Chapter 169. Pemilik Toko Senjata dan Karyawan Magangnya
"YAAAAHHHH!"
"Filo-taaa-...."
Sudah tiga kali kami bertemu Motoyasu dan Filo selalu menendangnya hingga terbang ke langit. Mungkin dia menggunakan Skill Teleportasinya untuk mendahului kita. Pintar sekali dia.
"Seperti yang kuharapkan. Bersama Hero Perisai-sama selalu menyenangkan~"
Sadina tertawa terbahak-bahak saat melihat Motoyasu terbang ke udara. Entah kenapa aku merasa dia selalu tertawa. Apa hanya imajinasiku saja? Bahkan Fohl berteriak saat pertama kali melihat Motoyasu melayang di udara seperti itu. Kebanyakan dari kita tidak merasa terhibur dengan kejadian itu, tapi hanya Sadina saja yang tertawa. Apakah dia adalah tipe orang yang mudah tertawa? Bagaimana caraku mengatakannya, kurasa dia tertawa terlalu berlebihan.
Ya sudah, mari kita lupakan saja hal tersebut. Aku sudah dapat melihat kastil di depan. Saat kami hampir sampai, aku melihat keadaan Fohl yang sangat menyedihkan karena mabuk kendaraan. Aku belum bisa kembali ke desa menggunakan Skill Teleportasi karena belum mendaftarkan desa sebagai tujuannya. Tidak masalah, lagi pula aku memiliki banyak hal yang harus diurus di dalam kota.
Sebelum masuki Kota Kastil seperti biasa aku memberhentikan kereta di desa terdekat.
"Hehh... Kita akan berjalan dari sini?"
"Aku dan Filo cukup terkenal di sini. Kami selalu mencolok setiap kali masuk ke Kota Kastil."
"Hmm. Sebaiknya kita menyembunyikan keberadaan Fohl-kun juga?"
"Kenapa?"
"Tahukah kau, bahwa Melromarc dan Siltvelt sudah berperang sejak lama? Karena itu ras Hakuko menjadi terkenal."
Hmm... Mungkin benar juga perkataannya. Dari tampangnya, Fohl pasti sudah menonjol.
"Rasku tidak begitu terkenal jadi semuanya akan baik-baik saja."
"Baiklah."
Sepertinya keputusan yang bodoh untuk tidak membuat Fohl menyembunyikan identitasnya. Selama kita tidak terlalu menarik perhatian, maka kita akan baik-baik saja. Sepertinya para Lumo juga tidak terlalu bermasalah dengan penduduk kota. Kami berencana pergi ke toko Pak Tua dan membuat Paman Imiya belajar pandai besi disana. Apa ras dia ini penurut?
Jika di ingat-ingat kembali, sudah lama aku tidak bertarung. Aku khawatir instingku menjadi tumpul. Aku juga harus ikut berlatih dengan Si Nenek Tua yang menjadi Pelatih Tempur itu nanti.
Ketika aku berjalan Filo selalu berada di belakangku sambil memperhatikan sekitarnya dengan hati-hati. Apa sebegitu bencinya dia terhadap Motoyasu. Jika dia membencinya seharusnya dia tidak menghiburnya saat Motoyasu sedang depresi. Aku tidak ingin mengatakan ini kepadanya tapi, dia harus bisa mengalahkan rasa takutnya. Apa yang akan terjadi jika Motoyasu sudah mendahului kita menuju desa?
Tidak terasa kami sudah masuk ke dalam Kota Kastil. Lebih baik jika pergi bertemu Ratu untuk menyiapkan ritual reset level terlebih dahulu. Atau, haruskah aku menuju toko Pak Tua terlebih dahulu untuk mengantarkan budak kesana? Kita melewati Toko Senjata dalam perjalanan menuju kastil. Jadi aku memutuskan untuk pergi kesana terlebih dahulu.
"Oh, Nak."
Pak Tua langsung menyambutku saat aku masuk dan menuju counter tokonya. Nampaknya kondisi tokonya sudah lebih baik dan stabil dari sebelumnya. Yaa... Aku yakin sekali Pak Tua sangat hebat dalam berbisnis.
"Bagaimana? Apa ada perkembangan?"
"Tidak sama sekali. Material yang di dapat dari Reiki memiliki status pertahanan yang tinggi. Jadi sangat sulit untuk diolah."
"Hmm..."
"Bagian itu sangat sulit sekarang. tapi, aku sedang meneliti sebisaku."
"Begitu. Pada saat aku berada di Zeltoble, aku--"
Aku memberi tahu Pak Tua tentang Pedang Reiki yang kulihat saat di Zeltoble. Aku bisa memberitahunya bahwa pedang itu dibuat oleh pandai besi yang sangat hebat.
"Jika kau sampai berkata seperti itu, pasti itu pedang yang sangat bagus... Jika aku bisa melihatnya langsung mungkin aku bisa memberitahumu siapa pembuatnya atau bagaimana cara membuatnya...."
"Aku harus membawa pedang itu kemari? Yang benar saja, pedang itu sangat mahal untuk dibeli, terutama aku."
Jika aku ingin mendapatkan uang lebih untuk membeli senjata itu, aku bisa mencoba menjualkan senjata yang dibuat oleh Pak Tua. Tapi aku harus mempersiapkan kereta lebih banyak dan monster untuk menarik kereta tersebut..... Dan, aku masih memiliki pilihan lain seperti menjual beberapa senjata unik atau langka yang kudapat dari Monster Drop. Karena senjata yang cukup langka dan tidak biasa, kemungkinan aku akan mendapatkan harga yang tinggi pada saat menjualnya. Aku akan memikirkannya nanti.
"Oh iya. Aku sudah membawa budak yang akan belajar denganmu."
"Siapa dia?"
Dari sekumpulan budak, aku menunjuk Paman Imiya.
"Entah kenapa wajahmu familiar. Sepertinya aku mengenalmu, apa hanya imajinasiku saja?"
Pak Tua berbicara kepada Paman Imiya.
"Sudah lama tidak bertemu. Sepertinya kau sudah lulus dari tempat Master."
"Ternyata benar!"
"Kalian saling mengenal?"
"Iya."
"Kami teman lama."
Sepertinya Paman Imiya dan Pak Tua adalah murid dari pandai besi yang sama saat mereka muda dulu.
"Meskipun begitu.... Aku tidak serajin kau, jadi aku diusir oleh master. Ada beberapa masalah dirumah, aku harus membesarkan Imiya dan beberapa anak lainnya."
"Kondisinya benar-benar buruk waktu itu."
"Dibanding saat menjadi seorang pandai besi?"
Ceritanya benar-benar aneh.
"Setiap kali ada pembahasan penting, pasti itu tentang wanita. Masterku adalah seseorang yang sangat terobsesi terhadap wanita."
Sepertinya master mereka mirip dengan Motoyasu. Dalam otakku, sekarang Motoyasu menjadi master Pak Tua. Meskipun, sekarang Motoyasu sudah berubah menjadi Maniak Filo. Kehidupan seperti apa yang dilewati oleh Paman Imiya sebelum menjadi budak? Bahkan Imiya sekarang sudah menjadi budak. Aku benar-benar tidak tahu ceritanya. Mungkin akan sama seperti Raphtalia..... tapi, menurutku itu cukup aneh, karena mereka sudah dewasa.
"Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kau dan Imiya menjadi budak?"
"Kami dipaksa menjadi budak setelah ditangkap oleh pemburu budak. Waktu itu desa kami hancur akibat serangan mereka, bahkan banyak dari kami yang menjadi korban dari serangan itu. Warga desa yang tersisa hanya mereka yang berada di desa Hero Perisai-sama."
Ternyata begitu, ada kemungkinan seperti itu juga. Kejadiannya hampir sama seperti Raphtalia.
<EDN: Bagi yang belum mengerti, kalau desa Raphtalia kena gelombang terus diserang pemburu budak (Prajurit Melromarc), kalau desa Imiya langsung diserang pemburu budak asli.>
"Imiya yang sudah kehilangan orang tuanya sekarang terlihat sangat senang. Aku juga harus mengeluarkan tenagaku untuk Hero Perisai-sama."
Alasan seseorang menjadi budak adalah karena mereka tidak punya orang tua, tidak punya kenalan atau keluarga, atau ditangkap oleh pemburu budak. Sadina menjadi budak karena ditangkap oleh pemburu budak. Lalu bagaimana dengan Fohl?
"Bagaimana denganmu?"
"Kami tidak memiliki banyak uang untuk membayar pengobatan Atla, jadi kami memiliki banyak hutang."
".... Karena aku pemilikmu sekarang. Akulah yang harus membayar hutangmu."
Haruskah aku menjualnya seharga hutangnya? Tidak, masih ada biaya untuk obat-obatan Atla. Bocah ini berhutang banyak kepadaku.
"Setahuku, peminjamnya sudah melunasi hutang kami saat kau membeli kami."
"Jadi begitu. Baguslah."
Mungkin itu adalah salah satu bentuk pelayanan dari Penjual Budak. Tentu saja tidak akan ada yang mau membeli budak beserta dengan hutangnya.
"Seharusnya jika aku tetap bekerja dan bertarung.... maka hutangnya akan lunas. Sebelum itu terjadi, aku tidak bisa membeli obat untuk Atla."
"Begitu ya..."
"Aku berharap agar Atla memiliki kesempatan untuk hidup normal. Andai saja dia tidak memiliki penyakit."
"Kau itu sebelumnya hidup dalam keadaan seperti apa?"
"Tidak tahu... Yang kuingat adalah kakekku merupakan orang yang terkenal. Orang tuaku meninggal dalam peperangan saat kami masih kecil. Tapi, kurasa keluarga kami cukup kaya. Karena cukup banyak orang yang membantu kami."
"Apa ada pelayan yang memakaikanmu pakaian?"
"Kami tidak punya orang yang seperti itu. Tapi karena kami kekurangan uang untuk membeli obat Atla. Rumah dan barang-barang yang kami miliki dijual. Setelah itu kami berpisah dengan mereka."
Keluarga yang hancur karena biaya pengobatan, huh... Memiliki beberapa orang setia yang bisa membantu. Apa kau semacam bangsawan?
"Dimana kau tinggal?"
"Kenapa aku harus memberitahukannya?"
"Ya, itu tidak penting."
Aku mulai penasaran dengan kehidupannya yang seperti pemeran utama, tapi aku tersadarkan kembali oleh sifat tidak peduliku.
"Ini akan menjadi semakin baik karena kalian sudah saling kenal."
"Memang benar tapi.... Aku tidak pernah menduga akan bekerja kepadanya."
"Aku juga sangat terkejut. Setelah dia memintaku untuk mengajarkan seseorang aku tidak pernah membayangkan kaulah orangnya. Bukankah lebih baik bekerja dengan seseorang yang telah kau kenal. Hahaha..."
"Ahh... aku jadi teringat masa lalu."
"Termasuk dengan biaya penginapannya. Berapa banyak yang harus kubayar?"
"Hmm... biaya penginapannya? Jika aku dapat membuatnya bekerja dengan sangat keras, kau tidak perlu membayarnya."
"Aku sangat berterima kasih atas kebaikan hatimu."
"Hei... Hentikan berkata seperti itu, aku jadi berpikiran kalian akan membuatku bekerja sampai mati."
“Apa yang kau harapkan? Kau itu sudah menjadi budaknya, jadi mengertilah. Jika kau berada disini, pasti jumlah penambangan bahan akan bertambah.”
Paman Imiya telah menjadi lebih kuat dibanding Demi-Human biasa karena kemampuan perisaiku. Apakah Pak Tua akan memberikan metode pelatihan yang sangat kejam seperti seorang Spartan? Bagaimana caraku mengatakannya. Mungkin penampilan Paman Imiya akan menjadi lebih baik jika menghisap rokok atau cerutu. Tapi, Paman Imiya bilang dia tidak merokok. Penampilannya secara keseluruhan terlihat seperti orang pedesaan. Yaa tidak penting juga untukku.
"Aku akan membuatmu bekerja seperti standar kita dulu."
"Itu akan membuatku terbunuh."
"Hahaha, itu tidak seburuk yang kau pikirkan."
Setelah bernostalgia sebentar, mereka sudah mulai bekerja. Sepertinya keadaan di sini akan baik-baik saja.
"Kalau begitu kami masih memiliki beberapa keperluan yang harus diurus."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan membuat orang ini bekerja dengan keras."
"Setelah Pak Tua selesai mengajarinya kau dapat meninggalkan tokomu dalam pengurusannya. Saat itu terjadi, apa kau mau tinggal di desaku?"
Bergantung dari situasinya mungkin kemampuan Paman Imiya bisa menandingi Pak Tua atau bisa jadi dia hanya berada di level seorang penempa biasa. Jika Pak Tua datang ke desaku, kita bisa meningkatkan zirah dan senjata menjadi lebih kuat lagi.
"Aku masih belum memikirkan itu. Untuk sekarang, aku harus melihat kemampuannya terlebih dahulu."
"Kemampuanku masih sangat rendah. Terakhir aku belajar hanya sampai menempa bijih besi saja."
"Jangan merendah. Kau harus menunjukkan kemampuanmu dalam mengayunkan palu besar itu."
"Tunggu saja nanti. Hahaha..."
Mereka seperti sedang mengenang kejadian masa lalu.
"Kalau begitu, nanti aku akan datang lagi. Jika Pak Tua ada keperluan langsung saja hubungi desa atau kastil."
"Aku tahu, Nak."
"Aku akan bekerja keras untuk belajar disini. Hero Perisai-sama."
Kemudian kami berjalan meninggalkan toko senjata.
Proofreader: Bajatsu
0 komentar:
Posting Komentar