Senin, 05 Agustus 2019

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 7 : Chapter 9 - Terowongan Spirit Tortoise

Volume 7
Chapter 9 - Terowongan Spirit Tortoise


Perjalanan kami ke cangkang Spirit Tortoise berhasil tanpa banyak hambatan. Duri raksasa mendominasi daratan, tetapi pegunungan yang menutupi cangkang itu masih lebih mencolok. Pohon dan semak tumbuh di antara batu-batu besar.
Legenda mengatakan tentang sebuah gua di pegunungan yang akan menuntun kita masuk ke dalam tubuh monster itu. Kami dapat menemukan gua itu terakhir kali kami naik ke sini, tetapi terowongan itu tidak mengarah ke mana pun.

Sialnya, cangkang itu dipenuhi oleh familiar, kami harus bertarung dengan familiar. Kami mendapati banyak kelompok dari tipe kelelawar dan yeti, tetapi aku tidak tahu dari mana mereka muncul.
Untungnya kami tidak melihat satu pun tipe parasit. Jika iya, itu akan menjadi akhir dari keberuntungan kami.

Sulit sekali mencari mulut gua tersembunyi di antara gunung dan duri. Rasanya seperti kami pergi mendaki gunung bersama pasukan aliansi. Buruknya lagi, Spirit Tortoise sedang bertempur dengan Fitoria, dan gerakannya membuat perjalanan kami semakin sulit.

“Ost, apa kau tahu tempatnya?”

Aku berharap dia bisa membawa kami ke pintu gua. Dia memberi tahu kami tentang mulut gua yang secara teoretis mengarah ke jantungnya.

“Aku rasa arahnya kesana.”
“Kalau begitu kita akan pergi kesana. Kalian semua, pastikan tetap ikuti kami!”
“Ya!”

Kami mengikuti Ost yang memimpin melewati gunung berliku.
Raphtalia dan Eclair tetap di belakang kami, mengalahkan semua familiar. Ratu dan Rishia mengikuti mereka, memberikan sihir dukungan pada kelompok belakang saat diperlukan. Tetapi ada begitu banyak familiar, sehingga masih ada prajurit yang gugur.

“Filo!”
“Okay!”

Dia melihat monster yang aku tunjukan padanya dan mengayunkan cakarnya untuk menghempaskannya.

“Tuan Naofumi!”

Jeritan terdengar dari kelompok belakang kami, Raphtalia segera bergegas mencari sumbernya.

“Kita telah berhasil menghentikan gerakan Spirit Tortoise, tetapi sejumlah besar familiar menjadi ancaman besar. Semakin lama kita habiskan waktu di sini, akan semakin banyak korban.” jelas Raphtalia.
“Kalau saja kita bisa datang dengan kelompok yang lebih kecil...”

Jika pasukan aliansi sudah kewalahan melawan para familiar, apa kami bisa membawa mereka sampai jantung Spirit Tortoise? Dari apa yang bisa kukatakan, ada banyak familiar yang bermunculan. Itu pasti akan sulit.

Ketika aku mengkhawatirkan keadaan mereka, sebagian prajurit kembali. Mereka bergerak secara terpisah dari grup utama.

“Kami menemukan sebuah mulut gua mencurigakan. Kami menduga itu adalah terowongan Spirit Tortoise yang sedang kita cari.” lapor seorang prajurit.

Dia menunjuk jauh ke tengah pegunungan. Aku menyipitkan mata, melihat ke arah yang ditunjuk. Aku bisa melihat lubang gelap di antara bebatuan.
Kupikir aku mungkin telah menemukan gua yang sama terakhir kali kami naik di punggung Spirit Tortoise, tetapi gunung ini telah berubah bentuk sejak saat itu.

“Aku akan memimpin. Ayo berangkat!”
“Dimengerti!”
“Semuanya! Ikuti Tuan Pahlawan Perisai!”
“““Siap!”””

Kami menuju gua yang diduga sesuai dengan gua Spirit Tortoise. Dalam perjalanan banyak familiar yang kami hadapi. Hingga akhirnya sampai di mulut gua.

“Hati-hati.”
“Iya,” kata Raphtalia.

Dia menggunakan sihirnya untuk memanggil bola cahaya yang menyinari gua.
Aku memimpin jalan masuk, diikuti oleh Raphtalia, lalu Ost, Eclair, Filo, dan Rishia. Kemudian Ratu, Wanita Tua, dan seluruh pasukan aliansi. Setelah masuk, aku mengenalinya sebagai terowongan yang kami temukan sebelumnya, tetapi tata letaknya telah berubah sejak saat itu.

Dindingnya ditutupi monster yang tampak seperti bola mata, yang tidak ada di sana sebelumnya. Mereka disebut Spirit Tortoise familiar (installation type). Ada terlalu banyak monster, dan makhluk berukuran besar namun itu masih bisa kami tangani.

Kendala utama yang kami hadapi adalah monster di gua. Tidak, masalah terbesarnya adalah gua itu sendiri. Ini terbagi ke arah yang berbeda-beda, seperti labirin, tanpa indikasi yang jelas tentang arah yang tepat.

Dindingnya tidak terbuat dari daging hidup melainkan terbuat dari batu dan tanah. Itu membuatku heran apakah terowongan ini benar-benar akan membawa kami ke dalam tubuh Spirit Tortoise. Aku mulai berpikiran jika kami sebaiknya masuk melalui mulutnya, tapi itu tidak semudah yang kita kira, sebab sudah berapa kali Spirit Tortoise menumbuhkan kepalanya kembali.

“Kau tahu jalannya, kan?” tanyaku pada ratu.
“Kami sedang menyamakan jalurnya dengan hasil penyelidikan pertama,” kata Ratu, membuka gulungan peta untuk menunjukkan kepadaku.
“Bagus sekali.” tanpa peta itu, mungkin butuh waktu berhari-hari untuk melakukan pemetaan ulang. Kami tidak memiliki waktu sebanyak itu. 

Seperti yang kupikirkan, peta itu menunjukkan sejumlah terowongan yang bercabang-cabang. Itu juga menunjukkan ada pintu masuk lain di sisi lain gunung, tempat itu berada di reruntuhan kota.

“Apa kita akan mencoba melawati terowongan ini? Mungkin jalur ini akan menuntun kita ke reruntuhan kuil?” tanyaku.
“Boleh saja. Jika ada semacam petunjuk disana. Kita membutuhkan semua petunjuk yang bisa kita temukan.”

Ada masalah lain juga. Peta itu tidak menunjukkan jalan menuju jantung Spirit Tortoise. Entah mereka belum selesai memetakan jalur terowongan atau jalan menuju jantung hanya terbuka ketika Spirit Tortoise sadar kembali. 
Aku memutuskan untuk tidak terlalu bergantung pada peta itu, karena tidak ada yang tahu keakuratannya.

“Huh?”

Peta menunjukkan kami akan segera tiba di gua terbuka. Sepertinya tempat yang bagus untuk berpencar dan melakukan penjelajahan secara terpisah. Lagipula, kami punya banyak orang. Begitu banyak, sehingga semakin sulit untuk memimpin mereka melalui terowongan yang sempit.

Jika para prajurit sekuat Raphtalia atau Filo, maka itu tidak akan menjadi masalah. Tapi masalahnya mereka tidak bisa sebanding dengan mereka berdua. Sebaiknya pasukan aliansi menunggu di gua terbuka, sementara itu kami berpisah untuk menemukan jalan terbaik ke depan. Aku mengangkat peta dan memberi tahu para prajurit ke mana tujuan kami, tetapi...

“Eh? Harusnya kita sudah sampai situ, kan?”
“Di peta memang menunjukkan hal yang sama.”

Kami mengikuti sesuai peta, tetapi bukannya menuntun kita ke gua terbuka, itu malah menuntun kita ke jalan berliku-liku yang tidak tertera di peta.

“Petanya mungkin salah.”
“Aneh sekali. Peta ini sudah menuntun kita sampai sini,” kata Ratu sambil mengerutkan kening.

Apa gua ini berubah bentuk ketika Spirit Tortoise bangkit kembali?
Rasa ragu semakin tinggi. Apa yang sedang terjadi? Kami tidak punya pilihan selain mengikuti jalan baru. Untungnya, hanya ada satu jalan ke depan, jadi kami tidak perlu khawatir tentang memilih jalan yang benar. Seandainya kami menemukan persimpangan jalan, sebaiknya kami mencari tempat untuk pasukan aliansi menunggu.

Tapi bukan itu masalahnya, jadi seluruh kelompok melanjutkan jalan panjang yang berliku.
Akhirnya, terowongan terbuka menuju gua terbuka  yang kami pikirkan.
Mungkin gua terbuka tetap ada, tetapi jalur yang menghubungkan gua tersebut berubah. Ngomong-ngomong, aku senang kami menemukan gua terbuka yang kami cari...

“Huh? Kita malah bertemu monster besar.”

Gua terbuka itu benar-benar luas, tetapi ada familiar Spirit Tortoise yang menempati gua tersebut.
Dibandingkan dengan familiar lain yang tak terhitung jumlahnya, ini sangat-sangat... besar. Monster ini seperti sengaja ditempatkan disini agar bisa menemukan penyusup yang masuk. Jika ini adalah RPG, itu adalah mid-dungeon boss.
Monster ini bagian dari Spirit Tortoise. Jadi mereka mungkin akan sangat kuat.
Bagian terburuknya adalah jumlah mereka.

“Satu, dua, tiga.... jumlahnya banyak sekali.”

Hitungan terakhirku berada di 7 sampai 8. Tentu, kami bisa saja menangani satu dari mereka, tetapi jika 7 atau 8 ditangani sekaligus, aku kasihan pada pasukan aliansi.

“Iya, sebaiknya kita bagaimana?” tanya Raphtalia.

Ada juga kemungkinan mereka akan menduplikasi diri jika dikalahkan. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya. Yaitu mencoba mengalahkan mereka.

“Untungnya jumlah mereka tidak terlalu banyak, cukup kita saja yang melawan mereka dan melihat apa yang akan terjadi. Pasukan aliansi akan bersiaga disini dan perhatikan apa yang terjadi.”
“Baik!” balas Raphtalia.
“Okaaay!”
“Fuueh... Aku akan berusaha.”
“Kalau begitu, ayo kita serang!” Aku berteriak dan memimpin serangan ke arah familiar.

Monster itu berbeda dari gorila atau familiar tipe yeti yang kami hadapi di luar. Mereka lebih mirip... manusia kura-kura? Tingginya sekitar empat meter.
Ketika aku semakin dekat, nama mereka muncul: familiar Spirit Tortoise (tipe guardian).

“Hya!” Filo melesat kesalah satu dari mereka dan menendang cangkangnya. Cangkangnya jatuh dengan retakan keras dan monster itu menabrak dinding.
“Yahhhhhh!” Raphtalia mengayunkan pedangnya dan memotong kepala familiar. Aku tahu aku bisa mengandalkannya.

Rishia membantu Raphtalia dan Filo dengan mengeluarkan mantra ofensif lemah untuk menarik perhatian familiar. Jika mereka dalam bahaya, aku akan menggunakan Shooting Star Shield untuk melindungi mereka.

Secara keseluruhan, aku terkesan dengan kerja tim kami, kami pasti bisa mendapat nilai kelulusan. Justru, kerja sama tim tidak pernah menjadi masalah kita. Masalah kami sebenarnya adalah kekuatan yang sebenarnya, kami hanya perlu meningkatkannya saja.

Sekarang, aku harus fokus pada pertempuran.

“Ha!” Ost melentangkan tangannya, lalu salah satu guardian segera membeku di tempatnya.

Eclair, Wanita Tua, dan Rishia mengambil kesempatan itu dan bergegas masuk untuk menghabisi makhluk buas itu.

“Icicle Needle!” teriak Ratu, melemparkan mantra yang memperlambat familiar guardian hingga merangkak. Dia cukup bisa diandalkan juga.
“Ini terasa mengecewakan,” kata Raphtalia sambil mengayunkan pedangnya demi membersihkannya dari noda darah familiar dan memperhatikan familiar itu untuk memastikan kematiannya.

Dia benar, monster itu lebih lemah dari yang kuduga.
Aku mempertimbangkan seberapa kuat Spirit Tortoise, jadi apa salahnya jika aku terlalu memikirkan kekuatannya? Mungkin aku berlebihan.
Tidak. Aku mengkhawatirkan pasukan aliansi yang sedang bersiaga di belakang kami. Justru keberadaan mereka membuatku tidak masalah untuk memikirkan hal kecil berlebihan.

“Iyah~ monsternya agak keras!” komentar Filo.
“Mungkin itu karena kau hanya menyerang bagian keras dipunggungnya?” duga Raphtalia.
“Kan lainnya sangat lembut!” balas Filo.
“Jangan buang-buang energimu.” saran Raphtalia.

Mereka berdua bercanda tentang hal-hal sepele. Rasanya seperti mendengarkan dua jenius yang sedang bertengkar.

“Kalian berdua sangat kuat!” kata Rishia.
“Rishia, kau juga akan menjadi kuat. Bagaimana latihan Teknik Hengen Musoumu?” tanyaku.
“Feeeh! Aku melakukan yang terbaik!” teriaknya sambil menusukkan pedangnya ke guardian.
“Betul! Cukup kau bayangkan jika lawan kita adalah Tuan Saint, dengan begitu tidak ada musuh yang tidak dapat kau kalahkan!”
“Wanita Tua, kau....”

Kenapa dia menyemangati Rishia untuk menyerangku? Aku merasa jengkel jadinya...
Tapi, aku tidak bisa berdebat dengan hasilnya. Pedang yang digunakan Rishia langsung menusuk dada guardian. Eh, entah kenapa aku merasa tertusuk juga. Jika ditusuk pedang pastinya sakit.
Tak lama kemudian, kami telah membersihkan ruangan itu.

“Sepertinya tidak ada yang muncul lagi.”
“Aku rasa tidak.”

Aku sedikit berharap kumpulan monster akan memenuhi ruangan ini ketika kami selesai berurusan dengan familiar guardian, tetapi ternyata tidak ada perangkap seperti itu.

“Luar biasa,” guam pasukan aliansi, mereka semua terperangah dengan kekuatan yang kami miliki.

Jika aku perlu menilai mereka, aku menilai mereka semua lemah. Aku penasaran berapa level rata-rata pasukan itu. Jika mereka berada di level 60 atau kurang, itu akan sangat menyedihkan.

“Toean Pahlawan Perisai, jang moelia Ratoe.”

Seorang Shadow muncul. Mungkin dia sudah ada disini dari tadi?
Shadow adalah agen rahasia khusus di bawah komando Ratu.
Jika kau bisa membayangkan ninja, yah tidak akan terlalu jauh dari itu. Menilai dari pedang pendek mereka yang bernoda darah, mereka pasti telah bertarung dengan familiar bersama kami.

“Ada apa?” tanyaku.
“Kita akan menggoenakan goea ini sebagai poesat pendjeladjahan, benar begitoe?” tanyanya.
“Betul. Ternyata kalian ikut kesini juga.” jawabku.
“Dalam operasi kali ini, kami dipertjajakan oentoek mengawal pasoekan aliansi.” jelas Shadow .
“Aku mengandalkan kalian.” Ratu menegaskan.
“Iya, dia benar.” setujuku.

Dia bilang dipercayakan untuk mengawal pasukan aliansi? Bukankah mereka bagian dari pasukan itu sendiri? Apa karena familiar Spirit Tortoise begitu kuat sehingga mereka membutuhkan pengawalan dari Shadow? Aku bisa menduga pasukan aliansi yang dikerahkan sekarang khusus untuk menyegel Spirit Tortoise. Ada benarnya untuk mementingkan penyegelan daripada kekuatan bertarung.

“Dengarkan, semuanya! Kita akan menggunakan gua ini sebagai pusat penjelajahan pencarian jantung Spirit Tortoise! Kalian akan melindungi gua ini sesuai perintahku, kami akan memulai penjelajahan sekarang!” sebutku.
“Siap!” teriak pasukan serempak.

Udara tegang dan ketakutan yang mengikuti mereka menghilang setelah mereka menyebar dan mencari tempat beristirahat. Mereka pasti lebih ketakutan dan kelelahan daripada yang kukira.
Aku tidak meminta mereka bertarung sampai selelah itu. Musuh terkuat bagi mereka saat ini adalah familiar yang tadi. Mungkin ini efek dari perisai atau mungkin Raphtalia dan Filo yang aneh. Tapi apa pun masalahnya, kita harus memikirkannya setelah mengalahkan Spirit Tortoise.

“Shadow, jika kau tahu, aku mau tahu rata-rata level pasukan aliansi?”
“Pasoekan khoesoes jang ditoegaskan menjegel djantoeng Spirit Tortoise memiliki level rata-rata 65.”
“Itu lebih buruk dari yang kuduga. Ratu, kau harus melakukan sesuatu tentang ini. Level pasukan ini tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Raphtalia dan rekanku yang lain baru berlevel 70-an.”
“Jika sudah mencapai level itu, harusnya dia perlu latihan bertahun-tahun untuk mendapatkan kekuatannya sekarang.”

Apa? Skill pertumbuhan koreksi benar-benar membuat perbedaan setinggi ini?!
Mungkin Rishia cocok sebagai contohnya, bukannya dia tidak berdaya, tapi dia seperti itu karena tidak bisa menerima skill pertumbuhan koreksi? Tidak, itu tidak mungkin. Seharunya tidak seburuk itu.

Selain itu, Itsuki membuat alasan untuk mengeluarkannya dari partynya karena dia sangat lemah. Berkat Kigurumi Filo, Rishia bertambah kuat daripada saat itu.
Haruskah aku mendiskusikan ini dengan toko senjata Pak Tua untuk memproduksi masal Kigurumi Filo? Tapi aku hanya memiliki 2 kigurumi lagi untuk membuatnya.
Kigurumi Filo diproduksi secara massal, huh... Bisa tidak ya jika kami mencabut semua bulu Filo untuk melakukan itu?

“Uhu?!”

Bulu-bulu Filo tiba-tiba berdiri tegak, bergerak seperti gelombang dari kepala hingga ekornya. Dia tampak ketakutan.

“Ada apa?” tanya Raphtalia pada Filo.
“Sesuatu terasa aneh!” jawabnya.

Aku belum membicarakan itu, tapi dia sudah merasakannya? Instingnya sangat tajam. Kami mungkin tidak bisa mencabut bulunya sedikitpun.

“Kalian, Shadow lebih kuat dari pada mereka, kan?”

Aku ingin mengandalkan mereka, tetapi jika mereka dikirim dan tidak kembali sebab bertarung dengan familiar, maka kekuatan mereka akan sia-sia. Kalau dipikir-pikir, aku ingin melihat cara Shadow bertarung.

“Kami dilatih oentoek bertaroeng dan melantjarkan pemboenoehan, oleh karena itoe kami mengetahoei dasar-dasar sebagian seni bela diri, kami jakin bisa membantoe dalam sitoeasi ini.”
“Kalau begitu. Setengah dari kalian tinggal di sini dan melindungi pasukan aliansi. Sisanya membantu kami menjelajah.”
“Baiklah. Tapi, kami Shadow telah mengalami keroegian besar dalam pertempoeran ini. Akoe harap kaoe tidak berekspektasi joemlah kami dapat banjak membantoe.”
“Ya, aku tahu,” kataku.

Perencanaan baru saja selesai.
Kami masih memiliki jalan yang panjang. Aku akan mengirim Shadow  mencari jantung dan membiarkan pasukan aliansi beristirahat sampai saat itu. Sementara itu, kami juga akan melakukan pencarian sendiri...

“Eclair dan Wanita Tua. Kalian berdua akan tinggal disini, jika ada monster muncul segera habisi mereka.”
“Mengerti!”
“Diterima!”
“Filo, kau akan melakukan penjelajahan bersama kelompok Shadow. Gunakan hidungmu. Aku mengandalkanmu.”
“Okaaaaaaay! Tidak masalah!”

Dan sisanya...

“Raphtalia, Ost, Rishia, dan Ratu, kalian semua ikut denganku. Kita akan mengikuti terowongan yang terhubung dengan reruntuhan kuil.”
“Baiklah.”
“Kita perlu menemukan jantung itu, tetapi kita juga perlu mencari tahu bagaimana cara untuk mengakhiri ini.”
“Fuueh... Aku akan melakukan yang terbaik.”
“Baiklah. Sesuai dengan keinginanmu, Tuan Iwatani. Mari.”

Aku agak ragu mengajak Ratu bersama kami, tetapi ketika berurusan dengan legenda dan budaya, dia lebih berpengetahuan daripada siapa pun yang aku kenal. Kami membutuhkannya. Selain itu, dia memiliki banyak pengawal yang sangat kuat. Lebih mudah untuk melindunginya daripada pasukan aliansi.






TL: Kuaci
EDITOR: Isekai-chan
PROOFREADER: Bajatsu & Hantu

0 komentar:

Posting Komentar