Senin, 22 Februari 2021

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 199. Pagi Hari Hero Perisai

 Chapter 199. Pagi Hari Hero Perisai




Aku harus bangun lebih awal pagi ini.
Aku terbangun lebih awal dari para budak. 
Tentu saja, ini terjadi hanya ketika aku tidak begadang sampai larut malam.
Biasanya aku terjaga untuk membuat obat atau menyelesaikan tugas-tugas lainnya. 

Kemarin, aku membawa Ren ke desa. Aku lelah dengan pertempuran, jadi aku tidur lebih awal. 
Aku melihat ke arah ranjang disampingku, dan melihat Sadina tidur nyenyak dengan Atla.

"Uu.. Sadina-san. Kau terlalu memaksa…"
"Berhen...ti~..."

Sebenarnya apa yang mereka mimpikan? 
Apa mereka juga berlatih di mimpi mereka? Manga seperti apa ini? 

"Kyua… Kyua…"

Untuk berjaga-jaga, Gaelion kecil berada di ranjangku. Jika Atla akan merangkak ke tempat tidurku, dia akan mengusirnya.

Sekarang ini. 
Aku turun dari ranjang dan keluar kamar. 
Aku melakukan peregangan sebentar, dan diam-diam berjalan menuju desa, samar-samar mendengarkan suara ombak. 
Aku menuju ke rumah Camping Plant dimana Ren tinggal sekarang. 

Ah, ngomong-ngomong, Dragon Sanctuary Gaelion sudah disiapkan. 
Ketika aku bertanya padanya mengenai pemeliharaannya, dia mengatakan sesuatu seperti ‘jika penghalang itu sekali saja diaktifkan, mantra itu secara permanen membuat area anti-teleportasi sampai dia menarik mantra itu kembali.’
Tapi segera setelah mantra itu diaktifkan, Filolial melarikan diri dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Sepertinya dia punya kenangan buruk tentang itu.
Dia tidak akan memasuki desa lagi, jadi kami harus membuat kandang lain untuknya diluar. Tapi ini hanya tindakan sementara. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan setelahnya. 
Mungkin aku harus teleportasi ke kastil dan melapor ke Ratu.

Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang harus kulakukan. 
Rumah Ren dipakai ksatria wanita. Aku mencapai dinding dimana Ren berada.
Untuk mencegah Ren kabur, banyak ksatria dan budak yang ditempatkan di dalam rumah. Aku tidak bisa masuk lewat pintu depan.

“… Pintu Darurat.”

Aku membisikkan kata ini ke Camping Plant sambil membisikkan mantra sihir.
Dan sebagai jawabannya, muncullah sebuah pintu di dinding.
Tanamannya sudah diubah untuk menerima perintah tertentu dariku, dan aku bisa membuat lubang dimana saja.
Hanya aku dan Rat yang tahu. Itu adalah fungsi rahasia.

"Bagus."

Aku menyusup ke kamar Ren, dan memastikan kalau dia tertidur.
Dan mulai berbisik di telinganya.

"Diantara para Hero, kaulah yang terlemah. Kau bukan siapa-siapa selain raja dari para pencuri. Semua ini adalah kesalahanmu."
"U...uu…"

Whap! 

Dari belakang, sebuah kipas yang terbuat dari daun Bioplant yang tak terhitung jumlahnya mendekat dan menyentuh kepalaku. 
Itu tidak sakit sama sekali. 
Aku melihat sekitar dan menemukan Ksatria Wanita menatap marah ke arahku dengan kedua tangan yang disilangkan. 

"Apa yang sedang kau lakukan, Iwatani-dono?!" Ksatria Wanita menegurku.
"Jangan berteriak. Kau akan membangunkan Ren."

Aku hanya ingin memberikan dia beberapa mimpi buruk. 
Lalu sekarang, untuk membisikkannya lagi…

"Hantu dari mereka yang dibunuh oleh Reiki…" 
"Apa kau tidak mau berhenti!?" Sekali lagi, dia menegurku.
"Ngomong-ngomong, kau datang dari mana? Ini kamar Ren, kan?” Tanyaku. 
"Seharusnya itulah yang aku katakan," jawabnya.
"Yah, Camping Plant dibuat olehku dan Rat. Bagaimana caramu masuk?" Tanyaku kembali.

Untuk mencegah dia kabur, kamarnya harus dikunci. 
Bagaimana caranya dia bisa masuk dengan mudah? 
Mungkinkah mereka tidur bersama? 
Tidak, itu tidak mungkin terjadi pada mereka berdua. Aku tidak akan percaya jika itu sampai terjadi.

"Terlalu terlambat untuk bertindak ketika sesuatu telah terjadi. Aku tadi sedang istirahat di dalam lemari,” jawabnya.
“Kau pasti suka tidur di tempat-tempat yang aneh,” dia seperti kucing biru itu. Lemari adalah satu-satunya yang membedakan.
<TLN: Belum tau referensi apa>

“Kau… salah. Oh Raphtalia. Aku tidak bisa menahan Iwatani-dono. Tolong pulanglah secepatnya,” Ksatria Wanita mengeluh sambil mendorongku keluar kamar.
“Ah, jadi kau jatuh cinta pada Ren,” gumamku.

Meski tidak setampan Motoyasu, dia memang tampan.
Aku tidak tahu usia Ksatria Wanita yang sebenarnya, tapi dia terlihat masih muda. Seumuran denganku, mungkin? 

“Bercanda itu ada batasnya. Aku tidak memiliki waktu untuk sesuatu seperti cinta. Dan aku dapat menyatakan kalau dia itu bukan tipeku!” Tegasnya.
“Wah kebetulan. Dia juga bukan tipeku!” Tanggapku.
“Iwatani-dono suka membuat orang lain marah. Aku dengar hal seperti itu dari Raphtalia. Aku benar-benar menganggap kau penjahat.”
“Yah, itu benar.”
“Hah… kenapa semua hero jadi seperti ini...” keluhan Ksatria Wanita cukup berat. Apa yang membuatnya sangat resah? Tidak, Aku tahu jawabannya.

Akankah dia protes pada Raphtalia tentangku?
Aku bahkan tidak bisa menghitung kejahatan yang kulakukan sejak aku berada disini.
Beberapa bangsawan di negeri ini telah menjadi mangsaku.

Aku menjual permata kelas dua dengan harga tinggi, dan menggunakan obat murah untuk memberikan perawatan medis yang mahal menggunakan peningkatan perisaiku.
Aku tidak akan heran kalau Raphtalia jadi skeptis padaku karena hal itu.
Dia mungkin mempercayainya jika ksatria yang rajin ini memanggilku penjahat.

“Oh iya, kau cukup kuat,” pendapatku.
“Aku bisa melihat aliran sihir dari awal. Tapi kau maupun Guru tidak ingin melatihku. Tapi tetap saja, aku mati-matian mencobanya, dan akhirnya aku mendapat izin Guru untuk ikut berlatih. Meskipun dia memberitahuku tekniknya, itu semua hanyalah dasarnya. Sebagian besar teknikku adalah buatanku sendiri,” jelasnya.
“Oh begitu...”
“Pergerakan yang kupakai itu baru saja kuselesaikan. Aku tidak yakin itu akan bekerja dengan baik.”

Apakah dia mirip Atla?

Aliran Kii dan Sihir.
Dia bisa melihat aliran kekuatan yang disebut sihir, dan bisa menggunakannya.
Walau mungkin ada beberapa perbedaan.

Atla mengatakan dia bisa melihat aliran Kii, sedangkan Ksatria Wanita mengatakan melihat aliran sihir.
Sekarang ini, yang aku mengerti hanyalah yang terakhir.

Ketika aku kembali, aku bertanya kepada warga desa, tapi selain aku dan Ren, nampaknya tidak banyak perbedaan dari aliran sihir mereka.
Meskipun aliran Rishia lebih kecil dari yang lainnya.

Satu hal yang kupelajari adalah aliran sihir itu sesuatu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sama seperti ketika kita tidak menyadari pergerakan dari otot-otot kita dan jika darah kita bergerak, sihir mengalir di dalam tubuh tanpa kita sadari.

“Raphtalia memiliki sebuah teknik dimana dia membakar energi yang dikeluarkan oleh musuh yang telah kalah dan mengubahnya menjadi serangan, bukan? Itu adalah versi pembaruan dari teknikku,” Ksatria Wanita memberitahuku.

Ah, benar.
Raphtalia menyebut itu sebagai Ying Yang Sword.
Aku pikir itu adalah teknik yang aneh. Jadi orang ini yang mengajarinya.
Aku kira dia juga jenius. Dan dia tidak mengabaikan kerja keras. Bahkan meski statistiknya rendah, dia berhasil mempertahankan posisinya.
Aku pikir aku harus bertanya.

“Hei, apa kau ingin mendapat kekuatan dengan menjadi budak?” Tanyaku.
“Prospeknya cukup menarik, tapi statusku tidak mengizinkanku untuk melakukannya,” Jawabnya.
“Ah begitu… Ngomong-ngomong, mengapa seseorang serajin dirimu tidak ada disana ketika aku panggil?”
“Izinkan aku meminta maaf terlebih dahulu. Maafkan aku. Para ksatria tidak bisa memperbaiki kesalahan di negara ini karena ketidakmampuanku.” Ksatria Wanita memberikan permintaan maaf yang tulus sebelum dia melanjutkan. “Ini mungkin terdengar seperti sebuah alasan, tapi ketika Iwatani-dono dipanggil dan diperlakukan seperti kriminal.. Aku sedang berada di sel penjara di dalam kastil.”
“Hm? Kau seorang kriminal?”
“Kalau itu masalahnya, aku tidak akan terpilih menjadi ksatria. Padahal statusku sudah jatuh.”

Yah, seorang kriminal tidak akan bisa menjadi ksatria.
Tapi kenapa orang jujur seperti dia dipenjara?
Mungkin karena kejujurannya itu yang membuatnya dipenjara.
Negara ini penuh dengan sampah, jadi kukira itu wajar.

“Mungkin warisanku lah yang jadi penyebabnya, tapi tindakan yang kulakukan dengan sendirinya dianggap sebagai kejahatan oleh negara,” jelasnya
“Apa warisanmu?” Aku bertanya.
“Wilayah ini,” jawabnya.
“Apa?”
“Aku adalah anak dari orang yang menjadi penguasa tanah ini. Meski aku bilang begitu, aku sudah meninggalkan kastil untuk berlatih menjadi ksatria dalam waktu yang lama. Aku tidak pernah menghabiskan banyak waktu disini, jadi kenanganku tentang tempat ini kabur.”
“Ah… aku mengerti.”

Jadi itulah kenapa dia bisa mudah berbicara dengan Raphtalia.
Mereka dekat satu sama lain karena berasal dari daerah yang sama.
Wajahnya membuatku berpikir kalau dia berasal dari keluarga bangsawan, tapi aku tidak menyangka dia berasal dari sini.

“Ayahku bertempur di garis depan selama gelombang pertama untuk memberikan waktu orang-orang melarikan diri… dan tewas.”
“Begitu.”
“Sebelum dia meninggal, ayahku bilang padaku, ‘Hidup mulia tanpa penyesalan.’”

Ratu, lalu Raphtalia dan Sadina, mereka semua memuji penguasa itu. Dia pasti orang yang baik.
Aku pikir Raphtalia bilang kalau dia pria baik yang memperlakukan para demi-human dengan baik.
Ternyata dia adalah anak perempuannya.
Aku mengambil alih posisinya dan sekarang aku seorang Count.
Mungkin alasan Ratu memberi gelar padaku adalah agar aku mengikuti jejaknya.

“Lalu, aku dan beberapa orang lainnya ditempatkan diwilayah ini, tapi… para petualang, dan sebagian dari ksatria dan prajurit mulai memburu para demi-human.”
“Ah, jadi itu yang membuat para penduduk desa ini menderita.”
“Iya. Aku keberatan dengan orang-orang itu, dan dipenjara karena membela demi-human yang harusnya bisa hidup dengan damai di tanah ini.”
“Astaga...”
“Tentu saja, aku menyadari sistem perbudakan menjadi kejahatan yang diperlukan di dunia ini. Tapi mereka yang sudah kehilangan segalanya oleh gelombang, mereka yang, merupakan warga kerajaan yang harus kami lindungi, malah mendapat penyerangan dari ksatria kerajaan itu sendiri, untuk apa ada ksatria jika itu terjadi!? Hanya karena ayahku meninggal, dunia ini akan memperlakukan mereka sedingin itu?”

Yah, negara ini benar-benar busuk.
Orang lain yang berpikiran sama seperti Ksatria Wanita juga ikut dipenjara.
Banyak dari ksatria yang membantu di desa tetangga adalah orang-orang yang dipenjara bersama Ksatria Wanita.

“Akhirnya, aku dinyatakan tidak bersalah oleh Ratu dan dibebaskan. Ini terjadi kurang lebih ketika Iwatani-dono di Kepulauan Cal Mira.”
“Aku terkejut kau bisa menghindari eksekusi.”
“Itu nyaris saja.”
“Benarkah?”
“Haha. Aku dituduh memiliki darah demi-human, dan telah dicuci otak oleh Iblis Perisai, bahkan disebut pengkhianat dalam jajaran ksatria.”
“Bagaimana bisa aku mencuci otak seseorang yang dipenjara bahkan sebelum aku dipanggil…?”

Apa mereka berencana mengeksekusinya dan semua yang mendukung demi-human bersama denganku ketika mereka menangkapku?
Gereja Tiga Hero memang menyimpan kebencian terhadap demi-human jadi itu mungkin terjadi jika kami kalah.
Sampah sepertinya juga punya kebencian yang mendalam, jadi itu kemungkinan besar benar.

“Baiklah. Aku sudah mengerti semuanya, kau hidup seperti apa yang dikatakan ayahmu dan menjadi orang jujur. Sekarang yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi sedikit licik.”
“Tidak mau!”

Apa yang dia ingin katakan itu jika dia dipenjara, dia tidak bisa mengalahkanku, kan?
Kalau dia berada disana, dan jika dia mengajukan keberatan, Sampah dan Witch… akan memenjarakannya juga.
Mau bagaimanapun juga, dia sudah pasti akan dipenjara… aneh sekali.
Masyarakat busuk ini menghukum orang-orang yang jujur.
<EDN: Meresahkan>

Aku tidak akan mengatakan kalau orang-orang disana tidak ada yang salah.
Aku menganggap Ksatria Wanita sebagai sekutuku.
Meskipun dia mencoba untuk melawanku kemarin, akulah yang memulainya.

“Lalu? Kau bilang Raphtalia menitipkan sesuatu padamu, kan? Apa itu?”
“...Ah,” Ksatria Wanita menatap cakrawala. Tidak ada sesuatu disana, tahu. “Ringkasnya, dia bilang padaku untuk menghentikanmu jika kau melakukan sesuatu yang buruk. Dia mengatakan padaku banyak hal juga,” lanjutnya.
“Itu terdengar seperti sesuatu yang akan dilakukan Raphtalia.”

Raphtalia selalu mengeluh kapanpun aku melakukan sesuatu yang tidak pantas bagi seorang Hero.
Sebaliknya, Atla setuju dengan apapun yang kulakukan, bahkan sampai sulit untuk menahannya.
Aku tidak bisa mengendalikan diriku dengan baik, jadi sulit bagiku untuk berurusan dengan tipe orang seperti itu.
Singkatnya, aku merasa benar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginanku.
Oleh karena itu, permintaan Raphtalia benar.
Jika pada saat itu Raphtalia bersamaku, pasti dia akan melakukan hal yang serupa dengan Ksatria Wanita.

“Hari ini aku akan pergi ke kastil. Apa yang akan kau lakukan?” Tanyaku.
“Itu tergantung pada perilaku Hero Pedang. Setelah aku menanyainya… aku lelah. Aku akan melanjutkan mengawasinya,” jelasnya.
“Gaelion sudah menyiapkan penghalang, tapi jika dia lolos, tidak ada yang bisa kau lakukan jadi berhati-hatilah,” aku memberitahu Ksatria Wanita.
“Aku tidak merasa dia berniat melarikan diri. Kalau dia lari, aku akan bertanggungjawab penuh untuk itu,” katanya.

Setelah kembali ke desa, Ren sadar kembali.
Tapi ekspresinya gelap. Dia bilang dia akan menerima hukuman apa saja yang diberikan padanya, kemudian dia duduk dan menunggu dengan sabar.
Dia tersadar kembali cukup larut di malam hari.
Kami semua cukup mengantuk, jadi kami biarkan dia tidur.

“Bangunkan dan interogasi saja dia,” saranku.
“Jangan. Biarkan dia beristirahat dengan tenang sekarang,” Ksatria Wanita menolak saranku.
“... Kalau begitu aku akan menunggu. Lagipula tidak menyenangkan menginterogasi orang yang mengantuk.”

Sepertinya aku terlalu banyak menambah garam pada lukanya.
Kalau aku melakukan sesuatu lagi, Ksatria Wanita akan mengadu pada Raphtalia.
Walaupun aku pikir sudah terlalu terlambat bagiku untuk mengkhawatirkannya.


Setelah itu, aku mampir ke kandang monster. Aku memberi makan para monster, dan membiarkan mereka berkeliaran sebentar.
Aku bermain dengan mereka menggunakan Frisbee Shield, ranting dan bola. Kami juga bermain sesuatu yang serupa dengan kejar-kejaran.
Meskipun ini masih pagi hari, para budak terlihat sabar dan menunggu gilirannya.
Itu adalah beberapa budak yang tidak ikut berjualan.

Dune adalah monster domestik. Jadi mereka selalu berpartisipasi.
Mereka rukun dengan budak-budak Lumo.

“Guk guk! Bubba! Lempar lagi!” Kiel datang padaku sambil menggigit ranting pohon dimulutnya....Iya, yang satu ini adalah anjing dari manapun kau melihatnya.

Ketika aku kembali ke desa, hal pertama yang mengejutkanku…
Adalah bentuk anjing Kiel.
Dia terlihat seperti anak anjing. Dia seperti Siberian Husky.

“Bubba, Selamat datang!” Ketika aku kembali, aku disambut oleh anjing bercelana yang berjalan dengan dua kaki. Kupikir aku telah gila.
“Kau…” aku bertanya.
“Hehe, keren, kan? Sadina-neechan yang mengajariku,” jawab Kiel.

Kiel terlihat sangat bangga… tapi penduduk desa lainnya memiliki ekspresi yang rumit.
Itu cukup luar biasa. Dia terlihat seperti hewan yang akan kau inginkan untuk dipelihara.
Dia tidak menakutkan sama sekali.

“Kiel-chan terlihat punya bakat, jadi aku mengajarinya~” jelas Sadina.
“Bakat…”

Oh benar. Sadina mempertahankan bentuk itu dari transformasi juga.

“Wa… Kiel-kun jadi imut.” Rishia menggendong Kiel dan mengelus-elus kepalanya.
“Turunkan aku Rishia-neechan!” Kiel protes.

Namun, Rishia tidak menurunkan Kiel dan terus mengelusnya.
Aku bisa mengerti perasaannya.
Aku juga punya dorongan tiba-tiba untuk mengelusnya.

“Lalu? Apakah ada orang lain lagi yang bisa berubah bentuk hewan? Apa mereka bisa berguna?” Tanyaku.
“Itu bergantung pada rasnya, tapi umumnya kemampuannya meningkat. Sepertiku,” jawab Sadina.
“Ah begitu…”
“Ada hubungannya dengan bakat pula, jadi sebagian besar dari penduduk di desa ini mungkin tidak bisa melakukannya.”
“Aku mengerti. Bagaimana dengan Raphtalia?”
“Menurutku Raphtalia tidak bisa.”

Aku sedikit senang kalau Raphtalia tidak akan berubah seperti ini.
Untuk beberapa alasan, aku membayangkan Shiragiku. 
<TLN: Patung standar tanuki.>
Aku benar-benar tidak ingin menghancurkan bayangan pikiranku tentang Raphtalia.
Kalau dia disini, mungkin dia akan berpikiran yang sama.

“Bubba, apa kau berpikir tentang sesuatu yang aneh sekarang ini?” Kiel bertanya dengan ekspresi penasaran. Aku tidak peduli.
“Hmm, apa dia sangat imut,” Atla memiringkan kepalanya sambil bertanya.
“Ya, Kiel-kun terlihat imut,” jawab Rishia.

Meskipun dia bisa melihat aliran Kii, tapi dia tidak bisa melihat sesuatu secara fisik.

“Jangan bilang aku imut! Bukankah aku keren?” Kiel menambahkan.
“Tidak, kau sangat imut sekarang,” setelah aku bilang begitu, Kiel terlihat murung. Kepalanya tertunduk lesu.
“Itu tidak mungkin… Kupikir akhirnya aku jadi keren…” keluh Kiel.
“Bentuk normalmu lebih baik,” sebutku.

Wajahnya feminim, jadi dia masih masuk kategori imut.
Sadina mulai tertawa puas sambil memperhatikan kita.
Tawanya sudah seperti bom yang meledak.

“Ngomong-ngomong, Fohl-chan juga berbakat,” kata Sadina setelah tertawa.
“Apa, kau bilang....?” Atla kehilangan kata-kata. Apa? Apa sebenarnya yang bisa membuat Atla  sampai seperti ini? Atla melanjutkan perkataannya. “Onii-sama, kau baru saja mendapat nama panggilan yang luar biasa dari Tuan Naofumi, dan diatas itu semua kau berbakat untuk berubah menjadi binatang yang lucu. Kau pasti mengincar hati Tuan Naofumi. Aku iri dan cemburu.”

… Ternyata bukan hal yang bagus.




TLFujiwara-sama
EDITOR: Bajatsu
Proofreader: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar