Selasa, 09 Juni 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 14 - Markas Rahasia

Volume 12
Chapter 14 - Markas Rahasia


“Nah, Naofumi-chan! Malam ini kita pasti akan bersenang-senang bersama!”
“Tidakk!”

Suatu malam, beberapa hari setelah Itsuki tiba di desa, aku memutuskan agar Sadeena mengajariku cara menggunakan Dragon Vein. Para budak telah mengatasi sebagian besar trauma mereka, jadi dia tidak perlu lagi menghabiskan begitu banyak waktu untuk merawat mereka di malam hari.

“Dia benar, Kak Sadeena! Kamu harus berhenti bertindak bodoh seperti itu!”

Raphtalia akhirnya bisa mendapatkan kembali waktu malamnya, oleh karena itu dia tidur di rumahku lagi. Aku memintanya untuk mengusir Atla jika dia muncul di malam hari.

“Oh, soal itu, kupikir mungkin akan sulit untukku mengajarimu semua detailnya sendiri, jadi aku meminta bantuan dari Gaelion-chan juga,” kata Sadeena.

Dia menjulurkan tangannya ke luar jendela dan memberi isyarat. Gaelion datang dengan terbang dalam wujud bayi naga dan memasuki kamarku. 

“Hmm... Jadi dirimu berniat untuk menguasai Dragon Vein, benar begitu? Berkah yang diperlukan, sudah dirimu miliki.”
“Dia bica--”  Raphtalia berdiri terpaku di sana setelah mendengar Gaelion berbicara.
“Diriku Gaelion, Kaisar Naga terlemah. Nyawa diriku direnggut oleh Pahlawan Pedang. Senang bertemu denganmu.”

Memperkenalkan diri sebagai “terlemah” agak aneh.

“Dia adalah naga yang membesarkan Wyndia. Demon dragon mengambil kendali intinya, dan sekarang dia berbagi tubuh dengan Gaelion. Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya sampai sekarang,” aku menambahkan.
“Seharusnya diriku segera memperkenalkan diri, tapi aku sibuk menyembunyikan keberadaanku dari Wyndia, karena dia selalu berada di sekitarku.”
“Gaelion-chan juga bisa menggunakan Dragon Vein. Dengan dia membantumu, kau seharusnya bisa memahami itu dalam waktu singkat.”
“Semoga saja begitu.” 

Aku sudah sedikit belajar sendiri, tapi itu tidak berjalan dengan baik. Ren dan Itsuki... Mereka berdua masih belum bisa menggunakan sihir normal tanpa mengandalkan bola kristal atau semacamnya. Aku mendesak mereka untuk menguasai sihir normal, dan juga mencoba untuk fokus mempelajari Dragon Vein di waktuku sendiri. 

Dan juga, sekarang aku memiliki Sadeena dan Gaelion, bukankah mereka bisa melepaskan sihir dukungan yang kuat tanpa henti? Aku kira akan bagus untukku mempelajarinya juga. 

“Tuan Naofumi! Hah?! Onii-sama!”
“Atla! Aku tidak akan membiarkanmu pergi malam ini! Aku akan menunjukkan hasil pelatihanku!”
“Ehehe! Memangnya kemampuan seperti itu bisa melampauiku, Onii-sama?”
“Aku akan menghentikanmu malam ini, pasti!” 

Aku mendengar keributan keras dari luar rumah. Aku mengintip keluar dan melihat dua saudara berkelahi sementara para budak menontonnya dengan penuh semangat. Apa yang mereka lakukan?!

“Aku merasa sulit untuk berkonsentrasi di sini,” gumamku.
“Aku pikir kau benar. Atla-san mungkin akan segera datang, aku ragu kamu akan belajar banyak sihir malam ini,” jawab Raphtalia.
“Jika saja ada tempat yang tenang. Haruskah kita menggunakan portal dan mencari tempat di dekat kastil?”
“Itu mungkin berhasil. Tapi jika hanya sejauh kastil, Atla-san mungkin masih bisa mengejar kita, dengan menunggangi Piyo-chan.”

Siapa itu? Ah, itu pasti nama Bawahan Filo #1. Aku sepertinya ingat mendengar para budak menyebutnya begitu sambil mengelusnya. 

Zeltoble mungkin cocok. Tapi kalau dipikir-pikir, Zeltoble lebih tidak tenang, dan aku juga harus mengkhawatirkan akomodasi dan pedagang budak. Setelah menatap ke luar jendela dan menikmati keributan selama beberapa saat, Sadeena tiba-tiba angkat bicara. 

“Bagaimana kalau aku membawa kalian ke markas rahasiaku?”
“Markas rahasia?”
“Ya. Ada pulau kecil tidak jauh dari desa, itukah tempat markas rahasiaku berada. Aku ragu Atla-chan bisa mengejarmu kesana.”
“Hmm... Jika Gadis Hakuko itu akan mengganggu pelatihan diri kita, maka masuk akal untuk pindah ke tempat yang lebih tenang.”
“Baik. Tapi ingat satu hal ini, Raphtalia, jangan tinggalkan sisiku, tidak peduli apapun yang terjadi. Hanya kau yang bisa kupercayai.” 

Aku bisa membayangkan apa yang akan terjadi padaku jika aku berakhir sendirian dengan Sadeena dan Gaelion. Ya, terutama Sadeena. Tapi itu akan sama seperti berduaan dengannya, jadi siapa yang tahu apa yang mungkin dia coba lakukan. 

“Tuan Naofumi, kurasa kamu takut berlebihan,” jawab Raphtalia.
“Ara? Aku penasaran siapa yang sebenarnya kau takuti, Naofumi-chan? Aku atau kau, Raphtalia-chan?” Sadeena menyodok pipinya.

Siapa yang kutakuti? Raphtalia lah! Tak usah dibahas lagi! Raphtalia selalu saja berekspresi menyeramkan setiap kali Sadeena mendekatiku dengan maksud tertentu. 

“Kesananya mau naik punggungku? Tapi aku renang jadinya. Atau mungkin sebaiknya kita minta bantuan dari Gaelion-chan?”
“Gaelion saja.”

Jika sesuatu terjadi, aku bisa membuat Gaelion mencegah Sadeena bertindak. Setidaknya itu cukup memberiku waktu untuk kabur.

Kami semua naik ke Gaelion dan berangkat ke pulau tempat markas rahasia Sadeena berada. 

“Wow. Jadi ini markas rahasiamu, ya?” 

Sudah sekitar tiga puluh menit sejak kami naik ke punggung Gaelion. Mulai terlihat sebuah pulau. Di sana gelap, jadi aku tidak bisa melihat dengan baik, tapi itu bukan pulau yang sangat besar. Itu mengingatkanku pada salah satu pulau berbentuk bulan sabit yang aku lihat di brosur perjalanan. Sepertinya tidak ada monster di pulau itu juga. Aku tidak ingin terdengar seperti Motoyasu, tapi itu terlihat seperti pulau kecil romantis di bawah sinar rembulan. 

Begitu kami mendarat, Sadeena membawa kami ke sebuah gua di dekat tepi pulau dan menyalakan obor di dalamnya. Gua itu berlubang di atas. Interiornya kasar, aku membayangkan seperti gua bajak laut. Ada sebuah meja yang terbuat dari batu-batu yang ditumpuk sembarangan dan sebuah kursi yang benar-benar hanya sebatang pohon yang telah dipotong menjadi dua. Sepertinya ada kamar lain di belakang, tapi gelap, jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. 

“Anggap saja di rumah sendiri.”
“Kamu dulu datang ke sini bersama ibu dan ayah, kan? Ketika aku masih kecil, mereka bilang padaku kalau mereka akan mengajak aku kesana begitu aku dewasa. Aku ingat tidak bisa tertidur karena menunggu hari itu tiba,” kata Raphtalia. 

Aku bisa memahami semangatnya. Aku masih ingat saat masih kecil dan bersemangat ketika kerabat mengatakan padaku kalau mereka akan mengajakku berkemah. Tapi aku tidak ingat pernah benar-benar pergi berkemah. 

“Oh? Jadi kamu sudah tahu tentang tempat ini, Raphtalia-chan?” 
“Ya,” jawab Raphtalia.
“Ya, aku cukup yakin Atla tidak akan muncul di sini,” kataku. 
“Bener kan?”

Tetapi lagi-lagi, aku merasa dia mungkin mencoba berenang atau naik perahu.

“Baiklah, Naofumi-chan. Bagaimana kalau kita teruskan dan memulai mempelajari cara menggunakan Dragon Vein?” 
“Tolong ya.” 
“Ini bukan hal yang bisa kau pelajari tanpa memiliki kemampuan tertentu, kan? Aku juga ingin bisa menggunakannya, jika bisa,” kata Raphtalia. 
“Seharusnya bisa jika diriku memberi berkah pada dirimu,” jawab Gaelion. 
“Kalau begitu, kau ikut belajar juga, Raphtalia. Jika kita bisa mempelajarinya bersama, maka itu lebih baik.” 

Tentunya itu akan menjadi hal yang baik jika Raphtalia bisa menggunakannya juga. Tapi Sadeena menatap Raphtalia sejenak dan kemudian mengerang. 

“Hmm... Bagi Raphtalia-chan, mungkin akan sulit.” 
“Dia tidak bisa mempelajarinya?”
“Hmm?”  Gaelion meletakkan tangannya di atas kepala Raphtalia. “Ah, begitu. Dirinya sudah mendapati semacam berkah dari sosok lain. Dalam keadaan diriku yang seperti ini, tidak mungkin bisa diriku lepaskan berkah itu darinya,” katanya. 
“S... sungguh?” Raphtalia bertanya. 
“Apa itu ada hubungannya dengan Katana Vassal yang kamu miliki sekarang atau semacamnya?” Aku bertanya. 

Aku kira ini adalah kerugian memiliki Senjata Vassal dari dunia Kizuna. Menyebalkan sekali. Itu mengingatkanku, aku lupa bertanya pada Kizuna dan penduduk dunianya tentang sihir apa yang mereka gunakan. Sepertinya aku ingat ada sesuatu tentang hal itu dalam naskah yang mereka berikan pada kami, tapi menguraikan hal-hal itu sangat merepotkan. Kurasa aku bisa serahkan itu pada Rishia. Tetapi Rishia juga sudah berusaha menguraikan naskah yang berbeda dan mengalami kesulitan. Kurasa aku tidak bisa berharap banyak. Belum lagi, dia juga harus mengurus Itsuki. 

“Emm.... Jika diriku menyerap pengetahuan dari inti kaisar naga dunia lain yang dirimu miliki, ada kemungkinan diriku bisa tahu cara agar dirinya mendapat berkah dari diriku....” usul Gaelion. 
“Aku malah berpikiran, kau yang terserap oleh dia.” jawabku. 
“Diriku beruntung dirinya adalah kelas kaisar naga yang berbeda, itulah sebabnya dirinya tidak sepenuhnya menghilangkan diriku. Jika kelas diri kami sama, itu akan menjadi akhir bagi diriku.”
“Oh…” 

Jadi mungkin ada perbedaan kelas, jika mereka berdua kaisar naga. Kurasa itu berarti dia bisa membaca semacam informasi dasar dari batu inti, tapi ada ketidakcocokan mendasar pada tingkat yang lebih dalam. Demon Dragon adalah alasan utama Kizuna dipanggil ke dunia lain. Aku yakin Demon Dragon yang bertarung dengan Kizuna lebih kuat dari yang kami hadapi baru-baru ini. 

Gaelion menunjuk ke air di dalam kendi. 

“Diriku mulai latihannya dari usaha menarik kekuatan dari air dalam kendi itu. Akan diriku contohkan dulu.”

Gaelion meletakkan tangannya di atas kendi.

“Diriku, pada tenaga air dalam kendi ini yang terpanggil dan mendatangi diriku, tunjukkanlah bentukmu. Earth Vein! Pinjamkan diriku kekuatanmu!” 
“Aqua Seal!” 

Semacam kekuatan melesat keluar dari air menuju Gaelion dan terwujud dalam bentuk sihir. Aku cukup yakin mantra itu seharusnya menciptakan penghalang sihir. Itu akan efektif melawan sihir berbasis api. Itu akan berguna di lokasi kebakaran. 

“Jadi ini sebabnya aku tidak dapat belajar ini dari buku.” 
“Dengan sihir yang biasanya dirimu gunakan, dirimu mewujudkan kekuatan dirimu sendiri menggunakan proses yang sama. Sihir ini tidak berfungsi seperti itu. Karena prosesnya meminjam kekuatan dari sumber lain dan dirimu gunakan,” jawab Gaelion. 

Tampaknya menggunakan sistem dasar yang sama dengan sihir yang digunakan Therese. Dia pernah mengatakan padaku kalau dia meminjam kekuatan permatanya saat dia melantunkan mantranya. 

“Dragon bisa memanggil kekuatan mereka sendiri untuk membuat sihir, tapi manusia harus tetap meminjam kekuatan dari sumber lain,” lanjutnya. 
“Kenapa begitu?”
“Itu karena dirimu sendirilah yang menjadi sumber kekuatannya. Jika berlebihan, dirimu akhirnya akan menarik setiap tetes terakhir dari kekuatanmu sendiri. Dirimu akan mati,” jawabnya. 

Wah! Itu risiko yang tidak ingin aku ambil. 

“Justru itu, sihir yang biasanya diri kalian gunakan lebih cocok, karena sumber kekuatannya berasal dari diri kalian sendiri dan sudah cukup berguna,” katanya. 

Itu benar. Jadi sihir normal berasal dari kekuatanmu sendiri, dan Dragon Vein meminjam kekuatan dari sumber lain. Aku buat mudah seperti itu saja untuk diingat. 

“Aku yakin kau sudah tahu ini, Naofumi-chan, begitu bisa menguasai Dragon Vein, kau akan mudah membuat sihir pengganggu. Kau bisa membaca kekuatan lawan untuk mengganggu perapalan mereka,” kata Sadeena. 

Oh, jadi itu sebabnya Dragon Vein sering dikaitkan dengan sihir pengganggu. Sihir seremonial dan sihir kooperatif sulit karena Kau harus menyelaraskan kekuatanmu dengan kekuatan orang lain. Ini akan menyederhanakan proses itu. Aku pikir itu yang dia katakan. 

Gaelion dan Sadeena terus mengajariku, dan aku menghabiskan sekitar dua jam berikutnya berlatih menggunakan Dragon Vein. 

“Sudah dibilang, jangan gunakan sihir dirimu sendiri! Diriku bisa melihat jelas ada campuran sihir lain dalam kekuatan yang dirimu pinjam!”
“Kau bisa tahu itu?”
“Airnya bergetar! Belum lagi, anehnya malah bersinar!” 

Ugh... Therese memarahiku hal yang sama ketika aku berlatih sihir dengannya. Mereka tampaknya memang sistem yang serupa. 

“Itu... Tampaknya sulit,” komentar Raphtalia. Dia mengawasiku saat aku berjuang untuk mencari tahu. Dia tampak khawatir.
“Hei, Raphtalia, mungkin kamu ingat. Sihir di dunia Kizuna itu sama seperti ini. Mungkin kamu bisa menggunakan jenis sihir yang sama seperti yang digunakan Therese.” 
“Aku akan mencoba yang terbaik agar bisa menguasainya.”
“Naofumi-chan, jangan kau lepaskan kekuatan sihir itu seperti kau menggunakan sihir pada umumnya. Jadi, anggap dirimu kosong dan biarkan kekuatan datang mengalir padamu dari air itu, coba kau bayangkan seperti itu.” 
“Ya, itu yang sangat sulit.” 

Itu seperti menggunakan perasaan, dan itu selalu yang paling sulit. 

Baiklah... Jangan gunakan kekuatan sihirku untuk menariknya keluar. Biarkan kekuatan mengalir padaku dari air. 

Tidak ada yang terjadi. Air tidak bereaksi. 

Konsentrasi! Hei, air! Beri aku kekuatanmu! 

“Sudah diriku ingatkan untuk jangan gunakan kekuatan sihir dirimu!” Gaelion bergemuruh. 

Sialan! Ini sangat menjengkelkan! Aku merasa mulai mengerti mengapa Wyndia hanya bisa menggunakan Dragon Vein. Fakta kalau Sadeena bisa menggunakan kedua jenis sihir, itu berarti dia adalah orang aneh yang mesum. Dia jenius. Tapi tidak denganku. Aku hanya seorang pekerja keras. 

Aku terus berusaha, dan sekitar dua jam berlalu. Aku mulai mendapatkan ide tentang cara kerjanya. Karena aku telah mengembangkan kemampuan untuk melihat aliran kekuatan sihir, menonton Gaelion dan Sadeena merapal mantra dan kemudian meniru aliran mereka dengan melakukan sedikit trik. Dengan kata lain, aku terus memohon mereka untuk melakukannya berulang kali.

Sambil menonton, aku menciptakan ruang kosong dalam kekuatan sihirku sendiri. Lalu aku dengan hati-hati mengulurkan kekuatan sihir sampai hanya menyapu permukaan air, seperti meraih dengan tanganku. Aliran kekuatan murni tersedot ke dalam tubuhku melalui perantara kekuatan sihirku sendiri. 

“Itu dia. Pertahankan. Dirimu lebih cepat memahami dasarnya lebih awal dari yang diriku duga. Diriku terkesan,” kata Gaelion. 
“Ya, tidak buruk,” tambah Sadeena. 

Setelah itu, ada puzzle muncul, seperti ketika aku menggunakan sihir bersama dengan Ost atau Sadeena. Aku sudah terbiasa dengan sisanya. 

“Diriku, pada tenaga air dalam kendi ini yang terpanggil dan mendatangi diriku, tunjukkanlah bentukmu. Earth Vein! Pinjamkan diriku kekuatanmu!” 
“Aqua Seal!”

Ikon target muncul di layarku. Aku memilih diriku sendiri dan memverifikasi kalau sihir telah berhasil diluncurkan.

“Hmph. Dirimu berhasil menguasainya dalam waktu sesingkat ini. Diriku rasa pahlawan benar-benar berbeda,” kata Gaelion. 
“Ya, kau pasti jenius, Naofumi-chan,” rayuan Sadeena.
“Oh, jangan mengada-ada. Memangnya kau tahu aku sudah lama sekali berusaha menguasai ini dan tidak ada hasil.” 

Sekarang setelah aku menguasainya, malah dikira sepertinya tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk menguasainya. Tapi mereka tidak tahu seberapa keras aku berusaha untuk sampai ke sini. Ost memberiku kemampuan untuk menggunakannya, dan aku sudah berlatih sejak meminta Therese mengajariku dasar-dasarnya! Aku telah memeras otakku dan mencoba mencari tahu sampai sekarang. 

“Tersisa menekunkan diri dan melatihnya terus menerus. Ketekunan adalah kuncinya,” kata Gaelion. 
“Ya. Sekarang aku sudah bisa sejauh ini, aku rasa itu satu-satunya pilihan,” jawabku. 

Rasanya seperti belajar mengendarai sepeda. Menyerah di tengah jalan hanya akan sia-sia. Aku akan berusaha menjadi pengendara sepeda pro. Yah, mereka tidak memiliki itu di dunia ini, tapi tetap saja... 

“Baiklah, kurasa kita sudahi latihan ini dan tidur,” kataku. 
“Tepat juga. Diriku benar-benar lupa waktu,” jawab Gaelion.
“Kau tahu apa artinya itu, Naofumi-chan. Sudah waktunya bagimu dan aku untuk minum!” 

Sadeena mengeluarkan satu tong alkohol dari belakang dan meletakkannya di depan kami. 

“Dari mana kau mendapatkan itu?” 
“Aku dapat ini dari kapal yang karam. Ini sudah difermentasi dalam waktu yang lama, sempurna untuk diminum!” 

Seolah aku peduli. Dari manapun dia mendapatkannya, aku yakin status kepemilikannya tidak jelas. Mungkin itulah sebabnya dia menyimpannya di sini. 

“Kau dapat itu dari kapal karam, katamu?” 
“Ya.”
“Apakah mengambil sesuatu seperti itu diizinkan? Di Melromarc?” 
“Tenang, aman dari hukum kok. Tong ini jatuh di luar yurisdiksi hukum salvage kapal negara ini.” 
“Di luar yurisdiksi hukum salvage kapal?”
“Dalam hukum salvage kecelakaan kapal, bagi yang pelaksana salvage akan mendapatkan 70% dari barang dalam kapal karam tersebut, dan sisa 30% nya jatuh ke pihak negara tempat kapal itu tenggelam. Sebenarnya ini adalah hukum yang tidak berguna. Ini hanya berlaku untuk perairan teritorial Melromarc. Dan barang ini aku salvage dari laut teritorial internasional.” 

Yah, kurasa tidak mungkin membuktikan siapa pelaksana salvage dari kapal karam. Orang mungkin bisa lolos begitu saja selama mereka tutup mulut. 

“Ombaknya tinggi belakangan ini, dan arus di sekitar Melromarc kuat. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencari sisa-sisa seperti ini.” 

Aku kira gelombang kehancuran membuat gelombang laut lebih berbahaya juga. Sekarang setelah dia menyebutkannya, aku sepertinya ingat kapten mengatakan sesuatu yang serupa ketika kami berada di kapal menuju ke pulau Cal Mira. 

“Apa diwaktu luang nanti, kau mau mencoba cari harta karun di dalam laut? Tapi rasanya akan membahayakanmu jika kau tidak menaikkan levelmu.” 
“Kau sudah naik level. Jika kau bisa andalkan di dalam laut sana, ya aku bisa minta tolong padamu.” 

Yang aku benar-benar ingin tahu adalah bagaimana dia naik level begitu cepat. Mungkin monster memberi lebih banyak Exp di dalam air. Tapi harta karun di dalam laut jelas terdengar menggiurkan. Aku rasa salvage kapal karam adalah semacam pekerjaan sampingan untuk Sadeena. Itu pasti cara dia menghasilkan uang sebelum bertemu denganku, selain dari pertarungan dan pendanaan lainnya di Zeltoble. 

“Oke, mari kita semua minum!” Sadeena berseru. 
“Hmm... diri kita jadinya minum dulu? Boleh saja,” kata Gaelion.

Dia bersandar ke tong. 

“Sini! Ini untukmu, Gaelion-chan!” 

Sadeena mengeluarkan botol kaca 1,8 liter dan menyerahkannya kepada Gaelion. Umm, itu sake Jepang? Botolnya berbentuk sama. Aku rasa salah satu pahlawan sebelumnya pasti memberi tahu seseorang cara membuatnya. 

“Bersulang,” katanya.

Gaelion mulai minum langsung dari botol. 

“Oh! Ini barang bagus, bukan?”
“Pastinya. Itu berasal dari daerah tempatku dibesarkan. Itu cukup kuat untuk memuaskan bahkan seekor naga.” 
“Ohh…” Gaelion terus minum. Dia tampak sangat bersemangat. 
“Bagaimana denganmu, Raphtalia-chan? Kedua orang tuamu kuat minum alkohol, jadi aku yakin kau juga bisa.” 
“Umm, boleh.” Dia pasti bisa minum banyak. L’Arc benar-benar kalah pada saat Raphtalia baru saja mulai mabuk.
“Minumlah, kalian berdua. Ada juga buah rucolu untukmu, Naofumi-chan.” 

Sadeena memberiku dan Raphtalia minuman. Bukannya aku sebenarnya sangat menyukai buah rucolu. Tapi terserahlah. bicara tentang itu di saat seperti ini akan menjadi tidak bijaksana. 

Dengan peta laut di satu tangan, aku membahas rencana kami, sementara kami semua terus minum. Setiap kali percakapan mereda sejenak, Sadeena mulai menanyai Raphtalia. 

“Hei, Raphtalia-chan. Apa pendapatmu tentang Naofumi-chan?” 
“Aku sangat menghormati Tuan Naofumi.”

Oh begitu! Dia selalu kesal dengan perilaku kasarku, jadi jawabannya agak mengejutkanku. Ini mungkin bukan hal yang harus diakui oleh diri sendiri, tapi aku benar-benar melakukan banyak hal buruk. 

“Hormat dari lubuk hatimu?” 
“Iya.”
“Jadi, kau ingin menikah dengannya?” 
“Aku... uhh...”

Hah? Menikahiku? Dia bertanya apakah Raphtalia menganggapku sebagai orang yang bisa diajak asmara? Aku sendiri tidak apa-apa jika dia menyukaiku, tapi aku cukup yakin Raphtalia punya hal yang lebih dia prioritaskan. Bahkan di saat ini, dia sedang berusaha sekeras mungkin untuk menyelamatkan anak-anak yang mungkin berakhir memiliki nasib yang pernah menimpa dirinya. 

“Aku... padanya... Umm...”

Wajah Raphtalia memerah. Dia melihat ke sana ke mari, menghindari kontak mata. Secara umur, Raphtalia masih sangat muda. Dia mungkin seharusnya tidak minum alkohol, dan dia belum cukup umur untuk memikirkan hal-hal seperti cinta dan asmara. Dia hanya menganggapku sebagai orang tua pengganti. Memintanya untuk memikirkanku dengan cara itu mungkin hanya membuatnya marah. 

“Aku... Tuanna Nawofoomii...” 

Raphtalia mulai berbicara tidak jelas. Aku tidak berpikir dia sudah mabuk seperti itu. 

“ara? Raphtalia-chan?” 
“Akhu... padamu...” Wajah Raphtalia jatuh ke meja dengan bunyi keras. 
“Err... Diriku juga... agak merasa...” Gaelion menggelengkan kepalanya ke depan dan ke belakang, lalu berbaring telentang. 

Hmm... Raphtalia tidak mudah mabuk, dan dia pingsan karena mabuk. Sementara itu, Sadeena dan aku benar-benar tidak terpengaruh. Ini terasa agak menyedihkan. Aku selalu merasa tidak pada tempatnya untuk pergi minum bersama sekelompok orang. Itu sebabnya aku tidak terlalu suka minum. Aku hanya merasa semakin sendirian saat semua orang dengan senang hati memabukkan diri mereka sendiri hingga pingsan. 

Aku tidak tahu bagaimana rasanya mabuk. Aku tidak pernah mengalami mabuk kendaraan, yang seharusnya memiliki gejala yang mirip dengan mabuk alkohol setidaknya. Aku rasa pengalamanku yang paling mirip dengan mabuk adalah saat aku euforia. Yah, itu berlebihan, tapi aku merasa riang saat hanya bersenang-senang sebelumnya. Kurasa aku pernah mabuk dengan kesuksesanku sebelumnya, tapi itu jelas bukan hal yang sama. 

Aku tidak ingat siapa itu, tetapi seseorang pernah mengatakan padaku kalau aku minum seperti ikan mutan. Mutan… Benarkah? 

“Yah, ara. Dragon Killer dan Tanuki adalah minuman terkenal dari tempatku berasal, sepertinya itu sesuai dengan nama mereka. Aku kira itu sedikit berlebihan untuk Gaelion-chan dan Raphtalia-chan.” 

Apa?! Apa yang dikatakan Sadeena?!

“Kau... Ini rencanamu, kan?!”

Ini buruk. Sadeena jelas-jelas sengaja memilih minuman yang terlalu kuat untuk Raphtalia dan Gaelion. Sekarang ada kemungkinan dia akan melakukan sesuatu padaku. Jika skenario terburuk terjadi, aku bisa menggunakan shield prison dan kabur pakai portal, mungkin bisa dilakukan. 

“Sekarang. Ayo kita minum lagi!” 
“Tidak, terima kasih. Aku mau pulang.”
“Oh ayolah. Jika kau pulang, kau mau meninggalkan Raphtalia-chan dan Gaelion-chan?”
“Aku akan membawa mereka menggunakan portal.”
“Aku yakin kau bisa. Tapi aku harap kau lakukan itu setelah kita berbicara.”
“Berbicara? Kau tidak merencanakan semacam pesta mesum?”
“Tidak, bukan itu.” 

Sadeena dengan riang menenggak sisa minumannya. Dan kemudian perilakunya berubah tiba-tiba.

“Naofumi-chan, aku ingin tahu apa niatmu yang sebenarnya terhadap Raphtalia-chan.” 

Sadeena benar-benar menghilangkan sikap main-mainnya yang biasa dan berubah menjadi bentuk demi-human. Dia menatapku serius ketika dia bertanya. 

“Kau membuat Raphtalia dan Gaelion mabuk seperti ini hanya untuk menanyakan itu padaku?” 

Apa sih sebenarnya arti Raphtalia bagi Sadeena? Aku tidak tahu, tapi bertanya pada Sadeena tentang hal itu selalu terasa seperti melewati batas. Dia tidak pernah memberiku jawaban langsung. 

Ini adalah sesuatu yang terjadi belum lama ini. 

Saat kami sedang menata desa dan membangun kembali kota tetangga. Setelah mengetahui sosok yang paling terpercaya dan menjadi tangan kananku adalah demi-human rakun, sejumlah besar demi-human rakun, datang ke wilayahku. 

“Tuan Pahlawan Perisai, menjadikan demi-human rakun sebagai tangan kanannya, yang membuat kita bisa dibilang keluarga. Kami datang kesini secepat mungkin untuk membantu pembangunan ulang desa ini, Tuan Pahlawan Perisai.” 

Aku melihat tipe-tipe rakun mereka, aku tidak percaya betapa berbedanya mereka dengan Raphtalia. Aku tidak yakin apa gemuk adalah kata yang tepat... Pada dasarnya, mereka seperti sekelompok orang pedesaan yang gemuk. Mereka tampaknya tidak terlalu bersemangat. Itu lebih seperti mereka mengira mereka bisa datang padaku dan menjalani kehidupan yang mudah, jadi aku tidak terlalu tertarik pada niat membiarkan mereka membantu pembangunan desa. 

Tapi mengingat mereka tipe-rakun, aku juga merasa sangat sulit untuk menolaknya. Setiap kali aku bertemu dengan salah satu dari mereka, mereka mulai menjelaskan semua detail tentang bagaimana mereka saling terhubung dengan Raphtalia, mungkin berupaya untuk memaksaku. Itu benar-benar mulai membuatku jengkel, dan aku berpikir untuk menyuruh mereka pergi. 

Saat itulah Sadeena melangkah maju. Tidak seperti dirinya yang ceria, dia marah besar. Dia mengarahkan tombaknya ke mereka. 

“Maaf menolak niat baik kalian, tapi ikatan darah yang dimiliki tangan kanan Naofumi-chan dengan kalian itu sangat jauh dan terpisah. Jangan sekali-sekali lagi gunakan dalih itu untuk bisa mendapatkan persetujuan darinya, mengerti?” 

Merasakan amarahnya, mereka semua ketakutan dan ingin angkat kaki. 

“Yah, jika kalian benar ingin membantu, maka kurasa bantuan kalian bisa berguna untuk rekonstruksi kota wilayah ini. Nanti akan aku putuskan kalian bisa menjadi rekanku setelah itu selesai,” aku memberi tahu mereka. 

Setelah mengakhiri diskusi, aku mengirim mereka untuk membantu rekonstruksi kota. Tapi tidak lama kemudian... Ya, sekarang aku ingat. Aku cukup yakin hampir semua dari mereka melarikan diri pada malam hari setelah tiga hari atau lebih. 

Itu bukan satu-satunya saat Sadeena bertindak aneh. Sesekali aku akan melihatnya memelototi sesuatu di desa, tapi tidak pernah ada orang di sana. Dia memiliki pandangan waspada di matanya, seolah-olah ada seseorang yang bersembunyi atau semacamnya. Tetapi jika seseorang menggunakan sihir bersembunyi, aku yakin Raphtalia akan menyadarinya. Dia tidak pernah benar-benar mengatakan ada sesuatu yang mencurigakan, jadi kemungkinan besar itu hanya imajinasinya. 

“Aku ingin tanya juga, apa hubunganmu dengan Raphtalia?” 

Aku tidak yakin, tapi... aku punya dugaan kuat yang membuat Sadeena berjuang keras di Zeltoble, itu adalah upaya yang dia lakukan untuk menemukan Raphtalia. Tentu saja, menilai dari bagaimana dia berinteraksi dengan anak desa, mengamankan budak lain masih merupakan bagian besar dari itu, aku yakin. 

“Naofumi-chan, Raphtalia-chan dan orang tuanya adalah orang yang memberi arti pada hidupku.” 
“Memberi arti hidupmu?”

Apa hubungannya dengan mereka? Itu hanya membuat segalanya semakin membingungkan. Saat di duniaku dulu, konsep budaya seperti kesatria atau samurai sudah ada di masa lalu. Mungkin itu sesuatu yang mirip. 

“Ketika gelombang pertama terjadi, aku tidak bisa melindungi orang tua Raphtalia-chan. Bukan tidak bisa, aku sedang berada di suatu tempat yang jauh ketika itu terjadi, jadi aku tidak bisa kembali ke desa. Itu adalah kecerobohanku.”

Ada sedikit penyesalan dalam bisikan Sadeena. Dia minum lagi. Menilai dari sikapnya, dia jelas tidak bercanda. Raphtalia terlihat kedinginan. Sadeena menidurkannya ke kasur sederhana di gua dan kemudian melanjutkan berbicara. Sadeena tampaknya serius, jadi tidak ada alasan bagiku untuk bersikap keras padanya, bahkan jika itu hanya kami berdua. 

“Tapi aku baru bisa kembali setelah beberapa hari gelombang terjadi, tidak ada siapapun yang tersisa,” dia melanjutkan. “Aku berusaha keras mencari mereka. Aku yakin mereka selamat. Tapi aku seorang demi-human, jadi aku harus menjauh dari sisi yang lebih gelap dari Melromarc. Zeltoble mengkhususkan diri dalam perdagangan budak, jadi aku pergi ke sana dan melanjutkan pencarianku sebagai budak perang. Aku memiliki koneksi nama besar di sana, jadi aku pikir semuanya akan berhasil jika aku bisa menghemat uang.”
“Kau mengambil jalan memutar, ya?” 

Kenyataannya, Raphtalia adalah budak yang murah dan bisa dibuang kapanpun pedagang budaknya mau. Sadeena mungkin mencari dengan sangat keras, tapi dia benar jauh dari tujuannya. 

“Mencari seorang budak bernama Raphtalia yang terlihat seperti rakun memakan waktu terlalu lama. Aku berhasil menemukan beberapa anak desa.”
“Ya, kau melindungi para budak dari desa, kan?”
“Iya. Kemudian ketika aku akhirnya menemukan Raphtalia-chan, aku tidak bisa mempercayai mataku. Aku tidak pernah menyangka dia akan bertarung di sisimu, Naofumi-chan.”
“Bicara tentang kehidupan yang penuh pasang surut. Raphtalia juga salah satunya.” 

Jika memungkinkan, aku ingin Raphtalia menjalani kehidupan yang nyaman dan tenang begitu dunia ini menemukan kedamaian. Dia percaya padaku, jadi aku ingin dia bahagia. Itu tidak akan berubah. Terkadang aku hanya ingin dunia ini hancur, tapi selama Raphtalia tinggal di sini, aku tidak ragu melakukan yang terbaik untuk menjadikannya tempat yang damai. 

“Kau bilang, ‘tampak seperti rakun.’ Raphtalia bukan rakun?”
“Itu seperti bagaimana aku dianggap seperti paus orca. Dia bukan benar-benar rakun, tapi sesuatu yang mirip dengan itu.”
“Aku mengerti. Yah, Raphtalia adalah Raphtalia, terlepas dari apapun rasnya.”

Ada banyak hewan yang mirip, namun spesiesnya berbeda. Jenis seperti spesies asli dan non-asli dari hewan yang sama. 

“Itulah salah satu poin yang menarik darimu. Hei, Naofumi-chan, jika kau belum siap untuk berkomitmen dengan Raphtalia-chan sampai akhir, boleh tidak kau lampiaskan saja padaku.” 
“Hah?” 
“Aku memintamu untuk berkomitmen sebelum menjalin hubungan dengan Raphtalia-chan. Jika kau belum siap untuk berkomitmen, dan kau masih merasa perlu untuk melakukan hubungan intim, maka aku lebih suka jika kau menggunakanku untuk melepaskan hasratmu.” 

Yah, aku tidak menduganya. 

“Apa kau pikir aku adalah orang biadab atau semacamnya?”

Yah, kurasa aku memang bertindak seperti orang biadab. Tapi aku lebih baik mati daripada berhubungan intim dengan seorang wanita. Maksudku, aku memercayai Raphtalia. Jika kau bertanya apakah aku menyukainya atau tidak... Ya, aku menyukainya. Aku sangat yakin tentang itu. Jika kau menyuruhku untuk mengatakan itu kepada Raphtalia, aku bisa. Meskipun aku lebih suka tidak melakukannya. Tapi apa itu dalam sudut pandang romantis? Aku tidak tahu.

Raphtalia adalah rekan yang bisa aku andalkan. Kami adalah teman yang telah mengalami banyak hal baik dan buruk. Pada saat yang sama, dia itu seperti putri ku. Dalam hal itu, aku menganggap diriku sebagai ‘ayah’, seperti Motoyasu yang senang memanggilku begitu. Selama dunia ini tidak menemukan kedamaian, aku yakin Raphtalia akan tetap fokus pada misinya dan tidak akan tertarik pada hal-hal seperti cinta dan asmara. Di sisi lain, aku mencintainya seperti anak kecil. Tunggu sebentar, aku harus tenang. Aku terjebak dalam hasutan Sadeena. 

Sadeena bilang ‘sampai akhir’, dia mungkin bermaksud sampai Raphtalia meninggal, dan bukan sampai gelombang berakhir. Dalam manga dan game, bukan hal yang aneh bagi protagonis untuk menetap di dunia lain. Tapi... Aku tidak siap untuk membuat komitmen semacam itu, kurasa. Aku berniat untuk kembali ke duniaku sendiri setelah kondisi menjadi damai. 

Sadeena mungkin khawatir aku akan mencoba melakukan sesuatu pada Raphtalia, dan mengetahui kepribadianku, itu sebabnya dia menggodaku. Perilakunya tampak seperti pelecehan, tapi dengan melakukan itu, dia mungkin mengira itu akan menjauhkanku dari Raphtalia. Sadeena selalu penuh canda, tapi kenyataannya adalah, dia memiliki bakat untuk dengan tenang mengamati perilaku orang dan mengarahkan mereka untuk bertindak dengan cara tertentu. Dia adalah tipe yang akan benar-benar membuatmu pusing jika ia adalah musuh. 

Dia berusaha terdengar seperti bercanda, tetapi matanya sangat serius. 

“Kau pasti memiliki alasan untuk memintaku berkomitmen.”

Aku tidak berencana melakukan apa pun dengan Raphtalia, tetapi aku ingin mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang apa yang dipikirkan Sadeena. 

“Ara, baiklah. Kurasa aku bisa memberitahumu sedikit saja.”  Sadeena mengusap rambut Raphtalia dengan lembut dan kemudian memulai penjelasannya.  “Kau mungkin sudah punya dugaan, tapi ayah Raphtalia-chan adalah keluarga penting dengan garis keturunan yang panjang. Aku adalah pendeta miko yang melayani keluarga itu.” 
“Oh? Di Siltvelt atau Shieldfreeden?” 
“Bukan keduanya. Aku tidak bisa memberi tahumu di mana tepatnya. Aku sudah memberitahumu lebih dari yang seharusnya.” 

Jadi itu bukan negara demi-human. Dan posisi seperti apa pendeta miko? 

“Ayah Raphtalia-chan tidak ingin mengambil alih sebagai kepala keluarga. Dia kawin lari dengan ibu Raphtalia-chan. Aku pergi bersama mereka dan kami meninggalkan negara itu.” 

Hmm... Jadi orang tua Raphtalia bersikap egois. Atau tidak, tergantung bagaimana kau melihatnya. Aku penasaran apa ada alasan khusus mereka datang ke Melromarc, karena di sini sangat mendiskriminasi demi-human.

“Aku kehilangan banyak saat memutuskan untuk ikut pergi, tapi aku masih lebih banyak yang aku dapatkan. Aku tidak menyesali keputusan itu.” 
“Antara garis keturunan ayahnya dan para pahlawan, mana yang peringkatnya lebih tinggi?”
“Ayah Raphtalia akan lebih penting di tempat kami berasal.” 
“Lebih dari keempat pahlawan suci?”
“Legenda pahlawan tidak ada di sana. Meskipun, ada catatan pahlawan mengunjungi wilayah tersebut. Tapi secara pribadi, aku pikir mereka hanya disebut dengan nama yang berbeda.” 

Daerah apa itu? Dan disebut dengan nama yang berbeda? Seperti...”pemilik senjata murni,” mungkin? Apa pun itu, aku punya firasat aku mulai mengerti dari keluarga macam apa Raphtalia berasal. Dia adalah keturunan dari garis keluarga yang disembah di negaranya karena dianggap berasal dari keturunan dewa atau semacamnya. 

Aku memutuskan untuk melihat apa aku bisa menggunakan alasan yang sudah aku ketahui. Ada nama dan karakteristik dari serangan khusus yang diciptakan Raphtalia sendiri. Dan kemudian dari penampilan demi-human Sadeena. Keduanya memiliki aura Jepang. Itu mengingatkanku pada apa yang dikatakan Pak Tua di toko senjata tentang suatu tempat di timur. 

“Di negara kelahirannya Raphtalia, apa sedang diberlakukan kebijakan sakoku?” 

Jepang dulu melakukan sakoku juga. Bukannya terlihat istimewa atau semacamnya, tapi menjadi orang Jepang akan membuatnya lebih mudah untuk memahami bagaimana suatu negara dapat berkembang secara berbeda karena dampak dari kebijakan semacam itu. Selain itu, aku dengar negara tempat Spirit Tortoise disegel juga memberlakukan kebijakan sakoku. Mungkin ada lebih banyak negara terisolasi daripada yang aku kira. 

“Wow, kau tahu banyak, Naofumi-chan. Benar sekali. Sudah seperti itu sejak zaman kuno. Ada banyak negara seperti itu, tapi negara kami adalah salah satu yang paling ketat dibandingkan yang lainnya.” 
“Jadi kau mengkhawatirkan pergerakan dari negara itu?” 

Itu adalah negara terisolasi di timur. Jadi itu adalah negara seperti Jepang, dan Raphtalia adalah keturunan kuno dan terpandang di sana. Jika mereka tahu tentang dirinya, mereka mungkin mengirim seseorang untuk mencoba membawanya kembali atau semacamnya. Mungkin saja. 

“Itu adalah salah satunya, tapi itu tidak akan menjadi masalah jika itu yang terjadi. Aku rasa kau bisa mengatakan kalau kebahagiaan Raphtalia adalah hal yang benar-benar terpenting untukku.” 
“Ugh...” Raphtalia mengerang.

Sadeena membasahi selembar kain dengan air dingin dan meletakkannya di dahi Raphtalia. 

“Dia akan segera bangun. Ada hal lain yang ingin kau tanyakan?”
“Kenapa tidak kau beritahu Raphtalia soal ini?” 
“Ayahnya tidak ingin dia tahu.”

Hal terakhir yang aku inginkan adalah terseret ke dalam semacam perselisihan keluarga dengan kerabat Raphtalia. Orang-orang dapat membuang waktu untuk hal semacam itu begitu dunia damai. Hal yang sama berlaku untuk seluruh kekacauan Gereja Tiga Pahlawan dan masalah dengan kaum bangsawan. Perebutan kekuasaan itu benar-benar menyebalkan. 

“Apa ini akan menjadi masalah?” 
“Mungkin tidak. Mereka mungkin akan menjauhkan diri selama kita tidak bertindak yang bisa mengusik mereka, sesuatu seperti kau dan Raphtalia-chan yang semakin dekat.” 
“Maksudmu itu akan memicu masalah internal keluarga?” 

Sadeena mengangguk dalam diam. Jadi begitu. Secara hipotesis, katakanlah aku tidur dengan Raphtalia dan dia hamil. Aku disembah sebagai dewa di negara lain, dan Raphtalia akan mengandung anakku. Kerabat-kerabat itu mungkin curiga kalau Raphtalia berusaha mengambil kendali keluarga, yang dapat mendorong mereka untuk mengambil tindakan. Dan Sadeena khawatir tentang kemungkinan itu. 

“Jika kau benar-benar ingin memiliki anak dengan Raphtalia-chan, lakukan setelah kau hancurkan negara itu dan meredam masalah keluarga itu. Berjanjilah padaku.” 
“Bukankah kau terlalu khawatir?” 

Aku tidak bisa membayangkan kalau negara tahu semua yang sedang terjadi. Tentu saja, tidak ada salahnya untuk berhati-hati, tapi tetap saja... 

“Kau mungkin benar. Tapi negara itu penuh dengan pendeta miko dan orang-orang yang dapat menggunakan kemampuan unik. Kau tidak seharusnya meremehkan mereka. Bayangkan saja sekarang ada sekelompok orang sepertiku datang mencoba membunuh Raphtalia-chan.” 
“...” 

Negara yang punya orang seperti Sadeena... Mengapa kami tidak membiarkan mereka menyelamatkan dunia? Tetap saja, Raphtalia sangat kuat, jadi tidak mudah untuk membunuhnya. Itu bukan berarti aku bisa tidak bertanggung jawab, tentu saja. 

“Sebenarnya, itu terserahmu, Naofumi-chan. Aku hanya tidak ingin kau bertindak sesuatu yang akan membuat seorang gadis kecil menangis. Tapi aku sudah dewasa, dan bukan gadis kecil, jadi aku bisa mengatasinya.” 
“Setelah semua percakapan panjang, kau tetap mengarahkannya kesana?” 
“Oh hentikan! Kau membuatku malu!”

Tentu saja, garis keturunan dan semua itu mungkin juga merupakan masalah, tapi Sadeena benar-benar hanya ingin bertanya tentang perasaanku terhadap Raphtalia. Sudah jelas sekarang. 

“Ugh... Tuan Naofumi?”  Raphtalia tersadar dan duduk. 
“Kamu baik-baik saja?”
“Umm, ya. Anehnya aku merasa segar.” 

Aku menuntut banyak hal darinya. Dia mungkin juga stres tentang banyak hal. Dalam hal itu, minum mungkin bukan cara yang buruk untuk mengeluarkan stres. 

“Bagus,” kata Sadeena.
“Apa terjadi sesuatu saat aku pingsan tadi?”
“Tidak ada...” jawabku. 

Aku yakin Sadeena lebih suka aku tidak mengatakan yang sebenarnya. Tidak perlu menimbulkan masalah. Aku hanya berpura-pura tidak mendengarnya. 

“Tidak ada apa-apa. Aku baru saja memberi tahu Sadeena tentang kau jadi anak bagiku.” 
“Apa?!”

Raphtalia berteriak kaget dan suaranya pecah. Kami bercakap-cakap sebentar dan dia lupa tentang pertanyaan awalnya. 

Jadi aku harus siap untuk berkomitmen jika aku ingin memiliki hubungan serius dengan Raphtalia, ya? Benar-benar masalah. Aku tidak akan menetap di dunia ini. Setidaknya aku tidak berniat melakukannya. 

“Baiklah sekarang. Cukup minumnya. Mari kita kembali dan tidur,” kataku. 
“Ara...”
“Dia benar, Sadeena. Kau sudah minum lebih dari cukup.” 
“Hm? Diriku tertidur?”

Gaelion akhirnya terbangun. 

“Mau tambah,” katanya.
“Ara! Aku suka itu, Gaelion-chan! Bagaimana dengan kau dan aku mengadakan kontes minum?” 
“Itu bukan ide yang buruk.”

Apa mereka berdua akan menjadi teman minum? Gaelion mabuk pada hari berikutnya. Kurasa aku hanya perlu memperingatkan dia untuk tidak minum terlalu banyak di lain waktu.




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar