Selasa, 20 Oktober 2020

Kuma Kuma Kuma Bear Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 : Chapter 04. Beruang Tersiksa Setelah Melihat Dirinya di Cermin

  Volume 1
Chapter 04. Beruang Tersiksa Setelah Melihat Dirinya di Cermin


Aku langsung dipandu menuju ke sebuah kamar di lantai dua setelah menghabiskan makananku. Fina benar-benar seorang penyelamat—aku perlu berterima kasih padanya dengan benar nanti.

"Pemandiannya sudah buka, jadi anda dapat masuk," ucap Elena, "tapi tolong jangan terlalu lama saat berada di dalam, karena yang lainnya juga mengantri."

"Oke."

"Untuk sarapan paginya dari jam enam hingga pukul delapan. Mohon diingat—kami tidak akan melayanimu jika anda telat."

Setelah menerangkan padaku kurang lebih segala peraturannya, Elena kembali turun ke bawah, meninggalkanku sendirian di kamar tadi. Itu hanyalah sebuah kamar berkapasitaskan satu orang, jadi tidak terlalu besar—hanya terdapat satu buah kasur dan meja kecil di dalamnya. Tapi karena semua barangku tersimpan di inventory, kamar tersebut lebih dari cukup untuk kutinggali. Saat kuamati, ternyata ada sebuah cermin di kamar tersebut yang menempel pada dinding. Aku mencoba untuk memastikan kembali bagaimana penampilanku.

Sungguh memalukan. tidak diragukan lagi—pakaian yang sedang kukenakan sekarang tampak seperti piyama wanita yang biasa digunakan sehari-hari. Aku sungguh malu karena telah berjalan-jalan di luar sana dengan penampilan seperti ini, sampai-sampai aku berpikir untuk tidak mengenakannya lagi besok.

Aku mengumpulkan seluruh keberanianku dan sekali lagi kucoba untuk bercermin. Ada sesuatu yang janggal dengan penampilanku.

"Ini benar-benar wajah asliku..."

Dalam game World Fantasy Online, avatar milik pemain semuanya memiliki bentuk wajah yang sama, tapi kalian dapat memilih sendiri warna dan gaya rambutnya. Avatar milikku memiliki rambut kuncir berwarna putih, tapi yang saat ini terpantul di cermin adalah potret seorang gadis berambut hitam panjang yang terurai sampai ke bahu. Seorang hikikomori sepertiku tidak mungkin repot-repot untuk pergi ke salon, jadi kubiarkan rambutku tumbuh begitu saja. Menatanya pun akan cukup merepotkan, jadi kubiarkan saja terurai.

Cermin tadi merefleksikan wajah asliku beserta warna dan juga gaya rambutnya. Aku ingat jika avatar yang kubuat lebih tinggi sepuluh sentimeter dari tubuh asliku, tapi saat kuperhatikan lagi, tinggiku di cermin sama dengan tinggi badanku di dunia nyata.

Aku tidaklah pendek. Hanya saja tinggiku sedikit di bawah rata-rata, sungguh.

Aku tidak bohong.

Semakin kucoba untuk menyangkalnya, semakin jelas bahwa ini tidak mungkin lagi di dalam game yang aku kenal, jika tubuh asliku saja berada di sini. Menyadari fakta tersebut aku mulai dirundung kepanikan—sampai akhirnya aku benar-benar sadar bahwa tidak ada gunanya untuk gelisah.


Aku tidak memiliki orang tua yang baik ataupun teman; tak ada seorang pun yang akan kurindukan. Satu-satunya hal berharga yang tertinggal di duniaku sebelumnya adalah uang yang kuhasilkan dari bermain saham, tapi menurut isi surat dari dewa yang mengirimku ke sini, semua uangku telah dikonversikan ke dalam bentuk mata uang dunia ini. Yang kusesalkan sekarang hanyalah tidak lagi dapat menikmati hiburan dan makanan yang berasal dari duniaku sebelumnya, tapi mungkin akan ada banyak hal menarik di dunia ini, dan juga, makanan di penginapan ini tidaklah buruk. Aku bisa saja sekali lagi menjadi seorang hikikomori. Sayangnya, di dunia ini tidak ada internet, jadi itu akan sangat membosankan.

Dan lagi, jika kuanggap dunia ini adalah sebuah game, tidak ada salahnya untuk bersenang-senang dan berpetualang di dalamnya.

Saat aku mengubah cara pandangku seperti itu, aku mulai merasa tenang.

"Baiklah," aku meyakinkan diriku, "aku akan menanti hari esok dengan berendam dan tidur."

Sesampainya di pemandian, aku mulai menanggalkan pakaianku satu persatu di ruang ganti, mulai dari kedua sarung tangan kemudian kostum beruang. Yang tersisa dari tubuhku hanyalah sepotong celana dalam dan bra, yang artinya...

Hanya itu yang kukenakan selama aku berjalan-jalan di kota tadi. Setidaknya beri aku sepotong kaos! pikirku. Kalau dipikir-pikir, ternyata aku tidak punya pakaian dalam untuk ganti, jadi aku perlu membelinya nanti. Aku melepaskan dua potong kain terakhir yang menempel pada tubuhku...dan sesuatu menarik perhatianku.

Aku pelan-pelan membentangkan celana dalam yang barusan kulepas.

"Apa-apaan ini..."

Pakaian dalamku memiliki gambar beruang terukir pada kedua sisinya—satu beruang putih dan yang lainnya beruang hitam. Apakah dewa yang mengirimku ke sini memiliki semacam ketertarikan khusus pada beruang?

"Lebih baik aku tidak terlalu memikirkannya."

Pemandiannya membuatku merasa diremajakan. Berendam terlalu lama tidak diperbolehkan, jadi aku segara menyelesaikannya lebih cepat dari yang biasa kulakukan. Karena aku tidak punya baju ganti, aku mengenakan kembali pakaian dalam dan kostum beruang dari sebelumnya.

"Kurasa aku akan pergi berbelanja besok."

Aku tiba-tiba teringat akan sesuatu. Deskripsinya bilang jika aku membalik kostum beruang tersebut ke warna putih, staminaku akan dipulihkan. Dengan semangat penuh rasa ingin tahu, aku membalik kostum tersebut, kemudian mengenakannya. Dan efeknya sungguh luar biasa. Aku merasa diriku tengah dipulihkan dengan seluruh kehangatan yang menyelimutiku ini luar dan dalam.

Aku kembali menuju kamar dan segera meringkuk di balik selimut demi mengistirahatkan tubuh lelahku ini setelah menjalani aktifitas seharian. Sangat nyaman, kurasa.

"Selamat malam." ucapku, meskipun tidak ada seorang pun yang akan mendengarnya.


Karena aku tidur terlalu cepat kemarin, aku bangun pagi-pagi sekali keesokan harinya. Tidak tersisa sedikit pun rasa lelah dari tubuhku, kemungkinan itu adalah efek dari mengenakan kostum beruang putih. Keinginan untuk terus menggunakan set perlengkapan beruang tersebut semakin meningkat. Mungkin saja ini item terkutuk.

Jika saja kostum beruang tersebut terlihat sedikit lebih keren.

Kelihatannya, aku punya sedikit waktu luang sebelum sarapan. Jadi, aku membuka layar status milikku.


Nama: Yuna 
Umur: 15 tahun
Level: 3
Kemampuan: Fantasy World Language, Fantasy World Literacy, Bear Extradimensional Storage

Perlengkapan
Tangan kanan: Black Bear Glove (Nontransferable)
Tangan kiri: White Bear Glove (Nontransferable)
Kaki kanan: Black Bear Shoe (Nontransferable)
Kaki kiri: White Bear Shoe (Nontransferable)
Pakaian: Black and White Bear Clothes (Nontransferable)
Pakaian dalam: Bear Underwear (Nontransferable)


Perlengkapan anehku semakin bertambah.


Bear Underwear
Tidak akan kotor sebanyak apapun dipakai.
Sebuah item berkualitas tinggi yang tidak akan menyisakan keringat dan bau badan.
Ukurannya akan otomatis menyesuaikan dengan postur tubuh pengguna.


Sungguh perlengakapan yang ideal untuk seorang hikikomori! Aku sangat berterima kasih sekali karena pakaian dalam tersebut akan secara otomatis menyesuaikan ukurannya saat kukenakan. Aku tidak memiliki dada yang cukup besar, jadi aku yakin akan membutuhkannya saat dadaku akan mulai tumbuh nanti di masa depan. Aku tidak perlu repot-repot mengganti ukuran pakaian dalamku setiap saat.

Saat aku turun ke bawah untuk menyantap sarapan, Elena tengah mengelap meja dengan sepotong kain.

"Selamat pagi."

"Pagi! bisakah aku sarapan sekarang?"

"Ya, tentu." Elena memandang ke arahku.

"Ada apa?"

"Anda putih hari ini. Itu terlihat cocok untukmu." ucap Elena dengan seutas senyum di wajahnya.

Bukannya aku tidak merasa malu karena tidak lagi mengenakan kostum beruang hitam, tapi menggantinya akan sangat merepotkan, jadi aku tetap menyantap sarapanku dalam balutan kostum beruang putih. Roti dan supnya sungguh lezat.

Sekembalinya aku ke kamar, aku mengganti kostumnya kembali menjadi beruang hitam dan mulai membuat daftar apa yang harus kulakukan hari ini:
Beli pakaian ganti (termasuk pakaian dalam).
Buat kartu identitas (pergi ke guild petualang).
Dapatkan beberapa perlengkapan (aku ingin sebuah pedang).
Kumpulkan informasi (mungkin di perpustakaan atau toko buku).
Cari tahu seberapa kuat diriku (serigala kemarin musuh yang mudah).

Aku bertanya pada Elena dimana letak guild petualang, dan menyadari bahwa itu ternyata terletak tepat di sebelah bangunan tempatku dan Fina menjual material serigala kemarin. Aku mungkin akan kerepotan tanpa adanya kartu identitas, jadi kuputuskan untuk pergi ke sana terlebih dahulu. 

Tak terduga, aku akan berpapasan dengan Fina tepat setelah keluar dari penginapan.

"Yuna-san, selamat pagi."

"Ada perlu apa, Fina?"

"Aku ingin mengucapkan terima kasih sekali lagi, dan juga aku penasaran bagaimana pendapatmu tentang penginapannya."

"Penginapannya memuaskan. Masakan yang mereka hidangan cukup enak, dan aku tidak habis pikir bahwa mereka akan punya pemandian. Bagaimanapun juga, aku akan menetap di sana selama sepuluh hari ke depan."

"Aku senang kau menyukainya."

"Apa kau baik-baik saja, Fina?"

"Ya!  Aku sudah menyerahkan obatnya pada ibu. Jadi, kemana kau akan pergi hari ini, Yuna-san?"

"Aku akan mengunjungi guild petualang, kemudian aku berpikir untuk melihat-lihat kota setelahnya."

"Bisakah aku pergi ke sana bersamamu?"

"Aku tidak keberatan, tapi aku hanya akan membuat kartu identitas di sana."

"Aku juga bertujuan pergi ke sana untuk melihat apakah ada lowongan pekerjaan menyiangi daging monster."

"Pekerjaan menyiangi daging monster?"

"Aku sudah mengatakannya kemarin, bukan? kalau aku terkadang melakukan pekerjaan menyiangi daging monster. Gentz-san lah yang memberiku pekerjaan tersebut."

"Gentz-san?"

"Ya, dia adalah orang yang membeli material serigala dari kita kemarin. Terkadang para petualang pulang dengan membawa banyak mayat monster tanpa menyiangi mereka terlebih dahulu. Saat hal itu terjadi, aku selalu datang untuk membantu. Itulah mengapa hal pertama yang kulakukan setiap pagi adalah pergi ke sana dan mengecek apakah ada pekerjaan yang tersedia atau tidak."

"Oh, kau mengatakan sesuatu semacam itu kemarin."

Tidak ada yang menyangka jika gadis sekecil ini memiliki sebuah pekerjaan menyiangi mayat monster. Kurasa itu adalah hal yang wajar melihat ini adalah dunia fantasi. Aku berani bertaruh tidak akan ada seorang pun yang mau menaruh empati padanya...

"Gentz-san lah yang selalu merawatku."

Mungkin dia adalah seorang lolicon...

"Aku merasa kalau Gentz-san menyukai ibuku."

Atau mungkin otakku saja yang kotor. Mudah berprasangka buruk terhadap orang lain adalah kebiasaan jelek yang kupunya.

Fina bercerita tentang hubungan Gentz-san dengan ibunya sepanjang perjalanan menuju tempat kami menjual material serigala kemarin. Tentunya, aku tidak luput dari tatapan setiap orang yang lewat sepanjang perjalanan tersebut.




TL: Boeya
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar