Selasa, 02 Juni 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 12 : Chapter 12 - Keadilan vs - Keadilan

Volume 12
Chapter 12 - Keadilan vs - Keadilan


“Naofumi...”

Kebencian di matanya sangat terpancarkan keluar. Dalam semua pertarunganku melawan seseorang, tidak pernah aku merasakan niat membunuh yang dingin dan terasa begitu nyata seperti ini. Tapi kenapa dia memelototiku seperti itu?

“Tindakanmu! Benar-benar tidak bisa diampuni!” 
“Tiba-tiba kau bahas apa?”

Apa aku telah berbuat salah?

“Ya... aku tidak bisa mengelak sama sekali jika kau merujuk pada bentuk kejahatan yang aku lakukan... karena aku memang berbuat banyak salah.”
“Aku merasa kesal karena tidak bisa membela sama sekali, ya ampun,” bisik Raphtalia sambil menghela nafas. Itu bukan hal yang buruk. Karena aku lakukan itu agar bisa bertahan hidup.
“Tuan Naofumi adalah perwujudan keadilan. Dia tidak akan berbuat jahat.” jawab Atla.
“Aku tidak begitu yakin...” kataku.

Aku memikirkan apa yang dikatakan Atla. Perkataan Atla tadi akan menempatkanku pada level yang sama dengan Itsuki. Sulit untuk mengatakan apakah dia berada di bawah pengaruh kutukan atau hanya menunjukkan ‘warna’ aslinya sekarang.

“Ya sudah aku beberkan saja semuanya. Kau telah mengumpulkan banyak budak, memaksa mereka semua untuk bekerja keras, dan kau menyimpan semua hasil keuntungan kerja mereka untuk dihabiskan sendiri!”
“Itu adalah hal yang seharusnya terjadi, buat apa dipertanyakan lagi?”

Itu kan memang fungsi budak? Tentu saja, wajar untuk membayar seseorang untuk jerih payah mereka. Tapi begitu memiliki seorang budak, ia adalah tenaga kerja milikmu. Kau tidak perlu membayar mereka untuk setiap pekerjaan kecil yang mereka lakukan. Apa aku memiliki keraguan untuk membeli manusia lain? Tentu aku punya, tapi aku hanya melakukan apa yang perlu dilakukan.

Ini adalah argumen yang sedikit ekstrem, tapi menempatkan ini dalam istilah masyarakat modern, budak adalah mesin penyedot debu. Tidak ada yang akan memperhatikan penyedot debu dan merasa kasihan karena sudah menyedot debu setiap hari. Budak adalah alat yang praktis, seperti penyedot debu atau mesin cuci.

“Itu pria yang pakai busur, kenapa dia menanyakan hal itu?”
“Kerja keras? Apa iya kita pernah disuruh kerja keras oleh Kakak Perisai?”
“Dia tidak pernah memerintahkan kita melebihi dari apa yang kita bisa tangani. Sebaliknya, porsi kerjaku selalu sesuai kemampuan.”

Para budak mulai berbisik sendiri. Mereka terdengar seperti sekelompok pejudi.

“Daripada bahas itu, mending bahas popcorn yang dibuat Kaka, itu lezatnya minta ampun!” Keel berteriak.

Dia duduk di bangku penonton sambil mengunyah popcorn imitasi yang kubuat untuk meningkatkan suasana pertandingan. Rasanya benar-benar tidak selezat itu.

“Ayo kita main bareng setelah ini selesai!”
“Ya, mari kita main!”

Sialan! Mereka menggangguku. Aku berharap mereka bisa diam! 

“Ara, lihat kepatuhan yang tidak perlu dipertanyakan itu, Naofumi-chan!”

Paus orca mesum, Sadeena, harus tutup mulut! 

“Anak ---- yang --------- budak menikmati waktu ----”
“Nona saya menyampaikan, anak desa yang merupakan budak menikmati waktu dan tugas yang diperintahkan pada mereka.”

S’yne mulai ikut berbicara dan familiar boneka menerjemahkan untuknya.

Kalau sampai keusik, ya hilang pendirian!

“Mereka hanya dibuat merasa nyaman dengan tugas yang mereka lakukan selama ini! Penipuan itulah bentuk kejahatannya! Aku juga dengar ada seorang kakak yang adiknya sedang sakit parah, kau eksploitasi sang kakak sebagai ganti dari obat mahal yang kau berikan! Putri Malty ingin sekali menyelamatkan dua budak itu yang kau manfaatkan seenaknya!”
“Tidak mungkin Witch mau menyelamatkan nyawa tak dikenal!”

Aku secara refleks berteriak kembali dengan penuh amarah. Tapi itu yang sebenarnya. Melakukan perbuatan baik tidak mungkin bagi wanita itu. Aku yakin.

“Siapa ‘Witch-san’ yang dia bicarakan ini? Apakah ada dua budak lain yang bersaudara seperti kami, yang Anda selamatkan, Tuan Naofumi?” tanya Atla.
“Tidak, yang dia maksud adalah kau dan kakakmu,” jawabku.

Atla duduk di sebelahku terlihat bingung, tapi aku cukup yakin Itsuki merujuk padanya dan kakaknya. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan informasi itu, tapi dia benar-benar mengatakan omong kosong. Witch menyelamatkan demi-human? Mau langit dan bumi terbalik, hal semacam itu tidak mungkin terjadi.

Tapi tunggu... dia menyebut Witch?!

“Itsuki! Kau baru saja mengatakan nama Witch, kan?! Kenapa kau melibatkannya?!”

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana semua cerita itu bisa terdengar masuk akal.  Witch tidak mempengaruhi Itsuki, kan? Tapi Itsuki jelas tidak mendengarkanku. Dia hanya terus melanjutkan tuduhannya.

“Aku juga dengar kau hanya menjualkan obat kepada bangsawan dan orang kaya, padahal orang-orang miskin memerlukan bantuan obat darimu!”

Apa dia sedang bicara soal banyak budak yang aku tugaskan untuk berdagang keliling? Tidak, mungkin yang dia maksud sebelum itu... saat aku berdagang keliling di Melromarc sebagai Saint dan Dewa Burungnya?

“Aku bukan Saint atau penyelamat. Untuk apa aku berikan obat secara gratis padahal aku ini sedang berdagang?”

Kadang-kadang, ada orang brengsek yang muncul dan menuntut agar aku memberi mereka obat, seolah itu adalah hak yang diberikan tuhan. Mungkin dia mengacu pada orang-orang itu.

“Terjadi penderitaan yang terus berlanjut di suatu wilayah karena campur tangan darimu, bangsawan jahat yang berkuasa sebentar lagi digantikan karena sakit berat namun karena obat yang dijual Pahlawan Perisai, dia berhasil selamat dari kematian, sebut satu dari penduduk wilayah tersebut!”
“Kau tidak mengerti cara kerja pedagang. Yang aku lakukan hanya menjual barang. Bukan urusanku untuk memutuskan bagaimana orang menggunakannya. Bukan hanya itu, menolak menjual obat pada seseorang karena mereka adalah orang jahat, atau bilang pada seseorang yang sakit untuk mati, itu lebih tidak masuk akal.”

Apa-apaan dia ini? Sejak kapan menjual obat pada orang kaya termasuk kejahatan? Selain itu, jika aku menolak menjual obat pada orang-orang kaya itu, yang ada aku juga akan dipandang orang jahat oleh mereka. Pada akhirnya, aku adalah orang jahat tidak peduli apa yang aku lakukan!

“'Meski dia itu pahlawan yang punya kekuatan untuk menolong orang, dia tidak menyelamatkan putraku'. Ada seorang Ibu yang menangis dan mengatakan itu padaku!!”
“Aku tidak tahu siapa yang kau bicarakan...”

Aku tidak bisa ingat siapa orangnya. Aku tidak menyelamatkan seseorang? Aku selalu mengusahakan yang terbaik menangani penyakit yang diderita seseorang, meski penyakitnya parah akan aku coba sembuhkan selama bisa. Seperti yang telah kulakukan pada Wanita Tua Hengen Musou. Tapi ya... aku pasti akan selalu menagih biaya pengobatan, mau apapun bentuk pembayarannya.

“Ada juga seorang wanita yang berkata dia tidak akan pernah bisa memaafkanmu!”

Siapa yang masih menyimpan dendam padaku setelah semua yang kulakukan? Oh, tunggu, kurasa aku mengerti.

“Cerita putra yang tak kuselamatkan itu... Dia sudah mati, kan?”
“Benar! Perisai milikimu itu seharusnya bisa menyelamatkan dia! Tapi kau malah menolak menggunakan keajaiban itu, Naofumi!”
“Cerita omong kosong apa itu? Tidak mungkin bisa menghidupkan orang mati, bahkan jika aku menggunakan kekuatan perisai legendaris. Orang-orang yang bisa melakukan hal semacam itu berasal dari dunia lain.”

Aku tahu orang yang bisa hidup kembali. Yah, kami masih berhasil membunuh mereka. Itu sudah keluar dari topik.

Aku sudah cukup tahu siapa yang Itsuki bicarakan. Itu benar-benar langka, tapi orang-orang seperti itu muncul sesekali di desa-desa maupun perkotaan. Mereka akan membawakanku mayat dan memintaku untuk menghidupkan kembali orang itu. Berdasarkan desas-desus kalau aku adalah Saint, dan sosokku yang sebenarnya sebagai Pahlawan Perisai, mereka bersikeras kalau aku harus dapat melakukan hal seperti itu. Mereka akan datang memohon padaku, mengharapkan mukjizat.

‘Tolong, bawa jiwa malang ini hidup kembali!’ mereka akan memohon seperti itu.

Orang-orang seperti itu tidak pernah mendengarkan alasan apapun. Itu akan menjadi cerita lain jika mereka menangis dan menyerah setelah diberi tahu kalau aku tidak dapat melakukan hal seperti itu. Walaupun begitu, banyak dari mereka yang akan kesal dan mulai mencoba menyerangku. Itu sebabnya aku mulai memasang papan di pintu kereta setiap kali aku masuk kota dan desa, yang mengatakan aku tidak bisa menghidupkan orang kembali.

“Sepertinya yang kau beberkan tadi banyak dari orang yang punya dendam pribadi padaku, hanya dengan alasan itu kau mencoba menjatuhi aku hukuman? Kalau itu yang kau inginkan, kenapa tidak kau sendiri saja yang bertindak? Kita kan sama-sama pahlawan.”
“Tidak, Putri Malty memberitahuku kalau ini adalah kekuatan spesial yang hanya dimiliki oleh perisaimu!”

Kurasa Witch benar-benar memberi tahu Itsuki apa yang ingin dia dengar sekarang. Dia seperti butuh orang yang bisa meyakinkan dirinya kalau aku benar berbuat jahat. Pikiran Itsuki lebih tertutup dari sebelumnya. Dia jelas tidak akan mendengarkanku, tidak peduli apa yang aku katakan.

Tapi serius, alasan macam apa yang membuat Witch membisiki hal buruk pada pahlawan suci? Mungkin dia melakukan hal yang sama lagi, seperti waktu membujuk Ren. Dia pasti beralih ke Itsuki begitu sadar tidak diuntungkan lagi. Sekarang aku benar-benar ingin menangkap Itsuki. Kami perlu membuatnya memberi tahu kami di mana Witch berada. Sebenarnya, ada kemungkinan dia sedang tinggal di tempat persembunyian Itsuki. Aku harap kalau koneksi yang dimiliki pedagang budak bisa mengetahui tempatnya.

“Itsuki, itu tidak masuk akal. Naofumi dan aku membandingkan kemampuan senjata kami. Beberapa efeknya berbeda, tapi pada dasarnya sama. Jika perisai punya Naofumi kemampuan seperti itu, aku yakin pedangku juga memiliki kemampuan yang setara. Atau apakah kau mengklaim kalau busurmu memiliki semacam kemampuan unik yang tidak dimiliki senjata kami?”

Ren menyela. Memang, perisaiku dimaksudkan untuk pertahanan dan pedang Ren dimaksudkan untuk menyerang, jadi ada perbedaan mendasar. Tapi secara umum, cara kerjanya sama. Seperti yang dikatakan Ren.

Yah, aku tidak dapat menyangkal kemampuan membangkitkan jiwa mungkin ada, tapi kami masih belum mengkonfirmasi detailnya. Jika salah satu senjata legendaris memang memiliki skill seperti itu, mungkin itu adalah perisai. Tapi jika aku memang punya itu, sudah pasti akan kugunakan. Konyol sekali, aku akan melakukan pembunuhan dengan membebankan biaya tak masuk akal pada orang yang aku bangkitkan kembali dari kematian. Sebenarnya, jika aku bisa membangkitkan nyawa, aku akan membangkitkan Ost kembali untuk bertarung di pihak kami dalam sekejap. Gelombang atau lainnya, aku yakin kami bisa mengatasi hampir semua masalah dengan Spirit Tortoise yang bertarung untuk kami.

“Masih ada kejahatan lainnya yang telah kau lakukan, tak akan pernah aku maafkan kau!” Itsuki berteriak.
“Omong kosong. Aku tanya balik, bagaimana nasib orang-orang setelah kau gagal mengalahkan Spirit Tortoise?”

Dia sepenuhnya mengabaikan kegagalannya sendiri dan berbicara tentang keadilan padaku. Benar-benar konyol! 

“Omong kosong juga itu. Jika memang tidak merasa bersalah sama sekali, tidak usah lagi aku sungkan!” Itsuki menyiapkan busurnya. “Ini adalah busur baruku. Busur dengan kemampuan yang sangat luar biasa. Ini disebut Justice Bow. Dengan busur ini, akan aku kalahkan kalian!”

Itsuki menembakkan rentetan panah ke penonton. Apa menyerang orang yang tidak bersalah adalah gagasan keadilannya?!

“Tak akan kubiarkan! Air Strike Shield! Second Shield! Dritte Shield! Shooting Star Shield!

Aku mengeluarkan Float Shield, dan memastikan tidak ada budak yang terluka.

“Kami tidak akan membiarkanmu,” kata S’yne.
“Mari kita bantu!” Sadeena berteriak.

Keduanya menggunakan skill dan sihir mereka untuk menjatuhkan panah sihir dari udara. 

“Itsuki! Hentikan ini!” teriak Ren.

Dia menebas panah dengan pedangnya untuk melindungi para budak. Raphtalia dan Atla beraksi juga. Untungnya, tidak ada budak yang terluka. Tapi Komentator, yang selalu berteriak dengan penuh semangat, terkena salah satu panah.

“Urgh...”
“.... kau baik-baik saja?”

Komentator jatuh ke tanah, tapi kemudian segera bangkit kembali.

“Tuan Naofumi, saya merasakan semacam energi Kii jahat keluar dan menembus pria itu. Apa yang terjadi padanya?”
“Aku tidak tahu.”

Dia tampak seperti baik-baik saja.

“Tuan Itsuki, saya sebagai komentator Colosseum Gelita, telah membantu Tuan Pahlawan Perisai melancarkan penipuannya pada Anda. Tolong ampuni saya!”

Hah? Dia ini kenapa? Apakah dia berubah pikiran dan memutuskan untuk melawanku? Ada yang tidak beres.

“Aku maafkan. Renungkan dan tebuslah dosa-dosamu dari bisnis tidak baik ini.”
“Ya, Tuan Itsuki!”

Komentator memiliki pandangan gila di dalam matanya. Seolah-olah dia telah dicuci otak. 

“Itsuki... Busur milikmu...” gumam Ren. Dia menunjuk ke arah busur dan Itsuki menyeringai bahagia.
“Luar biasa, bukan? Dengan membuka kekuatan busur ini dan menembak lawan, aku bisa membebaskan mereka dari cuci otak dan meyakinkan mereka pada gagasanku!”

Dia membebaskan orang dari cuci otak tapi orang itu paham betul pada gagasannya? Tidak mungkin orang-orang akan bersimpati dengan begitu mudah. Lihat saja sekarang, Itsuki tidak berusaha memahami sisi ceritaku. Sebaliknya, dialah orang yang mencuci otak. Justice Bow? Di mana keadilan itu ditegakkan?

“Busur ini yang Putri Malty percayakan padaku, ini punya kekuatan ilahi! Dengan senjata ini, aku bisa menyelamatkan banyak orang termasuk sampah masyarakat!”

Aku memutuskan untuk mencoba memikirkan hal-hal dari sudut pandang Itsuki.

Dia dikalahkan oleh Spirit Tortoise dan kehilangan segalanya. Saat itulah Witch muncul dan menghasutnya, yang membangkitkan kekuatan baru dalam bentuk curse series. Jika dari anime mecha, dia seperti gembira dan semangat sekali tarung di Colosseum. Dan kemudian, mumpung kegembiraan dan semangat pudar dari Itsuki, Witch mengirimnya keluar untuk mencari uang dengan bertarung di Colosseum. Tapi dia berhati-hati menggunakan kekuatan itu, karena itu kartu pentingnya. Mungkin seperti itu.

Mau bagaimana pun kebenarannya, kini sudah dipastikan Itsuki termakan oleh curse series.

“Itsuki, biar aku luruskan. Busur itu mungkin tampak seperti alat keadilan bagimu, tapi tidak sesederhana itu menegakkan keadilan. Panah yang kau tembakkan tadi punya kemampuan cuci otak, apa lagi kalau bukan busur hina dan penuh kekejian yang kau pakai!”
“Salah! Busur ini... adalah perwujudan keadilan!”

Aku telah melihat anime dan manga di mana sang protagonis ajak bicara lawannya untuk menang. Protagonis akan mengalahkan musuh karena dipaksa bersimpati pada ucapan protagonis. Pada awalnya itu tampak masuk akal, tapi memikirkannya dari sudut pandang lain, gagasan mencoba membuat seseorang memahami sesuatu dengan melawan mereka cukup keliru. Jika hanya sedikit kekerasan yang diperlukan untuk menggoyahkan tekad orang, maka bisa dibilang orang itu tidak punya tekad apapun.

“Semuanya! Buka mata kalian, lihatlah keadilan yang sebenarnya!”

Dia berada sangat berbeda dengan Ren sebelumnya. Ren masih sadar kalau dia salah. Tapi tidak dengan Itsuki. Itsuki terus melaju, membabi buta mengikuti rasa keadilannya sendiri sampai akhir.

Dalam hal tujuh dosa mematikan, ini mungkin akan jatuh ke dalam kebanggaan. Tapi itu juga tidak cocok. Kemungkinan lain adalah kesombongan, yang merupakan salah satu dari delapan dosa utama. Atau mungkin itu adalah salah satu dari delapan dosa mematikan yang muncul di anime atau manga setiap saat sebagai alternatif konsep. Ini sudah masuk ke ranah orang Chuniibyo.

Aku telah melihat dua contoh dari kedelapan dosa mematikan. Yang pertama adalah keadilan. Itu adalah keadilan yang telah terlalu jauh, menjadi dingin dan tanpa ampun. Dosa sekecil apa pun dianggap dosa yang tak bisa dimaafkan dan harus dibayar dengan nyawa seseorang. Yang kedua adalah fanatisme, tetap berpegang teguh pada keyakinan seseorang, apa pun yang terjadi. Bahkan jika itu berarti kehancuran seseorang.

Kemudian ada juga kemungkinan kalau itu adalah keempatnya. Ren juga telah membuka dua curse sekaligus. Itu adalah kerakusan dan keserakahan dalam kasusnya. Kami hanya baru melihat dua sekaligus, tapi tiga atau empat sekaligus masih memungkinkan juga. Aku merasa mulai mengerti “keadilan” yang dikejar Itsuki.

“Kau salah!”

Rishia mengecam Itsuki dengan suara yang sangat keras. 

“Kau belum paham niat Naofumi-san, Tuan Itsuki!”
“Rishia-san juga? Kau juga sudah dicuci otak oleh Naofumi.”
“Tuan Itsuki, kau bilang Naofumi-san mengumpulkan banyak budak dan memaksa mereka kerja keras, dan menyimpan semua hasil keuntungan sendiri?”

Itsuki mengangguk dengan ekspresi jijik di wajahnya.

“Kalau benar itu terjadi, mengapa semua budak di desa Naofumi punya kesehatan yang baik? Bukankah mereka dibuat kerja keras tiap harinya? Apakah itu pendapat dari budak tak berguna yang tidak bisa menuntaskan kerjanya? Pernahkah kau mengajak bicara budak yang sekarat karena disuruh kerja keras oleh pemiliknya?”
“Aku tidak tahu soal itu. Tapi tidak mungkin Putri Malty atau Mald menyampaikan hal yang keliru padaku!”
“Aku bertanya apa kau sendiri sudah memastikan kebenaran semua ini, Tuan Itsuki!”

Uh oh. Rishia telah beralih ke mode keadilannya. Sudah lama aku tidak melihatnya. Terakhir itu aktif ketika kami bertarung dengan Kyo. Jika mereka mulai bertarung, kami akan dapat kesempatan untuk melihat kekuatan Rishia yang sedang terbangun.

“Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri, dari awal sampai akhir. Mulai dari Naofumi-san membawa begitu banyak budak untuk membangun kembali desa yang hancur dari nol! Tahu tidak ada begitu banyak orang yang terselamatkan dari status budak berkat bantuan Naofumi-san? Hentikan omong kosong belaka itu, Tuan Itsuki! Itu hanya kau simpulkan mereka disuruh kerja keras tanpa menikmati keuntungan?”
“Dia benar! Tidak ada satu anak pun di desa itu yang dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang tidak mereka inginkan!” Teriak Ren. Dia ikut berbicara dan mencoba untuk menyadarkan Itsuki.
“Benar! Kami semua menjalani kehidupan sepenuhnya, terima kasih kepada Kaka yang telah menyelamatkan kami!”
“Kami bekerja keras, untuk membangun desa kami kembali!”

Semua budak mulai angkat bicara menentang Itsuki.

“Terlepas dari apa yang mungkin kalian semua katakan, pelaku sudah secara terbuka mengakui kejahatannya. Sudah tidak bisa disangkal!”
“Mengaku? Maksudmu bagian aku mempekerjakan budakku sekeras mungkin? Tentu, aku mengaku telah melakukan itu.”
“Tuan Naofumi, itu sama sekali tidak membantu. Dari pada bilang itu, kamu harusnya bilang mengalami kesulitan untuk membeli budak Lurolona karena harganya meroket, kalau begini sudah minus nilainya.” kata Raphtalia.

Dia menghela nafas panjang. Tapi aku memang membuat para budak bekerja seperti kuda! Tidak ada yang salah dengan itu.

“Budak-budak di desa Naofumi bukanlah budak normal. Mereka selalu senang menuntaskan tugas yang diberikan. Bahkan tidak masuk akal menyebut mereka budak,” tambah Ren.

Umm, aku cukup yakin mereka akan dikategorikan sebagai budak, dari perspektif status sosial, dan mengingat mereka semua memiliki kutukan budak.

“Sebaliknya, Naofumi-san sendirilah yang dibuat kerja keras oleh budak yang dia beli!” Rishia berteriak.
“Apa...?!”
“Betul sekali! Dia begadang setiap hari dan menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan cara untuk memperbaiki keadaan desa kami dan desa tetangga kami! Dia juga berlatih keras! Padahal waktu yang dia miliki hampir tidak ada untuk menaikkan level! Sulit menentukan kami atau dia yang jadi budak?!”
“Apa?! Bilang apa kalian ini, bajingan?!”

Mungkin aku aktifkan saja segel budak untuk menghukum Rishia. 

“Naofumi adalah orang tua asuh budak desa,” lanjut Ren.
“Ara... itu benar. Naofumi-chan memang ibu desa,” sela Sadeena. 
“KELIRU KALIAN! Aku bukan seorang ibu bagi kalian!”

Semua bajingan ini salah! Terutama Sadeena! Baik Ren maupun Rishia sudah tidak masuk akal lagi!

“KALIAN KELIRU BESAR!”
“Tuan Naofumi, saya percaya pada Anda,” kata Atla.

Apa artinya dari makna percaya punyamu, Atla?! Bajingan kalian semua! Aku akan beri pelajaran mereka semua nanti.

“Mau dibela terus juga, kebenarannya sudah ada di hadapan kita semua ! Naofumi itu jahat, sudah jelas!”

Itsuki jelas tidak berganti pendapat. Namun Rishia melanjutkan.

“Tuan Itsuki, apa kau anggap dirimu bebas dari tindak kejahatan? Bagiku itu tidak benar sama sekali.” 
“Cukup sandiwaranya. Rasanya mual sekali melihatmu, penjahat hina!”

Itsuki memelototi Rishia dengan ekspresi jijik di wajahnya. Bicara tentang pelecehan verbal. Apakah dia benar-benar berpikir tidak apa-apa berbicara dengannya seperti itu? Dia sudah memaksanya untuk mencoba bunuh diri dengan melompat ke laut, namun dia masih berpura-pura seolah-olah dia adalah orang baik.

“Hanya ada satu hal yang harus aku lakukan, dan itu adalah untuk menghancurkan semua jejak kejahatan di dunia ini!”
“Ya, itu tidak akan terjadi,” kataku.

Semua jejak kejahatan di dunia ini? Selama ada orang, akan ada konflik. Menurut standar Itsuki, Ren dan aku dianggap jahat. Sebenarnya, aku yakin siapa pun yang tidak tunduk padanya akan dianggap jahat dalam kamusnya.

“Aku mungkin memiliki kekuatan yang sangat kecil. Tapi meski begitu, aku... Aku tidak akan memaafkan ketidakadilan seperti itu!”

Itsuki berusaha terdengar seperti protagonis. Dia mengarahkan busurnya ke arahku dan menarik talinya. Ketika dia melakukannya, sebuah panah muncul.

“Naofumi! Aku akan tembus ketidakadilan itu!”

Aku bisa mendengar suara siulan panah Itsuki memotong udara ketika itu meluncur ke arahku. Aku memindahkan Float Shild dan memblokir panahnya.

“Ketidakadilan, katamu?”

Itu kalimatku. Aku dipanggil di sini sebagai pahlawan yang tidak mereka sukai, jadi mereka menciptakan konspirasi rumit untuk menyiksaku. Tidak ada yang lebih tidak adil dari itu. Apa yang memberinya hak untuk menyebutkan ketidakadilan? Kata-kata Itsuki sendiri adalah tumpukan besar ketidakadilan.

“Tuan Itsuki, kau rupanya masih tidak mau mengerti ucapan kami.” Rishia menjulurkan pedangnya dan mengambil posisi bertarung. “Tuan Itsuki, aku menyangkal keadilanmu. Keadilan yang aku yakni tidak sejalur dengan keadilanmu!”
“Itsuki! Sadarkan dirimu! Jika kau serahkan dirimu pada kekuatan terkutuk itu, itu hanya akan membuatmu hancur!” Teriak Ren.
“Jangan ikut campur!”

Itsuki mengarahkan busurnya ke udara dan menarik talinya. Panah lain terbang.

Itu menuju ke arahku, tentu saja. 

“Tuan Naofumi!”

Raphtalia memanggilku, tapi aku mengangkat tangan untuk memberi isyarat agar dia tidak khawatir. Aku menangkap panahnya saat masih di udara.

“Shining Arrow!”

Itsuki menarik tali busur lebih keras lagi dan panah yang terang dan bersinar muncul. Mungkin perlu waktu untuk menembakkan yang satu itu.

“Tuan Itsuki, aku mengerti jelas pemikiranmu sekarang. Aku akan menjadi lawanmu dan menyerangmu sekuat tenaga!”

Rishia menyiapkan dirinya untuk menghadapi Itsuki. Dia memperkuat pegangan di pedangnya. 

“Aktivasi Musou!”

Udara di sekitar Rishia mulai berputar-putar dan menciptakan pusaran. Itukah yang dimaksud Aktivasi Musou? Ini berada pada level yang sangat berbeda dengan Eclair. Aku tahu itu adalah Skill yang sama berkat komentar Ren, tapi kali ini aku bisa melihat sesuatu yang tampak keluar.

“Dia menyerap energi Kii dari sekitarnya. Saya ingat Nek Master mempraktikkannya begitu. Rishia-san melakukannya dengan cara yang sama,” jelas Atla.

Dia merasakan energi Kii dan mencoba mencari tahu bagaimana teknik ini bekerja. Atla bisa menjadi lebih kuat hanya dengan memperhatikan orang lain bertarung. Aku iri sekali. Aku merasa kasihan pada Fohl. Adiknya seorang jenius, namun dia, sebagai kakak masih harus membuktikan dirinya lebih kuat darinya.

“Haaah!”

Rishia melesat menuju Itsuki. Kecepatannya luar biasa. 

“Teknik Hengen Musou Small Sword! Spiral Slash!”

Aliran energi Kii mulai berputar keluar dari pedang Rishia.

“Argh!”

Itsuki pasti menyadari kalau terkena itu akan memberinya luka, karena dia menghindarinya dengan jarak sehelai rambut, lalu kemudian melepaskan anak panah dari busurnya. Kenapa anak panahnya melengkung dan terbang kearahku?!

“Shooting Star Shield!”

Aku melemparkan Shooting Star Shield untuk menghasilkan penghalang defensif yang akan melindungiku dari anak panah Itsuki. Panah yang bersinar terbelah menjadi hujan panah yang menghujaniku. Untuk jaga-jaga, aku mengangkat perisai ke arah panah. Aku tidak menerima kerusakan apa pun. Aku telah menonaktifkan efek serangan balik juga.

Rishia tepat di depannya! Dia seharusnya melawannya! Kenapa dia masih membidikku?

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi!” Rishia berteriak.

Itsuki telah berhasil meluncurkan Skillnya sambil menghindari serangan pertama Rishia, tapi dia segera menindaklanjuti dengan lebih banyak serangan. Itu semua sepertinya serangan Spiral Slash yang sama. Sungguh luar biasa kalau dia bisa menggunakannya berkali-kali. Tapi statistik dasar dari senjata curse Itsuki pastinya cukup tinggi. Dia tampaknya tidak menerima banyak damage bahkan saat serangan Rishia mengenainya. Lebih buruk lagi, luka-lukanya perlahan-lahan meregenerasi.

“Kalau hanya bisa segitu, jangan kira bisa menang dariku!” 

Asap beracun keluar dari Itsuki, menghempaskan Rishia ke udara.

“Tuan Itsuki, jangan termakan oleh kekuatan itu! Aku jamin kau akan menyesal!”
“Yang akan menyesal adalah dirimu! Sekarang buka matamu pada keadilan! Arrow Squall!

Panah Itsuki melesat ke arahku. Sungguh merepotkan. Menilai dari nama skillnya, itu mungkin akan berubah menjadi hujan panah.

“Air Strike Shield!”

Aku menghentikan panah sebelum terbelah.

“Aku mungkin kalah jumlah, tapi selama aku mengalahkanmu, kemenangan adalah milikku, Naofumi!”

Umm... Dia tahu dia melawan Rishia satu lawan satu, kan? Sebaliknya, dialah yang memilih untuk menyerang penonton tanpa provokasi. Apa dia sudah merasa seperti dipojokkan? Itu bukan cerita yang aneh bagi hero untuk menghadapi musuh yang tak terhitung jumlahnya sekaligus. Itsuki mungkin membayangkan dirinya dalam situasi yang sama.

Mungkin dia menganggap Rishia sebagai seorang prajurit yang aku kirim untuk melawannya. Aku kira dia menganggapnya sebagai binatang kecil yang ketakutan dan banyak menjerit. Lagi pula, dia adalah hambatan langsung di depannya. Masuk akal untuk mengalahkannya sebelum mengejarku. Meski begitu, aku tidak terluka dengan mengambil panahnya di udara atau menggunakan Float Shield, bersama dengan Ren dan Raphtalia mencegat serangannya.

“Semenjak aku bertemu Tuan Itsuki, aku selalu memikirkan apa itu ‘Keadilan’.”
“Kejahatan tidak punya tempat berbicara tentang keadilan!”
“Kejahatan? Apa itu kejahatan? Apa itu keadilan?”

Rishia terus berusaha menyadarkan Itsuki. Aku pikir itu akan membuang-buang waktu, tapi sepertinya penting baginya untuk mencoba. Kurasa aku hanya harus menerima itu dan menanggung serangan ganas Itsuki.

“Apakah satu-satunya yang kau incar dari menegakkan keadilan hanyalah semata-mata untuk kepuasan dirimu sendiri, Tuan Itsuki?! Apakah termasuk keadilan sejati jika terjadi pemakaian kekerasan untuk menegakkannya?!”

Rishia berbicara dari hatinya. Kata-katanya menggerakkan Ren untuk bergabung dengan percakapan.

“Ada pepatah yang mengatakan, ‘Kekuatan tanpa keadilan adalah kekerasan belaka, tapi namanya omong kosong jika keadilan tak berkekuatan’. Itsuki, kau selama ini mengejar bentuk sempurna karena kau mendambakan keadilan, bukan? Jarang sekali aku dengar kau cerita tentang dirimu, waktu dulu juga aku tidak begitu peduli dengan masa lalu orang lain. Tapi aku ingin mengenalmu lebih baik lagi. Aku ingin tahu apa yang kau kejar dan apa yang membuatmu sedih. Jadi tolong beri tahu padaku, Itsuki!”

Itsuki terus memfokuskan serangannya kepadaku. Tapi apa yang Ren bilang ada benarnya juga. Aku juga tidak tahu orang macam apa Itsuki. Aku mengerti kepribadiannya, tapi aku tidak tahu kehidupan apa yang dia jalani sebelumnya. Apa yang membuatnya terus menerus membicarakan tentang keadilan seperti ini?

“Keadilan adalah kekuatan. Pembuktian untuk hal yang benar. Selamatkan yang lemah! Hancurkan yang kuat!”

Hah? Tiba-tiba sesuatu menimpaku. Aku mencoba memikirkan perilaku Itsuki dari arah sebaliknya. Bagaimana jika Itsuki dipenuhi dengan kesuraman dan perasaan depresi di dunianya sendiri?

Jelas kalau Itsuki ingin menjadi hero. Banyak superhero fiksi memiliki alter ego, atau mungkin mereka adalah seseorang yang sering diintimidasi. Tapi kemudian mereka akan bertransformasi atau memakai penyamaran untuk mengalahkan orang jahat. Bagaimanapun juga, begitulah sebagian besar pahlawan super terkenal, seperti Su***man atau pria laba-laba.

Termasuk menjadi Shogun atau pemeran anime kuno. Itsuki selalu berusaha menegakkan keadilannya secara rahasia. Jadi begitulah. Berjuang demi keadilan memang berarti menggunakan kekuatan seseorang untuk menyelamatkan orang lain. Dapa disimpulkan untuk menghargai yang baik dan menghukum yang jahat. Keadilan menang, dan kejahatan musnah.

“Tak peduli aku dipanggil jahat! Aku Pembela keadilan!”

Rasa haus akan pengakuan dan cita-cita tulusnya menambah satu kesimpulan.

“Itsuki, sebenarnya caramu memperlakukan Rishia tidak berbeda dengan caramu diperlakukan oleh orang, bukan? Itu sebabnya kau tidak bisa menghadapinya, kan?” Aku mengatakan kepadanya.
“Apa?!”
“Ini adalah turnamen Colosseum. Kau seorang petarung di turnamen ini. Jika kau ingin melawanku, maka kau harus mengalahkan Rishia terlebih dahulu. Kalau tidak, kau tidak berhak menantangku.”

Aku harus menjelaskan kondisinya sekarang atau Itsuki akan terus begini selamanya. Jika aku adalah kejahatan yang Itsuki ingin kalahkan, maka dia bisa melakukan itu di pertandingan kami. Aku pernah melihat hal seperti ini terjadi di anime dan manga tipe pertempuran. Motoyasu sudah melakukan sesuatu yang mirip denganku berkali-kali sejak datang ke dunia ini juga. Dia akan menantangku untuk berkelahi setelah menentukan kondisi yang membuatnya benar-benar berat sepihak. Aku tidak punya alasan untuk menetapkan kondisi seperti itu di sini, tapi aku telah berjanji untuk membiarkan Rishia menangani ini.

“Sial!”

Ini hanya dugaan, tapi Itsuki kemungkinan besar telah dibully di dunianya sendiri. Rishia memiliki status terendah dari anggota party, dan mereka pada dasarnya sudah membullynya sebelum dia bisa unjuk diri. Dengan kata lain, keberadaan Rishia membawa kembali kenangan yang tidak menyenangkan dari masa lalu Itsuki. Dia pikir dia telah memotong ikatan dirinya dengan masa lalunya, tetapi sekarang perwujudan dari dirinya sebelumnya berdiri menghalangi jalannya. Itu menciptakan halangan yang tak terbantahkan untuk keadilannya.

“Baiklah. Jadi aku harus mengalah Rishia-san yang dicuci otak oleh iblis, oke aku akan melakukannya.”

Rishia menoleh padaku dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Terima kasih, Naofumi-san. Sisanya serahkan padaku. Aku akan menyadarkan Tuan Itsuki.”
“Iya. Itu sulit dipercaya, tapi kuharap begitu. Kau telah menempuh perjalanan panjang, seperti halnya Eclair, jadi mungkin kau bisa melakukannya seperti dia juga.”

Aku tidak bisa memaksakan diri untuk mengatakan sesuatu yang lebih positif dari itu, tapi aku benar-benar memikirkan Rishia. Semua orang mengejeknya karena lemah, tapi dia tidak pernah menyerah. Dan dia memiliki kekuatan mental untuk menghadapi musuh bahkan ketika mereka jauh lebih kuat darinya.

Apa pun itu, sepertinya Itsuki akhirnya siap untuk menerima Rishia sebagai lawannya. Sekarang masalahnya adalah apa yang harus dilakukan jika dia kalah. Aku tidak yakin apa tindakan terbaik kami jika Rishia dikalahkan. Tapi untuk saat ini...

“Para budak, kalian mundurlah dari sini. Kalian hanya akan menghalangi pertarungan mereka. Sadeena, S’yne, dan Atla, aku menyerahkan evakuasi pada kalian bertiga.”
“Tentu saja, Naofumi-chan.” 
“Ba--.”
“Serahkan pada saya!”

Aku memberi perintah dan menyingkirkan semua halanganku. Itsuki, Rishia, Raphtalia, Ren, dan aku adalah satu-satunya yang tersisa di Colosseum. Tapi, ya ampun, Rishia juga tak kenal kata menyerang. Secinta itukah dia pada Itsuki? 

“Aku datang! Haaaaah!”

Rishia mendekati Itsuki dengan cepat.

“Ugh! Saint Arrow Rain! Speard Strafing!

Itsuki mundur dari Rishia dan menembakkan beberapa panah padanya. Dia dengan hati-hati mengatur waktunya sehingga panah yang sudah dia lontarkan ke udara menghujani ke arahnya tepat ketika dia bergerak lurus ke arahnya. Akan sulit untuk menghindari semua panahnya.

“Teknik Hengen Musou Small Sword! Circle!”

Rishia memutar pedang kecilnya. Suara melengking terdengar dan semua panah dibelokkan. Keduanya tampaknya menahan diri, tapi Rishia menahannya kekuatannya sendiri, terlepas dari kenyataan bahwa Itsuki adalah pahlawan suci. Apakah ini kekuatan sejati dari Teknik Hengen Musou? Eclair menyebutkan kalau Rishia telah menguasai teknik yang lebih sulit daripada yang dia miliki. Rishia jelas merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan sekarang.

Melihat semua panahnya jatuh dari udara, Itsuki memelototi Rishia dengan ekspresi kesal di wajahnya.

“Tuan Itsuki, lawanmu sekarang adalah aku. Jangan alihkan pandanganmu.”

Itsuki terus melirikku sesekali. Dia menganggap Rishia tidak lebih dari sebuah pos pemeriksaan yang harus dia lewati untuk melawanku. Tapi dia tidak akan bisa mengalahkannya dengan pola pikir itu. Rishia adalah salah satu petarung unggulanku, saat kami berbicara tentang statistik, teknik, atau tekad.

“Hmph... Kau sombong juga akhirnya, Rishia? Tapi apa kau benar-benar mengira aku telah bertarung dengan serius?”

Aura menyeramkan terpancar dari Itsuki saat dia mengangkat busurnya. 

“Law Fanatic!”

Aku merasakan semacam penghalang menyebar di sekitar Itsuki tiba-tiba.

“Huuuooooohaaaaaaaaa.”

Matanya mulai bersinar merah menakutkan. Aura menyeramkan mengental di sekitarnya dan berubah menjadi armor lengkap. Sekilas, itu tampak seperti seperangkat armor suci yang dimaksudkan menyerupai malaikat bersayap. Tapi aku juga bisa melihat elemen dekoratif dari desain yang terlihat seperti tanduk dan iblis di beberapa tempat.

Skill itu meningkatkan statistiknya sendiri. Tidak diragukan lagi. Selain itu, skill itu membentuk semacam pseudo-armor. Itu adalah pakaian yang akan kau lihat di Power Ranger atau Kamen Rider.

Rishia hanya terdiam, menunggu Itsuki untuk menyerang. Ekspresinya sangat serius. Jika ada yang mencoba mengganggu, aku yakin Rishia tidak akan pernah memaafkan mereka. Ren gelisah seperti ingin membantunya, jadi aku mengulurkan tanganku untuk menghentikannya.

“Bersiaplah, Rishia-san. Setelah aku menang, kau akan sadar kalau akulah yang benar, dan kemudian kita bisa mengalahkan Naofumi bersama-sama!”
“Aku tidak akan. Aku tidak akan pernah menerima dirimu yang sekarang, Tuan Itsuki. Bahkan jika aku harus mengorbankan nyawaku!”

Rishia menusukkan pedang kecilnya ke tanah dan berjongkok rendah. Apa yang dia lakukan? Dia mengumpulkan begitu banyak energi Kii dari bumi sehingga aku bisa melihatnya. Pedang kecilnya benar-benar diselimuti energi Kii sekarang.

“Hengen Musou... Teknik Rahasia, Bentuk Pertama...”

Rishia mencabut pedang kecil dari tanah dan berlari menuju Itsuki. 

“Sun!”

Rishia mulai memancarkan cahaya saat dia menusukkan pedang kecilnya ke Itsuki. Tekniknya terlihat seperti... semacam kekuatan ultra-ilahi.

“Shooting Star Bow!”

Itsuki melepaskan versi dari Skill Shooting Star miliknya yang sangat disukai oleh pahlawan suci. Dia sangat menjengkelkan. Ketika dia menggunakannya, panahnya meninggalkan jejak bintang yang terbang di udara. Aman untuk berasumsi bahwa panah itu sendiri juga cukup berbahaya.

“Bentuk Kedua! Moon!”

Cahaya yang mengelilingi Rishia meningkat. Itu membentuk bentuk bulan sabit yang melesat dan memotong panah Itsuki. Itsuki terkejut, melihat serangan pamungkasnya dipotong begitu saja.

“Aku belum selesai! Aku masih belum mengerahkan yang terbaik!” dia berteriak.

Lalu tunggu apa lagi, sialan?!

Ren juga mengatakan hal seperti itu. Aku secara refleks melirik ke arah Ren dan dia memalingkan matanya karena malu.

“Bentuk Ketiga! Star!”

Rishia mendekati Itsuki dengan cepat. Ketika dia hanya beberapa inci jauhnya, dia melepaskan rentetan tusukan. Keahlian Eclair Multistrike Demolition seperti berjalan terus-menerus selamanya, tapi serangkaian serangan Rishia akan terlihat seperti semakin bertambah kuat. Tetapi setiap tusukannya, sepotong armor yang melindungi Itsuki pecah dan menghilang.

“Argh...”

Rishia terus menusuk Itsuki. Sepertinya serangan itu tidak akan pernah berakhir. Dan aku yakin setiap tusukannya diselimuti dengan energi Kii. Aku benar-benar tidak tahu hanya dengan melihatnya, tapi serangan itu membuat suara yang sangat tajam. Serangan itu bukan lelucon. Aku tidak meragukannya, karena aku adalah Pahlawan Perisai dan hanya melihatnya saja membuatku merasa ngeri.

“Cukup!” Itsuki bergemuruh.

Aura menyeramkannya meledak keluar dan menghempaskan Rishia ke udara.

 “Fu-- aku belum selesai!”

Rishia mengambil sikap bertahan sementara masih di udara untuk mengurangi dampak kejatuhannya. Setelah mendarat, dia menenangkan napasnya dan bersiap untuk melanjutkan serangannya.

“Tidak mungkin seseorang sepertimu bisa menggagalkan keadilan, Rishia-san! Jangan ganggu serangan pamungkasku!”

Apa-apaan itu? Apakah dia serius mengatakan padanya untuk tidak melawan? Ini bukan RPG turn-base. Sebaliknya, mengatasi gerakan pamungkas musuh adalah kunci untuk mengalahkan bos monster dalam game action.

Ah, sudah pasti karena itu. Dalam pengaturan cerita superhero, orang jahat pada dasarnya akan selalu menunggu serangan pamungkas superhero. Sinar laser, tendangan super, atau lima orang yang menggabungkan senjata mereka untuk menembakkan serangan khusus, misalnya.

“Tuan Itsuki, hentikan ini. Keadilanmu keliru! Tolong, lepaskan kekuatan itu sekarang juga!”

Suara Rishia terdengar emosional saat dia dengan paksa menegur Itsuki. Pertempuran itu tampaknya cukup sepihak demi kebaikan Rishia. Itu tidak seperti ketika Eclair melawan Ren. Itsuki benar-benar menerima damage.

“Kau lah yang keliru! Aku... akan menggunakan kekuatan baru ini... untuk menyelamatkan... dunia!”

Busur Itsuki mulai berubah bentuk aneh. Aku bisa melihat aura menyeramkan di sekelilingnya berubah warna sebagai respons. Dia kemungkinan besar membuka seri kutukan lain, seperti yang dilakukan Ren dan Motoyasu. Rishia mungkin berada pada posisi yang tidak menguntungkan melawan Itsuki jika dia membuka curse series lain. Dari kelihatannya, sepertinya dia tidak menerapkan metode penguatan seperti yang dimiliki Motoyasu, tapi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti.

“Masih bisa dilanjut, Rishia?”
“Iya. Aku tidak butuh bantuan.”
“Baik. Terserah padamu.”

Bergantung pada situasinya, aku mungkin harus turun tangan. Tapi jika Rishia mengatakan dia baik-baik saja, maka aku akan terus menonton untuk saat ini. Kami semua berada di ujung kursi ketika kami menyaksikan situasi yang terjadi.

Masalahnya, sepertinya Itsuki tidak akan pingsan seperti Ren. Tidak peduli betapa busuknya dia, dia masih seorang pahlawan. Tapi Rishia masih kekurangan serangan menentukan yang bisa mengakhiri pertempuran, seperti yang dialami Eclair.

“Terima ini! Shadow Bind!

Itsuki membidik kaki Rishia dan menembakkan panahnya. Nama skill itu memberiku perasaan yang sangat buruk.

“Rishia--”

Panah itu tidak mengenainya. Namun mendarat di belakangnya. 

“Tu... Tubuhku!”

Sebelum aku bisa memperingatkan Rishia, dia tak bisa bergerak. Seperti yang aku duga. Jika panah mendarat di bayangan lawan, skill itu akan membatasi pergerakan mereka.

“Bind Arrow!”

Rishia sudah tidak bisa bergerak, tapi Itsuki menembakkan Skill mengikat lainnya padanya. Ketika panah itu sampai padanya, itu mengikat tubuhnya ke tanah.

“A... Aku masih belum kalah!”
“Tidak! Dengan ini, kau sudah berakhir!”
“Nama hukuman yang telah kuputuskan bagi pendosa bodoh ini adalah dipanggang sampai mati di dalam banteng kuningan! Biarlah dia berteriak bagaikan sapi yang dibakar hidup-hidup dan matilah sambil tersiksa!”
“Phalaris Bull!”

Itu mengingatkanku pada Iron Maiden. Sebuah patung berbentuk banteng muncul, terbuka dan mengurung Rishia, menjebaknya di dalam. Kemudian dilalap api yang mengamuk.

“Rishia!”

Itsuki yakin dia telah menang. Seringai terlihat di wajahnya. Tidak diragukan lagi. Skill itu setara dengan Iron Maiden.

“Akulah yang menang. Sekarang, Naofumi, bersiaplah untuk menemui ajalmu.”

Sial. Kupikir Rishia bisa menang, tapi kurasa aku terlalu optimis. Aku perlu mencari cara bagaimana menyelamatkan Rishia. Ren berlari ke arahnya tanpa ragu-ragu. Tapi kemudian, tiba-tiba, retakan mulai terbentuk di permukaan banteng yang dipanggil Itsuki.

“Hah?”

Itsuki memiliki ekspresi tidak percaya di wajahnya. Suara retak tajam terdengar dan banteng itu hancur. Rishia melompat keluar.

“Bentuk Keempat! Demon!”

Rishia mendekati Itsuki lagi dan menebaskan pedang kecilnya padanya. Apa itu tadi? Ujung pedangnya bersinar, tapi meninggalkan jejak kegelapan di jalur tebasannya.

“Ugh... Mataku... mataku!”

Itsuki menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan mulai mengerang. Serangan itu pasti memiliki efek menyilaukan.

“Jangan terlalu cepat menganggap dirimu menang!”

Rishia terengah-engah berkata itu. Rishia berhasil selamat dari skill berdasarkan instrumen eksekusi. Pertumbuhannya benar-benar luar biasa. Aku tidak tahu kalau seseorang yang bukan pahlawan bisa menjadi begitu kuat. Rishia kecil yang menyedihkan itu berhasil menunjukkan perkembangan pesatnya. Itsuki, lihatlah dia, orang yang kau buang begitu saja.

“Ganggu.... ganggu saja terus jalan?!” Itsuki berteriak pada Rishia sambil menggosok matanya. “Tidak akan kumaafkan! Aku adalah keadilan! Tidak kusangka kau akan menghalangiku sejauh ini! Kau hanyalah cerita pembuka! Tak boleh melampaui batasmu!”

Busur Itsuki mengambil bentuk yang bahkan lebih aneh. Apa yang tadinya sayap putih berubah menjadi sayap kelelawar yang tampak seperti iblis.

“Mati... Bagi yang menentangku... harus mati!”
“Tuan Itsuki, aku akan terus kuulang lagi. Lepaskan kekuatan itu. Sadarkanlah dirimu. Janganlah kau bergantung pada kekuatan itu!”

Rishia menangis sekarang. Dia menangis karena orang yang dia cintai sedang dikonsumsi oleh kutukan dan dia menyaksikan itu terjadi. Dia percaya dia memiliki kekuatan yang cukup sekarang untuk menghentikannya, dan itulah sebabnya dia bertarung. Tapi untuk Itsuki, dia hanyalah tidak target lain dari kebenciannya. 

“Untuk Keadilan! Mati! Kalian ini.... bentuk jahat.... dunia ini!”

Itsuki menarik tali busur ke belakang dengan keras dan melepaskannya. 

Serentetan anak panah terbang ke arah Rishia. 

Dia menjatuhkan mereka semua di udara, tetapi kemudian tiba-tiba aku mendengar suara yang aku tahu itu buruk.

“Tuan Naofumi!”
“Aku tahu!”

Suara itu berasal dari pedang kecil Rishia, Rapier Pekkul yang patah menjadi dua. Dia masih mengayunkan pedang yang patah... dan menggunakan Energi Kii untuk mengganti bagian bilah yang hilang. Tapi penggunaan energi Kii yang berkepanjangan untuk menggantikan objek fisik seperti itu sangat sulit. Aku menarik pedang dari perisaiku dan melemparkannya ke Rishia.

“Rishia! Kau akan tidak diuntungkan! Gunakan pedang ini!”

Tapi Rishia mengabaikan pedang yang aku lempar dan melanjutkan pertempurannya dengan Itsuki. 

“Maaf, Naofumi-san. Jika aku ambil... maka itu akan bertentangan keadilanku!”

Itsuki memiliki tatapan gila di matanya. Dia tersenyum.

“Apa yang kau tertawakan? Tuan Itsuki, aku belum kalah.”
“Bicara apa kau ini? Kau itu sudah kalah.”
“Belum. Tuan Itsuki, dulu kau pernah bilang padaku, kalau keadilan jangan pernah menyerah.”
“Heh heh heh... Bodoh. Kau... jahat.”
“Aku tidak akan menyerah, tidak peduli seberapa menyakitkan dan seputus asa apapun keadaannya. Itulah yang kau ajarkan padaku ketika menyelamatkanku dari keputusasaan, Tuan Itsuki. Itu juga yang Naofumi-san tunjukkan padaku!”

Rishia menenangkan dirinya dan menarik napasnya. Aku bisa tahu dari sikapnya kalau dia akan melantunkan mantra. Aku kira dia memutuskan untuk menggunakan sihir karena pedangnya patah. Dia tidak ingin curang, dan mental pantang menyerah. Itulah pola pikir yang dimilikinya. Pertumbuhannya... Aku tidak tahu mengapa, tapi itu membuatku merasa sangat bangga kalau gadis yang benar-benar tanpa harapan bisa berubah begitu banyak. Bahkan itu mengejutkanku. Itu mengingatkan aku pada pepatah, ‘Di mana ada kemauan, di situ ada jalan’.

“Aku kuulangi lagi. Tuan Itsuki, aku mohon, lepaskan kekuatan itu. Setelah itu, mari kita bangun kembali dari nol kepercayaan orang padamu dan selamatkan dunia ini dari bencana!”
“Kenapa harus aku lepaskan?! Dengan kekuatan ini... aku akan menyelamatkan dunia!”
“Tuan Itsuki! Aku yakin keadilan yang kau tuju sekarang in keliru! Aku yakin sekali itu karena aku sudah melihat kenyataannya saat bertarung di sisi Naofumi-san! Naofumi-san juga bertarung untuk menyelamatkan penghuni dunia berbeda! Dia berdiri di garis depan untuk melindungi semua orang, apa pun yang terjadi!”
“Diam, jahat! Enyahlah!”

Dan kemudian itu terjadi. Tak satu pun dari kami yang bisa mempercayai mata kami. Ini berada pada tingkat yang sama sekali berbeda dari apa pun seperti pertumbuhan Rishia, kekuatan, atau Teknik Hengen Musou.

Busur Itsuki mulai bersinar terang. Saking cerahnya sampai memaksa Itsuki untuk menutup matanya. Aku bisa melihat semua ini karena aku menonton dari kejauhan. Dan kemudian cahaya meluncur ke depan dari busur dan terbang ke arah Rishia. Itu terjadi terlalu cepat, dan Rishia tidak memiliki waktu untuk menghindar. Cahaya mengenai dirinya. Tapi dia benar-benar tidak terluka. Cahaya dari busur Itsuki telah meluncur ke telapak tangan Rishia.

Dan kemudian, tanpa diketahui alasannya, ikon segel budak Rishia hancur dan menghilang dari layar statusku.

“Apa itu tadi?”
“Tuan Naofumi.”
“Oh, Atla. Apakah evakuasinya telah selesai?”
“Iya, sudah. Tapi yang lebih penting, Tuan Naofumi...” Atla menatap ke arah Itsuki. “Di dalam aura menyeramkan itu adalah aliran energi Kii murni yang melesat ke arah Rishia.”
“Murni? Apakah senjata legendaris memiliki semacam kekuatan yang masih belum kita ketahui?”

Jelas semacam kekuatan telah melompat dari Busur ke Rishia. Kurasa itu berarti kami bisa berasumsi kalau busur Itsuki telah meminjamkan Rishia kekuatannya.

“Rishia-san?”

Ren memanggil Rishia. 

“Itu…”

Aku tidak bisa mempercayai mataku. Rishia memegang pisau di tangannya. Itu berbentuk seperti pisau biasa, tetapi memiliki permata mencolok di pegangannya. Itu semi-transparan, dan bentuknya tampak akan menghilang kapan saja. Apa itu semacam senjata sihir? Apa itu?

Rishia memegang tangannya yang lain ke bilah pisau dan itu berubah menjadi salah satu senjata kunai yang digunakan ninja. Kemudian berubah menjadi bumerang. Jadi itu bisa berubah bentuk seperti senjata legendaris. Benda apa itu?

“Ap... apa yang sebenarnya terjadi?!” Itsuki berteriak. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Paling tidak, Itsuki bukan pelakunya.
“Jadi begitu. Aku mengerti.” Rishia menyadari sesuatu. Dia mengarahkan bumerang ke Itsuki dan berbicara dengan penuh percaya diri. “Tuan Itsuki. Busur Pahlawan yang kau banggakan itu bahkan tidak mengakui keadilan yang kau tuju sekarang. Busurmu meminjamkanku kekuatannya untuk menghentikanmu!”
“Bohong! Itu tidak mungkin! Busurku tidak mungkin mengkhianati diriku!”
“Aku akan menggunakan kekuatan ini untuk menghentikanmu!”
“Omong kosong!”

Aura menyeramkan meluap dari busur Itsuki. Dia menarik tali busur ke belakang dengan kuat dan sejumlah panah melesat menuju Rishia. Bulu panah itu berbentuk seperti sayap malaikat dan iblis. Bentuk panah berubah menjadi bentuk beruang saat melesat ke udara menuju Rishia.

“Teknik Hengen Musou Throwing! Rolling Spin!”

Rishia menyalurkan energi Kiinya ke dalam senjata dan kemudian melemparkannya ke arah Itsuki.

“Apa-- Kenapa?! Aku adalah keadilan mutlak! Mau sampai kapan kau masih bersikeras menentangku?! Gah!” 

Bumerang itu berputar di sekitar Itsuki dan mengirisnya.

“Kau salah, Tuan Itsuki. Karena tindakan kelirumu, busurmu sendiri berusaha untuk memperbaiki jalanmu.”

Rishia mengangkat tangan kanannya ke udara dan bumerang itu kembali padanya. Kemudian dia mengubahnya menjadi cakram. Dia mengedipkan mata perlahan, dan sepertinya matanya sedikit berubah warna. Dia menarik energi Kii ke matanya.

“Aku bisa melihat semuanya dengan jelas sekarang. Aku melihat aliran Kii di sekitarmu. Aku melihat kekuatan yang menjadi parasit bagimu, Tuan Itsuki. Dan sekarang aku bisa melihatnya...”

Rishia melemparkan senjata ke arah Itsuki.

“Air Strike Throw! Second Throw! Dritte Throw!”

Air Strike? Aku cukup yakin hanya senjata legendaris yang memiliki Skill yang menggunakan nama itu. Itu berarti dia menggunakan senjata legendaris? Atau mungkin itu adalah senjata pahlawan tujuh bintang. Rishia telah melemparkan senjata yang berbeda untuk masing-masing dari tiga Skillnya. Ada pisau, kapak, dan tombak pendek.

Senjata apa itu? Bila diasumsikan itu adalah senjata bintang, tapi tombak itu senjata utama Motoyasu. Tidak satu pun dari tiga senjata yang dia lemparkan termasuk dalam kategori yang sama. Atau mungkin... karena dilempar, itu adalah senjata lempar.

“Tornado... Throw!”

Tiga senjata mulai berputar di sekitar Itsuki. Mereka menciptakan pusaran yang menghempaskan aura menyeramkan darinya.

“Gaaaahhhhh!”

Chakra muncul kembali di tangan Rishia dan dia meluncurkannya ke arah Itsuki.

“Tuan Itsuki, ini membuktikan kalau kau bukanlah keadilan. Sekarang, mari kita mulai lagi dan melakukan hal-hal dengan cara yang benar.”

Chakram menghantam busur Itsuki dan suara retak yang keras terdengar. Chakra kembali ke tangan Rishia. Dan kemudian, dengan suara seperti kaca pecah, lapisan luar busur Itsuki yang seperti armor hancur dan jatuh. Ketika itu terjadi, wasit yang telah dicuci otak oleh Itsuki jatuh ke tanah, seperti boneka yang talinya telah terpotong.

“Gahhh! Ke... kekuatan baruku... kekuatan penyelamat...”
“Aku akan mengatakannya lagi. Jalanmu keliru. Tuan Itsuki, tolong coba mengerti. Bentuk keadilan tidak terpaku pada satu hal. Ada banyak bentuk ‘keadilan’. Kebalikan dari keadilan bukanlah kejahatan. Kebalikannya adalah keadilan yang lain. Sisi yang kalah dicap sebagai kejahatan. Hanya seperti itu.”
“Tidak! Aku... Aku tidak jahat! Tidak mungkin aku jahat! Itu orang lain... Itu mereka!”
“Menyalahkan orang lain dan melimpahkannya pada orang lain itu mudah, tanpa keadilan juga bisa dilakukan. Tapi yang penting adalah menerima orang lain. Siapa pun dapat berubah menjadi lebih baik, tidak peduli orang seperti apa mereka. Aku percaya itu.”
“...Ughm.... ugmm....”

Itsuki terdengar seperti hendak menangis. Bentuk busurnya yang aneh telah menghilang, dan busur itu kembali seperti biasanya... Tidak, aku masih bisa melihat beberapa desain aneh di atasnya.

“Bagaimana menurutmu, Atla?”
“Yah, Rishia-san menggunakan kekuatan di tangannya untuk menghilangkan aura menyeramkan itu. Namun, akar dari kekuatan jahat tetap ada.”
“Aku... Aku harus... berbuat banyak pada orang yang percaya aku...”

Itsuki masih belum menyerah. Dia berdiri kembali. Dia benar-benar keras kepala. Saat itu, salah satu asisten budak pedagang datang dan membisikkan sesuatu ke telingaku.

“Begitu. Itsuki, kami berhasil menemukan tempatmu bersembunyi. Aku akan meninggalkanmu di sini dan pergi memeriksanya. Tidak ada alasan bagiku untuk membuang waktu berhadapan dengan orang yang kalah tanding melawan Rishia.”

Aku meminta asisten pedagang budak dan orang dari guild Gelita Zeltoble bekerja bersama untuk mencari tahu di mana Itsuki tinggal. Mereka telah menggali cukup bukti untuk meyakinkan bahwa mereka telah menemukan tempat itu. Sekarang yang tersisa adalah bagiku untuk menerobos masuk dan menangkap kaki tangan Itsuki.

“Aku tidak akan membiarkanmu!”

Hmm... Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk menunjukkan kepadanya bagaimana situasi yang sebenarnya. 

“Itsuki, kurasa aku bisa menunjukkanmu sedikit belas kasihan.”
“Apa?!”
“Jika masih bersih keras bahwa rekanmu itu berjuang untuk keadilan. Antarkanlah kami kepada mereka. Aku sudah tahu lokasinya, tapi aku ingin kau yang memimpin.”
“Aku tidak akan tertipu! Itulah caramu untuk menangkap Putri Malty, bukan?!”
“Itsuki! Kau yakin bisa memahami suatu masalah dengan hanya bergantung pada satu sudut pandang saja! Itukah yang kau sebut keadilan?!” Ren menyela.
“Soal itu…”

Itsuki mencoba menjawab tapi kata-katanya terhenti. Aku yakin dia dalam keadaan shock emosional setelah kalah dari Rishia.

“Dalam game yang pernah kau mainkan. Aku yakin ada semacam event yang mengharuskanmu untuk memutuskan manakah yang benar dan yang keliru, bukan?”
“...”

Aku menunjukkan kepadanya kalau aku tulus. Itsuki tampaknya tenggelam dalam pikiran haruskah dia berkompromi. Atau, jauh di lubuk hati, dia mungkin tahu kalau aku benar. Bagaimanapun juga, aku rasa masih akan sulit untuk mengajak musuh dengan santai menuju markasnya sendiri.

Tetapi mengapa Witch mengkhianati Motoyasu, menipu Ren, dan kemudian melarikan diri? Aku masih tidak tahu apa motifnya.

“Itsuki, Witch adalah penjahat. Apa yang harus kita lakukan pada penjahat agar dia bisa menebus kejahatannya? Mungkin dengan membuktikan ketidakbersalahannya, termasuk bentuk keadilan. Tapi jangan sampai kau bilang dengan tarung di Colosseum ini dan memenangkannya merupakan jalan pembuktian bahwa tindakan mereka itu termasuk dari keadilan?”
“Tidak... Bukan itu!”
“Kau juga bisa meluruskan ini di persidangan. Aku yakin ratu akan mengambil keputusan baik di sana, tapi itu terjadi jika Witch benar melakukan semua ini untuk kebaikan negara.”

Jika Itsuki merasa seperti dia telah ditipu dan jatuh dalam keputusasaan, dia kemungkinan besar akan membuka curse series lain dan mengamuk, seperti yang dilakukan Ren. Aku cukup yakin dia belum melepaskan banyak Skill curse. Kami harus turun tangan sebelum dia benar-benar melukai dirinya sendiri.

Aku memandangi Rishia. Saat ini, masih ada kemungkinan Itsuki akan mendengarkan dia. Dia perlu menyelamatkannya sebelum Itsuki benar-benar kehilangan semua harapan, seperti yang terjadi dengan Ren. Itulah yang aku katakan pada Rishia dengan mataku, dan dia mengangguk ke arahku.

“Baiklah kalau begitu. Aku akan membuktikan Putri Malty dan teman-temanku yang lain tidak bersalah!” 

Itsuki setuju untuk menghentikan pertarungan dan membawa kami ke tempat persembunyiannya.




TL: Ryuusaku
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar