Sabtu, 27 Juni 2020

Hyakuren no Haou to Seiyaku no Valkyria Light Novel Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 1

Volume 2
Chapter 1





<Afronote: mulai chapter ini Sumpah Cawan bakal aku ganti jadi Sumpah Ikatan>

Yuuto saat ini benar-benar tidak bisa bergerak, seperti seekor rusa yang membeku saat diburu. Situasi ini semakin memburuk dari menit ke menit.

Bagaimana semuanya berakhir seperti ini? Meskipun, mengingat kembali urutan peristiwa yang mengarah hingga ke titik ini. Meskipun memikirkan semua kemungkinan, Yuuto yakin hanya itu penyebabnya.

"W-wow, um, ini cukup sulit, bukan?" Suara bisikan Linnea terdengar di telinganya.

Mungkin karena gugup, suaranya terdengar kaku dan kecil. Dia merasa malu, dan itu sangat menawan. Seorang gadis yang belum memasuki usia remajanya, Linnea. Patriark Klan Tanduk, penguasa tanah subur di sepanjang Sungai Örmt dan Körmt Rivers. Dia juga adik perempuan Yuuto, atau sejenis bawahan klan.

Biasanya ia mengenakan pakaian berkualitas tinggi dan aksesoris yang sesuai dengan status sosialnya yang tinggi. Namun, saat ini dia sepenuhnya telanjang seperti saat ia dilahirkan. 

Dia masih dalam usia pertumbuhan, tubuhnya berada diantara tubuh anak-anak dan orang dewasa. Dengan keluguan yang menjadi daya tariknya.

"Dan, ini sangat besar ..." kata Linnea sambil menghela nafas kagum.

Napasnya menggelitik daun telinga Yuuto, dia merinding.

"Oh! Ma-maaf, apakah aku menggosoknya terlalu keras? " Linnea meminta maaf dengan cemas dan berhenti menggerakkan tangannya.

"T-tidak, tidak, aku baik-baik saja!" Bingung, Yuuto menanggapi dengan nada yang aneh.

Seluruh pikirannya terfokus pada tempat dimana Linnea sedang menggosok, membuatnya tidak dapat memikirkan hal lain. 

Uap yang lembab menempel di tubuhnya. Kepalanya berputar, seluruh tubuhnya memerah karena panas, dan dia merasa seperti bisa pingsan kapan saja.

Penampilannya sekarang sangatlah buruk, tapi Yuuto tidak bisa menahannya. Lagipula, ini juga pertama kali baginya.

“Aku tidak pandai dalam hal ini, kan? Um, jika ada yang salah, tolong jangan ragu untuk memberi tahuku. Aku akan melakukan apa saja untukmu, Kakak ..."

"K-Kau sudah hebat! Rasanya luar biasa, sungguh!” Yuuto meyakinkannya. 

"Syukurlah, ini adalah pertama kalinya aku menggosok punggung pria, jadi...”

'Dan ini adalah pertama kalinya punggungku dicuci oleh seorang wanita!' 

Yuuto menahan kata-kata itu di tenggorokannya sebelum mereka melarikan diri dari mulutnya.

Dalam benaknya, dia berulang kali meminta maaf kepada teman masa kecilnya yang menunggunya di negeri yang jauh. 

Ruangan berdinding batu itu dipenuhi awan uap tebal. Dia berada di kamar mandi pribadi di Istana Sessrúmnir, di jantung ibu kota Klan Tanduk Fólkvangr. Dalam persiapan untuk upacara resmi untuk merayakan kemenangan baru-baru ini atas Klan Kuda, Yuuto datang ke sini untuk membersihkan dan menyucikan dirinya (baca: mandi junub hehe).
<EDN: Mulai dari sini Klan Tapak Kuda akan diganti menjadi Klan Kuda>

dan kemudian…..

"Kurasa ini giliranku sekarang," terdengar sebuah suara yang jelas memanggil dari belakangnya.

"Aku mengikuti sopan santun dan membiarkanmu terlebih dulu karena statusmu di atasku, tetapi aku juga ingin membasuh punggung Ayah."

"Oh, astaga, apa yang kau katakan, Rún?" suara lain, lembut seperti sutra, merespons.

 "Aku selanjutnya."

"Apa...?!"

"Tee hee! Tentu saja kau harus menghormati seseorang diatasmu. Kau sangat benar dan tepat dalam hal ini. Jadi, sebagai seorang adik perempuannya, aku akan mendahului seorang ‘anak’ sepertimu.”
<EDN: Status Run itu anak Yuuto, sedangkan Felicia itu adik jadi otomatis Felicia lebih tinggi>

"Grrr ...!"

Suara akrab dari dua gadis yang berdebat bergema dari dinding di belakangnya. Sigrún dan Felicia. Dua wanita muda anggota Klan Serigala, dimana Yuuto menjabat sebagai patriark, dan mereka adalah salah satu di antara prajurit klan yang paling kuat.

Pengendalian diri Yuuto membuatnya menahan diri untuk tidak berbalik dan menengok, dia tidak perlu melihat untuk mengetahuinya. Bagaimanapun juga, ini adalah kamar mandi. Secara alami, tubuh mereka yang ramping dan menarik akan terlihat sepenuhnya.

Bawahan anaknya, Sigrún, tinggi dan langsing, kecantikannya yang keren dengan rambut pirang platinum panjang yang mengingatkan pada bulan di malam yang gelap dan cerah. Sebaliknya, Felicia memiliki rambut emas yang mempesona seperti matahari dan kecantikan yang dewasa dan glamor.

Dengan memutar kepalanya, ia pasti akan disuguhkan pemandangan yang setara dengan Shangri-la. Jika itu adalah pertanyaan apakah dia ingin melihat atau tidak, dia tentu saja dia ingin melihatnya. Tapi…
<EDN: Shangri-la itu tempat mitos seperti atlantis yang katanya sangat indah>



"Lindungi aku dari pikiran yang tidak murni, lindungi aku dari pikiran yang tidak murni, wujud adalah kehampaan, kehampaan adalah wujud, wujud adalah kehampaan, kehampaan adalah wujud ..." 

Menutup kelopak matanya dengan erat, Yuuto mengulangi mantra Buddha untuk dirinya sendiri dalam upaya putus asa untuk membersihkan pikirannya dari hasrat negatif.

Sebagian karena ayahnya adalah pandai besi katana tradisional, ia memiliki banyak paparan mantra buddha yang dimaksudkan untuk memfokuskan pikiran, dan dia telah menghafal beberapa. Namun, bahkan mantra suci dengan ratusan tahun sejarah penolak kejahatan nyaris tidak mempan dengan dorongan Hasrat dari dalam dirinya.

Pria muda itu bertingkah seolah-olah kendali diri adalah satu-satunya faktor dalam penentu dalam situasi ini, yang mungkin dianggap cukup sombong bagi beberapa orang, tetapi ia tidak sepenuhnya dapat disalahkan untuk itu. Lagipula, dia tahu bahwa jika dia menatap mereka, gadis-gadis cantik ini mungkin akan...... tidak, lupakan, mereka akan benar-benar menerimanya.

Di dunia Yggdrasil, ada praktik adat di mana dua orang bertukar sumpah dan menjadi keluarga bersama, melalui ritual sakral yang dikenal sebagai Sumpah Ikatan. 

Seseorang tidak dapat memilih orang tua mereka ketika lahir, tetapi dengan Sumpah Ikatan, seseorang dapat memilih orang tua atau saudara sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Bagi orang yang dipilihnya sebagai orang tua yang disumpah, Sumpah Ikatan membutuhkan janji kesetiaan absolut dan pengabdian seumur hidup, baik jiwa maupun raga. Begitulah hukum daratan Yggdrasil.

Yang berarti apapun yang Yuuto inginkan, gadis-gadis yang terikat Sumpah padanya tidak bisa menolak.

Dia menekan dirinya sendiri dengan wasiat besi, tetapi tetap saja untuk anak laki-laki seperti Yuuto yang dalam masa pubertas. Ini adalah siksaan, dan terlepas dari kenyataan dia hampir melewati batas mentalnya …

"Aha! Itu dia! Ayah, aku yakin aku berhasil mendapatkan pencapain selama pertempuran terakhir. aku ingin menerima hadiah untuk itu di sini dan sekarang. Tolong, izinkan aku mendapat kehormatan untuk mencuci punggungmu sebelum Felicia! "

Bertindak seolah-olah dia menemukan ide yang hebat, Sigrún tiba-tiba memohon padanya dengan sikap yang seperti pemenang, kata-katanya penuh gairah.

Dalam pertempuran terakhir, Sigrún telah mengalahkan komandan tertinggi musuh, sebuah pencapaian yang jauh melampaui apa yang dikatakan oleh kata-katanya barusan.

Itu menjadi pencapaian yang layak untuk hadiah materi atau gelar terhormat jika dia menginginkannya, membuat Yuuto bertanya-tanya mengapa dia menginginkan sesuatu yang sepele.

"Rún, mengatakan itu sekarang adalah tindakan pengecut!" Felicia berteriak pada Sigrún, seolah mengutuk pengecut yang menggunakan suap dan tipu daya untuk mendapatkan hadiahnya. 

"Kau adalah Mánagarmr, seorang prajurit yang berbudi luhur dan penuh kebanggaan, bukan? Kapan kau menjadi wanita yang tak tahu malu ?!”

'Jauh dari kata tak tahu malu, bukankah dia terlalu rendah hati?' 

Yuuto berpikir, tetapi dia juga tahu bahwa ada cukup banyak kesenjangan nilai moral antara orang abad ke-21 seperti dia dan dunia kuno Yggdrasil. Itu agak tidak adil bagi mereka berdua setelah mereka menyatakan keinginan yang kuat, tapi Yuuto harus angkat bicara.

"Kalian berdua, itu sudah cukup. Berkat Linnea, aku sudah cukup bersih, jadi aku punggungku tidak perlu dicuci lagi."

"Kakak?!" "Ayah?!"

Felicia dan Sigrún berteriak dengan panik, seolah-olah mereka tidak bisa mempercayainya. Bahkan seekor anjing yang mendapat camilan namun diambil kembali pada saat ia ingin memakannya tidak akan mengeluarkan teriakan sesedih ini.

Itu hampir cukup untuk membuat Yuuto goyah, tetapi dia tetap melanjutkannya. 

"Maaf, tapi kalau terus begini, jika punggungku digosok lagi, itu akan mulai ngilu."

Linnea, sesuai dengan sifatnya yang jujur dan pekerja keras, menggosoknya dengan semua kekuatannya. Rasanya cukup enak, dan sekarang dia merasa lebih bersih dari sebelumnya, tetapi lebih dari itu hanya akan mengiritasi kulitnya.

Akan ada upacara kemenangan setelah ini. Mungkin ini adalah kesempatan yang menggembirakan, tetapi di balik etalase itu juga merupakan forum untuk diplomasi internasional yang serius, motif tersembunyi, dan tipu muslihat. Orang bisa menyebutnya medan perang lain.

Tidak lucu jika kehilangan konsentrasi karena rasa sakit ringan dan menyebabkan kesalahan diplomatik.

"Aku ... ohh ..." Sambil mengerinyit, Sigrún mengeluarkan rengekan cemberut yang diliputi rasa bersalah.

Bagi Sigrún, yang telah menjalani seluruh hidupnya untuk seni bela diri, situasi seperti ini adalah kelemahan terbesarnya. Dia sangat loyal kepada Yuuto, dan pastinya sangat ingin menunjukkan kesetiaan itu kepadanya melalui tindakan, bahkan dalam bentuk sesuatu yang seharusnya menjadi hadiah darinya. Dia tidak pandai menutupi emosinya, seperti kekecewaannya sekarang. Tapi kejujuran itu juga salah satu hal yang menarik tentang dirinya.

Felicia, di sisi lain, terus mengungkapkan ketidakpuasannya dengan cara merajuk.

"Baik! Bahkan jika itu keinginanmu, Kakak, ini adalah penghinaan. Apakah kau menyarankanku secara egois untuk tidak mengetahui kebutuhanmu? Lagipula ... bukankah menurutmu tidak adil kalau kau memanjakan saudara dari luar seperti Linnea sementara mengabaikan saudara dari klanmu sendiri? ”

Benar, Linnea adalah saudara perempuan Yuuto menurut Sumpah Ikatan, tetapi dia berasal dari luar Klan Serigala. Memberikan perlakuan yang lebih rendah terhadap seseorang dengan ikatan yang lebih dekat dari dalam klannya itu tidak pantas. Yuuto tahu bahwa pada tingkat tertentu logika Felicia benar, tetapi …

"Tunggu tunggu." Yuuto menyadari jebakan itu. 

"Felicia, kau yang memaksa Linnea mencuci punggungku!"

"Ka-Kakak ... apakah ... apakah aku membuatmu sakit?" Linnea berbicara kepadanya seolah dia akan menangis.

“Tidak, um, bukan itu! ayolah, jangan menangis oka— Ah !!” Yuuto secara refleks berbalik untuk mengelus kepala Linnea untuk menghiburnya, namun ia melihat sekilas kulit putihnya, dan dengan cepat berbalik untuk menghadap ke arah berlawanan. Dia memutuskan untuk berpura-pura tidak melihat sebuah tonjolan merah muda. 

“M-maaf, um, setelah menghabiskan waktu yang lama merawat seorang anak cengeng yang seperti adik perempuan bagiku, aku punya kebiasaan ini sekarang. Setiap kali aku melihat seorang gadis mulai menangis, aku secara refleks mengelus kepala mereka ... Oke, itu benar-benar hanya alasan. Maafkan aku."

"T-tidak, ini ... K-Kakak, aku tidak keberatan jika itu kau yang melihatnya. K-kau tahu, karena kau akan menjadi ... Pa-Pasanganku ... aku mungkin tidak semenarik Nona Felicia, tapi t-tolong lihatlah aku sebanyak yang kau mau!”



"Wa, wa, tunggu ... tunggu sebentar." 

Yuuto melambaikan tangannya kebelakang saat dia berbicara. "Tenang. aku mohon, tenang dulu!”

"Aku mungkin lancang, tetapi Kakak juga harus menenangkan dirimu sendiri," jawab Felicia.

Felicia benar, tentu saja. Mengambil napas dalam-dalam, Yuuto menegur dirinya sendiri karena terlalu sibuk memikirkan hal tidak penting. Tetapi detak jantungnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali normal. 

"Dan Linnea, sepertinya kau juga sedikit lancang," Felicia menambahkan dengan dingin. "Lamaranmu sebelumnya belum diterima. "

"Urgh. Namun, pernikahan antara aku dan Kakak akan menguntungkan kedua klan kami, Tanduk dan Serigala.” Linnea berhasil membantah kembali melawan Felicia. Namun, kegagapannya adalah bukti bahwa dia mengerti dia telah melewati batasannya.

Pada saat yang sama, itu juga berarti Linnea sendiri sangat mendukung pernikahan politik ini. Pada saat ini, itu membuat Yuuto menjadi lebih canggung.

*******

Yuuto Suoh pernah menjadi siswa normal di sekolah menengah Jepang modern. Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, dia telah dipanggil ke dunia kuno Yggdrasil ini, tempat dia menghabiskan waktu dua tahun terakhir.

Dilihat dari hal-hal seperti posisi rasi bintang, ia cukup yakin bahwa dunia ini masih Bumi, tetapi beberapa poin tidak sesuai. Misalnya. Berdasarkan pada alat yang digunakan orang-orang dan bahan yang digunakan untuk membuat senjata mereka, tingkat peradaban di sini hampir setara dengan akhir Zaman Perunggu.

Jadi, apakah dia sudah dilemparkan ke masa lalu? Tampaknya tidak sesederhana itu. Posisi Bintang Utara berarti daerah ini seharusnya berada di suatu tempat antara 50 hingga 55 derajat garis lintang utara, tetapi tidak satu peta pun dari garis lintang itu yang cocok dengan geografi lokal yang pernah dilihat atau didengarnya.

Tentu saja, contoh yang lebih baik adalah keberadaan orang-orang dengan kekuatan manusia super, yang dikenal sebagai Einherjar.

"Ini, kak," kata Felicia sambil menyerahkan secangkir penuh air.

Saat itu pertengahan musim panas, namun Cangkir itu sedingin es. Tentu saja, tidak ada lemari es atau semacamnya di Yggdrasil. Dia telah mendinginkannya dengan sihir, dengan mantra musik yang disebut galldr.

Dikatakan ada lusinan, mungkin ratusan orang dengan kekuatan seperti ini di Yggdrasil. Mereka tidak bisa dijelaskan oleh sains dan akal sehat dari dunia Yuuto berasal. 

Jadi...Di mana aku sebenarnya? Kegelisahan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata selalu menggerogoti hatinya.

Yuuto menyingkirkan pikiran itu. Memikirkannya tidak akan merubah apapun, dan saat ini, lebih penting untuk fokus pada masalah tepat di depannya.

"Kakak, tolong nikahi aku!"

Kurang dari tiga puluh menit telah berlalu sejak Lamaran Linnea yang mendadak. Pada saat itu, Felicia telah menyelamatkannya dengan respons bijaksana:

“Mengganggu mandi atasan dan segera membuat permintaan seperti itu tidak sopan. Seorang adik perempuan harus mulai dengan mencuci punggung kakaknya untuk memberikan penghormatan sebelum meminta apa pun.”

Kecerdasannya membuat dia keluar dari situasi itu untuk sementara waktu, tapi ... dia sangat terganggu oleh gadis-gadis di belakang punggungnya sehingga dia tidak bisa memfokuskan pikirannya dengan baik.

Sebenarnya, bahkan argumen yang Felicia mulai tentang siapa yang akan menggosok berikutnya mungkin dimaksudkan untuk memberinya lebih banyak waktu untuk memikirkan tanggapannya terhadap lamaran itu. Tingkat pertimbangan dan perhatian itu menjadi ciri khasnya.

Dia merasa sedikit malu pada dirinya sendiri karena hanya mampu menyadari setelahnya. 

Di sisi lain, bagaimana dia bisa menjadi tenang dan jeli, jika dia dikelilingi oleh tiga gadis cantik telanjang? Apa gunanya waktu ekstra dalam situasi di mana dia tidak bisa berpikir rasional?

Namun, dia tidak memiliki alasan untuk mengeluh. Yuuto adalah patriark Klan Serigala, yang dipercayakan nyawa puluhan ribu penduduk klannya. Itu adalah posisi yang tidak memungkinkan untuk membuat alasan apapun.

“Ahhh, bagus sekali! Air sedingin es setelah mandi air panas adalah yang terbaik!” Yuuto berkata sambil menenggak cangkirnya lagi.

Sekarang setelah dia keluar dari kamar mandi, Yuuto mengambil kesempatan untuk menyegarkan tenggorokan dan pikirannya. Uap yang mengaburkan pikirannya oleh berbagai alasan sepertinya hilang dengan air dingin, dan dia bisa berpikir lebih jernih.

"Oh, dan terima kasih juga, Rún." Yuuto berbalik untuk berterima kasih kepada Sigrún, yang berdiri di sisi kirinya.

Dia menanggapi dengan nada Formal, menundukkan kepalanya. "Ah! Tidak, itu suatu kehormatan untuk melayanimu, Ayah. "

Meski begitu, sambil mengamati dengan seksama, dia bisa melihat sudut mulutnya tersenyum, dan kipas berbulu merak yang dipegangnya mulai bergerak lebih cepat, seperti anjing mengibas-ngibaskan ekornya.

Dengan tubuhnya memerah setelah mandi air panas di tengah musim panas, angin sepoi-sepoi terasa menyenangkan ... tapi Yuuto tidak bisa merasa nyaman dengan memiliki seorang gadis yang bekerja seperti itu sementara dia berbaring di kursi. Namun, dia bisa membuatnya menunjukkan wajah anak anjing sedih jika dia menolak tawaran itu, jadi dia membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya.

"Baik. Sekarang, mari kita bahas cerita lengkapnya,” Yuuto memulai.

Duduk di kursi seberangnya, adik perempuannya Linnea menatapnya dengan ekspresi tegang saat dia meminta penjelasan detailnya. 

Semua orang berpakaian sekarang, jadi tidak perlu khawatir seperti tadi.

“Kau dan aku, menikah? Dari mana datangnya itu?” dia memulai.

"Hah? Apakah itu aneh?” Linnea bertanya, memiringkan kepalanya ke satu sisi dengan rasa penasaran yang tulus.

Itu adalah gerakan yang imut, cukup manis untuk membuat jantung pria berdebar, tetapi tidak ada ruang untuk mengaguminya dalam situasi ini.

Linnea melanjutkan, nadanya tiba-tiba sangat serius. "Selama bertahun-tahun, kita dari Klan Tanduk dan Serigala, telah bertarung sebagai musuh yang tidak bisa berdamai. Namun, sekarang setelah Kakak dan aku telah bersumpah Sumpah Ikatan, kedua klan telah menjadi kerabat. Jika kita menjadi suami dan istri, itu akan semakin mempererat ikatan antar klan kita. Itu akan sangat berarti bagi kita berdua. "

"Tapi, yah, oke aku mengerti itu, tapi ..." Yuuto terbata-bata dan mengalihkan pandangannya, tidak mampu menahan ketulusan yang penuh gairah di mata Linnea.

Itu adalah kebiasaan yang telah diulang berkali-kali sepanjang sejarah manusia, di seluruh dunia. Para pemimpin dari dua kekuatan yang berlawanan akan bergandengan tangan dalam pernikahan, memfasilitasi hubungan persahabatan dan melayani sebagai jaminan saling tidak agresi.

Secara rasional, dia memahaminya. Namun, Yuuto telah dibesarkan dengan nilai-nilai Jepang modern. Dia menentang ide yang disebut pernikahan politik. Dan dia tahu bahwa Linnea pasti tidak akan mengerti perasaan itu jika dia menjelaskannya padanya. Dalam situasi ini, di dunia ini, orang dengan cara berpikir yang aneh adalah Yuuto.

"Kau adalah pemimpin Klan Tanduk, pemimpan bangsa. Apakah kau tidak masalah melepaskan tanggung jawab yang begitu berat?” Yuuto memutuskan untuk menanyakan hal yang berbeda.

Jika Linnea menikahi Yuuto, dia harus tinggal bersama Klan Serigala. Setidaknya itu akan sangat menghambat kemampuannya untuk melakukan tugasnya sebagai patriark.
Dia belum lama mengenal Linnea, tapi dia tahu perasaannya terhadap rakyatnya tulus. Dia telah mempersembahkan tubuhnya sendiri pada satu titik untuk menjamin keselamatan mereka. Kau tidak akan menemukan penguasa dengan belas kasih lebih dari itu. 

Seseorang seperti dia, mengabaikan tugasnya untuk memimpin bangsanya demi pernikahan politik? Rasanya aneh.

"Itu sebabnya aku ingin Kakak tinggal di sini di Fólkvangr dan memerintah Klan Tanduk bersamaku ..."

"A-Apa?" Yuuto berteriak histeris sebelum dia bisa menahan diri, memotong kata-kata Linnea.

Yuuto dan Linnea mungkin disumpah sebagai saudara laki-laki dan perempuan, tetapi percakapan ini juga merupakan pembicaraan diplomatik antara dua kepala negara, dengan kepentingan nasional mereka dipertaruhkan. Dengan pemikiran itu, Yuuto tentu saja berhati-hati untuk menjaga emosinya dekat dengan dadanya dan mempertahankan wajah polos, tetapi saran Linnea begitu tak terduga sehingga dia kehilangan ketenangan.

"Omong kosong!" Sigrun juga berteriak. 

"Ayah adalah bapak bangsa kita! Kenapa Klan Serigala akan menyerahkannya ke Tanduk ?!”

Namun, Linnea mencocokkan tatapannya dengan tatapan tajam dan berteriak kembali. "Tentu saja dia bisa terus memimpin Klan Serigala! Tapi katakan padaku, bukankah Kakak benar-benar pemimpin hebat yang seharusnya tidak tetap menjadi patriarki klan lemah seperti Serigala ?!”

"Hmmm ..." Sigrún meringis, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Jelas bahwa dia memiliki perasaan campur aduk. Itu menjengkelkan untuk mendengar klannya disebut "lemah," belum lagi tuan yang dia cintai dan hormati juga dipuji oleh kata-kata itu. Karena itu, akan sulit baginya untuk membantah.

Sebagai seorang gadis yang mendedikasikan hidupnya semata-mata untuk seni bela diri, Sigrún tidak ahli dalam percakapan. Ketika dia berjuang untuk menemukan kata-kata yang harus ditanggapi, Linnea mendesaknya lebih jauh.

"Wilayah pegunungan Klan Serigala sebagian besar tanah berbatu dan tidak layak untuk pertanian, bukan? Sebaliknya, kami dari Klan Tanduk diberkati dengan tanah subur antara Sungai Org dan Körmt! Selain itu, Iárnviðr tampaknya menjadi kota yang makmur, tidak diragukan lagi karena pengaruh Kakak, tetapi ibukota kami Fólkvangr berada pada skala yang sama sekali berbeda! Untuk seseorang yang ditakdirkan untuk menaklukkan dan memerintah orang lain, jelas untuk melihat siapa yang akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk bentengnya.”

"Apa— Apakah kau bercanda sekarang?!" Yuuto berteriak. "Apakah kau tahu apa yang kau katakan ?!"

Yuuto setengah marah, setengah khawatir. Menawarkan untuk menyerahkan kedaulatan suatu bangsa kepada orang asing bukan hanya sembrono, tidak akan mengejutkan jika klannya menyebut dia sebagai pengkhianat karenanya. Itu benar-benar di luar batas kewarasan.

"Aku sangat sadar," lanjut Linnea. “aku membuat penawaran ini setelah pertimbangan panjang dan hati-hati! Jadi sekali lagi aku bertanya, tolong! Tolong menikah denganku dan pimpin bangsaku, pimpin Klan Tanduk ...”

"T-Tunggu sebentar, Linnea," sela Felicia dan melangkah di antara mereka.

Linnea terbawa suasana tegang saat diskusi, dan meninggalkan kursinya dan mulai mendekat ke Yuuto. Felicia, yang biasanya tenang tidak peduli apapun situasinya, sekarang membuat ekspresi bermasalah.

"T-tentu saja, aku pikir itu proposal pernikahan yang menguntungkan, tapi, bagaimana aku harus mengatakan ini ..." Felicia terdiam sesaat. “Rasanya Klan Serigala mendapatkan keuntungan terlalu banyak.”

Dia mengatakan dengan tepat apa yang baru saja dipikirkan Yuuto.

Bagi Klan Serigala, memang tidak ada yang lebih menarik daripada kesempatan untuk menggandakan wilayah mereka, dengan sebagian besar tanah subur di antara sungai itu untuk ditanami. Di sisi lain, dia sama sekali tidak bisa melihat manfaatnya bagi Klan Tanduk. Jika orang luar seperti dirinya muncul dan mulai memimpin, akan ada orang yang tidak menyukainya. Rakyat jelata akan merasa tidak puas, dan atasan klan akan melihatnya sebagai duri di pihak mereka. Menjadi negara bawahan akan berarti mengumpulkan pajak untuk kedaulatan baru mereka, dan selalu ada peluang mereka akan menerima permintaan yang tidak masuk akal untuk upeti.

Tentu saja, jika seseorang mau membayar harga itu, ada juga banyak hal yang bisa didapat dengan masuk ke dalam perlindungan negara yang kuat.

"Jika kau ingin berperang, sebaiknya kau bersiap untuk menghadapi sekutu kuat kita juga!"

Jika alat pencegah seperti itu berhasil mengurangi risiko invasi, negara bawahan dapat memfokuskan upaya dalam perbaikan domestik daripada mengurusi pertahanan, dan warganya dapat lebih tenang.

Tapi tidak masalah untuk mengatakan bahwa Klan Tanduk sudah di bawah perlindungannya. Mereka telah bersatu setelah patriark mereka Linnea, telah menjadi adik perempuannya oleh Sumpah Ikatan. Itu telah terbukti dalam pertempuran mereka dengan Klan Kuda. Klannya datang membantu mereka dengan bala bantuan penuh, dan mengusir penjajah.

Bahkan jika agar Klan Tanduk lebih memperkuat ikatan mereka dengan Klan Serigala, sulit untuk berpikir mereka akan mendapatkan efek jera tambahan dari itu pada saat ini.

“Linnea,” kata Yuuto, menatap langsung ke matanya, “tidak ada lagi permainan untuk menebak diplomatik sekarang. Mari kita jujur satu sama lain. Apa yang sebenarnya kau incar? Apa yang kau inginkan dari kami?”

Kesepakatan seperti ini akan menjadi cerita lain jika Klan Serigala masih memberikan tekanan militer pada mereka dan mereka dengan enggan menyetujuinya, tapi itu jauh dari kondisi sekarang. Dia memberikan tawaran itu kepadanya; dia curiga ada motif tersembunyi.

"Seperti yang telah aku katakan beberapa kali, yang aku inginkan adalah Kakak untuk memerintah dan membimbing Klan Tanduk."

"Felicia mengatakannya sebelumnya, tapi setiap kesepakatan manis pasti ada sesuatu dibaliknya," kata Yuuto dengan dingin. 

"Tidak ada yang lebih mahal daripada 'gratis.' Tidak mungkin aku menerimanya secara cuma-cuma. "

Dia tentu saja sangat menyadari fakta bahwa Linnea adalah orang yang berkarakter tulus dan jujur, tetapi dia harus berhati-hati. Dia harus bersikap seperti itu. Sebagai patriark Klan Serigala, keputusan Yuuto akan mempengaruhi nasib puluhan ribu orang.

"Tapi itu memang yang aku inginkan!" Linnea bersikeras.

Yuuto berhenti dan mengambil napas dalam-dalam. "... Linnea."

Dia menurunkan suaranya, nadanya lebih rendah. Jika percakapan ini terus dilanjutkan, itu hanya akan membuang-buang waktu.

Linnea sepertinya menyadari kekesalannya dan mengangguk kecil. 

"Aku mengerti. Aku akan memberitahumu seluruh kebenarannya. "

"Silakan," Yuuto memohon.

Kecintaan Linnea pada klannya dan kesediaannya untuk melakukan apa saja untuk orang-orangnya telah membuat kesan besar pada Yuuto. Sumpah Ikatan telah membuat mereka bersumpah saudara, tetapi dia datang untuk merawatnya seperti dia akan menjadi adik perempuan yang sebenarnya. Ini masih merupakan diskusi antara dua patriark, jadi dia tidak bisa membuat janji tergesa-gesa, tetapi dia memiliki niat untuk mengakomodasi kebutuhannya sebaik mungkin.

Linnea mengambil beberapa napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, menelan ludahnya sekali seolah-olah mempersiapkan diri secara emosional, dan kemudian berbicara dengan suara serius.

"Aku ... tidak mendapatkan posisiku sebagai patriark. Aku mewarisinya. "

Yuuto telah bertekad untuk tidak terkejut pada apa pun yang mungkin dia katakan, tetapi meskipun begitu matanya melebar. 

Dia cepat-cepat menenangkan dirinya, dan melirik Felicia untuk konfirmasi. Dia tampak sama terkejutnya dengan dia. Jadi, Felicia juga tidak tahu.

"Hei, apa tidak apa-apa bagimu untuk memberi tahu kami tentang itu?" Yuuto bertanya.

Sebagai tetangga dan mantan musuh, situasi internal Klan Tanduk adalah sesuatu yang Yuuto perhatikan. Fakta bahwa informasi ini tidak pernah mencapai telinganya atau Klan Serigala, berarti informasi itu sengaja ditutup-tutupi.

Alasannya jelas. Pewarisan kekuasaan berdasarkan garis keturunan itu berarti pemimpin mereka dipilih bukan karena prestasi atau kemampuan. Di dunia ini, itu saja sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan penghinaan.

Yggdrasil adalah dunia yang brutal untuk bertahan hidup bagi yang terkuat, di mana yang kuat mengambil apa yang mereka inginkan dan yang lemah ditindas. Jika seseorang tanpa kekuasaan atau kemampuan menjadi Patriark klan, negara mereka akan dipandang rendah dan dihabisi oleh tetangga sekitarnya dalam waktu singkat.

"Lagi pula, aku mencoba untuk menyerahkan warisan itu," kata Linnea. "Tidak ada gunanya menyembunyikannya lagi."

"Yah, kurasa itu benar, ya." Yuuto masih kesulitan mencerna situasinya, karena dia melihat Linnea sebagai patriark yang sesungguhnya. Tapi dia mendengarkan dan membiarkannya melanjutkan ceritanya.

"Ayahku, kepala keluarga Hrungnir sebelumnya, adalah seorang pejuang dan jenderal pemberani, dan musuh-musuhnya takut padanya dengan nama Gullfaxi, 'Kuda Emas.' Dia mencintai rakyatnya, memperkaya negara, dan adil dengan semua bawahannya. Semua orang di klan menyanyikan pujiannya dan memanggilnya Gullveig, 'Pahlawan Emas.' aku tahu mungkin terdengar tidak valid jika aku sebagai putrinya yang mengatakannya, tetapi dia benar-benar seorang patriark yang luar biasa.”

"Aku mengerti. Kedengarannya ayahmu pria yang hebat.”

"Ya, dia ... tapi bahkan pria hebat seperti dirinya berpandangan pendek ketika satu-satunya anak darah dagingnya sendiri, lahir di akhir hidupnya, setelah dia berusaha memiliki anak sejak lama, jadi mungkin itu membuatku terlalu berharga baginya dan mengaburkan penilaiannya. Meskipun Rasmus dan beberapa pemimpin lain di klan adalah kandidat kuat untuk posisi itu, akulah yang ia pilih sebagai penggantinya.”

"Sekarang aku mengerti," kata Yuuto, berpikir kembali. "Itu menjelaskan panggilan 'putri'."

Selama perayaan setelah Sumpah Ikatan, Rasmus yang memegang jabatan wakil Linnea memanggilnya demikian. 

Sekarang setelah dia memikirkannya dengan lebih hati-hati, dalam klan di mana hubungan orangtua-anak yang ditempa oleh Sumpah jauh lebih penting daripada garis keturunan asli, itu adalah hal yang sangat aneh untuk mendengar seorang pemimpin dipanggil seperti itu. Dan juga usianya masih muda.

Ada banyak petunjuk. Namun, dalam Yggdrasil gagasan tentang pewarisan turun-temurun itu mirip dengan tabu. Secara tidak sengaja, Yuuto telah menghilangkan kemungkinan itu dari pikirannya.

"Secara alami, ada beberapa yang memandang pewarisanku sebagai masalah, dan menyuarakan keprihatinan mereka." Linnea menunduk ketika dia berbicara. "Lalu, umurku, dan fakta bahwa aku bukan seorang Einherjar. Tentunya itu juga membuat mereka gelisah.”

Tangannya, bersandar di pangkuannya, mengepal.

Yuuto sudah menyimpulkan bahwa Linnea mungkin bukan Einherjar. Dengan kepribadian jujurnya, jika dia memiliki semacam kekuatan, dia akan memberi tahu Yuuto tentang hal itu sehingga mereka dapat menggunakannya untuk membantu selama pertempuran dengan Klan Kuda.

"Tapi aku juga ingin menjadi patriark!" Suara Linnea bergetar. 

“Aku ingin mengikuti jejak ayah tercintaku, untuk melindungi apa yang telah dia lakukan seumur hidupnya! aku pikir ... kupikir aku bisa melakukannya. "

Pasti ada optimisme keras kepala yang lahir dari masa muda yang mendorongnya. Sesuatu seperti, "Jika aku hanya percaya pada diriku sendiri, entah bagaimana aku akan bisa mengatasinya." 

Tapi Yuuto tidak berpikir bahwa kepercayaan dirinya salah tempat. Sangat naif untuk berpikir bahwa non-Einherjar tidak mampu dan berbakat. Bahkan di Klan Serigala, ada orang-orang seperti Jörgen yang telah naik melewati Einherjar ke peringkat yang lebih tinggi, dan dia bukan satu-satunya yang berhasil.

Salah satu alasan untuk itu adalah bahwa sebagian besar kekuatan Einherjar sangat berfokus terhadap keterampilan dalam pertempuran. Butuh lebih dari keberanian dalam pertempuran untuk memerintah suatu negara.

Dalam Yggdrasil, kemampuan adalah segalanya. Tidak peduli seberapa hebat patriark sebelumnya, Rasmus dan anggota klan lainnya tidak akan memilih untuk mengikuti anak itu hanya karena dia adalah darah dagingnya.

Paling tidak, dari ingatan Yuuto saat menghadapi sebagai musuh dalam perang, dia tidak berpikir Linnea membuat kesalahan besar. Klan Tanduk telah menyerang Klan Serigala setelah mengumpulkan hampir dua kali lipat kekuatan pasukan musuh mereka. Mereka telah menjaga rantai komando yang mantap, menghindari dosa utama dari menyebarkan pasukan terlalu tipis, dan membuat semua prajurit mereka bergerak ke posisi di mana mereka bisa berguna. Mereka menjaga jalur pasokan mereka tetap utuh. 

Ketika membahas strategi dan seni perang, ini adalah hal-hal yang wajib dilakukan. Tetapi dalam perang, hal-hal tidak semudah dilakukan seperi mengucapkannya. Bukanlah hal yang mudah untuk memahami pergerakan ribuan pasukan, untuk menjaga mereka tetap makan, untuk mengendalikan tindakan mereka.

"Tapi aku tidak bisa melakukannya," lanjut Linnea. “Aku memulai perang hanya untuk dipukul mundur, tanah klanku dirampas, ditawan. aku menurunkan harga diriku dan klanku di bawah yang lain dengan Sumpah Ikatan, mengundang invasi Klan Kuda, dan mengancam keamanan rakyatku. Itulah yang menjadi penyesalanku.” Linnea gemetaran karena frustrasi pada dirinya sendiri.

Di atas Hliðskjálf di ibu kota Klan Serigala, Linnea pernah berhadapan dengan Yuuto untuk mengungkapkan cintanya kepada klannya. Dia pasti memiliki harapan dan impian untuk apa yang ingin dia capai sebagai Patriark. Dan terlepas dari itu, dia sekarang mengakui bahwa dia tidak berdaya. Yuuto bisa tahu bahwa rasa sakit itu merobeknya dari dalam.

“Bandingkan itu dengan kepemimpinan Kakak. Di medan perang kakak terus mengumpulkan kemenangan demi kemenangan, bahkan dengan mudah mengalahkan pahlawan Klan Kuda Yngvi. Hanya dalam satu tahun pemerintahan kakak membangun kembali Klan Serigala dari keadaan miskin dan lemah, dan warga Iárnviðr tersenyum dan bahagia. Kakak membuatku sadar betapa bedanya antara aku dan kakak.” Dengan senyum lemah, Linnea berbalik untuk menatap ke luar jendela.

Itu adalah wajah seseorang yang mendambakan sesuatu yang sudah lama hilang.

Itu adalah penampilan seseorang yang begitu kelelahan sehingga mereka menyerah begitu saja. "Jika si palsu seperti diriku terus berlanjut sebagai patriark, Klan Tanduk akan terus mengalami penurunan. Dalam hal itu, kupikir menggunakan statusku sebagai seorang wanita dan menarik seorang patriark yang kuat dan mampu memerintah klan adalah yang paling bisa aku lakukan untuk semua orang. Tugas terakhirku. "

"Whoa tunggu sebentar!" Yuuto berteriak. “Kau tahu para anggota Klan Tanduk tidak hanya akan diam dan menerima itu semua! Sial, bagaimana dengan wakilmu, Rasmus? Dia pasti akan menentang—“

"Rasmus sendiri yang mengusulkan rencana pernikahan ini kepadaku." 

"...Hah?" Yuuto telah lupa sudah berapa kali hari ini dia mengeluarkan teriakan konyol, menanggapi informasi yang mengejutkan.

“Sejak awal, dia khawatir tentang betapa sulitnya bagi seorang wanita seperti diriku untuk menyatukan klan. Dia sering menyarankan agar aku menemukan pria yang dapat diandalkan untuk dijadikan suamiku, sehingga kami berdua dapat memerintah bersama sebagai pasangan. Rasmus benar-benar terpikat padamu, Kakak. Dia mengatakan, 'Kita bisa mempercayakan sang putri kepada pria seperti dia!' dan berkeliling mencoba meyakinkan semua anggota klan lainnya. "

"Kapan aku membuatnya begitu terpikat? Itu tidak masuk akal ... "Yuuto memegangi dahinya, kebingungan.

Seingatnya, satu-satunya saat dia bertukar kata dengan Rasmus, itu adalah perayaan setelah bertukar Sumpah Ikatan dengan Linnea. Pada saat itu, Rasmus dan anggota Klan Tanduk lainnya telah memperlakukan Yuuto seperti bajingan yang telah mencuri putri mereka yang berharga, dan tatapan mereka penuh dengan kebencian. Bagaimana bisa pendapat orang itu tentang dirinya begitu tinggi sejak saat itu? Yuuto kebingungan.

"Kakak, aku tidak berpengalaman dan tidak pandai dalam hal apa pun, tapi aku berjanji untuk mengabdikan diriku kepadamu dengan sepenuh hati di masa yang akan datang. aku harap kau akan menjagaku.” Linnea melafalkan kata-kata yang seharusnya didengar pada malam pernikahan mereka.

Yuuto hanya bisa membuat suara tidak masuk akal tanpa kata-kata saat Linnea menundukkan kepalanya kepadanya, memerah dengan manis. 

"Mm ...! Eh, umm. Ahh, uhhh— ”

Jika itu hanya pertanyaan ya atau tidak, dia benar-benar tidak bisa menerima proposal Linnea. Yuuto akan menemukan cara untuk kembali ke dunianya sendiri. Gagasan menikahi wanita di dunia yang tidak pernah ia rencanakan untuk menghabiskan sisa hidupnya adalah tidak masuk akal. Lagipula, jika dia melakukan itu, dia tidak akan bisa menepati Janjinya. Itu akan menjadi pengkhianatan.

Lebih dari segalanya, ada Mitsuki, gadis yang sudah ia putuskan dalam hatinya.

Ini bukan proposal pernikahan pertama yang pernah dia tangani, dan dia dengan mudah berhasil menolaknya hingga sekarang. Namun, kali ini adalah proposal langsung dan pribadi dari Patriark Klan Tanduk. Dan itu disertai oleh konsesi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk kepentingan Klan Serigala. Jika dia dengan ceroboh menolak tawaran seperti itu, itu akan membuat Linnea kehilangan kehormatannya, dan bahkan mungkin membahayakan aliansi yang sedang berkembang di antara kedua klan. Sebagai patriark Klan Serigala, itu adalah sesuatu yang harus dia hindari dengan cara apa pun.

Tapi bagaimana dia bisa menolaknya dengan cara yang tidak mengganggu hubungan mereka? Dia dalam kondisi panik dan benar-benar tidak dapat menemukan solusi.

"Linnea, seperti yang aku katakan sebelumnya di kamar mandi, mungkin kau terlalu terburu-buru," Felicia menegur Linnea dengan lembut. 

“Pernikahan seorang Patriark memengaruhi masa depan seluruh klan, ini adalah masalah serius. Akan berbahaya jika hanya sedikit dari kita yang membuat keputusan seperti ini di sini, secepat ini.”

Suara Felicia lembut tapi tegas. Itu adalah saran tanpa ruang untuk membantah.

Aku selamat, pikir Yuuto ketika dia melirik Felicia, dan dia memberinya sedikit kedipan sehingga hanya dia yang bisa melihatnya. Sepertinya dia sudah tidak tahan untuk melihatnya kebingungan lagi. Dia benar-benar Asisten handal.

"B-benar, seperti yang dikatakan Felicia," katanya buru-buru. "Untuk saat ini, aku ingin kembali ke rumah dan mendiskusikan lamaranmu dengan klan."

"Hmm ..."

Yuuto telah melakukan yang terbaik untuk mempertahankan aura martabat saat dia berkata setelah Felicia, tetapi Linnea mengerutkan kening dengan ekspresi yang sulit di wajahnya.

Karena betapa luar biasa menguntungkan tawaran itu bagi mereka berdua, dia mungkin berasumsi semuanya akan beres dengan baik di sini dan sekarang.

Di sisi lain, sepertinya dia juga setuju dengan logika Felicia. "Kau benar. Aku malu untuk mengatakannya, tetapi mungkin aku memang terlalu terburu buru.” Kata Linea. “Kalau begitu, aku menantikan jawaban yang menguntungkan.”

"Y-yah, ahh, kalau begitu ... bersabarlah, oke?" Yuuto nyaris tidak berhasil menjawab dengan kaku.

Dia berhasil mendapatkan sedikit perpanjangan waktu, tetapi itu hanya sedikit.

"Ughhh, hal semacam ini sangat menindasku!" Yuuto mengerang.

*******

Di ruang pribadi kecil di sisi aula ritual yang luas, Yuuto meminta Felicia membantunya bersiap.

"Dan sekarang semua omong kosong ini benar-benar memberatkanku juga ..."

Biasanya, Yuuto akan melupakan pakaian dan aksesori hias, lebih memilih pakaian serba hitam yang menekankan kemudahan bergerak, tetapi etiket seremonial hari ini tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

Pakaian ini membuatnya berpikir tentang firaun Mesir, dengan kalung emas yang mewah, gelang emas bertahtakan permata, dan beberapa benda mengkilap lainnya yang melekat di kepalanya.

"Tee hee," kata Felicia sambil tertawa manis.

"Ini hanya untuk upacara, jadi bersabarlah sebentar."

Dia berlutut di lantai, membungkuk dan dengan hati-hati melingkarkan semacam sabuk di pinggang Yuuto, yang ditutupi dengan ornamen emas yang lebih mengkilap. Di sisinya tergeletak sarung pedang emas dengan ukiran rumit, dan pedang yang benar-benar tampak mewah tertanam di tempat-tempat yang dihiasi perhiasan.

Dulu ketika dia masih hidup di abad ke-21, jika dia melihat pedang seperti itu, dia mungkin akan berpikir, Whoaaa, ini kereeeen! dan menjadi bersemangat seperti anak laki-laki normal. Sekarang ketika dia melihatnya, yang terpikir adalah, Ugh, jika kau menggunakan sesuatu seperti itu, akan sulit untuk berjalan.
Pikiran itu menurunkan semangatnya, jadi dia mengalihkan pandangannya untuk melihat keluar jendela. Jalan-jalan dan rumah-rumah di Fólkvangr tersebar di bawahnya.

Sama seperti dengan Klan Serigala, hörgr, atau tempat suci, di mana Klan Tanduk melakukan berbagai upacara suci dibangun di atas Hliðskjálf mereka. Bagi Yuuto, menara suci Klan Serigala berbentuk sedikit seperti menara mochi kagami bertumpuk, tetapi Hliðskjálf Klan Tanduk lebih mirip dengan piramida.
<EDN: https://en.wikipedia.org/wiki/Kagami_mochi>

Mungkin lebih tinggi dari Klan Serigala juga. Mungkin detail seperti ini berbeda-beda disetiap negara.

"Melihatnya seperti ini, meskipun mereka berdua bagian dari Yggdrasil, kota dan tanah kita sangat berbeda, ya?" Kata Yuuto, sebagian besar untuk dirinya sendiri. Agak terlambat, tapi ia baru menyadarinya.

Iárnviðr terletak lebih tinggi di lembah gunung, dan ada banyak sumber kayu di dekatnya, sehingga rakyat biasa memiliki rumah dan bangunan yang sebagian besar terbuat dari kayu. Sementara itu pemandangan kota Fólkvangr diwarnai merah kecoklatan, walaupun belum senja sekalipun.

Di daerah sekitar Fólkvangr, endapan yang mengalir di sepanjang Sungai Körmt perlahan-lahan terakumulasi dari waktu ke waktu, membentuk sesuatu yang disebut dataran aluvial. Itu adalah tanah subur yang cocok untuk pertanian, tetapi tidak memiliki kayu atau batu yang bagus. Akibatnya, sebagian besar rumah rakyat dibangun dari batu bata kering yang panaskan.


"Jika kau menerima Linnea sebagai istrimu, kota ini akan menjadi milikmu, bukan, Kakak?" Felicia bertanya dengan acuh tak acuh.

"Felicia, kau tahu tidak mungkin aku bisa melakukan itu," balas Yuuto, jengkel.

Bagi Felicia, yang benar-benar mengetahui seluruh kebenaran di balik keadaannya, yang baru saja membantu Yuuto ketika dia berjuang untuk memberikan jawaban kepada Linnea, untuk mengatakan sesuatu seperti itu...

Lalu Felicia melanjutkan, tampaknya mengabaikan nadanya. 

“Apakah seseorang melihat dekorasi mewah ini, atau ladang gandum keemasan yang luas di luar ibukota, mudah untuk melihat bahwa ini adalah negara yang makmur. Jika kakak menjadi patriark negeri ini, setiap hari kau akan dihidangkan lebih banyak makanan lezat daripada yang bisa kau makan, dan para gadis cantik dari seluruh negeri akan berkumpul hanya untuk menunggumu. Siapa pun akan cemburu dengan kehidupan seperti itu; pasti Kakak akan menikmatinya juga. "

"Itu bukan seperti diriku, oke?"

Dari sudut pandang pria muda normal, gagasan untuk menjadi populer di kalangan wanita dan diperhatikan oleh orang-orang di sekitarnya jauh dari tidak menarik. 

Tetapi jika itu semua datang hanya karena memiliki uang atau kekuatan politik, itu sepertinya kosong baginya. Untuk makanan, karena berasal dari Jepang abad ke-21, jadi dia sudah mencicipi makanan yang lebih baik.

"Saat ini, Klan Kuda telah kehilangan patriark dan pejuang terhebat mereka, jatuh dalam keadaan berantakan total. Sekarang akan menjadi kesempatan yang sempurna untuk menyerang,” kata Felicia.

"Dengan tanah ini sebagai markas dan bentengmu, aku pikir jalan menuju penguasa tertinggi Álfheimr akan terbuka untukmu ..."

“Dan aku bilang aku tidak ingin menjadi seperti itu! Bahkan berurusan hanya dengan Klan Serigala sudah terlalu berlebihan untukku tangani. Sebenarnya, ada apa denganmu sekarang? kau tahu tidak mungkin aku bisa menyetujuinya! Sepertinya kau hanya ... Tidak, maaf, Felicia. Kau benar, tentu saja. Sesuatu seperti itu akan menjadi mimpi yang menjadi kenyataan bagi Klan Serigala, kan?”

Felicia adalah adik perempuan Yuuto dan ajudannya, tetapi sebelum itu, dia adalah anggota dari Klan Serigala. Salah satu perwira tinggi mereka, yang harus selalu memikirkan masa depan klan. Terus terang, wajar baginya untuk memikirkan kebutuhan klan sebelum keinginan pribadi Yuuto. Memikirkan hal itu, itu berarti Yuuto jelas gagal sebagai Patriark.

Hanya memikirkan keinginan pribadinya sendiri daripada kekayaan besar yang mungkin bisa dia dapatkan untuk Klan Serigala.

"Eh, ah, y-ya, tentu saja," Felicia tergagap. “Tapi pada akhirnya aku banyak bertanya, bukan? Aku tahu itu bermasalah, tapi prospek mendapatkan tanah Klan Tanduk untuk Klan Serigala membuatku menjadi sedikit rakus.”

"O-ow ?! Terlalu kencang, terlalu kencang! " Yuuto berteriak.

"Oh !! M-Maafkan aku!” Bingung, Felicia melonggarkan ikat pinggangnya yang sudah terlalu kencang. Dia biasanya sangat berhati-hati dalam segala hal yang dia lakukan. Membuat kesalahan ini tidak seperti dirinya.

"... Jadi, mengapa kau benar-benar mengatakan semua itu?" Yuuto bertanya. 

"Hah? Mm, seperti yang aku katakan, aku jadi serakah, dan— "

"Ya, itu bohong." Yuuto menggelengkan kepalanya. "Kau tidak bisa membodohiku. Lagipula, selama dua tahun terakhir, selain ketika kita berada di tempat tidur, kita telah menghabiskan hampir seluruh waktu kita bersama.”

Alasan rakus Felicia jelas adalah sesuatu yang dia pikirkan sebagai renungan. Dan tidak seperti sikap riangnya yang biasa, dia bisa tahu dari nada suaranya bahwa dia kesal. Dan kemudian ada kesalahan dengan ikat pinggang itu. Dia benar-benar akan gagal sebagai komandan jika dia tidak menyadari semua petunjuk itu.

Felicia tidak mengatakan apa-apa, terjebak dalam kebohongannya. Dengan lengannya masih melingkari pinggang Yuuto ketika dia mengikat ikat pinggang, wajahnya berada di belakangnya, dan dia tidak bisa melihat ekspresinya. Setelah beberapa waktu, dia pikir dia bisa merasakan cengkeramannya semakin erat di ikat pinggangnya lagi.

"'Dengan ini, aku bisa pulang tanpa khawatir.'"

"Apa— ?!" Yuuto tiba-tiba merasa seperti cakar telah mencengkeram hatinya. Itu adalah kata-kata yang sama persis seperti yang sering ia pikirkan sendiri akhir-akhir ini.

"Itu yang kau pikirkan, kan Kakak" kata Felicia.

 "... Jadi, kau menyadarinya."

"Tentu saja aku sadar," kata Felicia sambil sedikit menyeringai. 

“Bagaimanapun juga, selama dua tahun terakhir, selain ketika kita berada di tempat tidur, kita telah menghabiskan hampir seluruh waktu kita bersama. aku mulai mendapatkan firasat tentang hal itu ketika kau berhasil menangkap Linnea ... tetapi aku menjadi yakin akan hal itu saat percakapanmu dengan Alexis.”

Kali ini giliran Yuuto untuk tetap diam. Sepertinya sama sekali tidak ada yang bisa dia rahasiakan dari ajudannya.

Selama dua tahun terakhir, Yuuto sangat ingin pulang. Tapi, sejak dia tiba di Yggdrasil, Klan Serigala yang telah mengadopsinya terus berperang. Sampai baru-baru ini, ia hanya hidup untuk tetap melihat hari esok dan itu telah menjadi prioritas utamanya, mencari jalan pulang telah dikesampingkan.
Lalu untuk keluarganya. Tentu, itu hanya konstruksi sosial yang dibuat dengan Sumpah Cawan suci, tetapi tidak peduli alasannya, dia telah membentuk ikatan keluarga. 

Meninggalkan keluarganya sendiri menghadapi kematian, sementara dia sendiri yang selamat adalah sesuatu yang akan membuatnya merasa bersalah.

Tapi sekarang Klan Serigala telah tumbuh jauh lebih besar dan kuat daripada dua tahun yang lalu, dan dua klan musuh bebuyutan mereka, Tanduk dan Cakar, telah menjadi keluarga oleh Sumpah Ikatan.

Dengan ancaman bahaya baru-baru ini mulai mereda, Yuuto menyadari bahwa dia harus memikirkan tentang mencari jalan pulang. Dan yang tidak pernah dia sangka adalah bahwa orang lain akan melihat rahasia yang tersembunyi di dalam hatinya.

"Sekarang tidak ada lagi yang tersisa untuk membuatmu tetap di sini, aku terus emnerus merasakan kegelisahan yang mengerikan ini, Kakak," kata Felicia. 

"Seperti jika kau kembali ke Iárnviðr, kau mungkin tiba-tiba menghilang, dan aku hanya ... Tolong, maafkan aku. Meskipun semuanya salahku, aku mengatakan hal-hal yang kurang sopan kepadamu. Meskipun aku sama sekali tidak berhak. Sungguh, aku tidak tahu mengapa ... "

Suaranya dipenuhi dengan penyesalan, dan dia tampak benar-benar bingung oleh emosinya sendiri. Memang benar bahwa Felicia selalu mempertahankan tingkat ketenangan seperti orang dewasa, mendukung Yuuto di saat-saat lemahnya. Dia tidak seperti dirinya sendiri, dan itu mungkin sangat mengganggunya.

"Hei. Maaf, "Yuuto meminta maaf, mengelus kepala Felicia.

“K-Kau tidak perlu meminta maaf padaku, Kakak! aku egois. Aku kehilangan kendali atas diriku dan bertindak memalukan terhadapmu.”

"Meski begitu, aku tetap meminta maaf."

"Seperti yang aku katakan, kau punya— Ack! A-apa yang kau lakukan ?!”

Yuuto membungkam argumen Felicia dengan mengacak-acak rambutnya.

Dia meminta maaf karena dialah yang memaksanya untuk merasa seperti ini. Dia mengatakannya sendiri. Dia menjadi yakin akan hal itu selama percakapannya dengan Alexis. Dia mungkin sudah menyadari perubahan sikapnya, dan kemudian percakapan itu pasti membuatnya merasa lebih buruk.

Itu juga menunjukkan betapa dia secara diam-diam ingin Yuuto tetap di Yggdrasil. Felicia adalah orang yang secara tidak sengaja memanggilnya kesini. Dia telah menekan keinginannya untuk tetap tinggal di samping rasa bersalah yang dia rasakan karena membawanya ke sini ... atau mungkin karena itu.

"Aku terlalu tidak sensitif, bukan?" Yuuto berkata dengan lembut. "Aku terlalu bergantung padamu, Felicia."

Dia merasakan lagi betapa tidak dewasanya dia. Selama dua tahun ini, orang yang paling dekat dengannya, yang selalu mendukungnya, adalah Felicia. Tentu saja mereka saling peduli. Akan aneh jika mereka tidak melakukannya. Yuuto memikirkannya seolah dia adalah saudara kandungnya.

Dan sementara itu, dia membuatnya membantunya mencari metode untuk kembali ke rumah. Bahkan dia pikir dia pria yang cukup buruk untuk membuatnya melakukan itu.

“T-tunggu! Tunggu sebentar, Kakak !!” Felicia tiba-tiba berteriak hingga kegelisahannya tadi terlihat jinak jika dibandingkan.

"Hah?!" Yuuto tidak punya waktu untuk bereaksi.

Felicia tiba-tiba berdiri mendekat, mendekatkan wajahnya yang cantik ke hidungnya. “Su-sungguh itu membuatku sangat, sangat-senang ketika kau mengandalkanku! J-jadi, tolong bersikaplah seperti biasa dan katakan padaku apa pun yang mungkin kau butuhkan!”

"T-tapi, yah ..."

"Tolong lupakan semua yang baru saja terjadi. Aku, Felicia, baru saja membuat kesalahan terbesar dalam hidupku. Mulai sekarang, aku akan memberikan segala yang aku bisa untuk mengabdikan diri pada kebutuhan hati Kakak tanpa dikekang olehku sendiri, jadi tolong izinkanku melayanimu!! "

"O-oke." Yuuto hanya bisa mengangguk setuju, kaget dengan Felicia yang terkesan mengancam.

Yuuto mulai berpikir untuk maju, dia seharusnya berusaha untuk lebih memperhatikan emosi Felicia, sambil menahan diri untuk tidak terlalu mengandalkan dukungannya. Tampaknya bukan itu yang diinginkannya sendiri
.
Realitas keras dari situasi itu juga terlintas dalam benaknya: kenyataan bahwa, tanpa dukungannya, tidak mungkin ada orang yang tidak berpengalaman dan tidak tahu apa-apa tentang Yggdrasil seperti Yuuto bisa menyelesaikan sesuatu.

Yuuto tersenyum kecut. “Baiklah, kalau begitu, kurasa aku akan memberikanmu lebih banyak masalah mulai dari sini, tapi terima kasih, Felicia. aku akan mengandalkanmu. Kau ... kau tahu. Lagipula, kau orang yang paling kupercaya.”

Segera setelah dia mengatakannya, dia merasakan wajahnya memanas. Mencoba mengungkapkan perasaannya secara langsung selalu seperti ini. Rasa malu mulai memuncak. Tapi dia masih bisa mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan.

Orang kepercayaan adalah seseorang yang bisa jujur dan terbuka tentang apa pun, meminta nasihat tentang apa pun, dan memercayai mereka untuk melakukan hal yang sama.

Sigrún juga sama, tidak kurang dari Felicia, tetapi sebagai penasihat pribadi, tidak seorangpun yang melebihi Felicia.

Bagaimanapun juga, itu benar. Selain ketika mereka berada di tempat tidur, mereka berdua telah menghabiskan hampir dua tahun bersama.

"Eh ?! Oh ... "

Felicia hanya berkedip sesaat, seolah dia tidak mengerti apa yang didengarnya, lalu dia tersenyum. Itu bukan senyumnya yang dewasa dan tenang, namun sedikit nakal, yang biasa dia perlihatkan kepada Yuuto.

 Itu adalah senyum ceria yang lebih cocok untuk seorang gadis seusianya, seperti bunga cerah yang tiba-tiba mekar.

"Y ... ya !! Tolong serahkan semuanya padaku! aku, Felicia, akan sepenuhnya dan tanpa gagal menghentikan pernikahan ini dengan Linnea!”

Felicia yang bahkan tidak seperti dirinya lagi sekarang, dipenuhi dengan antusiasme dan berteriak dengan suara yang tajam. Tampaknya kata-kata Yuuto membuatnya cukup senang.

Sekarang setelah dia memikirkannya, Yuuto menyadari bahwa dia telah berterima kasih kepada Felicia berkali-kali sebelumnya, tetapi dia tidak pernah benar-benar mengatakan kepadanya betapa dia percaya dan mengandalkannya.

Hanya memikirkan hal-hal ini sendiri tidak akan berhasil. Aku harus memastikan dan mengatakannya dengan benar, atau aku akan menyesalinya, pikir Yuuto pada dirinya sendiri dengan keyakinan baru.

Dia sudah hidup melalui contoh terburuk dari itu. Dia menjadi lebih dari teman masa kecil dan kurang dari pacar dengan Mitsuki, dan setelah itu, dia telah dikirim ke negeri yang jauh ini sebelum dia sempat mengakui perasaannya. Begitu banyak yang dapat dipelajari dari kesalahannya.

"... Oh! Itu mengingatkan aku, aku masih perlu memikirkan cara untuk menjelaskan hal ini kepada Mitsuki." Yuuto ingat masalah lain di tangannya, dan kebingungan.

Tapi paling tidak, ini adalah masalah yang harus dia tangani sendiri.

Apakah dia ditakdirkan memiliki masalah dengan wanita? Yuuto dengan serius mulai mempertimbangkan kemungkinan itu.

Para pendeta yang mengenakan pakaian tipis dan berkibar menari-nari di aula ritual, gerakan mereka beriringan dengan musik seruling pipa yang terdengar agak khusyuk.

Obor menyala terang di tengah aula. Cahaya goyah mereka bermain di dinding plester putih, memberi mereka sedikit warna merah.

Di atas altar upacara berbaring seekor kambing muda, dikelilingi oleh banyak gandum dan minuman keras. Persembahan kepada para dewa ini merupakan ungkapan terima kasih atas kemenangan yang mereka berikan.

Kekeringan dan badai, gempa bumi dan banjir ... semua dianggap sebagai cara kerja para dewa di Yggdrasil. Demikian juga kemenangan dan kekalahan dalam perang.

Banyak yang dengan tulus percaya bahwa kegagalan untuk memberikan rasa syukur kepada para dewa akan mengundang kemarahan mereka, dan kehancuran negara.

Itu sebabnya seorang Patriark klan juga memiliki peran sebagai pendeta upacara. Dia akan mewakili seluruh klan dalam upacara persembahan, bertindak atas nama seluruh klan untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka. Mengabaikan tugas-tugas ini akan menempatkan bawahan Yuuto, dan klannya secara keseluruhan, ke dalam kondisi tidak nyaman. Kurangnya rasa nalar bukanlah alasan untuk mengambil jalan pintas.

"Fiuh," Yuuto menghela nafas lega. 
"Akhirnya seleslai!"

Setelah menyelesaikan ritual itu, ia menjatuhkan diri ke kursi yang disediakan untuknya dan mengendurkan lehernya yang kaku.

Biasanya dia bisa santai dan menikmati kesendiriannya pada saat ini, tetapi suasana hatinya masih suram. Semua anggota Klan Tanduk yang hadir semua melihat ke arah Yuuto dan saling berbisik ... yang tidak ada hubungannya dengan itu. Dia sudah terbiasa mendengar ejekan dan gosip dua tahun lalu. Setiap kali dia melihat sikap itu, hal tersebut tidak mengganggunya.

Sumber melankolisnya, Linnea, dengan riang memberinya teh. “Terima kasih atas kerja kerasmu, Kakak! Ini dia.”

Upacara hari ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan Klan Tanduk bahwa mantan musuh mereka Klan Serigala sekarang adalah sekutu mereka. Oleh karena itu, orang mungkin mengatakan bahwa wajar jika Linnea, Patriark Klan Tanduk, harus duduk tepat di sebelah Yuuto. Masuk akal, kecuali untuk bagian di mana ia harus menghabiskan seluruh acara di sebelah gadis dalam usia yang sudah dapat menikah

Proposal yang dia tahu harus ditolaknya. Yuuto akan lebih suka melarikan diri dari aula upacara dengan kecepatan tinggi, jika dia pikir dia bisa lolos begitu saja.

“Y-ya. Terima kasih." Yuuto dengan canggung menerima secangkir teh darinya dan memuaskan dahaganya. Dia hampir tidak bisa merasakannya, dan dia segera merasakan tenggorokannya mengering lagi karena gugup.

"Oh, ini lezat," kata Linnea, meletakkan beberapa daging kambing di ujung tusuk sate. "Aku benar-benar menyukainya. Kau harus mencobanya juga, Kakak.”

Dengan tangan lainnya memegang piring, dia dengan lembut membawa potongan daging seukuran gigitan itu ke mulut Yuuto. Sikapnya yang bersemangat dan senyumnya yang tulus sudah cukup untuk membuat Yuuto sakit perut.

Dia lebih suka menolak dengan sopan, tetapi mereka ada di depan umum, dan dengan begitu, jika ia menolaknya ini akan menjadi masalah diplomatik. Sebagai kakak laki-laki, ia harus menerima perlakuan dari adik perempuannya yang disumpah dan memperkuat hubungan hierarkis mereka.

Yuuto menguatkan dirinya dan menerima daging tersebut ke dalam mulutnya

'Mmm. kunyah..kunyah…'

Dagingnya dipanggang dengan renyah, dengan ciri khas daging kambing yang tajam. Itu mungkin sangat lezat, tetapi pada saat itu Yuuto sangat kewalahan sehingga dia tidak memiliki kapasitas mental untuk menghargai rasanya.

"B-bagaimana?" Linnea bertanya.

“Y-ya. aku, um, aku pikir itu lezat. Mungkin."

“O-oh, itu luar biasa! aku sangat lega bahwa masakan Klan Tanduk sesuai dengan seleramu. " Linnea tersenyum, tampak senang dari lubuk hatinya.

Jika seseorang berhenti untuk memikirkannya, frasa seperti "aku pikir" dan "mungkin" jelas aneh dalam situasi ini, tetapi Linnea tidak menunjukkan sedikit pun menyadarinya.
Melihatnya dalam keadaan bahagia seperti itu, Yuuto merasa seperti hati nuraninya juga tertusuk.

"Ka-kalau begitu, i-itu, l-lalu ..." Linnea, tiba-tiba malu dan terbata-bata, mulai menusuk sepotong daging dengan tusuk sate.

Kenapa kau tidak menusukku dengan benda itu dan menyelesaikan semua ini? Akan lebih mudah untuk membunuhku pada saat seperti ini! Yuuto berpikir. Tekanan emosional dari situasi mulai mempengaruhinya.

Namun, mimpi buruknya baru saja dimulai.

"K-katakan 'Ahhh' ... ♡" Wajahnya memerah, Linnea sekali lagi mengulurkan sepotong daging kambing. Nada manisnya membuat tulang punggungnya tidak nyaman.

Secara fisik itu adalah tindakan yang sama seperti beberapa saat yang lalu, tetapi hanya dengan kata-kata itu, situasinya berubah sepenuhnya. Daripada bawahan dan atasannya, itu lebih seperti—

"Ahh, tampaknya kalian berdua memiliki hubungan yang intim," seorang pria tua menyela, menyapa mereka dengan riang. 

"Sungguh, kalian terlihat seperti suami istri."

Itu adalah Rasmus, di Klan Tanduk. Sepertinya dia sudah mabuk. Dia masih sedikit sadar, tetapi dia berwajah merah dan bermata merah.

Sialan! Kau pasti menikmatinya! Yuuto tidak bisa menahan sedikit kekesalan batin pada pria itu. Kalau bukan karena dia yang memberikan ide-ide aneh kepada Linnea, Yuuto bisa saja menikmati upacara ini sekarang.

"J-jangan mengejek patriarkmu!" Linnea tergagap. Usahanya untuk membantah awalnya keras, namun berakhir dengan dia mengarahkan matanya ke bawah, malu. 

"S-selain itu, kaulah yang mengatakan untuk melakukan itu ..."

Bagian terakhirnya hampir terdengar seperti dia bergumam sendiri, tapi Yuuto mendengarnya.
Jadi "katakan ahhh" itu juga idemu?! Yuuto memelototi Rasmus dengan sesuatu yang mirip dengan niat membunuh.

"Mohon terima permintaan maafku," kata Rasmus dengan senyum terpampang. 

"Ahh, tapi tetap saja, siapa pun pasti beruntung memiliki puteri kita karena pengantinnya akan menjadi pria yang bahagia. Kau tidak akan menemukan banyak wanita secantik, sehat, dan berdedikasi seperti dia. Apa kau tidak setuju, pamanku dari Klan Serigala?”

Yuuto mengepalkan tangan diam-diam di bawah meja karena pertanyaan Rasmus yang tak tahu malu. Dia seharusnya tidak meremehkan orang yang ditugaskan untuk mengelola klan sebesar Tanduk. Rasmus telah mengutarakan pendapat yang akan bermasalah jika dibantah, dan menyetujuinya sudah bukan pilihan lagi.

Yuuto menyadari bahwa dia sedang terjebak. Saat dia mulai bingung, dia merasakan sesuatu yang sangat lembut menekan lengan atasnya.
"Oh, astaga, itu komentar yang tidak bisa aku abaikan," kata Felicia dengan senyum menyihir.

"Kau sadar ada banyak wanita baik di Klan Serigala bukan?" Felicia meringkuk di lengan Yuuto dan menatap Rasmus dengan tatapan penuh makna. Rasmus mengerutkan kening, tampak terkejut.

Betapapun Rasmus memihak pada pesona Linnea, ia tidak bisa dengan jujur mengakui bahwa dia secara fisik lebih memikat daripada Felicia. Untuk satu hal, tidak mungkin Linnea yang masih berkembang dapat menyamai volume dan proporsi tubuhnya.

"Oh, dan Rún, kau juga harus mengisi ulang cangkir Kakak," panggil Felicia.

"Hm?" Sigrún mengerutkan kening. “Itu menggangguku ketika kau memberiku perintah seperti itu. Walaupun begitu, sebagai anak perempuannya, aku ingin melayani Ayah, jadi aku akan melakukannya.”

Sigrún berdiri di luar sudut pandangan Yuuto, diam-diam memperhatikan sekeliling mereka. Rambut peraknya yang panjang terurai seperti ekor saat dia berbalik menghadapnya.

Dia cantik setara dengan Felicia. Dalam hal keseksian, kemenangan mungkin jatuh ke Felicia, tetapi Sigrún memiliki keindahan yang tidak dapat disaingi, seolah-olah seorang pemahat telah menghilangkan setiap kenajisan, dan tubuhnya seperti memancarkan aura ilahi.

"Kakak, tolong letakkan tanganmu di pundakku," bisik Felicia ke telinga Yuuto ketika dia dengan penuh kasih membelai leher dan dagunya. Gerakan itu menggelitik Yuuto di sana-sini, tetapi ia berhasil menahan diri agar cukup melakukan apa yang dikatakannya.

"Hm? A-apa rencanamu, Felicia—”

"Oooh! ♡” Ketika kedua tangan Yuuto menyentuh bahunya, Felicia berteriak nakal dan jatuh ke pelukan Yuuto. Itu adalah aktingnya; Yuuto sama sekali tidak menarik bahunya. Tetapi bagi orang-orang yang melihatnya, itu terlihat seperti Yuuto dengan paksa memeluknya.

"Ini, Ayah." Sigrún mencondongkan tubuh dengan pengaturan waktu yang tepat, ia mulai menuangkan teh ke cangkir Yuuto.

Semuanya yang terjadi secara bersamaan menghasilkan pemandangan yang tidak salah lagi adalah gambaran seorang lelaki mesum yang sedang ditemani haremnya.

Begitulah Serigala Bijaksana kami, Ráðsviðr! Biasanya Yuuto akan berteriak seperti itu, tetapi saat ini dia secara internal bertepuk tangan padanya.

Linnea dihormati sebagai "Putri" dan bapak leluhur klannya. Kebanggaannya tidak bisa memaafkan perlakuan yang menganggap dia sebagai salah satu wanita di antara banyak wanita. Jadi, memberi kesan bahwa dia sangat senang bermain dengan banyak wanita mungkin akan membuatnya menarik kembali lamarannya. Yuuto pikir ide itu tidak terlalu buruk.

"Uuurgghhh ...!" Linnea yang tidak bisa menahan ketidaksenangannya menggeram dan menggembungkan pipinya.


"Tee hee hee," Felicia terkikik, mengeluarkan senyuman penuh kemenangan. “Ya ampun, apa ada masalah, kak Linnea? Mungkinkah kau cemburu? "

Dia perlahan-lahan meraba dada Yuuto dengan jari telunjuknya.
Kau benar-benar betah memainkan peran sebagai wanita jahat, Felicia, Yuuto berpikir dalam hati, lalu dengan cepat mengusir kata-kata itu dari benaknya. Tidak sopan memikirkan hal seperti itu tentangnya ketika dia sedang berusaha keras demi kepentingannya.

"Aku— aku tidak cemburu !!" Linnea berteriak penuh amarah, tetapi penolakannya tidak meyakinkan sama sekali. Kecemburuannya jelas terlihat oleh semua orang.

Untuk beberapa saat, Linnea melihat ke bawah, menggigit bibirnya dan diam-diam mengerang frustrasi, tetapi tiba-tiba dia bersemangat kembali.

“H-hmm. A-aku mengerti sekarang. Dengan seseorang sehebat Kakak, tak terelakkan bahwa gerombolan wanita akan berbondong-bondong mendatanginya. Baiklah. Mengizinkan beberapa selir juga merupakan tugas seorang istri!”

Linnea mengepalkan tangan dan mengumumkan ini dengan suara keras, seolah-olah dia juga berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Eh? Hah?" Yuuto mulai mendapatkan kesan bahwa dia entah bagaimana baru saja menimbulkan lebih banyak masalah untuk dirinya sendiri. Dan tiba-tiba sesuatu terjadi.

Sigrún adalah orang pertama yang menyadarinya. Dengan kelincahan seperti binatang, dia berdiri tiba-tiba dan memelototi ke arah pintu masuk, menurunkan titik tumpunya. Dia meletakkan tangan di gagang pedangnya, siap menariknya kapan saja.

Ekspresinya lebih serius daripada yang pernah Yuuto lihat, dan butir besar keringat sudah turun ke pipinya.

"Apa yang terjadi, Rú—" Yuuto bahkan tidak bisa menyelesaikan pertanyaannya sebelum dia juga menyadarinya.

Aula ritual besar telah dipenuhi dengan kebisingan dan perayaan, tetapi suaranya mereda seakan gelombang keheningan menyapu aula, mulai dari pintu masuk. Setiap orang menatap titik yang sama, ekspresi mereka kaku karena kaget.

Berdiri di pintu masuk, terlihat seorang pria paruh baya berbadan tegap berbalut kain sutra. Itu adalah seseorang yang Yuuto ketahui, Goði Alexis. Dia adalah pejabat tinggi Kekaisaran Suci Ásgarðr, perwakilan Kaisar Ilahi, dan orang yang telah mengawasi Upacara Yuuto dan Linnea.

Namun, orang yang semua orang lihat bukan Alexis, tetapi pria yang berdiri di sebelahnya. Dia tampak muda, mungkin sekitar dua puluh tahun, dengan rambut semerah api. Dia tinggi dan ramping, dengan tubuh kekar yang menunjukkan kekuatan dan kelincahan.

Wajah maskulinnya diimbangi oleh matanya, yang dipenuhi dengan keingintahuan yang hampir seperti anak kecil.

Memang, tidak ada yang eksotis atau abnormal tentang penampilan pemuda itu. Namun, Yuuto benar-benar tidak dapat mengalihkan pandangan darinya.

"A-apa-apaan pria itu ?!" Yuuto tersentak. Sebelum dia menyadarinya, dia sudah setengah berdiri, tubuhnya menegang untuk perisapan bertarung atau melarikan diri.

Dia merasakan teror misterius muncul dalam dirinya sebagai tanggapan terhadap lelaki ini, seolah-olah ragu sesaat akan berarti kematian itu sendiri. Seolah harimau liar tiba-tiba muncul di depannya.

“Steinþórr! Kenapa dia ada di sini ?!” Linnea meledak, suaranya bergetar. Bahkan Yuuto pernah mendengar nama itu sebelumnya. Di Yggdrasil barat, sejak berdirinya Kekaisaran Suci Ásgarðr, wilayah utara Sungai Körmt dikenal sebagai Álfheimr, dan wilayah di selatan dikenal sebagai Vanaheimr.

Klan Petir mengendalikan bagian utara Vanaheimr yang luas di sepanjang Sungai Körmt, dan Steinþórr adalah patriark mereka. Sikap bertarungnya, yang berani, tidak kenal takut, dan biadab, memberinya julukan itu

"The Dólgþrasir ... Jadi dia adalah 'Battle Hungry Tiger' dari Vanaheimr, kan?" Yuuto meludahkan kata-kata dengan gemetar kecil, menyeka keringat dari pipinya dengan punggung tangannya.

Dia telah mendengar desas-desus itu, tetapi sampai baru-baru ini, itu adalah nama yang tampak jauh, dari wilayah yang tidak berbatasan dengan miliknya.

"Ya," jawab Linnea. 

"Bahkan pahlawan besar Klan Kuda, Yngvi, takut akan kekuatannya. Setelah menghadapi dia sekali dalam pertempuran, Yngvi memberikan putrinya sendiri dalam pernikahan dan melakukan sumpah ikatan ... semuanya menghindari pertempuran dengan seorang pria yang sepuluh tahun lebih muda darinya. "

"Itu ... terdengar seperti lawan yang tangguh."

Yuuto pernah menghadapi Yngvi dalam pertempuran sekali sebelumnya, dan kagum dengan kemampuan pria itu. Yngvi berhasil merespons untuk setiap taktik pertempuran Yuuto yang berasal dari sejarah masa lalu, meskipun ia baru pertama kali melihatnya. Kekuatan komandonya telah membawa pasukannya kembali dari jurang kematian setiap kali Yuuto mengguncang mereka, dan keberaniannya yang kuat dalam pertempuran bahkan berhasil membuat sergala terkuat Klan Serigala kewalahan, Mánagarmr Sigrún.

Dalam satu generasi, Yngvi telah mengangkat Klan Kuda menjadi sebuah negara besar yang telah siap untuk menguasai semua Álfheimr. Kemampuannya adalah yang cocok untuk peran "penguasa tertinggi," orang yang merebut kekuasaan atas tanah melalui penaklukan militer.

"Dia seperti Takeda Shingen," gumam Yuuto. "Hah?" Linnea menatapnya bingung.

"Maaf, aku hanya berbicara sendiri," jawab Yuuto sambil tersenyum masam.

Sering dikatakan bahwa Oda Nobunaga, penakluk militer yang kuat di era Peperangan Jepang, pernah mencari perdamaian dan aliansi dengan Takeda Shingen. Meskipun memiliki beberapa kali kekuatan militer dari pasukan Takeda, Oda telah memberikan segala hormat kepadanya. Itu menunjukkan seberapa jauh dia takut pada kekuatan Takeda Shingen.

Namun, ini bukan hanya masalah dari sejarah kuno. Dalam perang mereka sebelumnya dengan Klan Tanduk, Klan Serigala telah merebut beberapa wilayah tepi sungai, dan sekarang mereka berbagi perbatasan dengan Klan Petir. Tampaknya tetangga baru mereka sangat sedikit…..

“Tuan Alexis! Kenapa kau membawa orang seperti dia ke sini ?!” Rasmus mempertanyakan goði berjanggut itu, sembari tidak pernah melepaskan pandangannya dari Steinþórr.

Ini adalah pusat ibukota Klan Tanduk, dan di atas semua itu, ini adalah situs keagamaan mereka yang paling suci. Ada beberapa lapisan keamanan yang harus dilalui sebelum bisa memasukinya, jadi itu bukan tempat yang seharusnya bisa didatangi orang asing.

Jelas bahwa Alexis telah menggunakan hak diplomatiknya sebagai perwakilan kaisar untuk membawa patriark Klan Petir bersamanya.

"Ah, ayolah, jangan terlalu memikirkan detailnya, pak tua." Steinþórr benar-benar tidak terpengaruh. "Kalian sedang mengadakan perayaan, kan? Kurasa aku ingin mampir dan berharap bisa memberikan ucapan selamat sebagai kepala negara tetanggamu.”

"Beraninya kau mengatakan sesuatu yang sangat tak tahu malu, ketika kau mengambil kehidupan patriark kita sebelumnya dengan tanganmu sendiri !!" Teriak Rasmus.

"Ahh, lelaki tua Hrutin itu atau yang lain? Semua orang mengatakan dia sangat luar biasa, tetapi dia bahkan tidak memberikan perlawanan.”

Pendahulu leluhur klan itu bukan hanya ayah asli Linnea, dia juga orang tuanya yang telah disumpah oleh Sumpah Ikatan, dengan kata lain dia adalah kakek dari seluruh klan. Terlebih lagi, dia adalah kakek tercinta, yang telah memberkati klannya dengan banyak usaha besar dan meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam sejarah mereka.

Steinþrr telah membicarakan orang seperti itu dengan acuh tak acuh seolah-olah dia berbicara tentang cuaca kemarin, hampir tidak layak untuk diingat. Kebencian mulai terdengar dari sekitar aula yang penuh sesak. Steinþórr menanggapi dengan tawa kecil dan melambai pada kerumunan. "Ya, ayolah, siapa yang peduli dengan orang tua yang sudah mati?"

"Beraninya kau ... beraninya kau mempermalukan kami!" Kemarahannya sudah berada pada puncaknya, Rasmus menghunus pedang di pinggangnya. Bahkan jika itu adalah patriark Klan Petir, untuk memaafkan perlakuan seperti itu tidak hanya membuat martabat Rasmus, tetapi martabat Klan Tanduk secara keseluruhan dalam bahaya. “Jangan berpikir kau bisa dengan berani berjalan ke tempat ini sendirian, membuat komentar seperti itu, dan pulang hidup-hidup! aku akan mengambil kepalamu untuk dijadikan persembahan di makam leluhur sebelumnya! Hei semuanya!”

Atas sinyal Rasmus, beberapa pria dari kerumunan mengikuti jejaknya, mengambil pedang mereka. Ada beberapa jeritan ketakutan dari beberapa wanita yang hadir, dan tiba-tiba aula itu gempar.

Pemuda berambut merah itu pasti menyadari semua Rasa haus darah ini tertuju kepadanya, tetapi tampaknya ia tidak peduli. Dia menggaruk kepalanya dengan ekspresi bosan, tidak terkesan.

"Ayolah, Rasmus," kata Alexis dengan ekspresi sedih, melangkah di antara kedua pria itu. “Pemuda ini adalah tamuku. Tolong pertimbangkan posisiku, dan maafkan kekasarannya sebagai bantuan kepadaku. "

Jelas berpengalaman sebagai mediator dalam konflik, Alexis berbicara dengan penuh percaya diri di tengah suasana tegang dan penuh kekerasan. Satu langkah salah dan dia bisa dengan mudah menjadi orang yang ditebas, sengaja atau tidak sengaja. Namun ekspresinya yang tenang tidak berubah.

Dia bukan hanya goði, tapi jelas seorang pria yang cukup sopan.

"Khh ...!" Rasmus mengerutkan wajahnya seolah-olah dia sedang menginjak-injak serangga menjijikkan. Setidaknya secara resmi, Patriark klan adalah pengikut Kaisar Suci. Otoritas resmi itu digunakan sebagai bagian dari pembenaran untuk pemerintahan klan atas wilayah mereka. 

Goði adalah wakil Kaisar Ilahi. Kata-katanya adalah kata-kata kaisar, dan tamunya adalah tamu kekaisaran. Melukai atau membunuh Steinþórr di sini akan menjadi penghinaan terhadap kehormatan Kaisar Suci. Jika itu dilakukan terlepas dari upaya goði untuk menghentikannya, itu adalah aib tidak termaafkan.

"Jika Anda berkata begitu, Lord Alexis," kata Rasmus, "Maka aku tidak punya pilihan selain mundur." Dia menurunkan pedangnya. Suaranya terdengar pahit dan bergetar karena marah.

Kemungkinan satu-satunya hal yang menahannya adalah rasa tanggung jawabnya sebagai orang kedua di Klan Tanduk. Kekaisaran Suci Ásgarðr telah memerintah seluruh wilayah Yggdrasil 200 tahun yang lalu. Sekarang, lingkup pengaruhnya telah menyusut menjadi sesuatu yang sebanding dengan klan berukuran sedang seperti Klan Tanduk. Secara geografis dan politis, tempat itu jauh dari tempat ini. Namun, wewenangnya masih ada, tetap menuntut penghormatan. 

Kekaisaran bisa memberikan hak resmi kepada tetangga Klan Tanduk untuk menyerang mereka. Saat ini Klan Tanduk memiliki wilayahnya di timur yang direbut oleh Klan Serigala, sementara kota-kota dan desa-desanya di bagian barat telah dihancurkan oleh penyerang sebelum mereka berhasil dikalahkan.

Dengan situasi internal seperti itu, Rasmus harus menghindari pemberian klan tetangganya alasan untuk menyerang.

"Sepertinya kau masih bisa hidup, kakek." Steinþórr menyeringai.

"Kau bodoh, aku masih—" Rasmus mulai menaikkan suaranya ke arah Steinþór lagi, tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Dalam sekejap, Steinþrr telah benar-benar menutup jarak di antara mereka.

Dia sudah sangat dekat dengan Rasmus sehingga pedang tidak akan berguna, dan Rasmus mendapati dirinya tidak dapat bergerak atau bereaksi. Steinþórr mendekat ke wajah Rasmus, hidung mereka hampir bersentuhan, dan menertawakannya.

"Ya, aku tidak kesini untuk menemuimu sejak awal, kakek. Yah, hei, di usiamu, kau mungkin tidak punya waktu lama, tapi jaga dirimu.”

Dengan kata-kata itu, Steinþrr tiba-tiba berjongkok, dan menjentikkan Pedang Rasmus dengan jarinya.
Hanya itu yang dia lakukan.

"Kau pasti becanda...!" Yuuto tersentak pada apa yang dilihatnya, sementara lantai batu aula bergema karena dentingan logam. Tentu saja, perunggu lebih rapuh dari besi. Itu faktanya. Tapi rapuh atau tidak, seharusnya mungkin bagi seseorang untuk mematahkan perunggu hanya dengan menjentikkan jari!

Ketidakmungkinan itu baru saja terjadi tepat di depan matanya. "Itulah kekuatan Shatterer, Mjǫlnir," jelas Linnea. "Itu sebuah Rune unik dengan semua energi ilahi, ásmegin-nya, yang berfokus pada kekuatan penghancur ... "

Biasanya, rune Einherjar memberi mereka sekitar empat atau lima kemampuan berbeda. Misalnya, Rune Sigrún memberinya kemampuan fisik yang lebih baik secara keseluruhan lebih kuat daripada prajurit pria kekar rata-rata, tetapi itu juga memberinya indera penciuman yang dapat mendeteksi racun dan kehadiran musuh, indra keenam yang luar biasa dalam pertempuran, dan raungan liar yang menginspirasi sekutunya dan mengintimidasi musuh-musuhnya.

Ada juga pengecualian. Rune Felicia Skírnir cukup istimewa, yang menganugerahkannya berbagai kemampuan dan kekuatan. Ini diimbangi dengan kemampuan Felicia yang tidak terlalu kuat. 

Sebagai jack-of-all-trade, seorang Einherjar yang hanya berspesialisasi dalam beberapa kemampuan pasti akan mengalahkannya.

Jika semua kekuatan rune dikompresi dan terfokuskan pada satu hal, orang itu mungkin bisa mendapatkan kekuatan konyol yang mampu mematahkan pedang perunggu menjadi dua dengan jentikan jari. Setelah mencapai kesimpulan itu, Yuuto menyadari sesuatu yang lain.

"Hm? Tapi bagaimana dengan pergerakannya?” dia bertanya pada Linnea. "Itu juga sangat tidak wajar, bukan?"

Rasmus adalah elit Klan Tanduk yang berkuasa, Einherjar yang dikenal sebagai Brísingamen, atau "Empat Api," yang telah menyebabkan beberapa kekalahan menyakitkan bagi Klan Serigala sebelum kedatangan Yuuto. Meski sudah melewati masa kejayaannya, Rasmus seharusnya masih cukup kuat dan terampil. 

Namun, dia tidak bisa bereaksi terhadap kecepatan Steinþór sama sekali. Bahkan Yuuto yang melihat dari sela-sela, nyaris tidak bisa mengikutinya. Sulit dipercaya seseorang bisa bergerak secepat kilat tanpa pengaruh rune.

Ada, tentu saja, para pejuang seperti Jorgen Wakil Komandan Klan Serigala, yang melalui pelatihan intensif bertahun-tahun, memperoleh tingkat keterampilan yang memungkinkan mereka untuk bertarung dengan Einherjar.

Itu hanya intuisi Yuuto, tetapi dia jelas-jelas merasakan bahwa seorang pria seperti Steinþórr tidak mendapatkan keterampilan seperti itu dari pelatihan keras selama bertahun-tahun. Dia sudah kuat dari awal. 

Kekuatannya seperti hal normal dari dalam dirinya, seperti beruang atau harimau, atau binatang buas lainnya.

"Ya," lanjut Linnea. "Dia memiliki kekuatan lengan dan kaki yang fenomenal, berkat Rune Megingjörð-nya, Sabuk Kekuatan."

Untuk sesaat, Yuuto mengira dia salah dengar. Jika ingatannya tidak salah, dia baru saja mendengar tentang rune Steinþór, dan itu memiliki nama yang berbeda. Dia tidak memiliki ingatan terbaik, tetapi dia yakin bahwa dia bukan tipe orang yang melupakan apa yang baru saja orang lain katakan, seperti orang tua yang pikun.

"Linnea, maksudmu ... Apakah orang ini memiliki dua rune ?!"

"Ya, Kakak. Dia adalah satu dari hanya sedikit, mungkin paling banyak tiga, di seluruh Yggdrasil yang mempunyai dua rune ”

"... Cheater yang aneh," kata Yuuto dengan jijik.

Tidak ada cara untuk melakukan survei atau pengukuran apa pun di dunia ini, tetapi menurut pemahaman Yuuto, hanya sekitar satu dari setiap sepuluh ribu orang yang menerima berkat dari sebuah rune. Dia tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa seseorang dapat diberikan dua rune secara langsung.

"Oke, kalau begitu. Ayo kita cari.” Steinþórr melihat sekeliling. "Ah, itu dia!" Matanya bertemu Yuuto.

Sebelum Yuuto bahkan bisa selesai berpikir Oh, sial ... pemuda berambut merah itu berjalan santai ke arahnya dengan senyum diwajahnya.

"Berhenti." Sigrún berdiri menghadang Steinþórr, sikapnya seolah-olah sedang melindungi Yuuto. "Aku tidak akan membiarkanmu mendekati Ayah."

Dia menekankan peringatannya dengan gerakan kecil, tangannya sedikit melonggarkan pedangnya dari sarungnya. Yuuto belum pernah melihat ekspresi suram di matanya sebelumnya, dan wajahnya dipenuhi butiran keringat.

Yuuto terkejut. Aku melihat sesuatu yang mustahil hari ini, pikirnya dalam hati. Bahkan dalam mimpinya yang paling liar sekalipun dia tidak pernah membayangkan melihat Serigala Perak Terkuat, Mánagarmr, takut pada seseorang!

"Hm?" Steinþórr berhenti, melihat Sigrún dengan saksama. Berbeda dengan interaksinya dengan Rasmus beberapa saat yang lalu, ada sedikit minat di matanya. Yuuto bisa mendengar gigi Sigrún menggertak; Tatapan Steinþórr pasti sangat tidak menyenangkan baginya. Meski begitu, wanita yang biasanya pemarah itu tetap diam mendapatkan perlakuan tidak senonoh seperti itu. Itu hanya membuat Yuuto terkesan, ancaman yang sangat tidak terduga dari Steinþór.

"Rambut perak itu berarti kau petarung top Serigala, Sig-entah-apa, ya?"

"Sigrún."

“Benar, ya, aku tidak terlalu peduli dengan detailnya. Aku mengerti ... kau memiliki aura yang kuat. Sepertinya kabar tenang kau mengalahkan ayah mertuaku dalam pertarungan satu lawan satu bukanlah kebohongan total. Eh, walaupun masih bukan tandingan untukku.”

Mengangguk seolah puas dengan penilaiannya sendiri, Steinþrr tampaknya kehilangan minat padanya dan mengalihkan pandangannya kembali ke Yuuto. Dia menyebutkan kematian ayah istrinya dengan santai, tanpa sedikit pun kebencian. Itu adalah pernikahan politik antara dua klan. 

Namun, tidak ada tanda dendam tentang masalah yang mungkin digunakan untuk membenarkan perang balas dendam, jadi mungkin tidak mengejutkan bahwa Yuuto menghela nafas lega. Sebagai seseorang yang lebih suka kedamaian, dia lebih suka tidak harus melawan monster seperti itu.

"Kau tentu tahu bagaimana caranya merusak sebuah perayaan, Lord Steinþórr." Linnea tidak bisa menutupi kekesalannya. "Atau hanya karena sifat binatang buas yang tidak peduli dengan masalah yang ditimbulkannya bagi orang lain?"

Perayaan kemenangan seremonial ini diselenggarakan oleh Klan Tanduk. Kehadiran Steinórr telah merusak segalanya dengan cukup parah sehingga Linnea, sebagai sponsor dan pembawa acara, kehilangan muka. Itu hanya sifat manusia yang ingin merespons dengan satu atau dua komentar sinis.

"... Mm?" Steinþór melirik padanya. "Ohh! Kau seharusnya patriark baru dari Klan Tanduk, kalau begitu. Namamu, uhh ... tunggu, siapa ya?”

"Apa—!" Linnea terpana oleh kehinaan baru ini.

Mereka telah mengalami masa-masa sulit dalam beberapa bulan terakhir, tetapi Klan Tanduk masih merupakan negara yang menonjol dan kekuatan yang berpengaruh di wilayah ini. Selain itu, ia berbagi perbatasan nasional yang panjang dengan Klan Petir di sepanjang Sungai Körmt. Sebagai seorang patriark, bahkan untuk tidak mengingat nama seseorang dalam situasi seperti itu tidak lain adalah penghinaan.

"Nama aku adalah..."

“Ahh tunggu, tunggu, jangan bilang dulu, aku mendengarnya dari Röskva. Ummmmmm ... "Steinþórr dengan keras berpikir sejenak. Kemudian dia berkata dengan penuh percaya diri, “Ya, itu dia! Aku ingat sekarang! Borghildr! "

Itu adalah nama yang sama sekali tidak berhubungan, tanpa satu katapun yang cocok. Orang mungkin berpikir itu adalah provokasi terang-terangan. Tetapi jika demikian, pasti setidaknya ada beberapa dendam atau sarkasme tercampur dalam nada suaranya.

Pernyataan pemuda itu bebas dari provokasi semacam itu; dia hanya mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya. Mengetahui hal ini membuat kepribadiannya semakin menyebalkan.

Menahan amarahnya, patriark muda Klan Tanduk mengumumkan namanya sendiri. 

"... Linnea."

Dia tahu apa yang harus dia lakukan disini. Situasi sudah dimediasi oleh Alexis, dan negaranya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan secara politis. Untuk seorang gadis yang sombong seperti dia, itu adalah pengendalian diri yang mengesankan.

"Hah? Jadi begitu. Yah, siapa yang peduli dengan detailnya. Aku juga tidak punya urusan dengan seorang gadis kecil ingusan. Meski mungkin aku bisa meluangkan waktu untuk wanita cantik dengan tubuh bagus di sana.”

“Grr ...! Kau Bajingan!" Linnea akhirnya kehilangan kesabaran, mungkin karena dia sudah dibandingkan dengan Felicia beberapa saat yang lalu, dan rasa malu itu masih ada. Ketika dia meraung penuh amarah, dia ingin berdiri dari kursinya, tetapi sebuah lengan di pundaknya menahannya.

Itu bukan pegangan yang kuat. Tapi itu mengandung tekad yang tidak akan menerima jawaban tidak. Linnea menggigil dan kekuatan meninggalkan tubuhnya. Yuuto menunggu sampai dia yakin Linnea telah duduk kembali di kursinya, lalu menatap tajam ke pemuda berambut merah itu. 

“Berhenti melecehkan mereka. Akulah tujuanmu kesini, bukan?”

Saat itu juga, suasana berubah sepenuhnya. Setiap orang merasakan sensasi yang sama, seolah suhu ruangan turun tiba-tiba. Dan itu semua karena beberapa kata oleh seorang bocah lelaki yang sampai saat itu, tampak malu-malu dan biasa-biasa saja.

Bagi Yuuto, keluarga lebih penting daripada hal lainnya. Mungkin itu tidak disengaja, tetapi pria ini telah mengolok-olok keluarga Yuuto, adik perempuannya, dan almarhum ayah yang diakui saudarinya. Itu lebih dari cukup untuk membuat Yuuto membencinya.

Dia tidak berteriak, tapi Yuuto jelas-jelas kehilangan kesabaran. Cukup untuk memunculkan sifat sejatinya, Singa ganas itu bersembunyi di dalam dirinya.

"... Oh?" Untuk pertama kalinya, seringai sombong menghilang dari wajah Steinrór.



'Pemuda yang ceria, bodoh dan polos' tampaknya juga menghilang, seolah-olah topengnya telah dilepas, mengungkapkan sesuatu yang mengerikan di bawahnya. Yuuto sekarang memiliki aura seperti binatang buas. Dia memelototi Yuuto dengan ekspresi intens seperti predator yang akhirnya menemukan mangsa yang dicari.

Yang menyedihkan dalam situasi ini adalah anggota Klan Tanduk. Mereka sedang dalam perayaan, tetapi tiba-tiba diganggu oleh kehadiran mendadak dari patriark Klan Petir dan dikendalikan oleh kekuatan mengerikannya. Jika itu belum cukup, pria muda yang diam-diam dipandang rendah oleh mereka dan berencana untuk mencoba mengambil keuntungan darinya juga tiba-tiba mengungkapkan sisi tersembunyi yang menakutkan.

Bahkan tidak mampu melarikan diri, para anggota Klan Tanduk berdiri tegak di tempat seolah-olah terbebani oleh tekanan, tekanan yang mencekik udara aula ini, wajah mereka pucat dan tubuh mereka gemetar.

Suasana diam berlanjut selama beberapa saat. Akhirnya, seringai muncul di wajah Steinþór.

"Apa-apaan! Jadi, Kau bisa membuat wajah seperti itu! Sejenak aku berpikir kau benar-benar mengecewakanku, kau tahu?”

"Apa?" Yuuto menjawab dengan kesal, tidak dapat memahami apa yang dikatakan Steinþórr. Aura kemarahan yang berasal dari tubuhnya tumbuh lebih besar.

Ketegangan di udara semakin berat, dan beberapa napas ketakutan bisa terdengar di sana-sini di tengah kerumunan. Tetapi bagi pemuda berambut merah itu, aura mengintimidasi yang membanjiri dirinya hanya menambah lebar senyumnya. "Ha ha! aku bahkan tidak merinding seperti ini saat aku bertemu dengan ayah mertuaku,” kata Steinþórr. "Serius, aku menyukaimu, kawan."

"Oh ya? aku tidak senang sedikitpun disukai oleh orang sepertimu."

 "Aww, ayolah, jangan dingin seperti itu." Sikap Steinþórr tiba-tiba ramah dan terlalu akrab. "Kita bertetangga. Kita harus bergaul kan. Mari kita bersenang-senang bersama mulai dari sekarang.”

Yuuto mendecakkan lidahnya, kebingungan oleh perubahan mood Steinþórr. "Cih. Ada apa denganmu?”

Dia masih membenci pria itu, itu tidak berubah. Memang mudah menghadapi permusuhan dengan permusuhan, tetapi lebih sulit lagi untuk tetap memusuhi seseorang yang bersikap ramah terhadapnya.

"Hei, patriark Klan Serigala. Siapa namamu?"

" Yuuto. Yuuto Suoh. "

"Yuuto Suoh, ya?" Steinþórr mengulangi namanya lagi. “Terdengar aneh untuk sebuah nama. Tapi aku sudah mengingatnya sekarang. Aku tidak akan pernah melupakan namamu, Yuuto Suoh.”

Dia mengumumkan itu dengan keras, hingga dapat didengar semua orang. Pria ini tidak pernah repot-repot untuk mencoba mengingat nama patriark Klan Tanduk, Linnea, atau ayahnya, pendahulu Klan Tanduk yang terkenal sebagai pria hebat, atau Sigrún, Mánagarmr dari Klan Serigala. Yuuto gagal mengakui arti dari pengumuman itu.

"Astaga, kau benar-benar dingin," kata Steinþórr, berbalik. "Ah, kurasa aku akan pulang sekarang. Lagipula, aku melihat sesuatu yang menarik. Sampai jumpa lagi, Yuuto Suoh.”

Dia melambai santai saat berbalik pergi. Kerumunan membuat jalan baginya tanpa diperintah sekalipun. Sama seperti kisah Musa membelah Laut Merah, legenda itu masih jauh di masa depan.

Ketika Steinþórr berjalan keluar dari aula, semua orang yang melihatnya pergi, tercengang.

"T-tolong tunggu aku, Tuan Steinþórr!" Alexis memanggilnya, seolah baru saja sadar, lalu berbalik dan membungkuk cepat kepada kerumunan.

"Sekarang, jika kalian akan memaafkan kami. Silakan luangkan waktu kalian dan nikmati sisa malam ini. Permisi!"

Goði kemudian pergi, mengikuti Patriark Klan Petir. Bahkan setelah mereka berdua pergi, aula ritual hanya kembali diam, udara yang berat masih bertahan untuk sementara waktu. Hal pertama yang memecah keheningan adalah desah keras.

Itu adalah Sigrún. Dia berlutut dan terjatuh. Dia pasti menahan napas.

"Haaaaaaaah ..." Selanjutnya setelah itu adalah Felicia, dengan desahan keras. "Aah, mulutku sudah benar-benar kering." Dia cepat-cepat mengambil secangkir air di depannya dan mulai meneguknya tanpa keanggunan atau sikapnya yang biasa.

"Untuk berpikir bahwa itu bahkan bukan pertempuran dan dia masih berhasil membuat kalian berdua kelelahan seperti ini," kata Yuuto dengan prihatin. "Dia memang aneh, tetapi dia adalah ancaman yang sangat besar."

"Aku tidak akan selelah ini kalau hanya orang itu ..." Sigrún memulai.

"Ya, seperti kata Run, jika itu hanya dia ..."

Sigrún dan Felicia kemudian berbicara dengan nada yang tidak jelas, sambil memandangi Yuuto. Sigrún tidak mengatakannya secara langsung, tidak seperti biasanya.

Yuuto memiringkan kepalanya, bertanya-tanya apa maksudnya. Kemudian dia sadar.

"Oh, benar. Kau juga khawatir karena harus melindungiku.”

Bawahan kepercayaan Yuuto, Felicia dan Sigrún, juga merupakan pengawal pribadinya. Mereka memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melindungi bapak bangsa mereka dengan taruhan nyawa sekalipun.

Pasti sangat melelahkan secara mental untuk tetap waspada terhadap seorang pria yang sangat kuat. Yuuto secara bersamaan merasa bersyukur dan bersalah terhadap mereka, karena selalu melindungi orang yang lemah seperti dirinya. Dia tahu itu pasti sangat sulit.

"Eh, yah, bukan itu maksud yang sebenarnya ..." Sigrún mencari kata-kata yang tepat. "Bisa dibilang rasanya dilempar tanpa senjata ke dalam kandang tempat singa dan harimau berhadapan ..."

"Memang," Felicia mengangguk setuju. “Tepat seperti itu. aku merasa seolah-olah aku akan mati karena ketakutan."

"Sama mengerikannya bukan hanya dengan satu binatang buas, tapi dua ..." Nada bicara Yuuto suram. "Itu masuk akal; bagaimanapun juga, dia memiliki dua rune. Steinþórr adalah monster.”

"..." Felicia dan Sigrún tidak mengatakan apa-apa, ekspresi mereka kaku, seolah-olah mereka bingung bagaimana harus menanggapinya dengan benar.

Yuuto berpikir dia bisa memahami reaksi mereka. Dia sebelumnya memiliki masalah yang sama dengan Klan Kuda, dia telah memikirkan Klan Petir sebagai negara besar dan kuat tetapi jauh, dipisahkan dari Klan Serigala-nya oleh wilayah Klan Tanduk.

Tetapi dengan kemenangannya baru-baru ini atas Klan Tanduk, Klan Serigala telah mengklaim cukup banyak wilayah Tanduk, dan sekarang berbagi perbatasan dengan Klan Petir. Dengan pria yang sangat berbahaya seperti tetangga barunya, terus terang, mencoba mencari cara untuk menanganinya saja sudah membuat kepala Yuuto pusing.

Dia menghela nafas. “Dia dikenal sebagai Battle-Hungry Tiger Dólgþrasir, jadi pada awalnya aku menganggapnya sebagai seseorang seperti Takeda Shingen, 'Harimau Kai.' Tapi setelah bertemu langsung, dia lebih seperti Lu Bu atau Xiang Yu. "

"Bolehkah aku menganggap itu adalah nama-nama pahlawan dari duniamu, Kakak?" Felicia bertanya.

"Ya, keduanya memiliki keberanian dan keterampilan yang luar biasa."

Lu Bu adalah seorang komandan militer legendaris pada akhir dinasti Han Timur di Imperial China, yang terkenal karena kekuatannya yang tak tertandingi.

Sementara itu, Xiang Yu dipuji sebagai komandan militer terbesar sejarah Tiongkok, bahkan melampaui Lu Bu.

"Oleh karena itu, aku benar-benar akan berperang dengannya, bukan?" 

Yuuto mulai menebak perilaku sebelumnya. Steinþórr jelas adalah orang yang memulai sesuatu dengan mencoba berkelahi, tetapi Yuuto jelas memberikan jawaban yang baik.

"Kupikir mungkin itu pilihan yang tepat," Felicia meyakinkannya. "Menanggapi perilaku kasar dengan ketakutan hanya akan berakhir dengan kita dianggap remeh."

"Ya kau benar." Yuuto tahu bahwa ada konsekuensi untuk dipandang rendah. Itu bisa berarti menjadi target invasi, atau dilecehkan dengan tuntutan aneh.

Cara berpikir yang mengasumsikan bahwa jika seseorang membuat pengakuan, pihak lain juga akan membuat pengakuan, adalah pemikiran yang naif. Di dunia nyata, satu-satunya orang yang akan bekerja dengan logika adalah orang Jepang. Jika salah satu mundur karena takut konflik, yang lain akan mengambil kesempatan dan maju untuk menutup celah. Inilah realitas diplomasi internasional. Terutama di dunia seperti Yggdrasil di mana hukum rimba berlaku.

Dalam pertemuan terakhir ini, bersikap pasif atau defensif akan menjadi jawaban yang salah.

"Yah, sepertinya orang itu menyukaiku, jadi mungkin semuanya akan baik-baik saja." Yuuto menghela nafas panjang.

Musuh lama klannya, Klan Tanduk telah menjadi keluarganya karena saudara perempuan barunya, dan pertempuran tak terduga dengan Klan Kuda juga telah berakhir. Setelah disibukkan oleh peperangan terus-menerus begitu lama, semuanya akhirnya tenang, memberinya kesempatan untuk benar-benar mulai mencari metode untuk kembali ke rumah. Memulai perang lain dengan tetangga barunya akan menjadi puncak dari kebodohan.

"Umm, yah ..." Felicia melihat ke depan dan ke belakang, memindai seluruh aula ritual, dengan ekspresi yang sulit. "Aku pikir hal-hal mungkin telah berubah ke arah yang lebih baik untuk Klan Serigala dan Klan Tanduk, tetapi itu mungkin akan menjadi masalah baru bagimu secara pribadi, Kakak.”

Saat Yuuto mengikuti tatapannya dan melihat ke sekeliling aula, untuk beberapa alasan semua anggota Klan Tanduk yang berkumpul tampaknya terdiam kaku. Yuuto mengerutkan kening, kebingungan. 

"Hei, Feli—"

“Ohh, seperti yang kuharapkan dari paman Klan Serigala-ku! Aku tahu ada sesuatu tentang dirimu!” Rasmus menyela Yuuto sebelum dia bisa menyelesaikan pertanyaannya. Wakil Komandan Klan Tanduk berlari ke arah mereka, wajahnya memerah karena kegembiraan.

"Kakak ... Aku jatuh cinta lagi padamu!" 

Linnea berteriak keras tepat dari sebelah Yuuto, wajahnya memerah dan matanya berbinar ketika dia menatap penuh cinta padanya. "Aku tidak bisa berpikir untuk menghabiskan hidupku menikah dengan siapa pun kecuali dirimu, Kakak!"

Rasmus terus berlanjut. “Aku telah menghabiskan begitu banyak waktu dan upaya mencoba meyakinkan mereka dengan kata-kataku sendiri, namun untuk berpikir kau bisa menyentuh hati mereka hanya dengan percakapan singkat itu! Astaga, jika itu bukan bukti kemampuan Anda untuk menjadi penguasa tertinggi, maka gelar itu sendiri tidak ada artinya.”

Rasmus jelas melebih-lebihkan, tetapi Yuuto kebingungan mengikuti apa yang dia bicarakan. Apa yang sebenarnya hingga menyebabkan mereka berdua mendadak memiliki kesan positif yang begitu besar tentang dirinya? Yang dia lakukan hanyalah menatap tajam pada brengsek sombong. Baik Rasmus dan Linnea telah melakukan hal yang sama persis.

Dia melirik Felicia untuk meminta bantuan, tetapi dia hanya menaruh kepalanya di tangannya, menutupi wajahnya seolah-olah dalam kesedihan.

"... Apa sebenarnya yang kulakukan?" Yuuto bertanya, kebingungan.

********

"Itu benar-benar kota yang hidup, bukan?" Alexis berkomentar.

Setelah keluar dari istana, Alexis melirik ke kiri dan ke kanan di sekelilingnya saat ia berjalan di jalanan Fólkvangr yang ramai. Anak-anak kecil berlari bolak-balik di sepanjang jalan, tertawa, seolah-olah dibimbing oleh musik pipa dan lagu-lagu yang terdengar diseluruh kota. Kota ini dipenuhi dengan suasana perayaan, dan ada senyuman di wajah semua orang.

Ketika dia melewati sebuah kios di jalan yang tampaknya berfungsi sebagai bar sementara, dia melihat orang-orang makan di siang hari bolong. Masing-masing dari mereka bersuka ria, bersukacita di saat-saat damai yang telah mereka idamkan. 

"Jadi, bagaimana?"

 Alexis melanjutkan, berbicara kepada pemuda berambut merah yang berjalan tepat di depannya. “Aku mengambil risiko datang ke sini bersamamu untuk bertemu dengannya. Tentunya Anda memiliki pendapat, setidaknya?"

Walaupun statusnya sebagai goði dapat memastikan mereka dapat memasuki aula upacara, sangat berbahaya untuk menerobos masuk ke benteng Klan Tanduk tanpa satupun pengawal, belum lagi Steinþrr juga telah pembunuh pemimpin terdahulu mereka. Ketika bocah itu menyarankannya, Alexis meragukan kepribadiannya. Itu bukan tindakan yang tepat bagi seorang Patriark yang memegang kendali nyawa seluruh klan.

Di atas semua itu, Steinþrr telah mengganggu perayaan sakral dengan perilaku berani, memprovokasi semua orang. Untuk sesaat, Alexis mulai meragukan kewarasan bocah itu. Alexis memiliki pengalaman yang cukup dalam posisinya sebagai goði untuk berurusan dengan situasi yang kacau, namun ia masih merasa ngeri memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi.

Tentu saja, logika pemuda itu tidak diragukan lagi sangat sederhana. Jika itu yang terjadi, pemuda ini memiliki keyakinan mutlak bahwa dia bisa keluar dari wilayah musuh sendirian, dan kembali ke rumah hidup-hidup.

Keyakinan itu bukan hanya kesombongan belaka. Monster ini memiliki kekuatan konyol yang diperlukan untuk membuat hal seperti itu menjadi kenyataan. Namun, jika kebetulan situasi seperti itu terjadi, Alexis tidak akan memiliki harapan untuk selamat. Goði atau tidak, tidak aneh baginya untuk dieksekusi sebagai hukuman karena membawa Steinþrr bersamanya dalam skenario terburuk.

Sekali lagi, dia merasakan kelegaan mendalam bahwa dia berhasil keluar dari sana dalam keadaan utuh. Steinþórr berbalik untuk membalas Alexis dengan ekspresi riang dan polosnya. “Ya, terima kasih sekali lagi karena telah membawaku ke sini. aku ingin melihatnya paling tidak sekali, orang yang disebut ‘Si Hitam.'”

“Jangan gunakan nama itu dengan sembarangan. Itu akan menyebabkan masalah bagi kita.” Alexis mengerutkan alisnya dan mencaci Steinþórr dengan suara rendah. Nama itu adalah tabu tertinggi Kekaisaran Suci Ásgarðr. Sama sekali tidak baik untuk dikatakan di tengah kota.

"Eh, siapa yang peduli dengan detail seperti itu." Mengabaikan peringatan itu, sang patriark Klan Petir menggigit daging yang dibelinya.

Barbar sialan. Alexis tidak bisa menahan diri untuk mengutuk bocah itu dihatinya.

Secara resmi, Patriark klan adalah pengikut Kaisar Ilahi. Karena pejabat tinggi pemerintah pusat diberikan kehormatan mewakili Kaisar Suci, posisi seorang goði jauh lebih tinggi dari Patriark. Tapi, tentu saja, tidak lebih dari status resminya, dan Alexis nyaris tidak memiliki kekuatan politik yang sebenarnya.

Meski begitu, penguasa klan lokal mengandalkan otoritas Kaisar Ilahi sebagai dukungan untuk memerintah daerah mereka. Paling tidak, mereka diminta untuk menunjukkan rasa hormat secara verbal kepada kaisar dan mereka yang berada di atas secara status. Meskipun begitu, seorang goði yang mewakili Kaisar Ilahi harus berurusan dengan seorang anak lelaki kurang ajar yang berbicara kepadanya sama seperti yang dia lakukan pada orang lain. Benar-benar menjengkelkan.

"Pria yang akan menghancurkan dunia, ya?" Steinþórr bergumam dengan keras. "Aku hanya setengah percaya, tapi dia lebih dari yang kuharapkan."

"Hmm. Lalu, akankah Anda akan menyetujui permintaan kami?" Alexis bertanya. "Ya aku akan melawannya, kupikir aku benar-benar bisa menjadi liar.”

Pria yang dikenal sebagai Dólgþrasir menyeringai dengan giginya yang buas.


Note:
Huft, chapter yg panjang dan banyak ilustrasinya juga, hampir setengah ilustrasi volume 2 ada di satu chapter x'D

TL: Afrodit
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar