Jumat, 09 Agustus 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 43. Seri Kutukan

Chapter 43. Seri Kutukan


Pengaruh dari gunung itu telah membuat tanah disekitarnya gersang.
Kami melaju secara perlahan pada jalur gunung yang berada di sebelah timur kerajaan.
Sudah 30 menit sejak awal pendakian, dan sudah sejak itu juga Filo berlari sambil menendang monster.
Sekarang, kami memiliki obat dan penangkal untuk melawan udara yang beracun.
Ngomong-ngomong, Kami meninggalkan keretanya di desa, dan hanya menggunakan gerobak.

“Tidak mau~! banyak kenangan Filo disini~!”

Makhluk ini, dia pasti sangat ingin menarik semuanya, Aku akan tinggalkan kau disini.
Kau baru saja lahir 1 bulan yang lalu, dan sekarang kau sudah berkata tentang kenangan?
Yah, aku tahu mengapa dia sangat terpaku dengan keretanya, karena 90% dari hidupnya digunakan untuk menarik kereta…
Ada banyak monster di sini yang memiliki racun, seperti pohon racun dan katak racun.
Aku selalu menyerapnya dengan perisaiku setiap kali kami mengalahkannya.


Kebutuhan Perisai Pohon Racun Terpenuhi
Kebutuhan Perisai Katak Racun Terpenuhi
Kebutuhan Perisai Lebah Racun Terpenuhi
Kebutuhan Perisai Lalat Racun Terpenuhi


Semua daya tahan terhadap racun keluar secara bersamaan, dan itu semua menjadi status bonus ketika digunakan.
Namun Perisai Lebah Racun sedikit berbeda.


Perisai Duri Lebah II
Bonus pemakaian : Kekuatan Serang 1
Efek Spesial : Perisai Sengatan (rendah) Racun Lebah (racun)


Kekuatan bertahannya tidak banyak bertambah dari Perisai Duri Lebah, namun racun yang hanya melumpuhkan bisa diganti menjadi racun yang bisa membunuh.
Yah, lumayan, sepertinya musuh masih akan terus bermunculan.
Satu dikalahkan, yang lain akan datang.
Keadaan sekarang, angin yang berhembus membawa racun dan menyebarkan wabah penyakit, hal ini pasti adalah masalah besar bagi petualang biasa.

“Tidak ada gunanya membunuh mereka semua! Filo, lari lewati saja!”

Raphtalia dan aku berada di atas gerobak sambil memberikan instruksi ke Filo.

“Oke~!”

Filo menarik gerobaknya dan menyeruduk dengan kecepatan penuh.
Beberapa exp terkadang didapatkan ketika melewati monster.
Di perjalanan, Filo berlari menabrak monster lumpur, namun karena tidak ada waktu aku tidak menyerapnya.
Dan setelah beberapa menit…

“Apa ini tujuan akhir kita?”

Aku melihat mayat naga, mengeluarkan cairan beracun dan bau busuk.
Ukurannya sekitar 10 meter dan ini terlihat seperti naga bergaya barat.
Namun, bentuknya sudah tidak bisa dikenali.
Karena sudah membusuk, melihat warnanya saja sudah sulit, semua yang terlihat hanyalah cairan berwarna hitam yang seperti kulit.
Sepertinya luka fatalnya berasal dari 1 serangan pada perutnya. Ada luka besar di bagian perutnya, membuat organ dalamnya keluar yang mengeluarkan bau busuk.
Lalat racun berkumpul di sekitar daging naga. Ini cukup menjijikan…

“Filo lapar…”
“Apa nafsu makanmu begitu besar hingga kau ingin memakan hal itu?”

Filo memulai memakan makanan di gerobak.

“Raphtalia, apa kau baik-baik saja?”
“Y-ya.”

Aku harus memastikan Raphtalia baik-baik saja, karena sistem pernafasannya lemah, dan racun ini akan membuatnya tambah parah.

“Beristirahatlah jika terlalu berat untukmu.”
“Oke”

Aku memeriksa sisi lain dari mayat ini sambil menggusah lalat beracun disekitarku.
Kuku, sisik, kulit, dan sayapnya tidak ada. bahkan lidahnya juga diambil. Sepertinya yang melakukannya adalah Ren dan para petualang lainnya.
Apa tidak berlebihan dengan hanya meninggalkan kulit dan daging…
Namun jika mengesampingkan sedikit sisa kulit, tidak ada lagi yang tersisa.
Baunya sangat menjijikan. Ini sangat parah.
Aku mungkin baik-baik saja karena daya tahan terhadap racun milikku. namun aku tidak tahu bagaimana dengan Filo.

“Raphtalia, musnahkan lalat racun. Filo, bantu aku memotong mayat ini. Ini terlalu besar bagiku agar aku bisa menyerapnya.”

Aku harus menyerapnya. Karena akan ada kemungkinan tanahnya akan ikut terkontaminasi jika aku menguburnya.

“Oke~!”

Filo menyelesaikan makannya dengan perut buncit sambil mengangguk.

“Filo merasa sedikit sakit.”
“Itu karena kau makan berlebihan.”

Aku mendekati mayat itu dan memotongnya sesuai rencana.
*Goso…

“... Apa dia bernafas?”
“Umm…”

Mayat naga ini terlihat mulai bergerak.
Astaga, mungkin ini hanya terlihat seperti bergerak karena lalat racun berkerumun di atas mayat ini.
*Gorigori…
Benar.
Hanya imajinasiku.

Mayat naga ini mulai bergerak, tangan dan lututnya bersiap untuk menyerang.

“GYAOOOOOOOOOOO!”

Naga itu mengangkat kepalanya dan berteriak keras menggunakan mulut yang sudah tidak bergigi.

“Kenapa dia bisa bergerak ?!”
“Naofumi-sama, tolong tenanglah.”

Mayat naga… bukan, zombie naga mulai bergerak seperti yang aku katakan.
Apa-apaan ini, ini terlalu berlebihan untuk kami.
Levelnya tidak diketahui, dan kemampuan yang dimiliki juga tidak diketahui.
Apa yang sebenarnya terjadi?!
Zombie naga ini berbalik menghadap ke arah kami sambil meregenerasi oragannya.
Sebagian dari sayap dan ekornya ter-regenerasi. Aku tidak tahu apakah taring dan cakarnya akan tumbuh lagi atau tidak.
Itu lebih terlihat seperti melelehkan daging busuknya dan mengubahnya menjadi sayap dan ekor.
Luka fatal di perutnya mulai menutup dan organ dalamnya mulai ber-regenerasi.
Bagiku melawannya sungguh mustahil!

“Ayo kembali!”
“Tapi, Filo sudah…!”

Raphtalia menunjuk ke arah zombie naga.

“Treya!”



Saat itu, Filo melompat kearah zombie naga dan menendang kepalanya.
Itu adalah tendangan yang keras dan zombie naga terjungkal kebelakang.

“Tidak terduga… apa kita bisa menang?”

Kekuatan serang Filo tinggi dan zombie naga sudah tidak punya cakar dan taring.
Kita mungkin bisa menang, Namun lawan kali ini tidak memiliki stamina…
Namun, ada kemungkinan zombie naga ini akan menyerang desa jika kami pergi kesana.
Tentu saja, ada juga kemungkinan dia akan kembali ke habitatnya. Namun mungkin dia akan ber-regenerasi lagi jika di biarkan, jadi tidak ada pilihan lain selain mengalahkannya sekarang.

“Jangan terburu-buru.”
“Oke~!”
“Baiklah, kita akan mengalahkannya disini!”
“Baik!”

Naga itu meraung dan menyerang.
Aku berganti ke perisai ular chimera yang memiliki pertahanan paling kuat, dan aku dapat menahan serangan naga itu.
Namun…

“GYAOOOOOOOO!”

Zombie naga itu mengeluarkan gas ungu dari mulutnya kearah kami.
Raphtalia dan Filo berlari ke belakangku.
Aku menyiapkan perisaiku dan bersiap untuk menghalangi serangannya.



“Ugh… apa ini?!”
“Uhuk, uhuk”

Semburan tadi ternyata adalah gas beracun yang sangat pekat.
Walau dengan daya tahan racunku, aku merasa sesak dan pusing.
Aku terbatuk-batuk dan sementara Raphtalia di belakangku hampir tidak bisa bernafas.
Ketika zombie naga itu mengeluarkan nafasnya, Filo yang terlihat tidak terpengaruh menendangnya agar naga itu berhenti menyemburkan nafasnya.

“Ra-Raphtalia, kau baik-baik saja?”
“Uhukuhukhukuhuk”

Raphtalia ingin menjawabku dengan berlinang air mata, namun yang keluar hanyalah batuk yang tidak kunjung reda.
…. Ini mungkin sangat buruk.
Filo dan aku bisa bertarung, namun Raphtalia tidak.

“Raphtalia, cepat kembalilah, ada penangkal racun di gerobak. Minumlah dan istirahat.”
“Uhukuhuk.”

Raphtalia berusaha menunjuk zombie naga.
Aku berbalik dan melihat apa yang terjadi.
Dalam sekejap, zombie naga itu membuka mulutnya dan menelan Filo yang sedang lompat.

“A---”

*Bagun!
Suara bergema keras, berasal dari mulut zombie naga itu kemudian cairan berwarna merah tua mengalir turun.

“FILOOOOOOOOO!”

Pikiranku kosong dan aku tidak mengerti apa yang Raphtalia lakukan.
Burung yang seperti anak kecil manja yang baru lahir 1 bulan yang lalu, selalu menempel padaku, memelukku…
Kenangan bersama Filo muncul seperti sebuah film.

Apa yang terjadi?

Sesuatu…

Zombie naga itu mengunyahnya beberapa kali, sesuatu yang merah keluar, kemudian zombie naga itu menelannya.

“Uhuk!”

Raphtalia menampar pipiku dengan keras.
Air mataku keluar.
Situasinya hanya akan memburuk jika aku melamun dan terdiam.
Namun, yang aku rasakan hanyalah rasa marah dari hatiku setelah kehilangan rekan berhargaku tepat di depan mataku.

--Kekuatan, Apa kau menginginkannya?

Sepertinya aku mendengar suara dari dalam perisaiku.
Aku melihat perisaiku dengan setengah sadar dan mendengarkan suara itu.

--Semuanya, apa kau mengharapkannya?

*Dokun.
Detak jantungku semakin kuat.
Aku ingat sensasi yang muncul dari perisai kegelapan.
Ini… sensasi yang sama, dengan sensasi setelah bertarung dengan Motoyasu…
Pohon skill dari perisai ini muncul.
Pohon skillnya terlihat berkedip-kedip, dan pohon skill baru dengan background sedikit berwarna hitam dan merah muncul.

Seri Kutukan.
Kata-kata itu muncul begitu saja di kepalaku.
Perisai bersinar dengan terang.


Seri Kutukan.
Perisai Amarah.
Perisai Mortar.
Bonus Pemakaian : Skill “Perubahan perisai (Serang)” “Iron Maiden”
Efek Spesial : Kutukan membakar diri meningkatkan kekuatan fisik.
Lahir dari hati, Perisai pembunuh.


Ada banyak penjelasan dalam perisai ini… Apa aku sadar? Aku menggenggam bagian atas perisai dan merasakan sensasinya.
Perisai Amarah.
Sensasi yang kuat keluar dari perisai dan perisainya berubah menjadi berwarna merah dan hitam terang.



Itu adalah perisai merah tua yang dihiasi dengan kebencian dan api.
*Dokun…. Dokun….
Kesadaranku dimakan oleh amarah.
Aku benci semua yang ada di dunia ini.
Semua yang ada di dunia ini begitu hitam, yang tersisa hanyalah bayangan yang mengejekku.
Aku dikuasai oleh satu perasaan.

“GYAOOOOOO!”

Bayangan hitam yang besar, mengulurkan tangannya ke arahku.

“UWAAAAAAAAAAA!”




TL: Rakuha-san
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar