Chapter 163. Penyihir
Pada malam harinya, saat aku sedang terbaring tidur di atas kasur. Aku mendengar suara seseorang.
"Kukuku... karena kesalahan wanita dan burung itu, aku menjadi seperti ini, tapi saat tubuh yang tepat untuk roh diriku ini muncul. Maka semuanya akan mulai menjadi.... menyenangkan."
Apa? Suara ini... aku pernah mendengarnya, tapi aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
"Kemarahan dirimu yang telah membakar diriku ini terasa sangatlah lezat... Tunggu, itu salah. Kekuatan diriku dengan dirinya telah bersatu, yang mana itu membuat kekuatan diriku bertambah. Namun, itu masih kurang cukup, diriku masih menginginkannya."
Siapa ini? Suara siapa ini?
“Membunuhnya akan menjadi kewajiban diriku. Dirinya yang membunuh diriku, maka diriku akan membuat dirinya merasakan pembalasan diriku.”
Sekujur tubuhku dibanjiri oleh keringat. Aku merasakan tubuhku tidak dapat digerakkan.
"Diriku akan menunggu apa yang akan terjadi ketika sudah keluar dari sini."
Aku mendapat mimpi buruk itu semalaman. Aku merasa mengenal pemilik suara itu. Perlahan aku mulai melupakan kejadian itu karena bagian dari mimpi saja.
"Aku penasaran, berapa lama lagi telur ini akan menetas."
"Aku juga penasaran."
"Firo ingin mengerami telur itu juga."
"Sudah kukatakan tidak, jadi kau tidak boleh melakukannya."
Seperti itulah percakapan yang kami lakukan selama berdagang. Tidak terasa, kami sudah sampai di kota yang besar. Kami sudah beberapa kali kemari untuk berjualan, jadi aku mengenal beberapa warga kota disini, sama halnya dengan warga kota.
Setelah sebagian besar barang jualan kami terjual habis, aku mulai memikirkan tentang rencana berdagang selanjutnya dalam kereta sambil melihat keluar. Kemudian aku melihat sosok seseorang yang aku kenal.
"Filo, berhenti."
"Ada apa, Goushijin-sama?"
Aku meminta Filo untuk menghentikan kereta, lalu aku menutupi tubuhku dengan jubah agar telur yang berada dipunggungku ikut tersembunyikan. Kemudian aku turun dan berjalan menuju arahnya. Dia berdiri dalam gang sempit dibalik bayangan bangunan, sepertinya dia sedang memperhatikan jalanan. Raphtalia yang juga sudah menyadari siapa orang tersebut lalu dia mulai berjalan menghampiriku.
"Oh Iya, Raphtalia."
"Ada apa?"
"Sebelumnya kau pernah mempelajari mantra bersembunyi, bukan? Aku sudah melupakan itu."
"Aku sudah mempelajarinya, sekarang semua orang akan kesulitan untuk merasakan keberadaanku."
Raphtalia sudah belajar mantra sihir di kastil sebelumnya dan sudah mahir dalam mantra bersembunyi tingkat tinggi. Akhir-akhir ini juga dia sering berlatih mantra ini untuk membantu menangkap Motoyasu dan Ren, dia berkata ini merupakan rencana yang sangat efektif. Jika Motoyasu menggunakan Portal Spear maka berakhirlah sudah rencana ini, tapi jika berhadapan dengan Ren, maka kita masih bisa melakukan sesuatu terhadap Flashing Sword.
"Kalau begitu, lakukan itu."
"Aku mengerti."
Kami bersembunyi di sebuah gang. Raphtalia memfokuskan pemikirannya sambil memegang tanganku dan Filo yang sedang dalam wujud manusianya.
“Sebagai sumber kekuatan aku memerintahmu. Aku membacamu untuk menguraikan hukum alam. Selimutilah kami dengan kain ilusi.”
"All Hide Mirage."
Mantra sihir yang Raphtalia gunakan mulai menyelimuti tubuh kami.
"Sudah selesai.”
"Ah, sekarang lebih baik."
Kami mengikuti target kami sambil berpegangan tangan. Sepertinya dia juga sedang mengikuti seseorang. Atau mungkin, dia sedang menunggu kesempatan yang tepat untuk berbicara dengan orang yang diikutinya.
"Apa yang harus kulakukan... Kuharap kejadian Elena kemarin tidak terulang kembali."
Sepertinya dia tidak menyadari keberadaan kami tepat dibelakangnya, karena terlalu fokus pada pemikirannya sendiri. Apa sebenarnya yang sedang orang bodoh ini pikirkan. Sambil memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, aku mengikuti si bodoh ini dari belakang.
Tiba-tiba wajah si bodoh ini mulai berubah. Awalnya kami pikir kami telah ketahuan, tapi ternyata salah. Saat aku melihat arah tatapannya, aku juga hampir tidak bisa berkata apa-apa.
Disana terdapat Bitch dan Wanita 2.... dan mereka sedang berbicara dengan Ren. Apa yang sedang mereka bicarakan?
Aku mengabaikan si bodoh Motoyasu dan berjalan menghampiri Bitch. Aku berencana menangkapnya sekarang. Motoyasu dan Ren memiliki kemampuan untuk melarikan diri, jadi akan sulit menangkap mereka. Tapi, berbeda dengan Bitch. Sepertinya akan terjadi sesuatu yang menarik jika aku menangkapnya sekarang. Dan tidak ada pilihan selain kutangkap dia sekarang.
Aku memberikan aba-aba ke arah Raphtalia. Raphtalia menganggukkan kepalanya. Aku tidak yakin apa Filo mengerti situasinya atau tidak, tapi dia mengikuti kita diam-diam. Aku mulai mendengar suatu gelombang suara. Suara itu lumayan kencang.
"Tombak itu bukanlah wadah seorang Hero sejati. Saat pertama kali bertemu, aku sangat yakin bahwa hanya Ren-sama seorang saja yang dapat menyelamatkan dunia."
Bitch mengatakan hal yang luar biasa. Sekarang aku ingin sekali melompat dan langsung memukul wajahnya.
"Dan.... Tombak memaksa kami untuk melakukan hal yang sama seperti Perisai. Aku tidak bisa mengatakan itu sebelumnya.... dan sekarang aku sudah bebas dari itu, sekarang aku mencarimu, Ren-sama."
Dia benar-benar membuatku kesal sekarang. Sudah lama sekali sejak aku sekesal ini. Aku yakin saat kau bersama dengan Motoyasu, kau selalu bersenang-senang. Aku melihat ke arah Motoyasu.
"Gununu..."
Wow, Wajahnya sekarang sudah berubah drastis.
"Seingatku, Ratu pernah bilang bahwa kaulah biang semua masalah itu..."
Seperti dugaanku, Ren selalu berhati-hati. Yaa, setidaknya Bitch sudah mencoba untuk merayunya.
"Ren-sama tidak tahu kepribadian asli Mama. Mama dikenal sebagai si Rubah dari Melromarc. Dia membuat rencana agar bisa mendapatkan keuntungan dengan mempermalukanku. Dia melakukan itu untuk mendapatkan kepercayaan si keji, Perisai, dan Tombak juga termasuk dalam rencananya."
"Be-Benarkah..."
Bagaimana ini? Apa aku akan berteriak dan menentang pendapatnya? Jika tidak dia akan termakan rayuan mautnya. Sebelumnya aku juga pernah mempercayainya tapi, ini adalah Bitch. Kata-katanya tidak dapat dipercaya. Lebih baik Ren mempercayai seseorang yang bertentangan dengan Bitch seperti Melty, atau saat ini Motoyasu. Kemudian, Bitch memeluk Ren lalu membelai rambutnya.
"Ren-sama... kau telah kehilangan semua rekanmu, itu pasti sangat menyakitkan bukan.... Tidak apa jika kau ingin menangis sekarang. Mungkin sekarang seluruh dunia menyebutmu seorang kriminal. Tapi aku percaya padamu, Ren-sama. Karena Ren-sama bertarung untuk menyelamatkan seluruh dunia."
Dia sangat hebat dalam mempermainkan kelemahan seseorang. Raphtalia melihat Bitch dengan ekspresi tidak percaya. Perkataannya sama dengan yang pernah dia katakan kepadaku. Atau harus kubilang dia benar-benar meniru perkataan Raphtalia sebelumnya?
Benar, sebentar lagi.... Hanya tinggal sebentar lagi aku akan segera memegang pundak Bitch.
"Tunggu!"
Motoyasu tiba-tiba ikut campur. Dari tatapannya, seakan dia melihat sesuatu yang sangat hina. Apakah ini yang disebut NTR. Tidak, tidak...
"Eh, ternyata Tombak hadir disini."
Bitch mengibaskan rambutnya ke belakang dengan wajah menjengkelkannya sambil menatap Motoyasu dengan tatapan jijik. Entah kenapa, ini membangkitkan traumaku dan aku merasa marah sekarang, Bitch, kau tidak akan bisa tertawa lagi sekarang.
“Apa yang kau lakukan?”
"Itu seharusnya perkataanku! Apa yang sedang kau lakukan?! Sekarang kau mendekati Ren, padahal aku sudah mencarimu ke mana-mana!"
"Ahaha, menyerang secara sembrono, aku tidaklah bodoh. Ren-sama, tolong dengarkanlah ini."
Bitch menempelkan badannya ke Ren dan menyatakan sesuatu sambil menangis palsu.
"Saat kami terpojok, Tombak menyuruh kami untuk mengalihkan perhatian musuh, lalu berkata dia akan segera mengalahkan musuhnya, tapi sebenarnya dia hanya menggunakan kami sebagai perisainya saja. Kami kabur karena kami ketakutan. Tapi setelah kami melakukannya dia langsung mengejar kami dan berkata jika dia tidak akan memaafkan siapapun yang melarikan diri dari pertarungan."
"Bohong!"
Kepalaku mulai sakit. Bitch selalu menggunakan pola yang sama.... Aku harus cepat dan menangkap Bitch.
Jika dilihat-lihat, aku baru menyadari kalau ekspresi Motoyasu sama dengan ekspresiku dulu. Jelas sekali, itu sama sepertiku! Bitch.... Bajingan kau, melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Kau sudah meracuni 3 Hero... Tingkah laku Bitch lebih hina dari seorang pelacur. Mulai sekarang aku akan memanggilmu Witch. Dengan kata lain dia itu seorang penyihir.
Aku akan membunuhnya sekarang dengan beralasan bahwa dia memberontak saat ditangkap. Iya, akan kulakukan. Aku tidak dapat memikirkan alternatif lain.
"Jadi kau adalah pria seperti itu? Kau bahkan lebih busuk dibanding Naofumi. Kau sudah melampaui batas dengan mengkhianati kepercayaan orang lain."
"Ren, yang Bitch katakan itu bohong! Tolong percayailah aku."
"Tidak mungkin aku akan mempercayaimu!"
"Benar! Dia memaksa kami untuk selalu berhubungan setiap malam... jika tidak dilakukan dia mengancamku, dengan mengatakan akan membunuh papa!”
"Jangan berbohong! Aku itu.... benar-benar mengkhawatirkanmu!"
Sebenarnya aku senang sekali melihat Motoyasu kemalangan, tapi aku sudah tidak tahan lagi. Dengan penuh rasa membunuh ditangan, aku menarik pudak Witch.
"Eh?"
Raphtalia menjentikkan jarinya dan menghilangkan mantra sihirnya.
"Beraninya kau terus mengatakan perkataan penuh kebohongan, Witch."
"Perisai!"
Witch menaikkan alisnya. Dia terlihat seperti baru saja bertemu dengan seseorang yang sangat dibencinya. Aku juga merasakan hal yang sama.
"Maaf, tapi aku akan membawamu kembali ke Istana. Aku akan menangkapmu, Hidup atau Mati."
Proofreader: Bajatsu
0 komentar:
Posting Komentar