeda dari kenaikan kelas normal. Kau dapat membuat spesifikasi detail terhadap status. Tentu saja, termasuk kemampuan khusus. Ini lebih seperti kenaikan kelas monster.

Bukankah seharusnya sebaliknya? Mungkin ini karena perlindungan Gaelion. Aku melanjutkan dan mengalihkan hak untuk membuat keputusan kepada Sadeena.
<TLN: Jadi biasanya pilihan statusnya sudah fix, tapi kali ini mereka bisa edit pilihan status sesuai keinginan, contoh= attack: +50, deff: +0. CMIIW>

"Astaga. Aku benar-benar tidak yakin harus memilih apa. Mana yang kau suka, Naofumi Kecil?” Tanya Sadeena.

"Kau yang memutuskan," kataku padanya.

"Tolong pilihkan. Seorang gadis ingin seseorang yang mereka sukai membuat keputusan ini untuk mereka,” jawabnya.

"Begitukah?" Aku menjawab. Aku merasa tidak nyaman untuk memutuskan sesuatu sepenting ini bagi Sadeena.

"Kalau begitu, aku akan memilih untuk melakukan hal-hal menyenangkan denganmu, Naofumi Kecil, dan membuat banyak anak," jawabnya. Aku mengeluarkan suara aneh. Apakah ada pilihan semacam itu? Aku memeriksanya lagi, dan ada banyak pilihan yang hampir mendekati.

“Sadeena. Berhentilah mempermainkan Naofumi yang manis,” kata Shildina.

"Ara. Aku hanya bersenang-senang,” balas Sadeena.

"Akulah yang akan membuat banyak anak bersamanya," lanjut Shildina.

"Astaga!" Sadeena menanggapi.

“Kalian berdua, cukup!” Aku berseru. Aku tidak tahu apakah mereka akrab atau tidak, tetapi mereka melakukan pelecehan seksual terhadapku secara bersamaan! Serius, di setiap kesempatan, mereka selalu melakukan ini.

Tampaknya Sadeena telah menentukan pilihannya, karena jam pasir itu bersinar terang dan Sadeena menyerap cahayanya.

Saat cahaya akhirnya memudar, Sadeena tersenyum.

“Sepertinya sudah selesai. Naofumi kecil, maukah kau melihatnya?” dia bertanya.

"Tentu," jawabku dan memeriksa statusnya.

Wow. Statistiknya telah meningkat pesat sehingga aku hampir mengira itu adalah lelucon. Hampir dua kali lipat statistik sebelumnya! Jika aku menerapkan sihir dukunganku padanya, dia mungkin memiliki kekuatan serangan untuk menyaingi pahlawan.

Untuk kenaikan kelas level 100, tampilannya hanya dalam bentuk persentase. Aku tidak sepenuhnya yakin apa yang dia pilih, tetapi statistik sebelumnya, yang cukup seimbang sekarang sudah tidak berlaku. Tentu saja, itu mungkin berasal dari pilihannya tadi.

“Apa yang kau pilih?” Aku bertanya.

“Agility, Strength, dan Magic,” jawabnya.

“Cukup bagus,” kataku. Di atas semua ini, dia juga mulai mempelajari Hengen Muso Style! Dia monster yang hebat!

Dengan begitu, kami melanjutkan kenaikan kelas penembus batas untuk semua individu berlevel tinggi dari desa. Rupanya, itu akan menghapus batasan level sepenuhnya.

Kedua Raph-chan, yang berkicau seperti biasa, juga naik kelas. Gaelion memiliki sedikit ekspresi masam di wajahnya. Aku bisa memahaminya — Raph-chan mungkin bisa belajar melakukan ini sendiri, jika dia mau.

Diputuskan bahwa Gaelion akan terus membantu kenaikan kelas untuk semua orang yang dianggap pahlawan layak dipercaya. Kami membutuhkan semua senjata yang bisa kami dapatkan. Siapa pun yang kami percaya harus dibuat sekuat mungkin untuk mempersiapkan gelombang masa depan.

“Baiklah. Kedua paus pembunuh dan aku sekarang akan memimpin party untuk menaikkan level di lautan. Ini akan menaikkan standar kesulitan, jadi kalau mau ikut, bersiaplah jika sesuatu terjadi,” kataku. Setelah menyelesaikan kenaikan kelas, kami segera kembali ke desa dan bersiap untuk berangkat dalam waktu tiga hari.

Memang benar, tentu saja, begitu kita sampai di dunia Kizuna, semua orang yang tidak pergi kesana terakhir kali mungkin berakhir di level 1. Tapi terserahlah. Mereka seharusnya akan kembali ke kondisi awal saat kami pulang kembali. Paus pembunuh bersaudara, khususnya, keduanya sangat kuat namun telah terjebak di level 100 selama berabad-abad. Itu benar-benar memalukan dan sangat sia-sia. Jika kita bisa sedikit meningkatkan level Ruft dan yang lainnya, itu lebih baik.

Aku bahkan akan meminta Sadeena untuk melatih Ethnobalt. Efek persilangan antar dunia telah membuat Ethnobalt lemah seperti monster yang disebut usapil, yang terlihat seperti kelinci. Di dunianya, itu tampaknya disebut”kelinci perpustakaan".

Seekor paus pembunuh dan kelinci... Sesaat cerita kuno berjudul”Kelinci Inaba” terlintas di benakku. Tapi itu adalah hiu. Atau itu buaya?

"Pakai ini, Ethnobalt, dan bertambah kuatlah," kataku padanya, memberinya kostum pekkul yang berfungsi sebagai perlengkapan menyelam. 

"Apa ini? Sesuatu yang dibuat Chris?” Dia bertanya. Yah, aku bisa mengerti mengapa dia berpikir seperti itu. Itu hanya kebetulan.
<TLN: Kostum pekkul itu bentuknya mirip penguin yang merupakan bentuk asli si Chris, peliharaannya Kizuna>

“Ini berdasarkan model yang berbeda. Bos monster dari area tertentu menjatuhkan item itu,” kataku.

“Jadi ini bukan buatan tangan? Desainnya cukup bagus, menurutku,” komentarnya.

"Aku lebih tertarik padamu daripada kostum ini," jawabku. Aku telah mengidentifikasi bahwa Ethnobalt memiliki potensi pertumbuhan yang sama dengan Rishia. Aku telah melibatkan wanita tua Hengen Muso dan seperti yang aku duga. Setelah memeriksa tubuh Ethnobalt berkali-kali, wanita tua itu berteriak,”Kau hanya dapat melihatnya sekali setiap seratus tahun! Tidak peduli jika dia monster! Ini adalah tahun yang hebat!” Cukup mirip dengan apa yang dia katakan pada Rishia. Tetap saja, itu berarti tebakanku benar.

Ketika aku mengatakan kepadanya bahwa pada dasarnya ada satu suku Ethnobalt di dunia lain, dia memegangi kepalanya seolah-olah dia benar-benar berpikir keras untuk bergabung dengan ekspedisi kecilku. Ternyata, wanita tua itu telah melatih mereka yang memiliki potensi di dunia ini untuk membantu mendukung Sampah. Selain itu, setelah mengetahui bahaya yang dialami wanita tua itu selama pertarungan dengan Takt, putranya yang agak tidak dapat diandalkan juga akhirnya mulai menganggap serius, jadi dia berharap untuk melatihnya juga.

Dia adalah seorang ibu. Tentu saja, putranya sendiri lebih penting daripada kelompok yang tidak dikenal tetapi sangat terampil. Namun, aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya tentang perbedaan usia yang terlihat antara ibu dan anak.

Bagaimanapun juga, dia mengatakan sesuatu tentang menyerahkan pelatihan kelinci perpustakaan kepada Rishia. Dia juga memintaku untuk membawa mereka kembali setelah pekerjaanku di sana selesai. Jadi dia ingin membesarkan beberapa lagi!

“Aku berlatih sekeras Rishia tetapi masih gagal mencapai potensiku yang sebenarnya. Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya, meskipun hanya untuk waktu yang singkat!” Ethnobalt sangat antusias.

"Para pemegang vassal weapon memang kesulitan mempelajari kekuatan kehidupan," aku bersimpati. Mereka dapat melakukannya, tetapi persyaratan untuk menggunakan SP membuatnya sulit untuk ditangani, menghambat perkembangan mereka.”Seperti yang kau katakan, ini hanya waktu yang singkat, tapi pergi dan lakukan yang terbaik. Dan tetap berjuang setelah kami kembali.”

“Itulah yang akan kulakukan,” katanya. Aku pada awalnya menolak. Tipe magician-intelektual seperti Ethnobalt yang mempelajari seni bela diri seperti Rishia benar-benar tampak sia-sia, berdasarkan pendapat geek dan gamer.

Dunia memiliki aturannya sendiri, dan aturan di dunia Kizuna berbeda. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah penerapan sihir itu masih memungkinkan adalah dengan melakukan eksperimen. Bagaimanapun juga, tidak ada salahnya jika dia bisa menangani dirinya sendiri dalam pertempuran jarak dekat.

Oleh karena itu, kedua paus pembunuh bersaudara memimpin jalan untuk menaikkan level kami di laut.

“Kita berburu bersama sebelum perang dengan Faubrey, bukan, Naofumi Kecil? Mari kita melewati titik itu kali ini,”saran Sadeena.

"Tentu. Kita bisa mengatasinya,” jawabku. Begitu kami tiba di tempat berburu, aku mulai menggunakan All Liberation Aura. Sama seperti saat kami menghabisi Takt, aku menggunakan versi X. Itu berarti kami pasti bisa menangani ini. Itu adalah sihir pendukung yang begitu kuat sehingga Ren, Itsuki, dan Motoyasu lama akan menyebutnya cheat. Mengaktifkan ini layaknya mengubah sebagian besar monster menjadi potongan kayu yang siap ditebas.

Kayu hidup, walaupun aku memikirkan ide itu, tapi aku belum berani mengambil resiko mengotak-atiknya.

“All Liberation Aura X!” Aku memberikan sihir dukungan pada semua orang yang datang bersamaku.

"Ini ... cukup luar biasa. Aku seharusnya berlevel rendah, setelah menyeberang dari dunia lain. Memiliki tingkat kekuatan seperti ini cukup mencengangkan,” kata Ethnobalt dari balik kostumnya, jelas sangat terkesan. ”Menurutku menggunakan kekuatan ini seharusnya memungkinkan kita untuk membantu Kizuna dengan mudah.”

"Aku juga berharap begitu," jawabku. Aku benar-benar hanya berharap kami bisa pergi ke sana, menyelesaikan masalah mereka, dan kembali.

Saat kami berdiskusi, Sadeena dan yang lainnya mempercepat perjalanan dengan kami di punggung mereka.

“Waktunya menyelam! Semuanya pegang erat-erat!” Kata Sadeena. Ethnobalt tersentak saat kedua saudari itu menyelam semakin dalam ke daerah perburuan, dengan kami masih di punggung mereka. Mereka melaju sangat cepat! Beberapa kali lebih cepat daripada perjalanan berburu kami sebelum berangkat ke Faubrey, membuat kami menyelam sangat dalam hanya dalam beberapa detik. Rasanya seperti didorong oleh mesin roket.

“Kalian dua bersaudara! Berhenti!" Aku nyaris terlambat ketika Ethnobalt dan Ruft mulai menggeliat dan mengerang. Pikirkan tentang tekanan air — dan menurutmu apakah kita semua bisa mengatasinya!?”

"Astaga! Aku cukup terkejut dengan kecepatan ini juga!” Sadeena menjawab.

"Wow ... kalian terlalu ringan!” Shildina menambahkan. Kedengarannya perlu diselidiki. Aku memasang Shooting Star Wall, hanya untuk berjaga-jaga.

Ini adalah skill yang berasal dari Shield of Compassion yang telah diwariskan Atla kepadaku. Efek dari skill tinggi ini adalah untuk memberikan Shooting Star Shield pada semua orang yang aku anggap sekutu dalam radius tertentu di sekitarku. Bahkan lebih baik jika mereka berada dalam semacam formasi, benar-benar memberikan boost pada efek tiap perisai.

Namun bukan berarti tanpa kelemahan, tentu saja. Jika tingkat resistensinya habis, maka semua perisai akan pecah. Itu pada akhirnya hanya sebuah Shooting Star Shield untuk semua orang. Selain hal tersebut, perisai ini juga menyebabkan masalah dengan jangkauan serangan ketika mereka yang memiliki perisai aktif mencoba terlibat dalam pertempuran jarak dekat. Penghalang akan mementalkan musuh, membuatnya lebih sulit untuk mendekati target.

Namun, mengerahkan Shooting Star Wall memberikan perlindungan terhadap tekanan air.

"Kupikir ... Aku hampir hancur,” Ethnobalt mengatur napas dengan berat.

"Aku juga," tambah Ruft. Keduanya memuntahkan darah. Mereka tidak bisa menahannya, seperti yang aku takuti. Aku memberikan sihir penyembuhan pada mereka berdua. Aturan di dunia ini berbeda, Raphtalia, S'yne, dan aku tidak terlalu terganggu olehnya, tapi menyelam dengan kecepatan tinggi ke dasar laut jelas menyebabkan beberapa damage pada level rendah. Serius, itu bahkan bisa membunuh mereka.

"Aku akan tetap mengaktifkan Shooting Star Wall, jadi mari lanjutkan perjalanan sambil menaikkan level kita," kataku.

"Astaga! Sesuai permintaanmu, Naofumi Kecil, itu membuatku pusing!” Sadeena menyindir.

“Aku bisa menggunakan sihir angin untuk mengumpulkan udara dan mengurangi tekanan... Kau bisa menggunakannya sebagai cadangan, Naofumi yang manis.” Shildina jauh lebih praktis jika dibandingkan dengan saudara perempuannya, yang hanya bercanda.

“Kita juga harus tetap menjaga oksigen yang tersisa,” aku mengingatkan mereka.”Berhati-hatilah saat kita menyelam.” Hal lain yang aku temukan dalam perburuan ini adalah bahwa menambahkan poin ke skill Bubble Shield tidak hanya meningkatkan volume oksigen yang diberikan, tetapi jika aku mengalokasikan setidaknya tiga poin, itu menciptakan semacam membran gelembung... pada dasarnya seperti membuat versi gelembung udara dari Shooting Star Shield.

Ternyata, itu adalah skill yang cukup nyaman.

Dengan begitu, kami mencapai dasar laut, dan kedua paus pembunuh bersaudara memburu lebih banyak monster daripada sebelumnya.

“Batasan kami telah dicabut! Kami telah dibebaskan! Ayo lakukan ini, Shildina kecil!” Sadeena sangat bersemangat.

“Kau tidak perlu memerintahku. Aku bisa menangani diriku lebih baik darimu!” balas adiknya.

"Jangan berkelahi," sela-ku. Sambil menonton saudara paus pembunuh berenang bersama, aku berjalan di dasar laut. Ruft dan Ethnobalt bersamaku. Mungkin berkat levelnya yang meningkat saat kami berada di sini, Ethnobalt mulai menerangi sekeliling menggunakan sihirnya sendiri.

"Keduanya tampak sangat kuat," komentar Ethnobalt.

“Itu pasti. Mereka bergabung denganku setelah terakhir kali aku bertemu Kizuna. Mereka berada diperingkat lima besar, tidak termasuk pahlawan,” jelasku.

"Aku mengerti. Kau telah memperkuat kekuatan tempurmu. Aku lega mendengarnya,” jawab Ethnobalt.

"Aku melakukan apa yang aku bisa," jawabku. Melihat ke belakang, aku menyadari itu pasti jalan yang panjang sejak aku mengucapkan selamat tinggal pada Kizuna dan sekutunya. Dengan hari-hari yang begitu padat dan banyak hal yang terjadi, sulit dipercaya bahwa ini baru empat bulan.

"Raph," kata Raph-chan, menaiki bahu Sadeena dan melambai pada Raph-chan II, yang sedang dipegang oleh Ruft.

"Dafu," jawab Raph-chan II.

“Kedua saudara perempuan itu adalah pendeta miko naga air, sedang berenang dengan bebas di dam lautan. Mungkin tidak akan lama sebelum mereka bahkan melampaui naga air itu sendiri. Bagaimana menurutmu, Pahlawan Perisai?” Ruft bertanya padaku.

"Astaga! Aku pikir itu mungkin terlalu berlebihan!” Kata Shildina. Aku pribadi tidak begitu yakin bahwa tebakan itu salah. Tetap saja, itu tidak akan membuat mereka terlalu penuh percaya diri.

Kami melanjutkan perburuan kami dan terus meningkatkan level kami.

Leve Ethnobalt meningkat pesat walaupun dia hanya menjelajahi dasar laut. Karena poin utamanya adalah untuk meningkatkan level Ruft dan Ethnobalt, kami belum pernah menghadapi monster dengan peringkat lebih tinggi. Tampaknya ada beberapa monster yang sangat kuat di bawah sini, jika kau pergi mencarinya.

“Ah, Pahlawan Perisai! Aku baru saja mencapai level 40!” Kata Ruft.

"Kedengarannya bagus. Ingin kembali?" Aku bertanya kepadanya.

“Mungkin ide yang bagus. Aku tidak bisa meningkatkan lebih tinggi dari ini, dan aku tidak ingin menjadi beban yang lain,”jawabnya.

"Baiklah. Aku akan memindahkanmu kembali ke desa,”kataku padanya.

"Baik. Aku akan mengikuti pelatihan di sana,” katanya. Ruft benar-benar seorang pekerja keras. Sangat serius. ”Sampai jumpa lagi!" Aku melihatnya melambai, lalu menggunakan portal dan mengirimnya kembali ke desa.

“Lalu apa selanjutnya? Kau tidak perlu naik ke level 40, kan, Ethnobalt?” Aku sudah mengkonfirmasinya.

"Tepat sekali. Sebelum aku menjadi pemegang vassal weapon, aku menjalani semua jenis pelatihan untuk menjadi pemimpin kelinci perpustakaan. Batasan level 40 tampaknya menjadi elemen unik di dunia ini, dan tidak ada tanda-tanda aku akan terhenti di level 40,” lapornya.

"Oke," gumamku, membelai Raph-chan II dengan kedua tangan. Ruft telah memilih untuk meninggalkannya bersama kami. Harus kuakui, selain rencanaku untuk Ruft, aku berharap Ethnobalt menjalani kenaikan kelas Raph-chan. Aku benar-benar penasaran apa yang akan terjadi padanya.

"Aku tidak yakin bagaimana menjelaskannya, tapi aku merasakan sesuatu darimu sekarang seperti apa yang aku rasakan dari Kizuna ketika dia merencanakan sesuatu yang buruk," kata Ethnobalt.

“Benarkah?” Kataku polos. Apakah begitu mudah untuk mengetahui saat seorang pahlawan sedang merencanakan sesuatu?

“Dafu,” kata Raph-chan II. Seolah membaca pikiranku, dia melompat ke kepalaku dan mulai memukul kepalaku. Itu imut. Baiklah kalau begitu. Aku akan mencoba untuk membatasi pikiran jahatku, seperti yang aku lakukan ketika Raphtalia ada.

“Benar, Naofumi Kecil. Jaga makhluk kecil itu. Kita akan melakukan perburuan lebih banyak!” Kata Sadeena.

"Silakan," kataku padanya. Kami mengikuti dua bersaudara itu lebih dalam. Berdasarkan exp yang kami terima dari monster, sepertinya level yang direkomendasikan untuk mengalahkan mereka adalah 150, Sadeena dan Shildina menebas mereka satu demi satu. Ethnobalt tampak sangat ketakutan dengan proses tersebut. Mereka seharusnya masih lebih lemah dari Roh Kura-kura — atau setidaknya kuharap begitu. Aku akan merasa tidak enak pada Ost jika bukan itu kenyataannya. Dan juga, kami telah mengalahkan pahlawan palsu yang mengklaim berlevel 350.

Melalui pertempuran sengit ini, Ethnobalt melewati level 60 dalam sekejap.

“Hei... bolehkah aku meminta waktu sebentar? Aku sebenarnya sangat lapar,” kata Ethnobalt, memegangi perutnya, yang pasti bergemuruh.

Ethnobalt berada dalam wujud manusianya, tetapi sama seperti Filo yang telah berubah saat menyeberang ke dunia lain, Ethnobalt telah berubah menjadi monster yang disebut leshuant, sejenis usapil, dari wujud aslinya sebagai kelinci perpustakaan. Mempertimbangkan usianya, Ethnobalt tampaknya tidak akan mengalami percepatan pertumbuhan yang cepat, tetapi ia pasti tumbuh sedikit.

“Ayo kembali. Kita juga telah mendapatkan sebagian besar material yang aku cari,” kataku. Kami harus segera mengolah monster besar — dan aneh — yang ditemukan di dasar laut. Aku telah mempertimbangkan untuk memasukkannya ke dalam perisaiku dan kemudian mengeluarkannya lagi di jam pasir naga, tapi kami telah mengalahkan beberapa monster yang begitu besar sehingga mereka mungkin akan menghancurkan beberapa bangunan jika aku melakukan itu. Mungkin lebih baik aku hanya mengeluarkan beberapa item drop. Beberapa perlengkapan yang cukup bagus juga kami dapatkan.

Kami menyelesaikan perburuan dan kembali ke desa.

Sebagai hasil dari usaha kami, Sadeena dan Shildina telah mencapai level 120. Dua puluh level dalam satu hari sangatlah besar, dan itu membuatku melakukan pengecekan ganda untuk memastikan kami tidak kembali ke pulau Cal Mira.


Begitu kami kembali ke desa, aku membawa Ruft ke jam pasir naga dan melakukan kenaikan kelas Raph-chan padanya. Ada kepulan asap seperti pada Raphtalia, tapi setelah itu hilang, tidak banyak yang berubah.

"Bagaimana perasaanmu, Ruft?" Aku bertanya kepadanya. Ruft memeriksa dirinya sendiri dengan hati-hati, tetapi kemudian memiringkan kepalanya.

“Aku merasa lebih kuat,” dia memulai.”Tapi aku tidak begitu mengerti kenapa."

“Cukup bagus,” jawabku.

“Aku berharap bisa berubah seperti Shildina!” dia berkata.

“Jika kau terus bekerja keras, kau mungkin bisa melakukannya!” Aku menyemangatinya.

"Kau benar! Aku akan terus berlatih!” dia antusias.

"Aku ingin tahu wajah seperti apa yang akan dibuat Raphtalia kecil jika dia melihat ini," komentar Sadeena. Marah, mungkin, tapi saat kucing pergi, tikus bisa melakukan sesuatu sesuka hati mereka. Itu masuk akal. Ketika aku memikirkan masa depan, kami akan membutuhkan Ruft untuk mulai menarik beban dari Raphtalia.
<TLN: Maksudnya beban Raphtalia menjadi Kaisar Surgawi mungkin>

“Baiklah, Pahlawan Perisai. Haruskah aku pergi ke Melty sekarang?” Ruft bertanya.

“Ya... oke. Sampah juga ada di kastil, jadi kau akan belajar banyak di sana. Aku ingin kau ambil bagian untuk menaikkan level, tapi utamakan pelajaranmu,” aku menginstruksikannya. Dia mengangguk setuju. Aku mengirimnya ke Melty, dan kemudian aku kembali ke desa.

Beginilah cara kami menghabiskan tiga hari sebelum keberangkatan kami: persiapan untuk perjalanan dan terutama menaikkan level. Partynya mengalami beberapa perubahan, tetapi Ethnobalt dan aku sudah pasti ikut. Sadeena juga membawa serta beberapa temannya.

Ketika aku melihat Ethnobalt, perkembangannyasedikit lebih lambat daripada Rishia, tetapi saat levelnya sekitar 95, statistiknya tiba-tiba meningkat pesat. Namun, sebelum kami berangkat, dia mencapai batas pertumbuhan dan levelnya terhenti. Sepertinya berhenti di 100, sama seperti pada umumnya.

Dia menderita karena kehilangan vassal weapon dan juga kehilangan SP-nya. Jadi aku menerapkan limit break padanya dan meningkatkan kemampuannya lebih jauh. Meskipun demikian, aku hanya bisa terkejut sendiri karena dia menaikkan hampir 100 level hanya dalam tiga hari. Aku harus memikirkan kembali potensi lebih lanjut yang ada pada peningkatan level dasar laut ini seperti yang disarankan oleh dua paus pembunuh bersaudara. Tampaknya membawa seorang pahlawan juga meningkatkan exp yang diterima. Ethnobalt telah berkembang pesat sejak kedatangannya di desa dan sekarang ukurannya sama dengan bentuk kelinci perpustakaannya. Sedangkan untukku, aku telah mencapai level 150. Itu bagus tapi masih jauh dari pahlawan palsu tertentu dan level 350 miliknya.

Diselang waktu itu, aku juga mampir ke toko senjata di Melromarc.

"Hei! Senang melihatmu, Nak. Aku melihat penobatan sang putri!” Pak tua itu menyapaku dengan senyuman, seperti biasanya, dan aku langsung merasa nyaman.

"Aku datang untuk mengucapkan terima kasih," kataku padanya. ”Semua perlengkapan yang kau buat untuk kami sangat membantu selama pertempuran terakhir itu.”

"Senang mendengarnya," jawabnya.

"Hah? Hei kau, berandal! Kau setidaknya membalaskan dendam Atla untukku, kan?” Pertanyaan ini datang dari Motoyasu II, master pak tua itu, saat dia muncul dari belakang toko.

“Itu benar, meskipun aku tidak melakukannya untukmu. Takt dan pengikutnya telah dihukum, di seluruh dunia,” aku memberitahunya.

“Dikelilingi oleh semua wanita itu, aku tidak mengerti mengapa dia merasa perlu untuk menguasai dunia juga. Aku akan lebih bahagia jika bisa membuat harem,” dia membalas. Aku hampir menanggapi, karena aku tidak melihat satu pun wanita di sekitarnya. Minuman keras dan uang adalah satu-satunya hal yang mungkin pernah dia nikmati. Tetap saja, dia memang memiliki beberapa skill yang cukup mengesankan sebagai pandai besi. Mungkin ada sesuatu yang salah, bahkan dia memiliki kemampuan untuk membentuk harem, namun karena... apa? Kepribadiannya? Jika dia sedikit lebih serius dengan pandai besinya, aku tidak akan terkejut jika beberapa orang benar-benar mulai menyukainya.

"Semua wanita itu tidak akan berakhir seperti itu, juga, jika mereka memihak dengan sedikit lebih berhati-hati," Motoyasu II merenung.

"Aku mengira kau akan menentang pembunuhan wanita, bahkan sebagai musuh," komentarku. Kami telah mengeksekusi sejumlah besar dari pasukan Takt. Aku berharap Motoyasu II akan mengeluh tentang itu. Matanya berkaca-kaca sejenak, lalu dia kembali menatapku.

“Aku memahami dasar dari hal-hal seperti itu,” jawabnya. Aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar sesuatu yang bisa dibanggakan.”Aku telah terlibat dengan lebih dari sekadar wanita yang mengerikan. Kau tidak bisa mengkhawatirkan nasib mereka semua, atau tidak akan ada akhirnya.”

"Kau ternyata bisa memilih," pak tua itu setuju.

"Diam," bentaknya kembali. ”Aku memprioritaskan wanita yang aku kenal daripada yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Itu tidak perlu dikatakan. Pelacur Takt itu mengambil kehidupan Atla kecil yang manis dan pemberani serta membawa penderitaan bagi wanita di seluruh dunia.”

“Wanita di seluruh dunia, ya?” Kataku, tidak bisa menahan diri.

“Separuh dunia adalah wanita!” dia membalas. ”Menurutmu, berapa banyak dari mereka yang akan menderita jika seseorang seperti dia mengambil alih kekuasaan?” Tetap saja, ini bukanlah tempat untuk percakapan seperti itu. Aku mulai melihat sedikit sisi yang berbeda dari Motoyasu II. Kesadarannya tentang wanita sedikit berbeda dari Motoyasu lama, setidaknya.

“Bagaimana jika kau memiliki beberapa kenalan dari wanita Takt?” Kataku dengan santai.

"Bagaimana menurutmu? Aku pasti akan memberitahumu untuk tidak membunuh mereka,” jawabnya cepat. Jadi dia akan melindungi wanita yang dia kenal — jawaban yang mudah dimengerti, dan bukan jawaban yang buruk.

“Ngomong-ngomong, apa yang membawamu ke sini, membuang-buang waktuku?” komentarnya.

“Master, bisakah kau mundur sedikit? Jika kau berbicara dengan anak itu terlalu lama, itu hanya akan membuatmu emosi lagi,” balas pak tua itu.

"Persetan!" Motoyasu II meludah ke belakang saat paman Imiya membawanya kembali ke dalam toko.

“Jadi, Nak, aku akan senang jika kau bisa menunjukkan kepadaku beberapa material Kirin sekarang juga. Sudah dapat?” pak tua itu bertanya.

"Aku minta maaf, kami masih menyelidiki apa yang terjadi pada material itu, bahkan di Faubrey," jawabku. Kami berbicara tentang material dari Kirin yang telah dikalahkan Takt, yang saat ini masih hilang. Aku benar-benar ingin mengamankannya dan meminta pak tua itu mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang.

“Mereka akan membagikannya dengan kita jika berhasil ditemukan. Jadi jika itu muncul saat aku pergi, mulailah saja,” aku memberi petunjuk.

"Pergi? Kemana?” dia bertanya.

"Benar. Itulah yang sebenarnya ingin aku sampaikan kepadamu,” Kataku. Aku memberitahunya tentang perjalanan mendatang ke dunia Kizuna.

"Aku mengerti. Jadi kau ingin aku mengutak-atik perlengkapanmu agar masih bisa digunakan di sana?” Dia bertanya.

“Begitulah singkatnya. Apa kau bisa melakukannya dengan cepat?” Aku membalas.

“Armor yang kau gunakan sekarang cukup bagus dengan kompatibilitas semacam itu, jadi tidak akan memakan waktu terlalu lama. Jika aku menukar bagian yang kau bawa terakhir kali... Kurasa aku bisa melakukan sesuatu tanpa bagian yang terkutuk,” katanya. Aku senang mendengarnya. ”Akankah material Roh Kura-kura berfungsi di sana?” Dia bertanya.

"Aku menggunakan Spirit Tortoise Heart Shield, jadi mungkin itu akan bekerja," jawabku.

“Maka semuanya akan baik-baik saja. Ketika kau kembali terakhir kali, aku memeriksanya, dan bahan yang digunakan untuk bagian itu... yah, meski tidak sepenuhnya legal, mirip dengan material demi-human dari empat hewan baik hati,” pak tua itu menjelaskan.

Aku penasaran apakah itu terhubung dengan empat hewan suci. Itu merespon terhadap ras utama Siltvelt.

“Maksudku, jika kau bertanya, aku yakin demi-human akan dengan senang hati memberikannya,” katanya.

"Aku tidak akan pernah memintanya, dan tidak pernah menerimanya," jawabku. Ini buruk. Aku pikir aku telah melakukannya dengan Atla, tetapi tanganku mulai gemetar. Aku benar-benar ingin mengatakan bahwa empat hewan suci dan demi-human empat hewan baik hati adalah dua hal yang berbeda.

"Ya, tentu saja," kata pak tua itu setelah jeda yang canggung. ”Aku seharusnya tidak mengatakan apapun. Maaf, Nak.”

“Tidak perlu khawatir tentang itu. Itu bukan sesuatu yang akan kulakukan,” jawabku. Mungkin satu hal yang pasti tidak akan pernah kulakukan. Pak tua mengerti itu dan telah meminta maaf. Hubungan kami baik-baik saja.

“Jika kau membutuhkan sesuatu, aku yakin seorang pandai besi di sana akan dapat membantumu. Setelah semua selesai, kembali dan bawalah sesuatu yang baik untuk kau tunjukkan kepada kami, oke?” dia berkata.

“Aku akan melakukannya,” jawabku. Kami menyuruh dia membuat armor untuk semua pahlawan sekarang. Dia seperti pandai besi pribadi kita.

"Aku ingin perisai dari material Phoenix sudah siap untukmu sekarang," katanya. ”Maaf tentang itu."

"Aku yakin Spirit Tortoise Shield masih bisa menyelesaikan pekerjaanku," aku meyakinkannya. Berdasarkan apa yang aku lihat dari pedang Ren, perisai yang dibuat dengan bahan Phoenix mungkin akan sangat mirip dengan Roh Kura-kura. Hanya dari statusnya, Phoenix terlihat lebih baik, tetapi pengubah yang aku terima dari perlindungan Ost benar-benar membantah hal itu.

“Nak, aku tahu ini tidak akan mudah, tapi lakukan yang terbaik. Wanita kecil itu sedang menunggumu,” katanya.

“Raphtalia selalu mendukungku. Aku harus melakukan hal yang sama,” jawabku. Lalu aku melambaikan tangan pada pak tua itu dan meninggalkan toko.


Note:
Mimin Poo kembali beraksi di volume 17 ini. Selamat datang kembali mimin Poo, 
otsukaree~




TL: Isekai-Chan 
EDITOR: Poo

0 komentar:

Posting Komentar