Kamis, 08 Agustus 2019

Sono Mono Nochi Ni Light Novel Bahasa Indonesia Volume 1 Chapter 1 Part 2: Kehidupan di Gunung Itu Sulit

Volume 1
Chapter 1 Part 2: Kehidupan di Gunung Itu Sulit


Perutku keroncongan meminta untuk di isi. Aku masih bisa merasakan lapar karena aku masih hidup. Tentu saja aku masih menyadari hal-hal seperti itu. Aku masih bisa menerima hal itu. Aku memakan kacang yang kudapatkan beberapa saat yang lalu untuk menekan sebagian rasa laparku. Apa yang aku pikirkan saat memakan kacang itu adalah aku tidak ingin mati. Kupikir aku sudah mulai merasakan keinginan untuk bertahan hidup.

Tentu saja ada makanan ringan di hutan, misalnya, buah beri dan kacang. Tapi itu tidak membuatku kenyang dan selalu lapar. Apa yang harus kulakukan? Setelah beberapa hari berlalu, jawabannya muncul tepat di depanku. Aku makan sisa-sisa monster yang ada di hutan. Pada awalnya, aku mencoba untuk berburu monster di hutan dengan senjata yang kubuat. Aku akan segera menjadi target berikutnya jika seranganku meleset. Terutama, monster ikan dan kucing itu, yang sama-sama bermaksud membunuhku. Satu-satunya cara agar aku mendapatkan makanan adalah memakan mayat yang ditinggalkan monster lain yang ada di hutan. Meskipun itu tidak enak, jujur saja, pada awalnya aku ragu-ragu, tapi aku tetap memakannya dengan mulutku, tidak peduli apakah itu bau atau tidak. Tapi itu tidak seburuk yang kupikirkan. Tulangnya lezat. Aku merasa bisa memakannya terus menerus.

Perutku bengkak sedikit dan aku merasa agak pusing. Aku tidak khawatir tentang baunya. Lidahku terasa mati rasa setelah beberapa saat dan aku tidak bisa bicara. Kemudian mati rasa di lidahku tiba-tiba menyebar ke seluruh tubuhku. Jari-jariku juga menjadi mati rasa. Aku kembali ke gua dengan tergesa-gesa, tetapi pada saat aku mencapainya, rasa kebas menyebar ke seluruh tubuhku, dan aku tidak bisa berdiri lagi. Aku mulai merasakan sakit, meskipun tubuhku serasa mati rasa. Aku berhasil masuk ke gua untuk berbaring dan menatap langit. Aku bisa melihat langit secara langsung setelah memasuki gua karena itu berada di atasku.
<TLN : bentar jdi atap gua lu bolong gitu ?>

Saat aku melihat ke langit, ada sebuah bola yang memancarkan cahaya terang, terbang ke arahku. Aku tidak bisa bergerak. Oh, sudah berakhir. Aku menutup mataku dengan erat. Tapi tidak ada yang terjadi, jadi aku membuka mataku secara perlahan, hanya untuk memeriksa. Tidak ada penampakan bola itu di mana pun. Apa itu tadi?

Sambil memikirkan hal itu, aku pergi tidur. Pada hari itu, aku bermimpi bahwa aku terlahir kembali untuk ke dua kalinya dan memulainya dari awal. Keesokan harinya, tubuhku anehnya serasa lebih baik. Aku merasa ada kekuatan yang masuk kedalam tubuhku. Tetapi tetap saja aku masih memiliki masalah dengan makanan. Tidak segalanya berubah. Aku tidak tahu sudah berapa hari telah berlalu, tetapi sejak saat itu aku memakan rumput yang tumbuh di berbagai tempat. Itu membantuku menekan rasa lapar harianku.

Setiap hari, jika aku makan sedikit saja daging monster. Tubuhku akan terasa aneh, tetapi akan kembali normal keesokan harinya. Aku tidak tahu apakah tubuhku sedang beradaptasi atau semacamnya, tapi yang jelas untuk sekarang aku baik-baik saja.

Bisakah aku kembali ke kehidupan masyarakat normal? Baru-baru ini, aku mulai menggila. Aku belum pernah berbicara dengan manusia mana pun untuk beberapa saat ini. Aku khawatir jika aku bertemu seseorang, aku tidak akan dapat berbicara dengan benar. Aku ingin melatih keterampilan berbicaraku. Waktu berlalu dengan cepat. Aku menyadari bahwa ketika aku menghabiskan hari-hari ku tinggal di hutan. Tubuhku menjadi sangat kurus. Tampaknya otot-ototku berkurang dan begitu juga kekuatan fisikku. Kupikir aku akan memastikan ada di peringkat apa aku pada kartu petualanganku. Aku hanya perlu melukai ujung jariku dengan batu dan mengoleskan darahku ke kartu. Ketika ada darah orang yang terdaftar jatuh ke kartu, maka kartu guild menampilkan data saat ini dari orang tersebut.


     PREVIOUS CHAPTER     ToC     NEXT CHAPTER


TL: Shindo Shimon
EDITOR: Tasha Godspell

0 komentar:

Posting Komentar