Senin, 21 September 2020

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter SS-12. Petualangan Pochi (2)

Chapter SS-12. Petualangan Pochi (2)


"Pochi baru saja mendapat ide nodesuyo!"

Jadi Pochi berbicara kepada teman-temannya di pinggir pantai di mana Red Smoke Island dapat terlihat.

"T-tapi Pochi-san. Tanpa kapal, pergi ke pulau itu tidak akan ..."

Bunnykin Usasa berkata dengan ekspresi bingung di wajahnya.

Mereka mencoba pergi ke Red Smoke Island untuk membasmi penjahat yang mengganggu desa-desa di sekitarnya.

"Usasa, banzai ~ nanodesu."
"Eh?"
"Banzai nanodesu, yo?"
"O-oke."

Meski terlihat bingung, Usasa mengangkat tangannya ke atas seperti yang didesak oleh Pochi.

"Angkat nanodesu."

Pochi mengangkat Usasa dengan kedua tangannya.

"Po-Pochi-san, kau tidak akan melemparku ke pulau, kan?"
"Tentu saja tidak nanodesu."

Pochi menggelengkan kepalanya sambil terlihat seperti sedang berkata, 'Ayolah!'

"Y-ya, tentu saja tidak akan."

Usasa menghela nafas lega tapi itu masih sedikit mencurigakan.

"Kita akan lari ke sana nodesuyo!"
"Eh? Wa, tunggu--"

Sebelum Usasa sempat berkomentar, Pochi yang memanggulnya melesat seperti mobil sport dalam perlombaan balap mobil, bergegas menuju ke laut.

Pochi berlari di atas permukaan air sambil meninggalkan sejumlah besar pasir dan air laut di jalurnya.
Usasa menjerit sekencang-kencangnya, tidak kalah keras dari suara gemuruh yang menggelegar.

"Seperti yang diharapkan dari Pochi-neesan gau!"
"Nee-san sangat mengagumkan kuma!"

Dogkin Gaugaru dan Bearkin Kubear memuji Pochi dengan mata berbinar.

"Tidak, uh, kurasa dia tidak akan berhasil sampai ke pulau ..."
"... Usasa."

Kedua manusia itu bergumam, sementara Rabibi berdoa untuk keselamatan teman masa kecilnya itu.

"Ah, dia tersandung."

Di ujung pengelihatan Hitona, Pochi tersandung ombak dan jatuh dengan cepat ke atas permukaan air.

"U-USASAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
"NESANNNNNNNNNNNNNN"

Mereka bergegas ke pantai, dan tepat ketika mereka akan melompat ke laut untuk membantu mereka, Hitona berteriak, "Tunggu."

"Lihat itu!"

Pochi yang berenang sambil membawa Usasa yang hampir tenggelam, keluar dari permukaan air secara tidak wajar.

"Sebuah batu melayang keluar dari air kuma!"
"Dan tumbuh-tumbuhan gau!"

Apa yang tampak seperti batu dan tumbuhan yang mengangkat Pochi dan Usasa akhirnya muncul dengan sendirinya, terlihat seperti pulau kecil.

"I-itu!"
"Island Turtle-sama?"
"Benar! Itu Island Turtle-sama!"

Penduduk desa yang menyaksikan di belakang Usasa dan geng berteriak ketika mereka melihat pulau kecil.

"I-itu kura-kura."
"Itu adalah penjaga kami para nelayan,『 Island Turtle-sama 』."

Hitona bergumam saat melihat kepala kura-kura menyembul dari air.
Seorang penduduk lanjut usia memberitahunya bahwa itu disebut Island Turtle.

Island Turtle mendekat ke darat.

Pochi dan Usasa yang berada di atas kepalanya melambai pada mereka.
Tidak, Pochi melambai dengan penuh semangat, tapi Usasa dengan takut menempel pada Pochi.

"Pochi membuat kesalahan kecil nodesu."

Pochi melompat dari atas kepala kura-kura dan berbaring dipasir.

"Turtle-san, terima kasih telah menyelamatkan Pochi nanodesu. Ini sebagai balasan dari Pochi nanodesuyo."

Pochi mengambil dendeng yang sangat besar dari Magic bagnya dan memberikannya, Island Turtle dengan cekatan meraihnya dengan ujung mulutnya dan mulai mengunyahnya perlahan.

"Aah, kita sudah kesulitan sebelum sampai ke pulau ..."
"Kita benar-benar harus mencari kapal."

Ninin dan Hitona memutar otak mereka, mencoba mencari solusi.

"Itu dia nanodesu! Pochi punya ide yang bagus, nodesuyo!"

Adegan gagahnya di atas air muncul di benak semua orang ketika Pochi mengatakan itu.

"Nee-san, berlari di atas air tidak akan ..."
"Bukan itu nodesuyo!"

Pochi menunjuk ke Island Turtle.

"Mari kita minta Turtle-san untuk membawa kita ke pulau smokey nodesu."

Pochi menatap kura-kura itu dengan mata penuh harapan saat dia menyatakan itu.

Setelah menatap Pochi dalam diam untuk beberapa saat, Island Turtle menoleh untuk melihat ke tempat lain sebelum perlahan mengangguk.
Seolah-olah Island Turtle sedang meminta izin dari seseorang yang tidak terlihat.

Island Turtle memutar tubuhnya.

Ia menggunakan sirip besarnya sebagai dermaga di pantai untuk membawa Pochi dan teman-temannya ke punggungnya.
Pochi dan kawan-kawan yang tersenyum naik ke atas kura-kura itu.

"Semuanya sudah naik nanodesu!"

Setelah Pochi membuat pernyataan, Island Turtle dengan susah payah berenang menuju Red Smoke Island.
Seolah-olah seseorang sedang melindungi mereka, Island Turtle dengan selamat tiba di daerah tak berpenghuni di Red Smoke Island tanpa bertemu monster atau bajak laut di sepanjang jalan.


"Unyunyunyu--"

Dengan ekspresi serius di wajahnya, Pochi memusatkan semua fokus pada tangannya.

"Oke, nanodesu!"
"Uwaah, kau berhasil mendapatkannya?"
"Seperti yang diharapkan dari nee-san."
"Aku tidak akan kalah kuma."

Begitu mereka mendarat di Red Smoke Island, Pochi dan gengnya bergembira - memainkan Bo-taoshi menggunakan tumpukan abu vulkanik sebagai pasir.
Awalnya mereka hanya ingin bermain sebentar, tapi kemudian berubah menjadi pertempuran sengit sebelum mereka menyadarinya.

"Apakah ini benar-benar baik-baik saja?"
"Astaga."

Hitona dan Rabibi memandang ke arah Pochi dan para lelaki itu dengan tatapan bingung.

"Jangan khawatir, kalian berdua."

Ninin yang sedang mengamati sekeliling dari atas batu berbicara kepada Hitona dan Rabibi.

"Maksudmu apa?"
"Sudah kubilang Pochi-san hanya berpura-pura bermain."

Ninin mengatakan itu dengan sombong.
Sepertinya Ninin terlalu mempercayai Pochi, pikir Hitona.

"Pochi-san, apakah tidak masalah jika kita bermain-main di sini?"

Mengabaikan Ninin yang tampak sombong, Hitona berbicara kepada Pochi.

"Ah! Nanodesu."

Pochi tampak kaget begitu Hitona memanggilnya.

"Pochi membuat kesalahan, nodesuyo. Dia bahkan lupa tentang itu karena dia terlalu banyak bermain pasir nodeu."

Pochi meminta maaf kepada Hitona.

"Tunggu, jadi dia tidak menunggu penjahat yang melihat pendaratan kita ..."

Ninin bergumam dengan keterkejutan di wajahnya.

--Nyu ?!

Seorang gadis catkin yang sedang bermain pasir dengan penjaganya di belakang batu menatap penjaganya dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
Gadis kucing itu kembali bermain pasir, tampak lega setelah penjaga itu menggelengkan kepala ke samping.

Di sisi lain, Pochi dan geng yang mengingat tujuan awal mereka membelakangi tempat bermain mereka tadi seperti membuang masa lalu, berangkat menuju Vice City Cybe.


"Ini Vice City Cybe?"
"Ini terlihat seperti tumpukan sampah kuma."
"Eh benarkah gau? Dikelilingi oleh tembok tinggi dan bahkan punya menara pengawas sekalipun gau?"

Usasa, Kubear, Gaugaru masing-masing memberikan kesan mereka pada Vice City Cybe yang terlihat dari balik batu.

"Tumpukan sampah mungkin terlalu berlebihan, tapi aku merasa ini tidak seperti kota lain."
"Ini seperti bangunan yang terus ditambahkan di atas satu sama lain."

Ekspansi berturut-turut mengubah Cybe menjadi skala kota seperti sekarang, tetapi awalnya adalah pemukiman kecil penambang yang datang untuk mengambil dragon scale yang dijatuhkan oleh Red Dragon yang tinggal di gunung berapi di tengah Red Smoke Island.
Tidak ada orang waras yang ingin tinggal di suatu tempat yang dapat dihancurkan Red Dragon dengan mudahnya, dan negara tetangga juga tidak berani ikut campur karena takut membuat marah Red Dragon.

"Pochi bisa mencium sesuatu yang lezat nodesu."

Pochi mengendus dan berlari sambil berkata, "Lewat sini nanodesu."
Usasa dan gengnya mengejar Pochi sambil berhati-hati dengan menara pengawas.

Pochi tiba di tempat tumpukan sampah yang dibuang keluar tembok.

"Ada apa di tempat ini kuma?"
"Pintu! Nanodesu!"

Pochi menemukan pintu tersembunyi di balik semua sampah.

"Tapi Kau tidak bisa membukanya tanpa kunci kuma."
"Supa powa Pochi ~ dapat dengan mudah menghancurkan satu pintu nodesu!"
"Tapi penjaga akan menyadarinya jika kau terlalu berisik, bukan?"
"Tunggu--"

Rabibi menghentikan Pochi yang telah mengambil palu dari magic bagnya.

Pandangan semua orang tertuju pada pintu yang terbuka dengan suara berderit.

"Oh. Itu tidak dikunci nodesu!"
"Tapi aku yakin itu terkunci sebelumnya kuma ..."

Mendorong Kubear yang sepertinya tidak bisa menerimanya, Pochi dan gengnya melangkah menuju pintu yang terbuka.

Telinga kucing bergerak-gerak di balik bayangan pintu.

--nin nin.


"Astaga, tempat ini tertutupi uap air."
"Agak menyesakkan, ini bukan asap, bukan?"

Vice City Cybe seperti namanya, sebuah kota busuk.

Pria minum di siang hari, wanita setengah telanjang berdiri di sekitar jalan menggoda pria yang tampak vulgar.
Mereka yang dengan ceroboh masuk ke gang, semua harta benda mereka dilucuti sebelum diseret ke beberapa tempat penyiksaan, ini benar-benar kota di mana kau harus selalu waspada.

"Di mana sandera-san berada nodesu?"
"A-aku juga penasaran, dimana ya?"

Pochi dan gengnya kebingungan karena ini adalah tamasya kota pertama mereka.
Mereka mungkin pandai bertarung, tetapi menjelajahi kota adalah kelemahan mereka.

‘Swish’, suara sesuatu yang menusuk ke tanah terdengar dari bawah Pochi.

"Tusuk sate Nanodesu!"
"Ada sesuatu yang diikat di atasnya!"

Ninin mengambil surat dari tusuk sate yang diambil Pochi dan memeriksanya.

Sementara itu, Pochi yang bosan dan yang lainnya, menikmati daging tusuk mereka masing-masing.
Ninin dan Hitona yang serius merasa pusing melihat teman-temannya berkeliaran di wilayah musuh tanpa beban.

"Pochi-san, kami telah menemukan di mana para sandera ditahan."

Surat itu memiliki gambar peta yang menggambarkan posisi mereka saat ini serta tempat di mana para sandera dijadikan pekerja kasar.
Tepat setelah Ninin selesai membaca, surat itu berubah menjadi kupu-kupu yang menunjukkan jalan bagi Pochi dan teman-temannya.

"Ninin, yang menulis surat itu pasti."
"Aku pikir itu tulisan tangan earl-sama."
"Aku tahu itu."

Ninin dan Hitona saling memandang dan menghela nafas bersama, "Dia benar-benar terlalu protektif."
Sepertinya sikap terlalu protektif Earl Pendragon sangat terkenal.


"Pochi menemukan orang yang diculik nodesu!"

Pochi menyatakan sambil melakukan pose shupin.

Tentu saja ada sipir, penjaga dan orang jahat yang memaksa para sandera ini melakukan kerja paksa, tetapi geng Pendora bersama dengan Pochi telah melumpuhkan mereka.

"S-siapa kalian?"
"Kami di sini untuk membantu nodeu!"
"Membantu?"

Penjelasan Pochi yang terlalu jujur menabur ketidakpercayaan yang tumbuh di antara para sandera.

"Kami datang ke sini untuk memenuhi permintaan dari orang-orang di Desa Nelayan dan Desa Pegunungan untuk menyelamatkan mereka yang telah ditangkap oleh para perompak."

Hitona melakukan yang terbaik untuk bertindak seperti orang dewasa sambil mengingat apa yang dia pelajari di sekolah Akademi Pendragon.

"Jadi mereka tidak meninggalkan kita."
"Sialan, orang-orang itu pasti berjuang keras untuk kita."

Rupanya mereka mengira para penduduk desa berkumpul untuk mengumpulkan dana dan menyewa petualang terampil.

"Di mana kapalmu berlabuh?"
"Bagaimana kau bisa sampai di sini?"
"Aku lapar."

Para sandera melontarkan pertanyaan satu demi satu.
Ketika Pochi membagikan camilannya kepada anak terakhir yang kelaparan, sandera lain mulai berkumpul. Sepertinya semua orang kelaparan.

Di sebelah mereka, Ninin dan perwakilan sandera sedang berdiskusi.

"Kau tidak punya kapal?"
"Ya, kami datang ke Red Smoke Island dengan menunggangi punggung Island Turtle."
"Island Turtle-sama? Apakah ia akan membiarkan kita menaikinya?"
"Mungkin tidak."

Island Turtle yang membawa mereka ke pulau itu telah berada jauh di dasar laut.

"Tapi kita harus punya kapal untuk kabur dari sini."

Pochi mendengar kata-kata perwakilan itu.

"Pochi akan melakukan sesuatu tentang kapal nodesuyo!"
"Bagaimana?"
"I-itu akan berhasil, entah bagaimana nodesuyo."

Tidak ada rencana.

"Apakah kau akan mencuri kapal bajak laut itu?"
"Itu dia! Nanodesu!"

Pochi dengan cepat menanggapi saran perwakilan itu.
Pancing, tangkap dan tenggelamkan.

"Kalau begitu izinkan aku memandumu ke tempat para perompak berlabuh."

Hanya Pochi dan geng yang akan mengikuti perwakilan itu, mereka akan ketahuan jika bepergian secara beramai-ramai.
Begitu mereka berhasil mengamankan kapal bajak laut, mereka akan melarikan diri dengan para sandera.

"Itu dia."

Tiang kapal layar dapat dilihat dari luar kota yang cacat sebagai akibat dari perluasan dan pembangunan kembali.

"Kapal mana yang bagus nodesu?"
"Lebih cepat lebih baik kuma!"
"Bukankah seharusnya yang kokoh?"
"Semua kapal tidak masalah jika ada nee-san Kuma."

Begitu sampai di pelabuhan yang dipimpin oleh perwakilan sandera, Pochi dan kawan-kawan mulai memilih kapal bajak laut yang cocok dari balik gudang.

"Siapa disana!"

Sebuah suara serak berteriak pada Pochi dan teman-temannya.

Sepertinya penjahat telah menemukan Pochi dan gengnya.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar