Senin, 22 Juli 2019

I Became Hero’s Bride! Novel Bahasa Indonesia Chapter 2 – Apakah Kau Sudah Gila?

I Became Hero’s Bride! Novel Bahasa Indonesia Chapter 2 – Apakah Kau Sudah Gila?


Di tahun terserah dari kekuasaan Raja terserah. Suatu hari, di lokasi turis yang terkenal yaitu kastil raja iblis, segel dari raja iblis terbuka. Tampaknya seorang turis tidak sengaja melepaskan segel raja iblis itu untuk diambil sebagai oleh-oleh pulang. Sang raja iblis yang lepas mengumpulkan pasukannya yang tersebar, dan membuat kastil itu sebagai markas baru mereka.

Raja iblis, seperti yang buku sejarah gambarkan, yaitu seorang jalang yang terangsang, menculik anak-anak lelaki kecil di kerajaan dan memulai sebuah pesta dengan mawar. (A.N. Aku gak tau ini artinya apa, tapi dilihat dari chapter-chapter didepannya, raja iblisnya itu kayak fujoshi.) Kerajaan, marah karena tindakan tersebut, memutuskan untuk melakukan ritual pemanggilan pahlawan untuk membawa seorang pahlawan dari dunia di mana para pahlawan berkumpul.

Ritual tersebut sukses, dan seorang pahlawan muda yang mengenakan pakaian aneh ‘Park Minwoo” akhirnya dipanggil. Namun, berbeda dengan harapan kerajaan tersebut, Park Minwoo terkena penyakit Chuunibyou yang parah dan memulai berbagai masalah, dan sementara itu, raja iblis yang terangsang, tersadar bahwa dia tidak mempunyai putri di koleksinya, membuat sebuah insiden dimana dia mencuri sang pangeran yang dikenal sebagai harta karun kerajaan, Pangeran Clarice.

Park Minwoo, pahlawan yang dikucilkan, mendapat sebuah pedang kayu dan dikirim ke sebuah petualangan ibarat dia di usir dari kerajaan. Semua menganggap bahwa perjalanan Park Minwoo akan berakhir dengan sebuah kegagalan, tetapi yang terjadi adalah kebalikannya, untuk menyelamatkan satu-satunya orang yang memperlakukannya dengan baik di dunia asing ini, dia berhasil bertahan dari latihan yang keras dan berbagai godaan, menjadi bertumbuh dewasa. Dan akhirnya Park Minwoo berhasil mengalahkan raja iblis dan dengan bangga kembali sebagai seorang pahlawan sejati yang menyelamatkan pangeran tersebut.
Dan sekarang, ketika semua telah diselesaikan dengan damai-
Istana menemui masalah baru.

“Bukankah dulu kerajaan pernah mengusir sang pahlawan? Siapa tahu dendam apa yang dia simpan jika kita mengabaikannya lagi!”

“Tapi jika kita memberinya kekuatan sekarang, pasti akan ada masalah yang muncul ke depannya. Bahkan sekarang kau bisa mendengar rakyat menyeru-nyerukan namanya jika kau keluar dari istana, siapa yang tahu apa yang akan mereka lakukan di bawah kuasanya?!”

Kedua perdana menteri dan panglima tertinggi saling beradu dengan argumen mereka. Terjebak di antara kedua pilihan itu, sang raja mengerang dengan tangan di dahinya.

Masalah yang dihadapi istana sekarang bahkan lebih merepotkan dibanding masalah raja iblis.

Bagaimana caranya untuk mengatasi sang pahlawan. Yang baru saja mengalahkan raja iblis, atas permohonan sungguh-sungguh pangeran Clarice, yang berkata bahwa dia ingin membalas penyelamatnya, sang pahlawan sekarang tinggal di istana. Mungkin karena bagaimana mereka dulu memperlakukan sang pahlawan, orang-orang di istana saling berselisih di kursi panas mereka.

Walaupun sekarang dia menghabiskan waktunya dengan tenang, tidak mungkin mereka menjamu dengan nyaman sang pahlawan yang mempunyai kekuatan yang lebih kuat dari raja iblis.
Apakah mereka harus membiarkan dia di istana seperti itu saja, atau memberinya gelar dan mengirimnya ke suatu daerah, atau mempercayai kebaikannya dan memberinya kekuasaan di istana, pendapat saling dilemparkan di meja debat.

Di saat debat semakin memanas dan sang raja akan memberitahu para penasihatnya untuk menangkan diri, sang Menteri Dalam Negeri, yang sedari tadi diam, menawarkan sebuah sugesti.

“Baginda, bagaimana jika pernikahan dengan keluarga kerajaan?”

“Pernikahan?”

Kedua sisi meja berbalik ke arahnya.

“Ya, jika sang pahlawan menjadi keluarga kerajaan maka dia tidak akan menunjukkan taringnya dengan mudah.”

“Hohhh...”

“Tentu saja, dengan alasan menjaga sang pahlawan sebagai bagian dari keluarga, akan lebih mudah untuk mengawasinya.”

“Rencana yang bagus. Seperti yang diharapkan dari Menteri Dalam Negeri.”

“Pembantu baginda ini sangat berterima kasih atas pujian baginda.”

Sang Menteri Dalam Negeri melihat ke arah Perdana Menteri dan Panglima Besar dan menyeringai, mengangkat bahunya. Ho! Saat keduanya mengeluarkan suara terganggu, sang raja menggaruk janggutnya dan berkata.

“Tapi aku hanya mempunyai pangeran jadi bagaimana ini akan berhasil...”

“Lalu dengan keluarga dari baginda ratu...”

“Baginda Ratu menikah ke Baginda Raja, jadi mereka bukan bangsawan bukan?”

“Sayangnya Menteri Dalam Negeri sudah menjadi tua dan lupa bagaimana gelar itu diraih.”

Perdana Menteri dan Panglima Besar menyeringai bersama. Sebuah nadi berkerut di dahi Menteri Dalam Negeri.

Sang raja menghela nafas seakan dia menyesali hal tersebut.

“Huuuhh, bukannya mustahil untuk membuat sang Pahlawan menjalani pernikahan sesama jenis dengan pangeran...”

Clink!

Bak tersambar petir sang raja berteriak ‘Itu dia!’

“Bagaimana kalau kita ubah sang pangeran menjadi wanita dan menikahkan dia dengan sang pahlawan?”

.........eh?

Karena ucapan bodoh tersebut perkumpulan itu terdiam seperti habis disiram air dingin. Mereka saling memandangi satu sama lain dan nampaknya memikirkan hal yang sama. Sang penasihat melihat ke semua orang sebagai perwakilan mereka semua.

Pada akhirnya Menteri Dalam negeri yang menyarankan ide ini dengan ragu membuka mulutnya ibarat dipaksa memakan mustar.

“Baginda. Izinkanlah pembantu lancang ini untuk bertanya kepada baginda.”

“Hoho, jarang sekali kau memanggil dirimu sendiri lancang.”

Alis sang raja bergerak sebagai tanda untuk lanjut berbicara.

“Baginda Raja.”
“Hmm?”

Dengan wajah khawatir, Menteri Dalam Negeri bertanya.

“Apakah baginda sudah gila?”

Mendengar kata yang bisa dianggap lancang itu, sang raja hanya bisa tertawa. Sang penasihat, akhirnya mengerti lelucon tersebut, akhirnya bisa bersantai. Orang bilang tertawa itu menular. Ruang pertemuan yang tadinya diam sekarang menjadi penuh tawa.

Hahahaha.
Kukukuku.

Perdana Menteri yang tertawa terpingkal menggebrak meja.

“Seperti yang diharapkan dari baginda raja. Humor anda berada di level yang berbeda! Untuk sesaat aku pikir baginda serius!”

Menteri Dalam Negeri yang sedari tadi memegangi perutnya menepuk tangannya.

“Sembari kita membahasnya, bagaimana jika kita mengumpulkan lelucon baginda raja menjadi sebuah buku? Perbendaharaan akan penuh dengan uang!”

Mendengar perkataan itu orang-orang mulai mengangkat tangan mereka ke kanan dan kiri.

“Aku pesan satu volume!”
“Hey kau! Kenapa hanya satu volume saja? Kau seharusnya memesan sepuluh untuk seluruh keluargamu!”

Hahahaha
Kukukuku

Wajah sang raja mengeras.

“Aku serius?”

Kumpulan orang tersebut langsung terdiam membeku.

***

Di Istana Rien di mana para pangeran tinggal. Di sebuah ruangan di bagian paling dalam istana, ada seseorang yang baru saja mengalami peristiwa diculik oleh raja iblis, pangeran ke lima Pangeran Clarice, yang sedang dilindungi.

“Ayahanda. Putramu Clarice menyapa.”

Ketika Ayahandanya sang raja menjenguk, Clarice berkata sesuai protokol. Sifat yang ramah tetap tidak terganti bahkan setelah tersiksa di tangan sang raja iblis memang sangat cocok untuk dipanggil sebagai harta karun kerajaan. Ditambah, penampilannya yang mirip dengan sang ratu memberinya aura kasihan, yang membuat hati semua orang sedih ketika melihatnya.

“Tubuhmu baik-baik saja?”

“Ya, berkat Ayahanda dan semuanya, dan... sang pahlawan yang menjaga diriku.”

Sebuah rona kebahagiaan muncul di wajah Clarice ketika dia menyebut nama pahlawan itu yang terlihat jelas oleh sang raja.

“Yah, dia masih di kerajaan karena nampaknya seseorang memohon dengan tulus agar pahlawan itu tetap tinggal di istana, bukankah sudah jelas?”
“Ayahanda!”

Clarice merona dengan terang membuat dia benar-benar terlihat malu. Tertawa dengan senang, sang raja berpikir, 
‘Dia memang putraku tetapi aku kadang berpikir apakah dia seorang laki-laki.'

“Clarice. Apa kau sangat menyukai pahlawan itu?”
“...aku mendambakannya.” <TLN :v>

Itulah kenyataannya. Tidak seperti dirinya yang tumbuh dilindungi seperti bunga di rumah kaca karena statusnya sebagai pangeran, dia tidak bisa melupakan sosok yang selalu bermain-main (chuunibyou) walaupun berasal dari dunia asing dan selalu dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya.

Dia tidak akan mungkin bisa melakukannya jika dia berada di posisi pahlawan itu. Dia tidak mungkin akan bisa berpetualang dengan sebuah pedang, ataupun dia tidak akan mungkin bisa menerobos masuk ke kastil sang raja iblis dan meneriakkan namanya di depan para iblis itu, sembari berteriak bahwa dia akan menyelamatkannya.

Sebagai sesama pria, bagi Clarice, sang pahlawan Park Minwoo adalah idola yang dia kagumi.

“Hm... dambaan, katamu. Seberapa besar?”

“Seberapa besar?”

“Ya. Misalkan...”

Sang raja bertanya bak orang kurang ajar.

“Apakah kau mau menikahi sang pahlawan itu jika kau seorang wanita?”
“Ehhhh?!!”

Clarice melompat dengan mukanya merah merona. Reaksi itu tidak bisa dimengerti apakah dia menyukai ide tersebut atau tidak. Sang raja mengarahkannya dan melemparkan beberapa umpan lagi.

“Tidaaaak~ pahlawan memang orang yang brilian bahkan di mata Ayahandamu ini, karena itu kenapa tidak. Jika kau seorang wanita, tentu saja.”

“Itu...”
“Apakah kau tidak suka dengan ide ini?”
“Tidaaak... bukannya aku tidak suka dengan ide ini. Tidak, itu juga bukan berarti aku menyukai ide itu...”

Clarice goyah dengan wajah yang tersipu yang membuatnya terlihat akan meletup sebentar lagi. Kepalanya berputar dengan rasa terkejut dan malu. Kenapa Ayahanda menanyakanku hal ini dengan tiba-tiba?

“Pilih salah satu. Clarice.”
“Uhh. Ayahanda, apakah aku mempunyai pilihan?”
“Mm.”

Sang raja mengangguk dengan wajah tegang. Akan menjadi lebih baik jika dia menjaga masalah nasional dengan antusiasme itu.
Seolah ingin menelan rasa malunya, dia mengepalkan matanya rapat-rapat sebelum diam-diam bergumam.

"……iya."
"Hm? Kau ingin menikah dengannya? "
"P, pernikahan... s, sang pahlawan adalah .... seorang, seorang yang luar biasa. "

Dia sangat malu sampai hampir mati. Tetapi ketika raja tersenyum dengan bijak dan menjawab, Clarice langsung membeku.

"Maka lakukanlah."

???????

Clarice mempunyai banyak pertanyaan.

"Eh?"
"Lalu bertunangan lah dengan pahlawan. Ayahandamu ini akan mendukungmu. "

??????

Clarice mempunyai banyak pertanyaan.

"Eh?"
“Aku tahu Kau mendengarku. Jangan berpura-pura bahwa Kau tidak mendengarkannya. "

Bukan itu masalahnya.

"Aku mendengarmu, tapi aku tidak mengerti .... Tolong jelaskan kepada putramu yang bodoh ini. ”

Dan raja menjelaskan dengan perlahan dan jelas sehingga anaknya yang bodoh pun bisa mengerti.

“Aku akan menghubungi orang bijak untuk membuat ramuan perubahan jenis kelamin, lalu Kau akan meminumnya, menjadi seorang wanita dan bertunangan dengan pahlawan. Ayahandamu ini akan membantumu. "

Seolah mengerti, Clarice mengangguk dan bertanya.

"Ayahanda. Semoga putra yang lancang ini meminta izin untuk mengajukan pertanyaan kepada anda. ”
"Hoho. Ada banyak orang yang lancang hari ini. ”

Alis raja berkedut seolah ingin mendesaknya.

"Ayahanda."
"Mm."

Tampak seperti dia benar-benar khawatir, Clarice bertanya.

"Apakah Kau sudah gila?"


Note:
Emang sudah gila bapaknya :v




TL: MobiusAnomalous
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar