Chapter 44. Perisai Amarah
“UWAAAAAAAAA!!”
Aku mengeluarkan teriakan sekeras naga itu, aku menangkap serangan bayangan hitam itu dengan perisaiku.
<TLN: dari wn aslinya ditulis 黒い影 (kuroi kage / black shadow) namun sepertinya itu nama lain dari zombie naga>
Aku tidak merasakan apapun.
“GYA!?”
Bayangan itu mengeluarkan gema suara seakan dia terheran dan mencibirku.
Menggelikan.
“MATI!”
Aku menggenggam tangan bayangan itu dan melemparnya.
Bayangan itu terlempar dan berteriak.
“GYAOOOO!!!”
Namun, dia segera bangun dan kembali menyerang.
…. apakah perisai ini bisa menyerang musuh?
Tidak bisa digunakan.
Bayangan itu menyerangku dengan ekor dan tangannya, Aku bisa menangkisnya.
“Tidak mempan!”
Serangan bayangan hitam itu tidak mempan kepadaku.
“Haha… apa kau bodoh?”
Meskipun aku tidak memiliki rencana untuk mengalahkannya.
Setelah itu, api hitam muncul disekitar lenganku, kemudian api itu membakar ekor dan tangan dari bayangan hitam.
“GYAOOO!?”
Bayangan itu terkejut, dan terjatuh.
“Hm… apa kemampuan serang yang dimaksud adalah kemampuan serangan balik?”
Bayangan itu menjaga jarak, terlihat waspada.
“Apa kau memohon ampunan sekarang? Sudah terlambat!”
Aku dengan perlahan merapalkan skill.
“Iron Maiden!”
Namun, skillnya tidak muncul dan pohon skill muncul di depanku.
Shield Prison -> Change Shield (Serang) -> Iron Maiden
Apa ini adalah kondisi untuk mengaktifkannya?
Ini menyusahkan, aku harus memicu serangan balasan, Aku harus melakukan sesuatu agar bayangan itu menyerangku.
“Sabar lah… aku akan membunuhmu dengan cara apapun…”
Takut oleh bisikan dan kemarahanku, bayangan itu mengayunkan tangannya.
Aku mengangkat perisaiku untuk menghalau serangannya, dan api hitam muncul.
Api itu memanggang dagingnya dan melelehkan tulang.
Panas ini tidak cukup… Aku ingin menghapus keberadaannya.
“-----------------------OT!”
Aku paham… semakin aku marah, kekuatan perisai amarah juga akan semakin kuat.
Sederhana.
Yang harus aku lakukan hanyalah mengingat masa-masa bersama para brengsek itu.
Mein = Sofia… nama aslinya Malty?
Aku marah hanya dengan mengingat namanya.
Selanjutnya Raja sampah, Motoyasu, Ren, dan Itsuki.
Aku mengingat semua yang mereka lakukan kepadaku.
Benci… aku ingin membunuh mereka semua…
Perisaiku larut kedalam perisai berwarna merah tua ini, membuatnya berwarna hitam.
“Kali ini… aku akan membunuh semuanya…”
Aku menangkap tangan dari bayangan itu dan semuanya terhapus oleh api kemarahan.
Api itu menjulur ke seluruh tubuh bayangan, dan membakarnya.
Seseorang menggenggam tanganku.
*Dokun…
Ini… perasaan yang sama, seperti waktu itu.
“Aku berbeda dari kebanyakan orang yang menyiksa dan menghindari Naofumi-sama… aku akan mengatakan itu sebanyak yang kau mau, Naofumi-sama tidak akan melakukan hal seperti itu.”
...Eh?
Pandanganku yang tertutup kegelapan perlahan memudar.
Disuatu tempat dalam tubuhku, ada suara yang memperingatiku, jika aku tertelan amarahku, aku akan kehilangan sesuatu yang berharga bagiku. Namun…
“Tolong percayalah padaku. Aku yakin Naofumi-sama tidak melakukan kejahatan. Kau adalah hero perisai-sama yang telah memberikanku obat untuk menyelamatkanku dan mengajariku cara untuk hidup… Aku adalah pedangmu dan aku akan mengikutimu, apapun jalan yang kau ambil.”
Ada bisikan suara.
Jangan terpengaruh dengan rasa ingin membunuh.
Ada sesuatu yang harus kau lindungi.
Apa kau lupa dengan rasa marahmu?
Aku tidak lupa, tapi aku ingin menjawab perasaan orang yang telah percaya padaku.
Apa kau menentangku?
Jangan memberiku perintah. Aku yang akan memutuskannya.
… Aku akan selalu disini, menunggu suatu kesempatan…
Suara bisikan tadi menghilang dan aku dapat melihat dengan jelas.
“Uhuk! uhuk!”
Ketika aku sadar, Raphtalia sedang menggenggam tanganku sambil menahan batuknya.
“A- apa kau baik-baik saja?”
Dia mendapat luka bakar yang parah.
Tidak ada musuh yang menggunakan api disekitar sini.
Jadi.. bagaima-...
Ah…
Efek Spesial dari perisai amarah, kutukan membakar diri.
“Raphtalia!”
“Uhuk”
Raphtalia senyum kemudian pingsan.
Karenaku… Raphtalia mendapatkan luka yang serius.
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
Aku melakukannya hingga kekuatan sihirku habis.
Raphtalia… Raphtalia adalah satu-satunya orang yang percaya padaku!
Ada banyak luka bakar, menggunakan sihir penyembuhan tingkat pemula tidak akan cukup.
Aku harus secepatnya kembali ke kereta dan mengoleskan salep penyembuh.
“GYAOOO!”
Aku berbalik kebelakang dan melihat naga itu mengaum. Menghadap kearah kami, dia menarik nafas sambil menyerang dengan tangan yang tidak terbakar.
“Menyingkir dari jalanku!”
Aku menangkis serangan zombie naga.
Perisainya bersinar hitam dan mengluarkan efek kutukan membakar diri.
“Berhenti!”
Perisainya berhenti seolah paham dengan yang aku katakan.
Jika perisainya aktif disini, Raphtalia juga akan ikut terbakar.
Aku tidak bisa melakukan apapun. Namun, nafas racun sangat buruk untuk kesehatan Raphtalia.
Yang harus aku lakukan sekarang adalah melindungi Rapthalia.
“GYA!?”
Saat berada di tengah kekacauan, zombie naga itu mencengkram dadanya seolah dia kesakitan.
“A-apa yang terjadi?”
Apa yang sebenarnya terjadi? apa kutukan itu membakarnya dari dalam?
“GYAOOOOO!”
Ketika suara itu terdengar, naga berhenti bergerak dan kembali menjadi mayat.
Sekarang bukanlah waktunya menganalisis situasi.
Sepertinya tidak ada lagi lalat beracun yang terbang disekitar sini.
Lalat-lalat itu mungkin lari karena amukan naga.
Aku kembali ke gerobak, dan mengoleskan salep luka bakar yang aku buat dari salep penyembuh dan tanaman herbal ke luka bakar Raphtalia.
dan penangkal racun juga diberikan kepada Raphtalia.
“Ah… Naofumi-sama.”
Nafas Raphtalia sudah membaik dan membuka matanya kemudian tersenyum kearahku.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Ya… terimakasih obatnya Naofumi-sama…”
Tetap saja, luka bakarnya sangat parah. Jika ini adalah luka bakar biasa, akan langsung sembuh dengan salep ini… Karena ini berasal dari sihir hitam, ada cap sihir hitam yang tertinggal. meskipun ini lebih baik, penyembuhan total sepertinya tidak bisa.
“A-aku baik baik saja… cepat.. naganya.”
“Zombie naga sudah tidak bergerak lagi.”
“Bukan itu… buang mayatnya.”
“... oke.”
Tatapan tajam Raphtalia tertuju pada mayat naga.
“Bukankah tidak masalah jika kita tinggalkan dia disini?”
“Jika dia bangun lagi, kita tidak akan bisa mengalahkannya.”
“Benar… oke.”
Aku turun dari kereta dan berjalan kearah mayat naga itu.
Aku perlu memotongnya agar perisaiku bisa menyerapnya.
Dan Filo… meskipun hanya mayatnya, setidaknya aku harus menguburnya.
Ketika mendekati mayatnya, aku menyadari organ dalamnya bergerak-gerak.
Apa yang akan terjadi?
Aku tidak akan bisa bertarung dalam keadaan seperti ini.
Perisai amarah…
Ini adalah perisai berbahaya yang mempengaruhi pikiran, namun perisai ini memiliki kekuatan pertahanan dan serangan balik yang luar biasa.
Aku masih belum sembuh dari keadaan setelah aku menggunakannya tadi, jadi aku menggantinya menjadi perisai ular chimera.
Namun, aku siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi dan menyiapkan kuda-kuda.
Dan aku mendekati mayatnya.
Getaran itu berhenti di suatu tempat, apa tertelan? dadanya rusak dan sesuatu keluar.
“Puhaaa~!”
Burung yang tidak asing keluar dengan keadaan tubuhnya yang dilumuri carian busuk.
“Fu… akhirnya Filo bisa keluar!”
“Filo? apa kau baik-baik saja? apa kau tidak terluka?”
“Yup, Filo tidak merasakan sakit.”
“Lalu, darah apa yang keluar ketika kau dimakan?”
“Darah? Filo memuntahkan semua makanan kedalam mulut naga itu.”
Apa Filo memakan buah yang terlihat seperti tomat…? Apa karena itu, sehingga terlihat seperti darah?
Dia memang makan sebelum bertarung.
“Jangan membuatku khawatir! aku pikir kau mati!”
“Serangan seperti itu tidak ada apa-apanya, Filo bahkan tidak merasa gatal.”
Apa burung ini monster?
Yah, dia memanglah termasuk monster.
Sejujurnya… aku terkejut.
“Goshujin-sama, apa kau khawatir tentang Filo?”
“Aku tidak tahu.”
“Goshujin-sama malu-malu~”
“Apa aku harus membunuhmu dengan tanganku sendiri?”
“Jangan~”
Hah… dia selamat, ini bagus.
Walau aku marah karena senyumnya tadi. Aku akan ingat ini.
“Jadi, apa yang kau lakukan?”
“Oh ya, ada kristal yang bersinar ungu di dalam perut naga itu. Jadi Filo hancurkan, kemudian dia berhenti.”
“Hmm…”
Apa maksudnya?
Apa inti dari naga itu adalah kristal itu?
Tempat dimana Filo muncul… jantung?
Tapi, sesuatu seperti itu…
Karena dia adalah naga?... Apa sihir yang tersisa di tubuhnya berkumpul di jantung dan berubah menjadi kristal?
Itu mungkin saja terjadi.
“Jadi… kristal?”
“Gefuuuu!”
Haha. dia memakannya… aku ingin memukulnya…
“Filo menyisakan sedikit, hadiah untuk Goshujin-sama.”
Setelah berkata seperti itu, Filo memberikanku bagian kecil berwarna ungu.
… Apa yang bisa aku lakukan dengan ini?
Pertama, aku membiarkan perisaiku menyerapnya sebagian.
Seperti yang kuduga, beberapa skill terbuka dan levelnya tidak cukup.
“Karena Raphtalia terluka, Filo, bantu aku buang mayat ini.”
“Oke~”
Sejujurnya, aku terkejut dengan burung ini.
Aku melihat Filo dan berpikir.
Saat itu, jika aku tidak terpengaruh dengan amarahku.
Setelah aku merubah perisaiku untuk mengalahkan musuh itu demi Filo, saat itu aku benar-benar terlena dalam amarahku.
Jika Raphtalia tidak menyelamatkanku, aku mungkin juga sudah membakar Filo.
Amarah… Perisai yang terkena kutukan.
Apa kau mencoba mengambil alih kesadaranku?
Yang dapat aku simpulkan adalah, ini memberikanku keinginan untuk membunuh.
… saat itu, hanya itu yang dapat aku pikirkan.
“Selamat makan!”
“Hey Filo, jangan makan daging itu! itu sudah busuk!”
“Daging yang hampir busuk adalah yang paling enak, Goshujin-sama”
“Ini bukan daging yang hampir busuk, ini sudah busuk!”
Dan tanpa menunda lagi, zombie dragon telah dilenyapkan.
Meskipun begitu, aku tidak bisa menaikan pohon skill dengan tulang dan daging naga.
Namun, kulit dan tulangnya sepertinya akan berguna, jadi aku meletakannya di gerobak.
Aku mengeluarkan teriakan sekeras naga itu, aku menangkap serangan bayangan hitam itu dengan perisaiku.
<TLN: dari wn aslinya ditulis 黒い影 (kuroi kage / black shadow) namun sepertinya itu nama lain dari zombie naga>
Aku tidak merasakan apapun.
“GYA!?”
Bayangan itu mengeluarkan gema suara seakan dia terheran dan mencibirku.
Menggelikan.
“MATI!”
Aku menggenggam tangan bayangan itu dan melemparnya.
Bayangan itu terlempar dan berteriak.
“GYAOOOO!!!”
Namun, dia segera bangun dan kembali menyerang.
…. apakah perisai ini bisa menyerang musuh?
Tidak bisa digunakan.
Bayangan itu menyerangku dengan ekor dan tangannya, Aku bisa menangkisnya.
“Tidak mempan!”
Serangan bayangan hitam itu tidak mempan kepadaku.
“Haha… apa kau bodoh?”
Meskipun aku tidak memiliki rencana untuk mengalahkannya.
Setelah itu, api hitam muncul disekitar lenganku, kemudian api itu membakar ekor dan tangan dari bayangan hitam.
“GYAOOO!?”
Bayangan itu terkejut, dan terjatuh.
“Hm… apa kemampuan serang yang dimaksud adalah kemampuan serangan balik?”
Bayangan itu menjaga jarak, terlihat waspada.
“Apa kau memohon ampunan sekarang? Sudah terlambat!”
Aku dengan perlahan merapalkan skill.
“Iron Maiden!”
Namun, skillnya tidak muncul dan pohon skill muncul di depanku.
Shield Prison -> Change Shield (Serang) -> Iron Maiden
Apa ini adalah kondisi untuk mengaktifkannya?
Ini menyusahkan, aku harus memicu serangan balasan, Aku harus melakukan sesuatu agar bayangan itu menyerangku.
“Sabar lah… aku akan membunuhmu dengan cara apapun…”
Takut oleh bisikan dan kemarahanku, bayangan itu mengayunkan tangannya.
Aku mengangkat perisaiku untuk menghalau serangannya, dan api hitam muncul.
Api itu memanggang dagingnya dan melelehkan tulang.
Panas ini tidak cukup… Aku ingin menghapus keberadaannya.
“-----------------------OT!”
Aku paham… semakin aku marah, kekuatan perisai amarah juga akan semakin kuat.
Sederhana.
Yang harus aku lakukan hanyalah mengingat masa-masa bersama para brengsek itu.
Mein = Sofia… nama aslinya Malty?
Aku marah hanya dengan mengingat namanya.
Selanjutnya Raja sampah, Motoyasu, Ren, dan Itsuki.
Aku mengingat semua yang mereka lakukan kepadaku.
Benci… aku ingin membunuh mereka semua…
Perisaiku larut kedalam perisai berwarna merah tua ini, membuatnya berwarna hitam.
“Kali ini… aku akan membunuh semuanya…”
Aku menangkap tangan dari bayangan itu dan semuanya terhapus oleh api kemarahan.
Api itu menjulur ke seluruh tubuh bayangan, dan membakarnya.
Seseorang menggenggam tanganku.
*Dokun…
Ini… perasaan yang sama, seperti waktu itu.
“Aku berbeda dari kebanyakan orang yang menyiksa dan menghindari Naofumi-sama… aku akan mengatakan itu sebanyak yang kau mau, Naofumi-sama tidak akan melakukan hal seperti itu.”
...Eh?
Pandanganku yang tertutup kegelapan perlahan memudar.
Disuatu tempat dalam tubuhku, ada suara yang memperingatiku, jika aku tertelan amarahku, aku akan kehilangan sesuatu yang berharga bagiku. Namun…
“Tolong percayalah padaku. Aku yakin Naofumi-sama tidak melakukan kejahatan. Kau adalah hero perisai-sama yang telah memberikanku obat untuk menyelamatkanku dan mengajariku cara untuk hidup… Aku adalah pedangmu dan aku akan mengikutimu, apapun jalan yang kau ambil.”
Ada bisikan suara.
Jangan terpengaruh dengan rasa ingin membunuh.
Ada sesuatu yang harus kau lindungi.
Apa kau lupa dengan rasa marahmu?
Aku tidak lupa, tapi aku ingin menjawab perasaan orang yang telah percaya padaku.
Apa kau menentangku?
Jangan memberiku perintah. Aku yang akan memutuskannya.
… Aku akan selalu disini, menunggu suatu kesempatan…
Suara bisikan tadi menghilang dan aku dapat melihat dengan jelas.
“Uhuk! uhuk!”
Ketika aku sadar, Raphtalia sedang menggenggam tanganku sambil menahan batuknya.
“A- apa kau baik-baik saja?”
Dia mendapat luka bakar yang parah.
Tidak ada musuh yang menggunakan api disekitar sini.
Jadi.. bagaima-...
Ah…
Efek Spesial dari perisai amarah, kutukan membakar diri.
“Raphtalia!”
“Uhuk”
Raphtalia senyum kemudian pingsan.
Karenaku… Raphtalia mendapatkan luka yang serius.
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
“Aku adalah hero perisai memerintahkan sumber kekuatan. Aku telah membaca dan menguraikan hukum alam. aku memanggil kekuatan alam untuk menyembuhkan!”
“Fast Heal!”
Aku melakukannya hingga kekuatan sihirku habis.
Raphtalia… Raphtalia adalah satu-satunya orang yang percaya padaku!
Ada banyak luka bakar, menggunakan sihir penyembuhan tingkat pemula tidak akan cukup.
Aku harus secepatnya kembali ke kereta dan mengoleskan salep penyembuh.
“GYAOOO!”
Aku berbalik kebelakang dan melihat naga itu mengaum. Menghadap kearah kami, dia menarik nafas sambil menyerang dengan tangan yang tidak terbakar.
“Menyingkir dari jalanku!”
Aku menangkis serangan zombie naga.
Perisainya bersinar hitam dan mengluarkan efek kutukan membakar diri.
“Berhenti!”
Perisainya berhenti seolah paham dengan yang aku katakan.
Jika perisainya aktif disini, Raphtalia juga akan ikut terbakar.
Aku tidak bisa melakukan apapun. Namun, nafas racun sangat buruk untuk kesehatan Raphtalia.
Yang harus aku lakukan sekarang adalah melindungi Rapthalia.
“GYA!?”
Saat berada di tengah kekacauan, zombie naga itu mencengkram dadanya seolah dia kesakitan.
“A-apa yang terjadi?”
Apa yang sebenarnya terjadi? apa kutukan itu membakarnya dari dalam?
“GYAOOOOO!”
Ketika suara itu terdengar, naga berhenti bergerak dan kembali menjadi mayat.
Sekarang bukanlah waktunya menganalisis situasi.
Sepertinya tidak ada lagi lalat beracun yang terbang disekitar sini.
Lalat-lalat itu mungkin lari karena amukan naga.
Aku kembali ke gerobak, dan mengoleskan salep luka bakar yang aku buat dari salep penyembuh dan tanaman herbal ke luka bakar Raphtalia.
dan penangkal racun juga diberikan kepada Raphtalia.
“Ah… Naofumi-sama.”
Nafas Raphtalia sudah membaik dan membuka matanya kemudian tersenyum kearahku.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Ya… terimakasih obatnya Naofumi-sama…”
Tetap saja, luka bakarnya sangat parah. Jika ini adalah luka bakar biasa, akan langsung sembuh dengan salep ini… Karena ini berasal dari sihir hitam, ada cap sihir hitam yang tertinggal. meskipun ini lebih baik, penyembuhan total sepertinya tidak bisa.
“A-aku baik baik saja… cepat.. naganya.”
“Zombie naga sudah tidak bergerak lagi.”
“Bukan itu… buang mayatnya.”
“... oke.”
Tatapan tajam Raphtalia tertuju pada mayat naga.
“Bukankah tidak masalah jika kita tinggalkan dia disini?”
“Jika dia bangun lagi, kita tidak akan bisa mengalahkannya.”
“Benar… oke.”
Aku turun dari kereta dan berjalan kearah mayat naga itu.
Aku perlu memotongnya agar perisaiku bisa menyerapnya.
Dan Filo… meskipun hanya mayatnya, setidaknya aku harus menguburnya.
Ketika mendekati mayatnya, aku menyadari organ dalamnya bergerak-gerak.
Apa yang akan terjadi?
Aku tidak akan bisa bertarung dalam keadaan seperti ini.
Perisai amarah…
Ini adalah perisai berbahaya yang mempengaruhi pikiran, namun perisai ini memiliki kekuatan pertahanan dan serangan balik yang luar biasa.
Aku masih belum sembuh dari keadaan setelah aku menggunakannya tadi, jadi aku menggantinya menjadi perisai ular chimera.
Namun, aku siap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi dan menyiapkan kuda-kuda.
Dan aku mendekati mayatnya.
Getaran itu berhenti di suatu tempat, apa tertelan? dadanya rusak dan sesuatu keluar.
“Puhaaa~!”
Burung yang tidak asing keluar dengan keadaan tubuhnya yang dilumuri carian busuk.
“Fu… akhirnya Filo bisa keluar!”
“Filo? apa kau baik-baik saja? apa kau tidak terluka?”
“Yup, Filo tidak merasakan sakit.”
“Lalu, darah apa yang keluar ketika kau dimakan?”
“Darah? Filo memuntahkan semua makanan kedalam mulut naga itu.”
Apa Filo memakan buah yang terlihat seperti tomat…? Apa karena itu, sehingga terlihat seperti darah?
Dia memang makan sebelum bertarung.
“Jangan membuatku khawatir! aku pikir kau mati!”
“Serangan seperti itu tidak ada apa-apanya, Filo bahkan tidak merasa gatal.”
Apa burung ini monster?
Yah, dia memanglah termasuk monster.
Sejujurnya… aku terkejut.
“Goshujin-sama, apa kau khawatir tentang Filo?”
“Aku tidak tahu.”
“Goshujin-sama malu-malu~”
“Apa aku harus membunuhmu dengan tanganku sendiri?”
“Jangan~”
Hah… dia selamat, ini bagus.
Walau aku marah karena senyumnya tadi. Aku akan ingat ini.
“Jadi, apa yang kau lakukan?”
“Oh ya, ada kristal yang bersinar ungu di dalam perut naga itu. Jadi Filo hancurkan, kemudian dia berhenti.”
“Hmm…”
Apa maksudnya?
Apa inti dari naga itu adalah kristal itu?
Tempat dimana Filo muncul… jantung?
Tapi, sesuatu seperti itu…
Karena dia adalah naga?... Apa sihir yang tersisa di tubuhnya berkumpul di jantung dan berubah menjadi kristal?
Itu mungkin saja terjadi.
“Jadi… kristal?”
“Gefuuuu!”
Haha. dia memakannya… aku ingin memukulnya…
“Filo menyisakan sedikit, hadiah untuk Goshujin-sama.”
Setelah berkata seperti itu, Filo memberikanku bagian kecil berwarna ungu.
… Apa yang bisa aku lakukan dengan ini?
Pertama, aku membiarkan perisaiku menyerapnya sebagian.
Seperti yang kuduga, beberapa skill terbuka dan levelnya tidak cukup.
“Karena Raphtalia terluka, Filo, bantu aku buang mayat ini.”
“Oke~”
Sejujurnya, aku terkejut dengan burung ini.
Aku melihat Filo dan berpikir.
Saat itu, jika aku tidak terpengaruh dengan amarahku.
Setelah aku merubah perisaiku untuk mengalahkan musuh itu demi Filo, saat itu aku benar-benar terlena dalam amarahku.
Jika Raphtalia tidak menyelamatkanku, aku mungkin juga sudah membakar Filo.
Amarah… Perisai yang terkena kutukan.
Apa kau mencoba mengambil alih kesadaranku?
Yang dapat aku simpulkan adalah, ini memberikanku keinginan untuk membunuh.
… saat itu, hanya itu yang dapat aku pikirkan.
“Selamat makan!”
“Hey Filo, jangan makan daging itu! itu sudah busuk!”
“Daging yang hampir busuk adalah yang paling enak, Goshujin-sama”
“Ini bukan daging yang hampir busuk, ini sudah busuk!”
Dan tanpa menunda lagi, zombie dragon telah dilenyapkan.
Meskipun begitu, aku tidak bisa menaikan pohon skill dengan tulang dan daging naga.
Namun, kulit dan tulangnya sepertinya akan berguna, jadi aku meletakannya di gerobak.
0 komentar:
Posting Komentar