Chapter SS-8. Kisah Hero Hayato (5)
Setelah bertemu dengan putri duke yang tidak tahu malu di Kota Selbira Dungeon Shiga Kingdom, kami menyeberangi Gurun Besar dan pergi mengunjungi persatuan negara barat di benua itu.
Kunjungan pertama adalah ke Tanah Suci dewi kecil yang bernama, Parion.
Kami disini untuk menyelidiki reruntuhan dungon [Demon God Gaol] - juga dikenal sebagai [Gua Demon] tempat demon lord pernah muncul sekali.
Master Burume dan Maryest tidak bersama kami. Mereka memiliki masalah rumit untuk dibicarakan dengan paus dan orang-orang penting lainnya, jadi mereka tetap tinggal di katedral Holy City Parion.
"Sebuah pintu masuk di tengah gurun..."
"Akan buruk jika demon lord bersembunyi di sini."
Rokos yang mendengar gumamanku memberikan pendapatnya. Tepat sekali.
"Jangan khawatir. Maksudku demon lord hanya akan muncul di [Dungeon Aktif] bukan di reruntuhan."
"Tolong jangan lengah, tapi Seina ada benarnya. Demon lord berhenti muncul di Tanah Suci Parion sejak dungon di sini berubah menjadi reruntuhan."
Selain Seina, jika Loreiya berkata demikian, maka itu pasti benar.
"Hayato, ayo kembali."
Kata Subac sambil melihat sekeliling.
"Pangkal ekorku terasa gatal. Sesuatu yang buruk akan terjadi jika aku merasa gatal seperti ini."
"Mengesampingkan takhayul bodoh itu, aku tidak akan menentang pendapatmu. Namun jika kita tidak segera bergerak, kita akan terkubur pasir jika kita tetap berada disini."
"Aku juga setuju ~! Rambut dan telingaku mulai berpasir."
Rokos si pengintai, dan Seina juga ingin kembali.
Aku pribadi ingin menjelajahi Gua Demon ini sedikit tetapi sepertinya tidak ada yang ikut.
Longearkin Shiaryi terus memandangi pegunungan berbatu di sekitarnya, dan hornkin Zayan dan kesatria Jerid berpaling seolah itu bukan urusan mereka.
Tidak, mereka mengawasi sekeliling.
Kalau dipikir-pikir, Maryest mengatakan sesuatu tentang penyebaran kelompok penyembah demon lord, [Wings of Liberty] di Tanah Suci Parion.
"Mengerti. Ayo kemba--"
Aku merasakan suatu kehadiran jahat saat aku berbicara.
Jimat dari dewa Parion bereaksi.
Ini adalah--.
"- demon!"
Belajar dari pengalaman terakhir kami, aku dengan cepat mengaktifkan [Invincible Shield] di sekitar kami dan mengamati area tersebut dengan cermat.
『Kyokkyokkyo. Intuisi yang bagus hyero. 』
Aku buru-buru melompat dari bayangan kuning yang menyebar di bawahku.
Greater demon berwarna kuning muncul.
Aku segera menggunakan skill analisis untuk membaca informasi demon.
"Mid-class demon! Level 55! Hati-hati dengan cakar beracun dan magic icenya!"
Loreiya memberikan support magic saat aku mengumpulkan info.
Ini akan sedikit sulit tanpa Maryest dan master, tapi kita akan berhasil menaklukkannya tanpa kehilangan siapa pun.
--Karena aku seorang hero!
"Aku akan menghentikan serangannya!"
Unique Skillku tidak bisa dihentikan.
Aku juga menggunakan [Unlimited Regeneration] untuk berjaga-jaga.
"Ayo! Demon!"
Aku berteriak dengan suara bernada [Provokasi].
Itu tidak bekerja terlalu baik melawan makhluk cerdas, tetapi demon itu tetap mengejarku.
"--Buster Hacker!"
Cahaya merah datang dari samping sebelum serangan Subac mengenainya.
"Sial, itu tidak berhasil ?!"
Skill kapak terkuat dihentikan oleh penghalang yang muncul di depan tangan mid-class demon.
Demon itu mengirim Subac terbang dengan mengayunkan ekornya, dan melompat ke arahku sambil memamerkan cakarnya yang beracun.
Aku memblokirnya dengan perisai suciku.
"Jangan panik teman-teman! Mari kita kurangi nyawanya perlahan tapi pasti!"
Semua orang mencoba menyerang seperti yang aku perintahkan, tapi mereka semua terhalang oleh penghalang yang menghentikan serangan Subac.
"Jerid!"
"Aku siap! --Blast Armor"
Serangan pamungkas pemecah armor Jerid menghantam penghalang mid-class demon.
--Pukulan itu tidak merusaknya?
"Benar-benar iblis!"
Jika ini adalah kelas menengah, seberapa mengerikannya greater demon.
"Jika sekali tidak berpengaruh, aku akan terus melakukannya sampai berhasil!"
Jerid menembakkan Blast Armor kedua dan ketiga.
Subac dan aku menghentikan mid-class demon yang mencoba melenyapkan Jerid.
Dan akhirnya--
"Itu hancur!"
"Bagus, Jerid!"
Saat aku memuji Jerid, aku menghantam perisai itu untuk membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Evil Slasher."
Tebasan hebat Zayan meledakkan demon yang tidak bergerak itu.
Tubuh demon tampak cukup kokoh bahkan tanpa penghalang, tebasan itu gagal memotongnya menjadi 2, hanya meninggalkan percikan merah tersebar di mana-mana.
Knight Jerid mendekat dari sisi berlawanan dari Zayan.
"Bidik celah di armornya!"
Serangan pamungkas pedang satu tangan Jerid, [Evil Piercer], membuat celah di armor.
『Lalat yang mengganggu berdengung di mana-mana!』
Demon itu berputar seperti gasing, menghempaskan Jerid dan Zayan.
"Sniping Swallow Eye."
Panah merah Shiaryi menembus mata demon itu.
"--Buster Hacker!"
Subac menyerang secara frontal setelah demon kehilangan penglihatannya.
Magic penyembuhan Loreiya pasti telah menyembuhkannya.
Pengintai Rokos dan Seina juga mengeluarkan daggernya.
Bahkan dengan semua orang bekerja keras, itu tidak cukup untuk membunuhnya.
Aku juga mengabaikan pertahananku dan mengaktifkan Unique skill [Strongest Pike] untuk bergabung dalam serangan jarak dekat.
Seperti yang diharapkan dari Unique Skill, otoritas dewa.
Bahkan serangan normal sama kuatnya dengan serangan pamungkas mereka.
Mid-class demon kehilangan HPnya dengan sangat cepat.
"Ini akhirnya! --Shining Strike Rush."
Aku mencoba menggunakan serangan pamungkas yang aku pelajari dari master Burume untuk pertama kalinya dalam pertarungan sungguhan di akhir serangan yang lain.
Cahaya biru yang menyilaukan menembus demon itu sebelum menyebar menjadi kabut hitam.
Clang, clang, batu magic hitam pekat dijatuhkan oleh demon itu.
"Apakah kita berhasil mengalahkannya?"
"Ya, ini kemenangan kita!"
Meskipun aku ragu dengan antiklimaks ini, kami benar-benar mengalahkannya.
Aku merayakan kemenangan kita bersama.
"Tetap saja, aku tidak percaya level 55 akan sesulit ini."
Demon memiliki kekuatan yang tak terukur di luar level mereka.
"Tapi kita meraih kemenangan tanpa kehilangan siapa pun. Kita mungkin bahkan bisa mengalahkan demon lord!"
Karena kesenangan atas kemenangan ini, ksatria Jerid mengucapkan kata-kata yang tidak seperti dirinya.
Dia pasti sangat senang bisa menang melawan sesuatu yang kuat.
『Itu death flag dyesu!』
Bayangan kuning muncul bersamaan dengan suara yang terdengar menakutkan.
◇
--Ada apa dengan monster ini.
"Jerid!"
Sesaat setelah bajingan kuning itu muncul, dia menghantam ksatria Jerid dengan lengannya.
-- Ada apa dengan monster ini.
"Subac! Zayan!"
Subac dan Zayan yang bergegas ke depan untuk menyelamatkan Jerid terbelah oleh magic yang dilepaskan oleh tubuh demon kuning tanpa jeda waktu.
Sisa-sisa darah dari keduanya jatuh ke tanah.
Mereka itu tidak mungkin dikalahkan semudah ini.
Apakah aku sedang melihat fatamorgana?
-- Ada apa dengan monster ini.
Aku juga pasti akan berakhir seperti mereka jika Unique Skill yang aku gunakan sebelumnya tidak aktif.
Aku mencoba menarik perhatian demon tubuh kuning itu sehingga Loreiya bisa menyembuhkan Subac dan Zayan, tapi meskipun pedang suci ku dengan Strongest Pike bisa menghentikan demon itu, aku tidak bisa menembus penghalangnya.
Skill analisis memberiku apa yang ingin kuketahui tentang demon bertubuh kuning.
Greater Demon level 72. Lawan menakutkan yang menyandang gelar [Hero Killer].
"Hayato, ini buruk. Larilah bersama Loreiya sekarang. Aku akan mengulur waktu."
Rokos yang berlari ke arahku berteriak.
『Ya ampun, di mana semua pembicaraan omong kosongmu dyesu, manusia?』
Demon kuning menghentikan serangan kami dengan tangannya, dan menyeringai jahat.
Setiap kali greater demon setinggi 5 meter ini menyerang, tanah terbelah, armor terkoyak.
Selain itu, melihat skill makhluk ini, dia itu seharusnya berspesialisasi dalam magic.
Penghalang yang sangat kuat itu pasti salah satunya.
"Hayato-sama, kita harus mundur. Musuh kita adalah--"
"Ya aku tahu."
Tekanan dan kehadirannya benar-benar melampaui mid-class demon sebelumnya, membuat kami kewalahan.
Tidak diragukan lagi bahwa tidak ada harapan untuk menang.
Meski begitu, aku akan mengulur cukup waktu bagi mereka untuk melarikan diri.
Memperkuat tekadku, aku berfokus pada kekuatan dewa yang tinggal di dalam diriku.
--Invincible Shield (Tidak ada yang bisa menembus).
--Strongest Pike (Tidak ada yang tidak bisa ditusuk).
- Unlimited Regeneration (Regenerasi Tanpa Akhir).
Aku menggunakan semua Unique Skillku.
Kekuatan luar biasa jauh di atas sebelumnya membungkusku.
Kekuatan itu mengusir rasa takutku, menumbuhkan kepercayaan diriku kembali.
"Dengan ini aku--"
--Masih tidak bisa menang, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja.
Atau begitulah yang ingin aku katakan, tetapi aku kehilangan kesadaranku di tengah jalan.
『Kau seharusnya menjadi pembawa otoritas dewa, sungguh mengecewakan dyesu.』
Aku mengangkat wajahku saat aku memuntahkan air liur yang terasa seperti besi.
Aku sepertinya mengalami gegar otak, penglihatanku kabur, aku tidak bisa berpikir jernih.
Aku bisa mengingat sampai pukulan menghantam perisaiku.
"--Apa-apaan ini."
Pemandangan penuh dengan mayat terlihat dihadapanku.
『Kurasa ini akan berakhir sangat cepat jika kau tidak meningkatkan kekuatan dirimu dengan magic dan potion dyesu.』
Rokos yang anggota tubuhnya terkoyak, Seina yang seperti boneka tidak bergerak dengan kaki yang hilang, Loreiya yang anggota tubuhnya masih utuh tetapi tergeletak dengan banyak genangan darah, hanya Shiaryi yang masih bergerak.
Bahkan Shiaryi telah kehilangan busur dan tangan kanannya, hanya membuat pengalihan dengan vermilion magic sword.
『Kau bahkan tidak bisa menerobos penghalangku, sayang sekali jadi sedih dyesu.』
Tidak, Seina dan Loreiya masih bertahan.
Aku yakin mereka dapat diselamatkan dengan magic potion di Inventoryku.
"Hayato! Aku sudah menghubungi sang putri. Hero summoning yang berada di dalam jimat akan segera aktif. Hiduplah!"
"Shiaryi! Apa yang kau--"
Lingkaran magic muncul di sekitarku.
Shiaryi ditendang oleh demon kuning di depanku.
Tubuhku melayang, sensasi magic teleportasi yang pernah aku alami sebelumnya membungkusku.
--Melarikan diri?
Aku sendirian? Meninggalkan mereka?
"... Tidak mungkin aku bisa melakukan itu!"
Aku menyingkirkan magic teleportasi dengan keinginan kuatku.
Jika aku melarikan diri sendiri, aku tidak bisa menyelamatkan Shiaryi, Loreiya atau Seina yang tidak tahu malu itu.
『Ya ampun, untuk berpikir bahwa kau membatalkannya, heromu tampaknya adalah orang paling bodoh dalam sejarah dyesu.』
Demon kuning itu mencibirku.
"Panggil aku bodoh semaumu. Karena--"
--Hayato-chan, kau ingin jadi seperti apa jika sudah dewasa?
Kenangan masa kecilku berkecamuk di kepalaku seperti lentera yang berputar.
--Aku? Aku ingin menjadi orang dewasa yang menyelamatkan banyak orang!
"Karena aku adalah hero. Hero Hayato Masaki!"
Aku menggunakan Unique Skillku sekali lagi.
Dewi kecil menyuruhku untuk tidak menggunakannya secara berlebihan, tapi siapa yang peduli dengan apa yang akan terjadi sekarang. Aku menempatkan tiga lapisan [Invincible Shield].
Tapi itu tidak cukup.
Itu masih belum cukup.
Ini tidak dapat membalikkan perbedaan 12 level.
--Jimat kuil ini memiliki kemampuan hebat, hanya gunakan jika diperlukan
Aku mengalami flashback lagi.
--Itu akan membantumu, meski hanya sekali.
Aku mengambil jimat itu dari Inventoryku.
Bagaimana cara aku menggunakannya?
Entahlah.
Aku hanya akan berteriak sekeras-kerasnya!
『Talisman! Beri aku kekuatan untuk mengatasi ini! 』
Aku berteriak keras-keras dalam bahasa Jepang.
Jimat di tanganku langsung terbakar, pedang suci dan armor suci berwarna pelangi membalut tubuhku.
『Cahaya apa itu dieeesyuuuuu ?!』
Demon kuning itu terdengar kebingungan untuk pertama kalinya.
--MAaATIIIIII.
Demon kuning itu meraung, beberapa api putih yang memancarkan panas luar biasa terwujud di sekitarnya.
『Terima ini << White Inferno >> dyesu!』
Itu buruk.
Aku telah bergegas menuju demon kuning dengan Flickering Step, serangannya akan mengenaiku secara langsung jika ini terus berlanjut.
Aku tidak bisa mengelak sekarang.
Sebagai ganti nyawaku, aku pasti akan menyeret demon ini bersamaku!
Udara terasa berat.
Ini seperti aku berlari di bawah air.
Setiap detik terasa sangat lama.
Aku bisa melihat api putih yang semakin medekatiku.
Aku mengelak dengan sedikit menggerakkan tubuhku, tapi akhirnya aku kehabisan tempat untuk menghindar.
Aku hanya akan menangkisnya dengan mengorbankan perisai suci - perisai terpercayaku tidak ada di sini. Itu pasti terlempar entah ke mana saat aku terhempas sebelumnya.
Kalau begitu aku akan mengorbankan lenganku--.
Dengan tekad itu, aku memukul api putih dengan lenganku.
Cahaya pelangi meledak di sepanjang permukaan lenganku, menghapus api putih.
Pemandangan yang sama sekali tidak terduga menciptakan kekosongan di benakku sebelum aku menyadarinya.
Semakin banyak api putih menghantamku, tetapi semuanya menghilang.
Terlebih lagi, pedang suciku yang diselimuti cahaya pelangi dengan mudah menembus penghalang yang hampir tidak bisa ditembus milik demon kuning itu, seperti terbuat dari kertas.
Seolah-olah itu adalah [Pierce All] dragon fang yang muncul dalam legenda.
Demon kuning kehilangan banyak HP-nya.
Aku bisa memenangkan pertarungan ini!
TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan
0 komentar:
Posting Komentar