Rabu, 02 September 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 157. Pembelian

Chapter 157. Pembelian


“Selanjutnya di sebelah sini.”

Hmm, ketika aku melihat kandang budak selanjutnya, didalamnya terdapat budak Demi-Human dengan tampang sehat.
Tapi dia itu anak kecil.... seorang perempuan.
Lalu, dengan senyum penuh kebohongan dia melambaikan tangannya.

“Huh.... Tidak diterima.”
“Ehh--!?”

Pastinya dia protes.
Dia terlalu bersih, itu tidak masalah untukku.
Kebanyakan budak yang aku lihat, mereka memiliki tatapan kosong dan sudah menyerah untuk hidup.

Si Kiel juga, jika Raphtalia tidak berada disebelahnya dia akan ketakutan.
Pastinya tidak akan pernah dibeli, apalagi orang yang bermimpi menjadi petualang itu bukan seorang budak.

Lalu, setiap budak yang ditunjukkan padaku, mereka semua langsung protes ketika aku menolak mereka.
Dan ini terus berlanjut.

Aku mulai mengerti tujuan mereka.
Aku melihat Pedagang Budak dengan satu mata. Mereka berdua melihatku dengan penuh keringat dingin.

“Yo.”
“Ini sangat disayangkan, kami tidak bisa memenuhi keinginan Hero Perisai-sama. Ya.”
“Hah... Apa boleh buat. Aku sangat tidak ingin menggunakan cara ini.”

Aku mendekati budak seks sebelumnya? Lalu aku mendekati pagar kandangnya.

“Heh, apa maksudmu ini? Ini adalah perintah dari Hero Perisai. Jika kau menentang maka negaramu akan aku hancurkan.”

Aku mengatakan itu dengan nada seorang Yakuza.
Aku sudah jarang melakukan ini. Ini merupakan caraku berbisnis dengan pedagang.

“Hiii.... pa-papa bilang... Jadilah pengantin Hero Perisai-sama, dan karena Hero-sama lebih suka dengan budak, jadi mereka menyuruhku bersama dengan pedagang baik ini, lalu....”

Dengan penuh ketakutan, budak itu menjawab.
Tapi dia itu masih anak kecil, mau bagaimana lagi.

“.... Apa kau merasa nyaman dengan itu?”
“Eh?”
“Walaupun untuk kepentingan keluarga, apa kau mau menjadi pengantin dari orang yang belum kau kenal?”

Dari tampangnya, dia terlihat lebih muda dari Raphtalia kecil.
Rasanya sangat tidak nyaman melihat orang yang menggunakan anak sekecil ini untuk meningkatkan drajat mereka.

“Ya sudah, pulang dan katakan bahwa rencana mereka ketahuan. Kalau mereka tidak puas dengan jawaban itu, maka bilang saja bahwa Hero Perisai-sama hanya memberikan bantuan pada Demi-Human yang benar-benar membutuhkan bantuan.”

Sepertinya beberapa budak ini dikirimkan hanya untuk kepentingan mereka saja.
Pedagang Budak dibanjiri oleh keringat dingin.

“Kau mengerti? Jadi aku menolak semua tawaranmu.”

Ini seperti perjodohan dari Silvelt saja.
Mereka ini hanya diberi label budak, mereka itu sebenarnya anak bangsawan yang dikirim kesini untuk menjadi budakku, karena mereka ingin menjalin hubungan denganku saja.

“Seingatku, nama Hero Perisai memiliki pengaruh kuat. Mau aku tuliskan suratnya secara  langsung? Jika kau terus melakukan ini, maka akan aku tuliskan surat itu agar bisnis budakmu sangat tidak memuaskan.”
“Aku mengerti. Ya. Aku juga yakin mereka pasti akan mundur karena pemikiran Hero Perisai-sama. Ya.”
“Seperti yang diharapkan dari Hero Perisai-sama. Tuan pasti bisa melihat wujud sebenarnya dari budak palsu itu. Hatiku ini sangat berdebar.”
“Jadi kau mengetahuinya!”

Sudah jelas dia mengatakan mereka itu budak palsu.
Coba kau tingkatkan cara penyamaran mereka.

“Menyedihkan....”

Raphtalia juga merasa terkejut.

“Naofumi-sama itu bukan orang yang mudah terayu oleh siapapun.... jika dia tergoda semudah itu, aku tidak akan mengalami banyak kesulitan.”

Hmm? Apa yang dia katakan?

“Apa masih ada yang lain? Aku akan marah jika kembali tanpa membawa apapun.”
“Masih ada. Lagi pula, itu adalah menu utama kami.”
“.... Jangan pikir, kau bisa menipu lagi.”

Ya ampun, itulah mengapa aku tidak mau terlalu terlibat dengan orang ini.

“Lalu budak seperti apa yang diinginkan Hero Perisai-sama?”
“Sekarang aku ingin mencari budak yang terampil. Dan... carikan aku budak yang berasal dari desa Raphtalia.”

Sebenarnya, sudah banyak orang terampil di desa, tapi aku membutuhkan lebih banyak orang.
Karena kehadiran penjahit dan apoteker didesaku, aku ingin mereka bisa belajar disana.
Tapi, karena ada Imiya, aku ingin orang yang serupa dengannya.

“Aku mengerti, ayo lewat sini.”
“Jangan mencoba menipuku lagi.”
“Iya, aku tahu itu.”
“Jadi kau Raphtalia-sama? Itu berarti desa yang Hero-sama atur, merupakan desa yang terkena serangan gelombang pertama?”
“Iya. Mungkin ini agak menyulitkan, apa ada budak yang berasal dari sana?”
“Kalau itu aku sudah mendengarnya, dan sudah kami siapkan. Mohon tunggu sebentar.”

Pedagang Budak menuntung kami.... lalu ada beberapa ras yang pernah aku lihat.

“Jadi disini juga ada ras Lumo.”
“Masih ada ras lain juga.”

Jadi yang disini adalah budak terampil.... ada juga Demi-Human yang mirip dengan gurita.

“Ini adalah ras Rugita. Mereka merupakan ras air Beastman.”
“Mereka mirip monster.”
“Itu sangat menyayat ya. Kami juga sudah menyiapkan Ras Kafe.”

Yang ini terlihat seperti lumba-lumba.... Meskipun seperti lumba-lumba bipedal.
Ternyata ada banyak jenisnya.
Seperti yang diharapkan dari negara yang suka berperang, banyak jenis budak yang telah mereka kumpulkan.

“Desaku itu dekat dengan lautan, jadi bukan masalah.”
“Kalau begitu biar aku persiapkan ya. Kau lebih suka dengan yang anak-anak, kan?”
“Aku tidak keberatan dengan itu, selama mereka bisa bekerja itu bukan masalah.”

Oh benar juga.

“Disini ada banyak Ras Lumo. Tolong kumpulkan mereka.”
“Dimengerti.”

Aku mendekati kerumunan Lumo.

“Apa ada yang kenal dengan seorang anak bernama Imiya?”

Akan lebih baik untuk mereka yang mengenal orang desaku, agar mereka bisa bekerja sama dengan baik.
Oleh karena itu, aku mencoba mencari orang yang kenal dengan Imiya.

“Itu nama pasaran. Kalau hanya dengan satu kata itu saja, kami tidak mengenalinya.”

Hmm... aku rasa itu nama yang sering digunakan oleh ras ini. Kalau itu bukan nama keluarganya maka akan menyulitkan.
Nama lengkap dia itu siapa ya?
Lyu... aku tidak bisa mengingatnya.
Sebaiknya aku menyerah. Padahal, itu ide yang cukup bagus.....

“Namanya Imiya Leuthurn Reelthela Teleti Kuwariz-chan. Naofumi-sama.”

Hah, Raphtalia menyebutkan nama Imiya dengan lancar.
Sekuat apa ingatannya?
Raphtalia merupakan orang berkualitas tinggi.
Baru-baru ini, dia mulai mengadopsi sikap seperti prajurit karena didikan Ksatria Wanita.

“Apa itu Kuwariz Imiya?”
“Apa kau kenal dia?”
“Selain aku, masih ada orang yang sedesa dengannya.”
“Baiklah, aku ambil mereka.”
“Aku mengerti. Ya.”
“Hei kau, siapa dirimu?”
“Kau tidak bisa menebaknya? Aku itu hanya pengguna budak.”

Aku tidak mau membuat keributan disini.
Karena itu merepotkan, jadi aku tidak perlu mengatakannya.

“Kau berbohong lagi....”
“Apa Imiya baik-baik saja?”
“Iya, dia baik-baik saja. Dia bekerja keras di desa kami.”

Tentu saja iya, karena dia itu penurut.
Masalahnya aku tidak tahu apabila ditanya dia melakukan pekerjaan apa.

“Begitu ya, aku sudah tidak sabar bertemu dengannya.”

Nama yang panjang itu sangat membantu disini. Aku harus lebih memperhatikan hal kecil itu.

Setelah itu, Raphtalia membawa 3 orang yang sedesa dengannya dari dalam sana.
Salah satunya adalah Beastmen yang seperti paus pembunuh.

Namanya adalah Sadina.
Aku yakin itu adalah nama yang pernah Raphtalia sebut ketika kita membeli Kiel.

Aku sulit membaca pemikirannya.... dari berbagai arah dia itu besar.
Dia bukan gemuk, melainkan sedikit besar. Untuk rasnya itu termasuk ukuran rata-rata.
Entah bagaimana, aku bisa membayangkan bahwa dia akan sangat mencolok di desa.

“Sadina-neesan itu seorang nelayan.”
“Senang bertemu denganmu, aku terkejut ketika melihat Raphtalia-chan sudah menjadi sebesar ini.”
“Aku sudah mendengar tentangmu.... tapi, kenapa kau bisa menjadi budak?”
“Ehm.... kalau aku sendirian saja maka aku mungkin bisa melarikan diri dari pemburu budak itu ke laut.... tapi, karena aku mencoba melindungi anak-anak desa dari pemburu itu, aku jadi ikut tertangkap.”

Jadi dia hampir sama kuatnya dengan Filo. Tapi sedikit lamban.
Lalu, apa dia bisa disebut manusia?
Karena Beastman itu memiliki perbedaan yang cukup besar dibandingkan dengan Demi-Human.

“Apa kau orang yang berasal dari daerah lain?”
Hampir semua penduduk desaku itu Demi-Human. Jarang ada Beastman disana.
Dan kebanyakan mereka hanyalah Demi-Human seperti anjing dan kucing saja.
Kalau diingat-ingat, aku belum pernah melihat ras yang seperti Raphtalia. Demi-Human Tanuki.

“Seperti kedua orang tua Raphtalia-chan, aku juga seorang pendatang baru disana.”
“Oh, jadi begitu.”

Jadi ini desa damai yang dipenuhi oleh pendatang baru.
Kepala desa sebelumku juga seorang yang bijaksana.
Dan karena kepergian orang sehebat itu, desa ini mengalami kehancuran.

“Ya sudah.... aku rasa ini sudah cukup...”

Dompetku mulai kering. Dengan keadaan ini, akan sulit untuk membeli budak lagi.

“Terima kasih banyak.”

Raphtalia membungkuk dan mengatakan itu padaku.

“Jangan khawatir. Ini merupakan hadiah yang paling cocok untuk hasil kerja kerasmu.”
“Aku sangat berterima kasih....”

Sambil menahan air matanya, Raphtalia memegang tanganku.
Ya, yang bisa aku lakukan untuk Raphtalia hanya ini saja.

“Baiklah, ayo kita pulang.”
“Tunggu dulu sebentar.”

Pedagang Budak negara ini memberhentikanku.

“Ada apa? Apa masih ada yang lainnya?”
“Sebelum Tuan melanjutkan perjalanan jauh itu, masih ada budak yang ingin aku tawarkan pada Tuan.”
“Aku sudah muak dengan budak dari negara itu. Aku tahu itu pekerjaanmu. Tapi tinggalkan saja itu.”
“Tidak, bukan itu.... Ini merupakan menu utama dari semua ini.”
“Kau tahu kondisi keuanganku, bukan?”
“Ini adalah budak anak kecil yang luar biasa, namun dia seperti obat, aku rasa Tuan bisa menggunakan budak itu dengan baik, jadi akan aku tawarkan dalam harga murah.”

Murah...
Jika kau salah menggunakannya maka itu akan menjadi racun, tapi apabila bisa menggunakannya dengan baik maka itu akan menjadi obat mujarab.
Ya, melihatnya saja bukan masalah.
Kurasa aku hanya akan menyalin perisai yang dibuat Pak Tua daripada membelinya jika ini terus berlanjut.

“Baiklah.”

Aku mengikuti Pedagang Budak, semakin lama aku mengikutinya, semakin dekat dengan jenis budak baru.


Note:
Hoho, jadi kalau di WN si Sadena (Sadina) gak jadi petarung tapi budak ya~




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar