Minggu, 21 Februari 2021

Hyakuren no Haou to Seiyaku no Valkyria Light Novel Bahasa Indonesia Volume 6 Chapter 1

Volume 6
Chapter 1


“Jangan bermimpi dapat menyentuhku, dasar Sampah!” Rífa memelototi penjaga kedai yang mabuk dan baru saja jatuh ke lantai dengan punggungnya.

Rífa adalah gadis muda cantik dengan rambut putih murni laiknya salju. Berbagai tempat ditubuhnya dibalut ornamen logam mulia, menunjukkan statusnya yang tinggi.

Sebenarnya, `Rífa` adalah nama panggilan yang biasanya hanya diizinkan untuk beberapa orang terpilih, nama lengkapnya adalah Sigrdrífa. Kenyataannya, dia adalah Kaisar ilahi ketiga belas dari Kekaisaran Suci Ásgarðr.

Dalam keadaan normal, orang rendahan yang rutin mengunjungi kedai minum bobrok seperti ini tidak akan pernah diizinkan untuk melihat dirinya, apalagi menyentuhnya.

Kesempatan untuk berbicara langsung dengannya dan mendengar suaranya adalah puncak dari keberuntungan, namun pria ini telah berani untuk menggenggam bahunya dan bertindak lebih jauh lagi dengan mendekatkan bibirnya.

Itu adalah tindakan amat tercela dimana bahkan kematian tidak akan membebaskan kejahatannya.

Sejauh menyangkut Rífa, pria ini seharusnya bersyukur karena dia hanya dilempar ke lantai.

“Apaa?!” Wajah pria pemabuk itu sudah memerah, tapi sekarang amarahnya membuatnya semakin merah, dan dengan suara keras, dia berdiri dengan penuh marah. Dia seperti tidak memikirkan tindakannya sama sekali.

“Sejujurnya, ini bahkan lebih mengerikan daripada cerita yang kudengar.” Rífa menghela nafas dan mengangkat bahu.”Tidak ada yang lain di sini kecuali Najis! Menjijikan!”

Rífa tidak tahan dengan udara busuk pengap di tempat ini. Hanya bernapas saja sepertinya sudah mengaburkan pikirannya. Terus terang, berada di sini saja sudah membuatnya merasa mual.

Tampaknya mungkin dia memang seharusnya tidak pernah datang ke sini, seperti yang dikatakan kedua pelayannya.

“Huuuh ?! Aku tak peduli siapa kau, tapi kau pasti memiliki keberanian untuk bicara seperti itu, jalang!" pria itu berteriak dengan suara menggeram, memelototinya seolah mencoba mengintimidasi. Nampak dia tak tahan dengan ketenangan dan kepercayaan diri Rífa.

Seolah suara pria itu adalah isyarat, sekelompok pemabuk lainnya meninggalkan bar dan keluar untuk bergabung di luar pintu masuk kedai. Mereka mulai mengepung Rífa. Tampaknya pria yang berteriak itu adalah pemimpin mereka.

Dia sekarang dikelilingi oleh setidaknya lima pria mabuk. Dalam situasi ini, gadis normal manapun pasti akan ketakutan, tapi Rífa tetap tenang dan tak acuh.

Dia adalah Einherjar khusus, yang konon hanya ada dua di seluruh Yggdrasil. Dia memegang rune ganda.

Melawan pria lemah rendahan ini, dia yakin dia bisa menanganinya sendiri bahkan jika ada sepuluh orang.

Kurasa aku akan mulai dengan orang yang pertama kali membuat keributan, pikirnya dalam hati. Tapi sebelum dia bisa bergerak, suara seorang pria muda terdengar.

"Tunggu tunggu! Semuanya tenang!”

Suara itu cukup muda sehingga terasa tidak pada tempatnya.

Rífa tidak bisa melihat dengan baik karena barisan pemabuk menghalangi pandangannya, tapi lelaki yang baru datang ini pasti mendengar keributan itu dan berlari.

Kemarahan pria mabuk bukanlah hal yang bisa diredakan dengan omelan seorang anak laki-laki.

“Huuuuh ?! Apa maumu?!” salah satu dari mereka berteriak.”Jika mencoba menghalangi kita, kita akan menghabisimu juga!"

Seperti yang dia perkirakan, itu hanya menambah minyak ke dalam api.

Meskipun, pemuda ini cukup terpuji karena telah mencoba menjadi penengah dalam situasi seperti ini. Rífa tidak ingin dia terlibat, jika memungkinkan. Dan dari awal dia seharusnya bepergian dalam mode penyamaran.

Aku harus menyelesaikan semuanya ini secepat mungkin.

Dengan pemikiran seperti itu, Rífa menarik nafas dalam dan mulai meningkatkan aliran sihir di tubuhnya...

"Diam." Teriakan seorang gadis muda terdengar seperti guntur.”Apakah tidak ada yang mengenali siapa yang berdiri di hadapanmu sekarang ?! Lihatlah, Patriark agung dari Klan Serigala kita, Patriark kedelapan Yuuto Suoh!”

Rífa tersentak karena terkejut, dan kekuatan sihir yang dia kumpulkan langsung menghilang.

Bukan kerasnya suara yang membuatnya terkejut. Tidak, itu juga mengejutkannya sedikit, tapi hal seperti itu tidak akan cukup untuk membuatnya kehilangan kendali atas sihirnya. Keterampilan Rífa tidak seburuk itu.

Yang merusak konsentrasinya adalah nama yang diucapkan gadis itu.

Yuuto Suoh, Patriark Kedelapan dari Klan Serigala. Itu adalah nama orang yang telah ditetapkan oleh petinggi Kekaisaran Suci Ásgarðr sebagai "Si Hitam", tanpa diragukan lagi.

Kenapa dia ada di sini sekarang, di tempat seperti ini? 

“Huuuuh? Jangan bodoh!” seorang pemabuk berteriak.

“Ya, menurutmu tuan Patriark kita akan berada di kedai minum bobrok di tengah... gaah?!”

“Oh! Ohhh! Nya...!"

Beralih dari protes marah dan skeptis mereka, suara para pemabuk sekarang mulai bergetar ketakutan.

Suara gadis muda itu terdengar lagi, seolah-olah dia telah mengamati reaksi para pria untuk mengukur waktu yang tepat.

“Kalian berdiri di hadapan Pemimpin dan Penguasa bangsa. Kalian semua menunjukkan sikap kurang ajar. Berlututlah! Berlutut, dan tundukkan kepalamu!” 

“Y-ya!!”

Orang-orang mabuk itu semua meneriakkan jawaban mereka hampir serempak, dan menjatuhkan diri untuk bersujud di tanah. Mereka melakukannya dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga hampir seperti membanting dahi mereka ke tanah.

Penampilan ini saja sudah cukup untuk melihat betapa dihormati dan ditakutinya dia oleh orang-orang ini, Patriark Klan Serigala itu.

Sekarang tidak ada lagi dinding manusia yang menghalangi pandangannya, Rífa tanpa sengaja menatap mata pemuda itu.

Dari apa yang bisa dilihatnya, sepertinya tidak ada yang spesial dari dirinya.

Dia mungkin berusia sekitar satu atau dua tahun di atasnya. Dia agak tinggi, tapi kurus, dan tidak terlalu kuat. Wajahnya juga tidak terlalu seram, sebenarnya, itu tampak seperti wajah seseorang yang santun dan baik hati.

Ini adalah pria yang seharusnya akan menghancurkan kekaisaran, jadi dia membayangkan wajah yang lebih kejam. Terus terang, itu sedikit mengecewakan.

Jika ada sesuatu yang menonjol tentang dirinya, mungkin itu rambut dan matanya. Keduanya begitu hitam sehingga nampak menyatu dengan kegelapan malam, sedikit menyeramkan.

"Apa ...?!" Dan si Hitam, dia menatap Rífa dengan ekspresi terkejut. Dia seperti sedang melihat sesuatu yang tidak bisa dia percayai.

Tetap saja, Rífa sudah lama terbiasa menerimanya.

Hmph, pasti dia kaget dengan warna dari mata dan rambut terkutuk ini. Betapa anehnya, ketika kita berdua  hampir bernasib sama, Si Hitam. Rífa tidak bisa menahan seringai mengejek diri sendiri saat dia memikirkan ini.

Namun, apa yang selanjutnya keluar dari mulut Si Hitam benar-benar bertentangan dengan ekspektasinya.

"Mitsuki ...?" Dia membisikkannya seolah tak percaya, tapi kata itu asing di telinga Rífa.

Dia menelusuri ingatannya, tapi tidak bisa yakin dia pernah mendengarnya sebelumnya. "...Mi-tsu-ki? Apa artinya?" Rífa bertanya dengan curiga, dahinya mengerut. Suara itu sepertinya membuat Si Hitam kembali tersadar, dan dia buru-buru menjawab, 

“Ah, err, maaf tentang itu. Kau hanya, uh, sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal, jadi ...”

“Oh, seseorang yang mirip denganku? Itu pasti seseorang dengan status yang cukup tinggi.”

"Ahh, tidak, dia hanya seorang gadis dari pedesaan."

“Kau tahu, kau cukup kasar, mengingat kita baru saja bertemu.” 

"Hah? ... Oh! Tidak, aku tidak bermaksud mengatakan bahwa kau tampak seperti gadis pedesaan, atau kampungan atau semacamnya ... huh?”

Tiba-tiba, Si Hitam berhenti, dan matanya terpaku pada pakaian Rífa, seolah dia baru saja memperhatikannya.

Ini, juga, perilaku yang agak kasar, tapi dia akan membiarkannya berlalu. Ini adalah bagaimana orang-orang di pelosok bertindak, dan pemimpin yang murah hati akan mengabaikan hal-hal seperti itu.

"Hm-hm." Rífa menegakkan punggungnya dan menyisir rambutnya ke samping, memastikan untuk memamerkan pakaiannya.

Pakaian yang dia kenakan sebagian besar dibuat dengan benang "sieke" (sutra) langka yang diimpor dari Timur, memiliki kilau halus yang meninggalkan kesan terbaik dibandingkan semua jenis kain lainnya. Pengencang dan penjepit logam, serta aksesori logam lain yang dia kenakan, semuanya dari emas murni, dan bros di dadanya dihiasi dengan batu amethyst ungu.

Ini adalah jenis pakaian yang halus dan indah yang saat ini sedang populer di kalangan kelas atas di Glaðsheimr, pusat budaya Yggdrasil.

Kurasa sekarang kau mengerti siapa sebenarnya yang berada dihadapanmu? Rífa berpikir sambil mengukur reaksi Si Hitam.

“Kau memakai pakaian berkualitas tinggi. Siapa dirimu?” Dia terbelalak, seperti yang dia harapkan.

Reaksi itu memberinya kepuasan, jadi dia meletakkan tangan di dadanya dan memperkenalkan dirinya.

“Senang berkenalan dengan Anda, Patriark Klan Serigala. Ini tentu saja takdir yang aneh bahwa saya akan bertemu dengan Anda di sini. Saya Rífa, cucu Sveigðir, kepala Keluarga Jarl.”

Aku belum mengatakan satu pun kebohongan, tambahnya dalam hati.

Tentu saja, ada banyak kebenaran yang juga tidak dia katakan.

Ada risiko besar dalam mengungkapkan dirinya sebagai þjóðann, Kaisar ilahi yang memerintah Ásgarðr. Seorang Patriark yang ambisius akan kekuasaan mungkin akan menangkapnya, sehingga mereka dapat memenjarakan dan memanipulasinya untuk keuntungan mereka. Namun di sisi lain, perkataan dan tingkah laku Rífa sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa berharap untuk dianggap sebagai orang biasa.

Dan patriark dari Klan Pedang, Fagrahvél, telah memberinya jawaban untuk dilema ini. Dia sangat dekat dengannya karena dia adalah”saudara laki-lakinya," yang dibesarkan oleh pengasuh yang sama saat bayi. Usulannya adalah bahwa dia menyamar sebagai kerabat jauh keluarga kerajaan, tidak kurang, tidak lebih.

Si Hitam tersentak.”Apa ?! Salah satu dari Tiga Keluarga Kekaisaran?!”

Ada banyak keluarga yang memiliki hubungan darah dengan Keluarga Kaisar, tetapi Keluarga Jarl adalah salah satu dari tiga keluarga kuat yang dikatakan paling dekat dengan takhta, yang secara kolektif dikenal sebagai Tiga Keluarga Kekaisaran.

Tidak ada penguasa tanah di Yggdrasil yang tidak tahu tentang mereka.

Para Patriark klan memerintah wilayah mereka dengan otoritas þjóðann dan kekaisaran sebagai dalih dan mandat untuk pemerintahan mereka. Jadi, dengan menggunakan identitasnya saat ini, Rífa tidak mengambil risiko seorang Patriark yang berusaha membuat kesal dengan menggunakan dirinya dalam skema mereka, juga tidak perlu berurusan dengan diperlakukan sebagai seseorang yang berpangkat rendah.

"Benar, Keluarga Jarl yang itu," katanya dengan anggun. "Sebagai bukti, ini, lihat gelang di lenganku.”

Rífa mengangkat lengan kanannya untuk memamerkan gelang itu, yang juga terbuat dari emas murni. Di atasnya ada simbol burung yang terbang dan pedang, terhampar - simbol Kekaisaran Suci Ásgarðr. Detailnya rumit, sehingga orang bisa langsung tahu bahwa ini bukan barang palsu.

Tampaknya sampai pada kesimpulan bahwa ini bukanlah lelucon atau tipu daya, Si Hitam memegangi lengannya di depan dada dan membungkuk hormat.

“M-maafkan atas kekasaran saya. I-ijinkan saya untuk memperkenalkan diri sekali lagi. Aku ... er, Saya telah diberikan otoritas oleh Yang Mulia þjóðann untuk memerintah Klan Serigala. Namaku, eh, saya dikenal sebagai Yuuto Suoh. Senang berkenalan dengan Anda.”

Setidaknya menurut hierarki formal, sikap hormat terhadapnya sangat tepat. Bagaimanapun juga, Rífa adalah putri dari keluarga yang berhubungan langsung dengan takhta yang Yuuto layani sebagai pengikut.

Tentu saja, pada kenyataannya, kekaisaran pusat tidak lagi memiliki kekuatan untuk mengendalikan tanah ini, dalam waktu yang cukup lama. Namun tetap saja, otoritas tradisional dari hierarki ini berfungsi sebagai pembenaran dan dukungan bagi kekuasaan para Patriark atas wilayah mereka, dan karenanya mereka tidak dapat mengabaikannya sepenuhnya.

"Yah, pada akhirnya aku tidak lebih dari seorang cucu yang hampir tidak memiliki klaim apa pun atas kekaisaran," katanya, berbohong.”Kamu tidak perlu terlalu formal denganku."

Rífa mengangguk dengan aura ketenangan yang murah hati, dan bertukar salam formal dengan caranya yang sudah terlatih. Navigasi yang mulus atas formalitas sosial ini merupakan bukti jelas dari pendidikannya yang tinggi.

“Jadi, Nona Rífa, bo-bolehkah saya bertanya apa yang membawamu ke negeri terpencil ini?” Si Hitam bertanya.

“Tamasya untuk bersenang-senang. Kamu tahu bagaimana mereka mengatakan seseorang harus melihat dunia dan memperluas wawasannya saat masih muda bukan."

"Saya mengerti…... Namun, seorang wanita yang bepergian sendiri terlalu... apa itu tidak terlalu berbahaya?"

Sejak Rífa memperkenalkan dirinya, perkataan Si Hitam - Yuuto - menjadi agak canggung.

Daripada gugup, itu lebih seperti dia tidak terbiasa menggunakan kalimat hormat terhadap orang lain.

Rífa memastikan untuk mengabaikan ini dan berpura-pura tidak menyadarinya.

"Oh, aku memang membawa perlindungan yang layak," jawabnya.”Mereka sedang beristirahat di kamar kami di penginapan sekarang."

“Bukankah itu mungkin berarti mereka bukan penjaga yang memenuhi syarat untukmu?” Yuuto menatap tajam pada laki-laki yang masih bersujud di tanah, dengan ekspresi bermasalah di wajahnya.

Yup, membiarkan tuannya terkena bahaya sambil bersantai di tempat yang aman merupakan tindakan tidak terpuji bagi seorang pengawal. Meski bisa dikatakan, dua gadis yang bepergian bersamanya sebagai pengawal saat ini terikat dan tidak dapat meninggalkan kamar mereka... dan orang yang telah melakukan itu pada mereka tidak lain adalah Rífa sendiri.

“Ha ha, tolong jangan salahkan mereka untuk itu. Aku diam-diam menyelinap sendiri, tanpa sepengetahuan mereka."

Rífa harus menawarkan setidaknya beberapa pembelaan untuk mereka, jika tidak, dia akan merasa kasihan pada keduanya dan reputasinya.

Mata Yuuto membelalak karena terkejut.”Itu… bagaimana saya harus mengatakannya…” 

“Hee hee! Oh, kamu bisa terus terang dan mengatakan itu dalah hal yang tomboy untuk dilakukan. Aku tidak keberatan.”

"Ah... ahahaha." Yuuto tertawa datar, dan mengalihkan pandangannya. Sepertinya memang itulah yang dia pikirkan.

“Kalau begitu, pengawalmu pasti mengkhawatirkanmu. Saya akan mengantarmu kembali ke penginapan."

O-oh, ya. Rífa sejauh ini merupakan gambaran ketenangan, tapi untuk pertama kalinya, kedutan kecemasan melintas di wajahnya.

Dia datang untuk menyelidiki kedai ini karena dia tidak mampu menahan rasa ingin tahunya, tetapi dia sama sekali tidak memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika dia kembali sekarang, kedua pengawalnya pasti masih akan marah padanya.

Tentu saja, mereka tidak akan bisa meneriaki Rífa di depan wajahnya, tetapi tanpa ragu, parade omelan dan ceramah yang bermaksud baik sedang menunggunya. Dalam skenario terburuk, dia bahkan mungkin akan dikirim kembali secara paksa ke Istana Valaskjálf.

Lebih dari segalanya, itu adalah kemungkinan terburuk. Ini adalah kesempatannya yang pertama dan terakhir untuk bepergian ke dunia luar. Dia tidak bisa membiarkan ini berakhir di sini, seperti ini.

Rífa mulai menyesal, tapi itu sudah terlambat, jika dia tidak lebih berhati-hati dan memikirkan pilihan tindakannya.

"Ayah, kalau boleh." Seorang gadis kecil muncul di samping Yuuto, entah dari mana.”Nona Rifa adalah wanita bangsawan dari keluarga kekaisaran. Mengetahui hal ini dan hanya mengantarnya kembali ke penginapan akan dianggap kurang sopan, dan mempermalukan Klan Serigala. Saya pikir mungkin yang terbaik adalah mengundangnya ke istana dan memberinya jamuan yang layak di sana."

Gadis itu tampaknya baru berusia dua belas atau tiga belas tahun. Dia memiliki penampilan yang menggemaskan, tetapi itu dirusak oleh cahaya dingin di matanya yang luar biasa dan tidak sesuai untuk seorang gadis seusianya. Matanya adalah tipe yang seperti bisa menembus seseorang, dan itu memberi gadis tersebut kesan yang jauh lebih nakal dan dewasa sebelum waktunya.
<Afronote: Kyaaa kristina, btw kristina bukan loli kan, bukan kan…..>
<EDN: Tolong lihat ilustrasi, dia itu 1000% loli pettan>

Dari suaranya, dia adalah gadis yang telah membuat pernyataan keras sebelumnya dan membungkam para pemabuk. Dia kemudian tetap diam dan bersembunyi, kemungkinan menilai bahwa tidak pantas baginya untuk masuk ke dalam percakapan antara Patriarknya dan seorang bangsawan kekaisaran.

Gadis itu sedang menggendong seekor binatang kecil di pelukannya, seekor anak anjing abu-abu.

Kemungkinan, dia menahannya untuk mencegah hewan itu menyinggung wanita bangsawan.

“Hrrm. Huh, begitukah seharusnya?” Yuuto menggaruk belakang telinganya dengan cara yang membuatnya terlihat tidak bisa diandalkan. Tampaknya pria ini sama sekali tidak mengetahui etika yang benar dalam situasi seperti ini.

Itu adalah pemandangan khusus bagi orang sepertinya, orang-orang yang naik ke kursi kekuasaan dari ketiadaan. Kesan pertama yang dia miliki tentangnya masih sama. Dia tampak terlalu santai untuk seseorang di posisinya.

Ini adalah orang yang dalam sekejap mata, memperluas wilayah klannya dari dataran tinggi Bifröst ke barat, jantung wilayah Álfheimr. Membayangkan dia adalah seseorang dengan aura penakluk mengerikan, dengan kepribadian tegas seperti pria yang biasa membuat keputusan sulit. Namun, itu semua tidak terlihat. Rífa sedikit kecewa.

“Saya akan memerintahkan seseorang untuk mengirim pesan ke penginapan bahwa Nona Rifa akan disambut di istana, dan oleh karena itu, tidak perlu mengkhawatirkannya,” kata gadis muda itu.

Yuuto mengangguk.”Oke, kalau begitu aku akan menyerahkan itu padamu, Kris."

"Ya, Ayah." Gadis muda itu membungkuk hormat pada mereka berdua. Saat dia melakukannya, mata Rífa bertemu dengan matanya.

Saat itu juga, gadis itu mengedipkan mata penuh arti pada Rífa. 

"Hm." Mata Rífa menyipit.

Jadi begitu... Dia merasakan keenggananku untuk kembali ke penginapan, dan itulah mengapa dia menyela untuk memberikan sarannya. Dia mungkin terlihat sedikit kurang ajar, tetapi gadis ini cukup pandai memperhatikan orang lain.

Rífa memutuskan untuk menerima kebaikan yang telah ditawarkan padanya.

“Ya, kedengarannya bagus,” katanya. "Aku berada dalam perawatanmu."

********

"Hmm, itu tidak seperti yang kuharapkan..." Rífa bergumam pada dirinya sendiri saat dia melihat istana Klan Serigala.

Pertama, itu tidak cukup luas. Dia hampir bisa melihat seluruh halaman istana dari depan gerbang utama.

Dan bangunan utama istana sendiri terlihat sangat kecil dan lusuh.

Bahkan Hliðskjálf mereka, menara suci yang merupakan simbol kota-kota besar, kurang tinggi. Mungkin hanya setengah dari yang ada di Glaðsheimr.

Rífa dengan seenaknya cemas apakah doa orang-orang di sini bisa mencapai dewa dengan menara sependek itu.

"Ha ha, tolong jangan bandingkan kami dengan Istana Valaskjálf," Yuuto menanggapi dengan tawa masam dan mengangkat bahu.

Rupanya gumaman Rífa telah sampai ke telinganya. Dia tidak bermaksud seperti itu, dan menjadi sedikit kurang sopan.

“M-maafkan aku. Aku jamin, menurutku ini bukan istana yang buruk. Itu tidak buruk, tapi hanya saja, untuk Klan Serigala yang mengalami kemajuan pesat dan kemakmurannya hingga terkenal bahkan di Glaðsheimr, itu sedikit….”

“Mmm. Yah, masih banyak lagi hal-hal mendesak yang aku kerjakan sampai sekarang. Tapi kau benar. Sekarang kami memiliki lebih banyak orang berkeliaran, dan istana ini menjadi sedikit sempit, jadi cepat atau lambat, kami harus mempertimbangkan untuk memperluas l... huahhh ... agh, mohon maaf tentang itu.” Di tengah kalimat, Yuuto mulai menguap, lalu dengan cepat menutup mulutnya dan meminta maaf.

Semakin banyak Rífa berbicara dengan pemuda ini, dia semakin terlihat seperti kesan pertamanya tentang dirinya, orang yang tenang dan lembut... atau, lebih tepatnya, tanpa berpikir dan tanpa beban.

Tentunya beberapa alasan bisa dibuat karena ini sudah larut malam, tapi meski begitu, dia bertanya-tanya bagaimana dia bisa membiarkan dirinya begitu tidak fokus di depan bangsawan kekaisaran seperti ini.

Tidak, mungkin ini hanya keadaan kekaisaran saat ini, pikirnya serius. Dalam hal wilayah di bawah kendalinya dan tentara di bawah komandonya, Klan Serigala telah menjadi lebih kuat daripada pemerintahan kekaisaran Ásgarðr.

Meskipun hal yang sama mungkin tidak berlaku untuk þjóðann sendiri, mungkin dia tidak lagi merasa perlu untuk menjilat ketika berurusan dengan kerabat yang jauh dari takhta.

Beberapa penjaga gerbang utama dan halaman istana semuanya menyambut Yuuto secara serempak, dan memusatkan perhatian mereka.

“Selamat datang kembali, Tuan Patriark!”

Jadi dia adalah sosok yang sebenarnya, setidaknya, renung Rífa. Dia harus mengakui bahwa pada titik tertentu, dia mulai curiga apakah pemuda itu mungkin semacam penipu.

Tentu saja, dia menyadari fakta bahwa orang-orang sering kali tidak seperti yang terlihat pada pandangan pertama ...

Saat kelompok itu melewati gerbang, mereka bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut emas dan mata biru.”Selamat datang di rumah, Kakak. Apakah kau menikmati jalan-jalan malammu?”

Rífa jarang melihat wanita secantik ini, bahkan di Istana Valaskjálf. Bahkan Rífa mendapati dirinya terpikat untuk sekejap.

“Hai, Felicia, aku ba— um... apakah kau mungkin, uh, marah padaku?” Yuuto mulai mengangkat tangannya untuk membalas sapaan dengan santai, namun ekspresinya tiba-tiba menegang.

Melihat lebih seksama pada wanita cantik itu, memang benar walaupun dia memasang senyum anggun, ada kekesalan pada tatapan yang dia tujukan ke Yuuto.

“Ya, sedikit,” katanya.”Ketika kau pergi ke kota, kau tidak hanya tidak membawaku, pengawal pribadimu, kau tampaknya sering pergi berdua dengan Kris akhir-akhir ini."

“Yah, itu hanya karena kemampuannya yang paling cocok untuk jalan-jalan keliling kota, itu saja.”

"Ya, aku menyadarinya," kata wanita cantik berambut emas dengan nada sedikit merajuk, dan membusungkan pipinya dengan cara yang sangat imut.

Mata Rífa membelalak. Wanita yang sangat cantik ini ... sepertinya dia tidak melayani Yuuto demi kekayaan atau kekuasaan yang mungkin dia berikan padanya, tapi karena fakta dia telah jatuh cinta padanya.

Bahkan hanya mengamati dari percakapan seperti ini, itu langsung terlihat jelas, dan terlebih lagi, wanita itu sepertinya tidak berusaha menyembunyikannya.

Si cantik berambut emas, yang akhirnya lebih memperhatikan Rífa, menatapnya dengan ekspresi bermasalah.”Um ... selain itu, Kakak, siapa orang ini? Bagaimana aku harus mengatakan ini, penampilannya ...”

Rífa secara refleks berasumsi bahwa wanita itu pasti penasaran dengan warna rambut dan matanya yang aneh, tapi ...

"Ya, dia memang terlihat seperti Mitsuki, tapi dia orang yang berbeda," jawab Yuuto, bahunya terkulai lemas.

Sekali lagi, dia disalahartikan sebagai gadis yang seharusnya mirip dengannya.

“Dia adalah Nona Rifa, yang berasal dari Ásgarðr,” kata Yuuto.”Dia wanita dari Keluarga Jarl, salah satu dari Tiga Keluarga Kekaisaran."

“Jarl ...!” Wanita berambut emas itu tersentak, lalu buru-buru mencengkeram keliman roknya dan membungkuk hormat.”Me-meskipun kekasaran saya adalah karena ketidaktahuan, mohon maafkan saya. Saya Felicia, adik perempuan tersumpah Patriark Yuuto Suoh dari Klan Serigala, saya melayani sebagai kepala para saudara."

“Dan aku Rífa, jika kamu tidak keberatan, kita bisa melupakan kejadian ini. Semoga kita akur.” 

"Ya, nona."

Perkenalan dasar telah selesai, Yuuto berbicara seolah-olah dia baru saja teringat.”Ah, benar. Felicia, persiapkan kamar untuk Nona Rifa.”

“Ya, Kakak. Kalau begitu, Nona Rífa, kearah sini.” 

"Mm." Rífa mengangguk dan mulai mengikuti Felicia, yang menunjuk ke arah jalan untuk mereka ikuti.

Felicia mulai memimpin dengan langkah lambat dan anggun. Setiap gerakannya seperti mengalir ke gerakan berikutnya, menunjukkan tingkat keterampilan dan latihannya. Itu sudah cukup untuk membuat Rífa menginginkannya sebagai pelayan pribadinya sendiri.

Setelah itu, mungkin karena kelelahan dari semua yang telah terjadi, begitu Rífa di giring ke kamarnya, dia dengan cepat tertidur.

Namun, hatinya masih gemetar dengan pemikiran tentang dunia luar yang menarik.

Setelah melihat Yuuto, Felicia dan Rífa memasuki halaman istana, Kristina berdiri sendirian di luar gerbang utama. Dia kemudian mengangkat kedua tangannya ke udara, seolah-olah sebagai tanda menyerah.

“Terima kasih atas kerja kerasmu seperti biasa, Kakak Sigrún,” katanya, berpaling untuk melirik ke belakang menuju kegelapan di punggungnya.

“Apa, jadi kau tahu aku ada di sini?”

Dari dalam kegelapan yang tak tertembus, diam-diam muncul sosok seorang wanita muda sendirian. Dia mengenakan mantel bulu yang terbuat dari kulit serigala besar yang dikenal sebagai garmr, dan di kegelapan malam, itu membuatnya tampak seperti ibu pendendam dari anak anjing serigala yang berada dalam pelukan Kristina, datang untuk mengambil kembali anaknya.

Dia adalah Sigrún, seorang gadis cantik dan ramping yang memegang gelar Mánagarmr,”Serigala Perak Terkuat," yang hanya diturunkan kepada prajurit terhebat di Klan Serigala.

"Ayolah.  Aku secara teknis berspesialis dalam hal semacam ini." Kristina dengan masam mengangkat bahunya sebagai jawaban.

Meskipun Kristina dan saudara perempuannya sama-sama Einherjar, pertempuran bukanlah keahlian Kristina. Untuk menutupi kekurangan itu ketika Yuuto mengajak Kristina berjalan-jalan di sekitar kota, Sigrún mengambil peran mengawasi mereka dan menjaga mereka dari bayang-bayang.

Secara kebetulan, saudara perempuan Kristina, Albertina, lebih berbakat dengan pisau, tetapi rentan terhadap gangguan. Dia akan begitu sibuk dengan hal-hal lain selama perjalan sehingga dia benar-benar lupa untuk fokus pada pekerjaannya, dan karena itu dia sudah dinilai gagal sebagai calon pengawal.

“Kau bisa lebih seperti Bibi Felicia,” kata Kristina.”Jika kau ingin menemani kami, tidak masalah untuk melakukannya secara terbuka.”

“Aku tidak bisa membuat percakapan yang menarik sepertimu,” jawab Sigrún.”Aku tidak ingin menghalangi Ayah bersenang-senang."

“Aku sangat meragukan Ayah akan menganggapmu sebagai penghalang dalam hal apa pun, Kakak Sigrún.”

"Kau benar. Ayah itu baik, bagaimanapun juga. Namun, akulah yang paling menyadari fakta bahwa aku wanita yang membosankan. Mengawasinya dari bayang-bayang paling cocok dengan bakatku.”

Sigrún menyatakan ini secara terus terang dan tanpa ragu. Dia juga jelas tidak mengatakan ini karena kerendahan hati atau merendahkan diri, yang membuatnya sulit untuk ditanggapi. Dia hanya berbicara tanpa basa-basi apa yang dia yakini sebagai kebenaran.

Sigrún telah mengabdikan dirinya pada peran menjadi ”pedang" Yuuto. Dia sepertinya senang bisa melindunginya, bagaimanapun caranya.

“Tapi kau tahu kalau Ayah belum menyadari ini?” Kristina mengajukan pertanyaan tajam ini ke Sigrún.

Dengan kata lain, apa yang Sigrún lakukan tidak akan membuatnya dihargai dengan cara apa pun, tidak dengan jasa dan promosi atau dengan hadiah apapum dari ayah sumpahnya tercinta.

Sigrún, menanggapi ini dengan riang.”Tidak apa-apa. Jika Ayah tahu dia sedang diawasi, dia pasti tidak akan bisa bersantai seperti yang dia inginkan.”

Kristina, bahkan dengan semua wawasannya yang tajam dan membuatnya mendapatkan julukan”Rubah Kecil", tidak dapat menemukan sedikit pun ketidakjujuran dalam kata-kata Sigrún. Hatinya sepertinya tidak mengandung motif egois, hanya simpati dan pertimbangan untuk tuannya.

Yuuto dan Felicia kadang-kadang membandingkannya dengan seekor anjing, dan sekarang Kristina merasa dia mengerti alasannya. Gadis ini benar-benar anjing yang paling tulus dan setia.

Namun, Kristina berpikir sambil tertawa, aku sama sekali tidak membencinya.

“Jadi, apa yang kau butuhkan denganku?” Sigrún bertanya. ”Ini bukan pertama kali aku menjaga kalian berdua. Fakta bahwa kau memanggilku setelah sekian lama berarti ada sesuatu, kan?”

“Ini tentang Nona Rifa. Apa yang kau pikirkan tentangnya?"

“Dia baik. Setelah melihatnya secara kasar, aku tahu dia setidaknya sekuat Felicia, atau mungkin lebih kuat.” Sigrún berbicara dengan acuh tak acuh, seolah menceritakan apapun yang dia makan untuk sarapan, tetapi perkataannya jauh dari kata ringan dalam implikasinya.

Felicia tidak sekuat Sigrún, tentu saja, tapi setidaknya dia termasuk dalam lima prajurit terkuat klan. Jika seseorang lebih kuat darinya, itu berarti sesuatu yang perlu diperhatikan.

Jadi aku benar kalau begitu. Kristina meletakkan tangan ke mulutnya, dan berpikir dalam hati sejenak, mengerutkan kening.

Rífa telah dikelilingi oleh lima pria dewasa bertubuh besar, namun tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan, hanya amarah.

Dan setelah itu, selama berjalan menuju gerbang istana, Kristina mengamati pergerakan gadis itu dengan cermat. Dia bergerak dengan cara yang tampaknya penuh dengan celah untuk menyerang, tetapi sebenarnya tidak memungkinkan.

Jika Kristina mencoba menyerang dengan pisau atau sejenisnya di saat dia lengah, perhitungannya hanya membawanya ke satu gambaran di benaknya: serangan Kristina dengan mudah dihindari dan dilawan, berakhir dengan dia terjatuh ke tanah.

“Namun, sepertinya dia juga belum mengembangkan keahliannya sepenuhnya,” lanjut Sigrún. ”Dia seperti sebongkah bijih mentah besar sekarang."

"Hm, begitu." Kristina mengangguk, kata-kata itu sangat cocok dengannya.

Itu menjelaskannya. Aku merasa bahwa aku tidak akan bisa mengalahkannya, tetapi juga mendapat kesan bahwa dia entah bagaimana terlihat rentan.

Karena kesan kontradiktif itu, Kristina tidak bisa menilai dengan tepat level kekuatan gadis itu. Tampaknya meminta pendapat ahli tentang masalah ini adalah keputusan yang tepat.

Gadis ini jelas bukan hanya wanita bangsawan. Dan ada juga beberapa hal lain yang membuat Kristina khawatir.

"Kurasa aku akan melakukan pencarian lagi."

Dengan perkataan lirih itu, bentuk Kristina diam-diam melebur ke dalam kegelapan.

********

"Hah?! Ada seorang gadis yang mirip denganku?!” Mitsuki berteriak kaget mendengar berita itu.

Rambutnya yang sebahu agak acak-acakan. Saat itu sudah lewat tengah malam, dan dia baru saja dibangunkan dari tidurnya oleh panggilan mendadak, jadi dirinya belum sepenuhnya sadar.

Dia sendirian di kamarnya sendiri, jadi beberapa kancing depan piyama berpola anjingnya terlepas, memperlihatkan belahan lembutnya dengan cara yang agak berani.

Gadis ini, Mitsuki Shimoya, adalah siswi normal, siswi tahun ketiga di Sekolah Menengah Kota Hachio City. Normal, dengan satu pengecualian. Teman masa kecilnya secara misterius dipindahkan ke dunia lain.

"Ya, itu benar," kata Yuuto. “Dan, yah, persis seperti dirimu. Ini benar-benar membuatku takut.”

Suara gembira teman masa kecilnya sampai ke telinga Mitsuki melalui speaker smartphone-nya. Nada gembira itu menunjukkan bahwa gadis lain ini pasti sangat mirip dengannya.

"Benar, yah, itu juga mengejutkanku," kata Mitsuki. “Terutama karena kau tiba-tiba meneleponku di tengah malam seperti ini."

“Urk! Uh, m-maaf, eh, kau sedang tidur?”

"Tentu saja," jawab Mitsuki cemberut. ”Lagipula, kurang tidur adalah musuh terbesar kecantikan.”

Biasanya, Yuuto akan meneleponnya antara jam delapan dan sepuluh malam, dan mereka sudah menyelesaikan panggilan malam mereka lebih awal. Meskipun begitu, dia tiba-tiba menghubunginya di tengah malam, dan itu hampir membuatnya panik karena khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi.

Jadi setelah mengetahui bahwa sebenarnya dia menemukan seorang gadis yang mirip dengannya, dia ingin memberinya sedikit hukuman.

"U-um, aku benar-benar merasa tidak enak karena membangunkanmu," Yuuto meminta maaf. ”Hanya itu yang perlu kuberitahukan padamu, jadi aku akan mengakhirinya."

Dengan rasa bersalah yang jelas dalam suaranya, Yuuto akan mengakhiri panggilan, dan Mitsuki buru-buru menghentikannya.

"Ah! T-tunggu!”

Mengesampingkan masalah waktu dan urgensi panggilan, terdapat kekhawatirannya bahwa ada seorang gadis yang terlihat persis seperti dirinya. Selain itu, dia sudah bangun sekarang, jika tiba-tiba percakapan mereka terputus, dia akan tersadar sepenuhnya. 

“Apa dia benar-benar mirip denganku?” 

“Y-ya, dia sangat mirip. Warna rambut dan warna matanya berbeda dengan milikmu, tapi selain itu, kalian seperti kembar.”

“Hah, benarkah? Lalu... Aku ingin tahu apakah mungkin orang itu salah satu dari leluhurku atau semacamnya." 

“Ha ha, mungkin begitu.” 

"Siapa nama gadis ini?" 

“Dia bilang namanya Rífa.”

"Hah?!" Mitsuki tiba-tiba merasa jantungnya berdetak kencang. 

“Hm? Ada apa?" 

“Ah, tidak, tidak ada apa-apa. Aku baru saja merasa seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat sebelumnya ...” 

“Apakah kau mungkin pernah mengenal seseorang dengan nama yang sama, atau semacamnya?" 

"Aku tidak kenal orang asing, Yuu-kun. Kupikir aku pasti pernah melihatnya di internet, tapi ... hmm ... tidak, aku tidak ingat."

Mitsuki mencoba mencari dari ingatannya dengan otaknya yang masih mengantuk, tetapi dia tidak dapat mengingat siapa pun secara khusus dengan nama itu. 

Namun, anehnya, dia yakin bahwa dia pernah mendengar nama di suatu tempat sebelumnya. Perasaan itu mengganggunya, seperti rasa gatal yang tidak bisa dia garuk. 

"Oh, sial, baterainya sudah habis," kata Yuuto. ”Hei, maafkan aku membangunkanmu malam ini. Selamat malam, Mitsuki. Tidur yang nyenyak." 

"Ah! Tunggu, Yuu-kun ... Ya ampun!” Telepon itu berakhir sebelum Mitsuki sempat menanggapi, dan dia melemparkan smartphone-nya ke bantalnya, sambil mengembuskan napas penuh amarah. 

Yuuto telah mengatakan keperluannya dan menutup telepon, dan dia sepertinya akan tidur nyenyak malam ini. Tapi sekarang Mitsuki cukup tertekan sehingga dia tidak berpikir dia bisa segera kembali tidur. 

Sepertinya dia harus menerima kenyataan bahwa dia akan kurang tidur di sekolah besok. 

Aku anak kelas tiga yang akan mengikuti ujian masuk, kau tahu! Baiklah kalau begitu, besok aku benar-benar harus memberinya sebagian dari pikiranku. Mitsuki bertekad dalam hatinya untuk melakukan itu. 

********

Di bagian paling dalam dari Istana Valaskjálf, di puncak Menara Hliðskjálf, tempat suci, tempat Kaisar ilahi memerintah Yggdrasil kini jatuh ke dalam keadaan kacau yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Penyebabnya adalah fakta bahwa tuan dari tempat suci ini, sang Kaisar sendiri, telah menghilang. Dan orang yang membawa þjóðann keluar dari istana dan bersembunyi tidak lain adalah pria satu asuhan dengannya. 

Sungguh mengejutkan, karena pria ini adalah kepala dari Klan Pedang, salah satu dari empat klan militer besar yang selalu menanggung peran melindungi þjóðann Kekaisaran Suci Ásgarðr sejak dulu kala. Di tengah kepanikan dan kebingungan ini, ada satu orang yang tidak menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran atau panik. 

Itu adalah pria tua bermata satu dengan ketenangan yang luar biasa, pipinya bertumpu pada satu tangan. ”Jadi, apakah ada yang ingin kau katakan untuk dirimu sendiri, Tuan Fagrahvél? Ada alasan untuk ini?” 

"Tidak ada," jawab Fagrahvél kaku, dan balas melotot tajam ke orang tua itu.

“Saya akan menerima setiap kesalahan atau hukuman yang diberikan. Saya hanya ingin mendengarkan dan mengabulkan permintaan terakhir Yang Mulia kepadaku, apa pun yang terjadi." 

Segala sesuatu tentang penampilan Fagrahvél cocok dengan citra seorang prajurit muda yang gagah, yang ditakdirkan untuk melindungi wanita bangsawan. Mulai dari baju besinya yang bersinar, pedangnya, juga wajahnya yang cantik. 

Orang tua itu tertawa pendek dan mendengus menghina sebelum membalas. ”Kata-kata kesetiaan yang menghangatkan hati, kami semua terkesan, tapi bagaimana tentang keselamatan Yang Mulia?” 

“Saya menugaskan dua pengawal, keduanya Einherjar, dari bawahan saya pribadi. Saya memiliki kepercayaan penuh pada kekuatan, keterampilan bela diri, dan karakter mereka. Yang Mulia sendiri juga seorang Einherjar dengan rune ganda. Seharusnya tidak ada kemungkinan bahaya bagi mereka." Pernyataan Fagrahvél sangat meyakinkan. 

Tentu saja, itu karena Fagrahvél tidak pernah bisa bermimpi bahwa pengawal yang dia tugaskan telah dilumpuhkan oleh  Kaisar yang seharusnya mereka lindungi. Jika dia tahu itu, dia tidak akan mampu berdiri di depan orang-orang ini dan mengklaim hal seperti itu dengan keyakinan seperti itu. 

Semua yang hadir, adalah tokoh penting di administrasi kekaisaran, dan tidak membuang waktu untuk membentak pernyataan seperti itu.

“Saya meminta anda menahan diri untuk tidak mengatakan kebodohan seperti itu!” 

“Tidak ada kemungkinan bahaya? Yang Mulia seharusnya tidak terkena risiko sekecil apa pun terhadap keselamatannya!" 

"Memang! Bagaimana anda akan bertanggung jawab atas situasi ini?!”

Mempertimbangkan posisi mereka, Fagrahvél mengerti bahwa mungkin tidak terhindarkan jika mereka bertindak seperti ini. Dia tidak gentar mendengar komentar pedas mereka. 

"Seperti yang telah saya katakan, saya akan menerima kesalahan atau hukuman apa pun. Penjarai saya, bunuh saya, lakukan seperti yang anda inginkan.” 

“Hmph, anda berbicara seolah itu cukup! Jangan menganggap bahwa hidupmu akan menjadi harga yang pantas untuk membahayakan Yang Mulia!" 

"Ya itu benar! Betapa kurang ajarnya dirimu yang hanya Patriark klan belaka!" 

“Jika sesuatu menimpa Yang Mulia, bahkan mengeksekusimu seratus kali tidak akan membebaskanmu dari dosa itu!"

Fagrahvél diam-diam menahan semburan teriakan meremehkan yang menimpanya. Semua ini sesuai dengan apa yang dia harapkan. Itu semua sepadan, jika itu berarti dia berhasil membantu mengabulkan keinginan gadis yang dia janjikan dengan hidup dan pedangnya. 

Jika itu berarti dia memberinya kesempatan untuk sepenuhnya menikmati rasa kebebasan terakhir dalam hidupnya. Tiba-tiba, kata-kata dukungan datang dari tempat yang tidak terduga.”Sudah, sudah, mari kita hentikan.” Hanya satu komentar dari lelaki tua bermata satu yang diperlukan untuk membungkamnya pengikut lainnya. 

Berhenti sejenak setelah mereka diam, lelaki tua itu memandang mereka sekali, dan kemudian ke arah Fagrahvél. ”Dengan dua orang Einherjar dari Fagrahvél yang menjaga Yang Mulia, memang benar tidak ada kemungkinan bahaya, kecuali sesuatu yang luar biasa terjadi. Kau mengatakan bahwa dia pasti akan kembali di musim semi?" 

“Ya, dia berjanji begitu padaku.” 

“Keh heh heh, naif seperti biasanya. Dimana ada bukti bahwa janji akan benar-benar ditepati? Ini pertama kalinya dia berada di dunia luar, sekarang, dia pasti terpesona oleh semua hal yang dilihatnya. Bisakah kau benar-benar menjamin bahwa setelah itu, dia akan kembali?" 

"Yang Mulia sangat memahami beban posisinya." 

“Keh heh heh heh, sekarang itu hal yang cukup aneh untuk kau katakan.” lelaki tua itu terkekeh sepenuh hati, dengan satu tangan di perutnya, seolah-olah ini adalah hal yang lucu. ”Lihat saja di sekelilingmu sekarang. Aku tidak bisa menyebutnya apa pun kecuali tidak masuk akal bahwa kau akan berdiri di sini dan mengatakan dia mengerti beban posisinya. Dia benar-benar perlu belajar lebih banyak tentang kehati-hatian dalam dirinya."

“Saya harus mengatakan bahwa tindakan dan ucapan anda tampaknya kurang menghormati Yang Mulia,” kata Fagrahvél, menatap tajam ke arah lelaki tua itu. Memang, dia selalu seperti itu. Orang tua itu sepertinya tidak pernah menyembunyikan fakta bahwa dia tidak menghormati þjóðann sebagai orang dengan otoritas tertinggi, tetapi melihatnya tidak lebih dari sekedar seorang gadis. 

Dia bahkan tidak bertindak seperti mengkhawatirkan keselamatannya. Seolah-olah dia berpikir bahwa jika sesuatu menimpanya, mereka bisa menggantikannya dengan orang lain. Sikapnya menunjukkan tingginya rasa tidak hormat terhadap penguasa. Dan itu belum semuanya. Beberapa saat yang lalu, negarawan berpangkat tinggi lainnya melakukannya.

Semua dengan marah menumpuk pelecehan pada Fagrahvél, tapi begitu lelaki tua itu berbicara, mereka semua terdiam. Saat ini mereka semua melihat dengan tenang ke bawah, mengalihkan pandangan mereka. Itu adalah bukti fakta bahwa lelaki tua ini menguasai Istana, sepenuhnya di bawah kendalinya. 

Fagrahvél memelototi lelaki tua bermata satu itu dengan jijik. Dan lelaki tua itu - Hárbarth, Patriark dari Klan Tombak dan high priest dari Kekaisaran Suci Ásgarðr - hanya mengangkat bahunya seolah-olah dia tidak peduli. 

“Aku terkejut kau meragukan kesetiaanku. Mengapa aku, bahkan sekarang, menjalankan beberapa rencana, melakukan apa yang kubisa untuk melestarikan Kekaisaran kita. Ya, misalnya ... menghabisi Si Hitam yang katanya, suatu hari nanti akan menghancurkan kita."



TL: Afrodit
EDITOR: Isekai-Chan 

0 komentar:

Posting Komentar