Rabu, 24 Juni 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 132. Kenalan

Chapter 132. Kenalan


Aku mengenakan jubah dan berjalan keliling kota.
Seperti yang kuduga, kerusakannya cukup parah. Efek dari Reiki masih terlihat dengan jelas.
Ada juga tanda kerusakan yang disebabkan oleh para familiar Reiki.
Setelah berjalan, akhirnya aku tiba di toko yang tidak asing.

Bagus, bangunan tokonya masih utuh.
Tidak ada tanda-tanda kerusakan. Bangunan itu sepertinya menjalankan bisnis seperti biasanya.
Aku berjalan menuju toko itu... Tokonya Pak Tua.

“Selamat datang”
“Aku senang kau selamat”
“Suara itu... Apa itu kau, nak?”

Aku melepas tudung jubah dan menyapa Pak Tua.
Syukurlah, dia tidak mengalami cendera serius. Keadaannya juga sangat baik.

“Mengapa kau memakai jubah yang mencurigakan seperti itu?”
“Aku tidak ingin menonjol.”
“Yah, kau sudah cukup terkenal, nak.”

Yup, itu adalah masalah utamaku sekarang.
Aku tidak seperti Itsuki. Ketika orang memanggil, Hero Perisai-sama! Dengan sanjungan, itu membuatku merinding.
Aku tidak berpikir kalau popularitas itu buruk, tapi jika orang di negara ini menyanjungku, itu tidak membuatku senang sama sekali.
Dan sekarang, aku punya banyak hal yang harus dilakukan. Aku tidak bisa membuang-buang waktu untuk mengurusi orang-orang itu.

“Yah, kupikir dengan orang-orang yang mengerubungimu, lama-lama itu akan mengganggu juga, kan?”
“Kalau dilihat-lihat, toko ini tidak terkena dampak yang besar.”
“Kurang lebih begitu. Aku bisa menyingkirkan monster yang datang kemari.”
“Kerja bagus.”
“Aku melihatmu, nak. Ketika kau berdiri di punggung monster itu lalu tiba-tiba mengeluarkan darah, tapi kemudian ada benda besar muncul dari tanah untuk membunuh makhluk besar itu.”
“Kau melihat itu?”

Menurutku cukup hebat untuk mampu melihat kejadian itu ketika sedang dikerumuni oleh monster.
Pak Tua ini sekuat apa ya? Aku sangat penasaran seberapa kuat pak tua.
Tidak ada salahnya untuk mencoba kekuatannya.

“Aku berada di medan pertempuran, jadi aku bisa menyaksikannya secara langsung, kekuatanmu yang sebenarnya.”
“Aku mengerti. Pak Tua, kau level berapa?”
“Sudah lama sejak aku menyerah menjadi petualang. Jadi jangan diperpanjang lagi.”

Pertanyaanku ditolak. Sungguh, level dia berapa?
Setidaknya dia melakukan Kenaikan Kelas sekali dan berada di level dimana dia bisa bertarung dengan familiar Reiki.
.... Setidaknya level 70-an, mungkin.

“Kau sudah melalui banyak hal semenjak kemari. Ketika pertama kali kau kemari, aku merasa kau itu sangat malang.”
“Aku juga berpikir begitu.”

Dengan santai aku berbicara dengan Pak Tua. Dia benar-benar telah melakukan banyak hal untukku.
Pak tua memandangku sekilas, lalu dia melihat ke sekitarku dengan seksama.

“Hari ini, sendirian saja?”
“Iya”
“Ada apa?”
“Raphtalia sedang melakukan pekerjaan lain yang aku minta. dan Rishia pergi berburu dengan Filo.”
“Bagaimana denganmu, nak?”
“Kotanya cukup hancur, kan? lalu kastil mengerahkan seluruh bantuannya untuk membangun kembali kota kastil. Aku pikir mereka akan meminta bantuan dari toko senjata lokal untuk membuat senjata...”
“Aku pikir mereka tidak punya pilihan lain.... Aku rasa itu bukan masalah apabila mereka membayarnya dimuka. ”
“Benar juga.”

Aku tidak bisa memintanya untuk membuatkanku apapun sekarang. Untuk sekarang, kupikir aku harus dapat saran darinya.
Aku mungkin butuh sesuatu nanti. Aku harus memikirkannya.

“Bagaimana keadaan toko lain?”
“Bencana skala besar baru saja terjadi. Semua orang bergegas untuk membeli senjata.”
“Jadi bisnisnya sedang meningkat.”
“Iya, aku telah menjual sangat banyak sampai persediaan tokoku hampir sepenuhnya kosong.”
“Sukses besar berarti.”
“Iya, tapi... aku merasa sedih, karena mereka bukan orang yang tertarik untuk menggunakan senjata. Kebanyakan dari mereka membeli karena panik.”

Tidak ada pilihan lain. Kota Kastil hampir hancur. Tidak mengejutkan jika orang tanpa kemampuan bergegas untuk membeli senjata untuk mengamankan diri.
Mungkin seperti itu. Untuk mempersiapkan hal itu, orang-orang panik mencari senjata dan zirah untuk meningkatkan kesempatan bertahan hidup mereka.
Dari apa yang kulihat, belum ada penjarahan. Mereka tampaknya mengarah ke jalan yang benar.

“Apakah hanya itu yang kau butuhkan hari ini?”
“Oh, tentang itu....”

Aku berdiskusi apakah aku harus mempersenjatai budak baru atau tidak.
Sang ratu sudah menerima usulanku, jadi aku mungkin bisa mendapat beberapa peralatan bekas dari prajurit kerajaan, tapi mendapatkan lebih dari itu akan sulit dalam kondisi krisis seperti ini.
Peralatan seperti itu cukup penting. Aku tidak ingin mengambil risiko karena itu adalah barang bekas.
Ada juga masalah dalam peningkatan dan perawatannya. Yah, pertama aku harus menjelaskan situasinya pada Pak Tua.

“Aku menerima wilayah dari ratu, aku berencana untuk memulai bisnis disana.”

Pak Tua akan sangat membantu dalam pengadaan peralatan dan berbagai tugas lainnya. Aku akan mencoba untuk merekrutnya.

“Jadi apa hubungannya denganku, nak?”
“Aku datang untuk merekrutmu, apa kau mengerti?.”

Ketika Pak Tua ikut ke desaku, maka itu sudah menjadi pendapatan dari desa.
Ditambah lagi, aku sudah yakin dengan kemampuannya, aku bisa menaruh kepercayaan pada hasil buatan tangannya.

“Aku agak tertarik dengan itu. Tapi aku sudah punya toko ini.”
“Aku tahu. Aku tidak akan memaksamu. Mungkin saja... aku bisa mengirim satu atau dua orang untuk menjadi muridmu.”
“Ah, jadi seperti itu... aku mengerti, nak... Meski kemampuanku tidak sehebat itu, aku akan mencoba untuk melatih siapapun yang kau kirim.”

Oke, aku dapat persetujuan.
Kalau ada budak yang terampil, mungkin aku bisa mengirimnya untuk belajar di tempat Pak Tua.
Setelah itu, aku bisa membuat peralatan sendiri. Aku tidak berencana untuk membuat pak tua mengajar dengan gratis juga.

“Jangan merendah. Aku yakin dengan kemampuanmu.”
“Ha, aku akan bekerja keras untuk memenuhi harapanmu.”
“Selanjutnya... Oh iya. Apa Pak Tua tahu informasi tentang toko lain yang aku kenal? Aku mengkhawatirkan keadaan mereka juga.”
“Ah, sebentar. Toko sihir yang sering kau kunjungi hancur.”

Oh, Toko Nenek sihir hancur ya... tokonya berada di jalan utama kota kastil. Kalau diingat kembali, jalan itu merupakan rute penyerangan Reiki.
...

“Apakah dia baik-baik saja?”
“Iya, Nenek sihir berhasil lari tanpa luka. Masalahnya adalah tokonya sekarang sudah hancur berkeping-keping. Dia sekarang pindah ke desa Ryuuto.”
“Begitu...”
“Dan masih ada yang lain, sekarang Apoteker sedang sibuk.”
“Ada beberapa orang yang terluka karena bencana itu, sehingga bisnis berkembang dengan baik.”
“Seperti itulah. Tapi toko pakaian sepertinya kehilangan pembeli.”

Hmm... Jadi yang kukenal tidak ada yang meninggal.
Aku tidak harus berkeliling kota untuk menyelidikinya.

“Yah, aku memulai bisnis, jadi tolong sampaikan salamku ke toko lain. Tempatnya di...”

Aku menceritakan kepada pak tua tentang wilayahku. Aku juga menceritakan tentang desa yang akan dibangun kembali.
Sekarang ini, Hero perisai sangat populer. Mungkin ada beberapa orang yang mau ikut denganku.
Akan sangat bagus jika aku punya beberapa orang yang bisa kupercaya diantara mereka.
Desaku tidak begitu jauh dari Kota Kastil.

“Aku mengerti. Semua orang juga khawatir denganmu, nak. Beberapa orang mungkin mau ikut denganmu.”
“Aku punya hutang pada orang-orang itu, jadi aku akan memberi mereka beberapa perlakuan istimewa. Pak Tua, jika kau berubah pikiran, kau bisa datang kapan saja.”
“Iya, iya.”

Dengan begitu, pak tua dengan santai menghindari topik itu. Bagaimanapun juga tatapannya terlihat serius.

“Kau punya hal lain yang ingin ditanyakan, bukan?”
“Kau mengetahuinya?”
“Nak, setiap kali kau datang kemari, kau datang dengan segudang pertanyaan.”
“Begitu...”

Aku tidak begitu ingin menunjukkannya. Aku melepas jubahku dan menunjukkan zirahku.
Setelah melihatnya, Pak Tua mengerti. 

“Pertarungannya cukup berat. Ini dapat bertahan dengan baik.”

Zirah Barbarian dalam kondisi mengerikan. Pertahanannya juga menurun drastis.
Fungsi Perbaikan Otomatisnya tidak aktif sama sekali. Aku penasaran apakah ini bisa diperbaiki, jadi aku membawa dan menanyakannya ke Pak Tua.

“Bagian intinya tidak begitu rusak, tapi... yang lainnya rusak parah.”
“Bisa diperbaiki tidak?”
“Hmm... bukannya tidak bisa diperbaiki tapi... itu tergantung pada materialnya. Mungkin akan lebih mahal untuk memperbaikinya.”
“Begitukah?”
“Toko ini merupakan langgananmu, kan? Kebetulan, aku dapat beberapa material dari monster itu.”

Material Reiki yang banyak ini akan cepat busuk. 
Tampaknya sebagian besar materialnya telah disisihkan untukku, tapi monster itu punya begitu banyak material yang bisa menutupi seluruh kota.

“Aku punya stok yang terlalu banyak. Kalau kau membayar sedikit, aku bisa membuat banyak barang untukmu.”
“Apa tidak masalah untukmu?”
“Jangan khawatir, jika itu permintaan darimu, nak. Aku pasti akan melakukannya. Aku juga ingin bereksperimen dengan material yang baru.”
“Baik...”

Kebaikan pria ini... sepertinya tidak ada habisnya. Toko Senjata Pak Tua itu.
Level kemampuannya juga berada pada level yang bisa kusegani. Jujur saja, aku benar-benar ingin dia ikut bekerja di desaku.
Sekarang ini aku baru saja memulainya. Begitu aku sudah selesai menata desanya, aku akan mengundangnya lagi.

“Yah, untuk prioritasnya, aku pikir zirah dulu... Setelah itu akan aku buatkan perisai. Tapi, kau tidak perlu menyia-nyiakan uang untuk itu.”
“Yah, paling tidak, aku hanya perlu menyalin perisainya saja, lalu kau bisa menjual yang asli.”
“Jadi kau mengerti. Yah, tinggalkan zirahmu disini.”
“Aku menyerahkannya padamu.”
“Iya, serahkan saja.”

Aku melepas zirah rusakku dan memberikannya pada Pak Tua.

“Untuk Inti zirahnya, kau saja yang menyimpannya.”
“Apa kau yakin?”
“Aku akan menanamkan intinya nanti. Kau bisa membayarnya pada saat itu.” 
“Terima kasih.”
“Nak, apa kau punya cadangan selagi menunggu zirahmu diperbaiki?”
“Sepertinya aku akan menggunakan zirah bekas dari kastil. Atau mungkin aku akan memakai Kigurumi, sebagai pilihan terburuknya.”

Itu punya beberapa fitur yang berguna. Andai saja penampilannya bisa diubah... 
Sepertinya akan terbuat sebuah kelompok yang mirip seperti Rishia.... ya sudahlah.

“Kalau begitu, kuserahkan padamu.”
“Tentu saja, nak!”

Negosiasiku dengan Pak Tua selesai. Aku memakai kembali jubah dan meninggalkan toko.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan
PROOFREADER: Bajatsu

0 komentar:

Posting Komentar