Sabtu, 27 Agustus 2022

Naze Boku no Sekai wo Dare mo Oboeteinainoka? Light Novel Bahasa Indonesia Volume 3 Chapter 2 - Hutan Elf, Dewa Hokora

Volume 3
Chapter 2 - Hutan Elf, Dewa Hokora
Cover

<EDN : Hokora itu seperti kuil shinto mini>

Labirin hijau [Hutan Ciel Mir] – adalah labirin alami, dengan banyak pepohonan, menjulang di atas tanah, berbaris tak beraturan. Hanya sedikit cahaya yang bisa menembus melewati dedaunan yang tumbuh lebat.

Tanah nya tertutupi oleh dedaunan yang terselimuti oleh lumpur. Dedaunan terkena hembusan oleh angin mulai bergetar dan berdesir dengan suara yang menenangkan. Tempat yang tenang ini kemungkinan besar tidak terganggu selama ratusan tahun. Dan sekarang...

“Kai, bisakah kau mengendarainya lebih pelan lagi? Benda ini yang kalian sebut dengan mobil, suaranya terlalu berisik. Suara mobil nya mengganggu ketenangan yang ada di hutan ini.”

“Aku sudah berusaha sebaik mungkin, kau tahu?”

Dia sudah kehilangan jumlah berapa kali keluhan yang dikeluarkan oleh Reiren yang sedang duduk bersila di bangku penumpang.

“Mungkin terdengar terlalu berisik, tapi suara ban kita termasuk yang paling pelan. Suara ban nya cukup terdengar pelan. Aku sudah menjelaskannya, tapi kita mengendarai hampir sekitar 30 mobil yang sedang berbaris di belakang kita.”

“...Ya ampun.”

“Omong-omong, jalanan ini cukup terbilang sempit...”

“Memang. Tapi seharusnya tidak akan lebih sempit lagi dari ini, jadi mobil-mobil ini seharusnya masih bisa lewat.”

Sang miko menunjuk ke jendela depan. Dengan Reiren yang menunjukan jalan kepada mereka, Pasukan Urza Resistance, yang dipimpin oleh Jeanne, melewati hutan yang belum dipetakan... Hutan terbesar yang ada di dunia.

Sambil melihat ke hadapan pohon-pohon besar yang menutupi jarak penglihatan, 28 mobil militer berjalan maju. Dan Kai mengemudikan mobil yang memimpin mereka. Dia mengikuti arahan yang diberikan oleh Reiren, yang sedang duduk di bangku penumpang. Di belakang mereka ada mobil-mobil yang dikendarai oleh pasukan yang lain.

“Kai, belok ke kanan disini.”

Dengan kata-kata itu, secara tiba-tiba Reiren mengarahkan Kai untuk belok ke kanan.

“Disini?”

“Sepertinya, sudah kelewatan.”

“Bisakah memberitahunya 5 detik lebih awal!?”

Kai dengan cepat membelokkan arah kemudinya. Menuju jalan yang ditumbuhi oleh akar-akar dari pohon kuno. Karena akar-akar tersebut, jalanannya menjadi tidak rata, dan jarak penglihatan mereka juga agak terhalang. Tapi karena jalanan yang sedang mereka itu hampir sama seperti jalanan utama mereka jadi sedikit terbantu.

“Kali ini jalanan yang sedang kita lalui cukup terbilang lebar, tapi...”

“Seekor atractylodes ada disekitar sini. Lihatlah pohon-pohon yang bagi luarnya sudah terkelupas. Ini adalah tanda yang ditinggalkan oleh atractylodes.”

“atractylodes...?”

“Itu sejenis landak berukuran besar. Ketika sedang melindungi dirinya, ukuran diameter nya bisa sekitar 10 meter.”

Reiren menjawab dengan nada dingin.

“atractylodes jarang muncul, tapi jika dia berguling ke arah mobil, maka mobil nya akan habis tak bersisa.”

“Tunggu seb...!?”

“Hei, tunggu sebentar!?”

Dari bangku penumpang mereka di kanan dan kiri, tentara Resistance Saki dan Ashlan berteriak. Sampai sekarang mereka kebosanan, tapi sekarang mereka berbicara dengan bingung.

“Tunggu, tunggu, Reiren-chan!? Kau seorang yang ahli mengenai hutan elf ini, kan? Apa yang akan kita lakukan jika mahluk itu malah muncul!”

“Itu benar, apa kau yakin akan baik-baik saja dengan mengambil rute jalan ini?”

“Tidak perlu khawatir.”

Ucap miko, yang melipatkan tangannya dengan rasa percaya diri.

“Hutan ini sudah seperti taman bunga bagiku. Tenang saja, percaya saja padaku.”

Reiren adalah pemandu mereka, Reiren. Saat ini selain mengenakan pakaian tujuh lapis nya, dia juga mengenakan jubah putih, dan telinga panjangnya tertutupi oleh rambutnya. Latar belakang Reiren adalah seorang peneliti dari Io Resistance, yang akan membantu mereka – itu adalah penjelasan mengenai keberadaan Rinne saat ini yang diberikan oleh Jeanne kepada para tentara seperti Saki dan Ashlan.

“Mu...”

Rinne mengambek dari tempat duduknya di belakang.

“Aku tidak bisa setuju dengan perjanjian ini. Kenapa elf ini... maksudku Reiren, duduk bersama dengan Kai dan menikmatinya?”

“Karena aku adalah pemandu kalian, kurasa? Peta manusia tidak berguna di hutan ini.”

Reiren menatap tajam ke Rinne dari belakang.

“Yah, Lagipula, aku ini lebih berbakat darimu."

“Itu salah...! Kau... elf datar sialan!”

“Memang kenapa kalau datar!"

“Tenanglah, kalian berdua.”

Saat Rinne menyebut [elf] Kai langsung panik, tapi sepertinya Saki atau Ashlan tidak menyadarinya. Mereka mungkin tidak fokus untuk bisa menyadarinya, saat melintasi hutan yang belum dipetakan oleh manusia.

“Hei, Kai? Kurasa kau bahkan tidak memiliki peta dari lokasi ini?”

Tanya Saki, dengan senapan di bawah tangannya.

“Karena kau mengetahui soal dunia yang sesungguhnya dan lain-lain, aku kira kau tahu segalanya.”

“Aku tidak sepintar itu, kau tahu? Lagipula...”

Tapi dia tidak menyelesaikan kalimatnya. Elf yang duduk disebelahnya bisa benar-benar terkejut jika dia malah mengatakan tahu. Karena itu, sisa kalimatnya hanya sampai di tenggorokannya.

Di dunia yang sesungguhnya, hutan Ciel Mir tidak ada.

Hutan ini sudah terbakar habis. Selama Perang Besar hampir seluruh bagian hutan terbakar ketika sedang dalam pertempuran. Ditambah, dengan hilangnya para foreign god yang menjaga hutan, ekosistem yang ada di hutan ini menjadi kacau.

Di dunia yang sesungguhnya tidak ada lagi hutan Ciel Mir.


Kemenangan umat manusia dalam Perang Besar adalah sejarah dunia yang sesungguhnya.

Tapi tidak semua nya berakhir bagus. Contohnya hutan ini.


Hutan ini, yang tetap tumbuh subur di dunia ini, membuat Kai merasa bingung. Untuk ratusan ribu spesies yang hidup di hutan terbesar di dunia, dunia saat ini jauh lebih diinginkan daripada dunia di mana umat manusia telah menang.

[Semua pasukan, lapor: apa semua aman?]

Jeanne berbicara kepada semua (mobil) di saat yang bersamaan, dari cadilac, yang berada di barisan tengah.

[Ada ribuan hewan dan tumbuhan yang tidak dikenal oleh kita di hutan ini. Ada banyak tanaman bunga beracun, dan juga kupu-kupu yang menebarkan racun. Semua, pastikan kalian melapor apabila kalian merasa pusing atau sakit.]

“...Ya ampun, benar-benar komandan yang hebat.”

Ucap miko elf, sambil melipatkan lengannya. Komandan Jeanne tidak pernah mengakhiri komunikasi nya dengan perintah saja. Jeanne selalu mengakhiri komunikasi dengan kata-kata apresiasi atas kerja yang sudah dilakukan para bawahannya. Bentuk perhatian halusnya tidak bisa luput dari perhatian.

Saat mereka berjalan lebih dalam ke wilayah yang asing... Jika mereka tersesat, tidak mungkin bisa kembali. Dia (Jeanne) memahami kecemasan dan ketakutan para bawahannya, yang memberanikan diri di tanah berbahaya seperti ini.

[Mobil garis depan, bagaimana situasinya? Ada perubahan?]

“Sebenarnya baik-baik saja.”

Reiren memberikan tanggapan yang cepat

“Pada dasarnya, jika hutan ini memang berbahaya, para foreign god tidak akan berusaha untuk mendekatinya. Tapi yah, kalian bisa serahkan padaku. Bahkan aku tidak ada niatan untuk membuat diriku terbunuh. Jadi aku akan memilihkan jalan yang paling aman.”

[Kumohon tetap arahkan.]

Mereka bisa mendengar tawa kecil Jeanne dari alat komunikasi.

[Hanya ingin memastikan satu hal. Apa hutan ini, Ciel Mir, jalannya akan berakhir di Yurun yang ada di selatan?]

“Benar seperti itu. Aku juga pernah melakukan perjalanan kesana dengan jalan kaki. Waktu itu perlu sekitar 7 hari untuk sampai disana.”

Bahkan untuk elf, yang bisa dengan mudah melompat dari batang ke batang yang lain dari pohon kuno, yang sudah hampir seperti terbang, masih perlu waktu tujuh hari untuk sampai.

Itu membuat Kai bertanya-tanya seberapa besar labirin hutan ini sebenarnya. Mendengar jawaban Reiren membuatnya terkejut.

[Dan jika dari lokasi kita saat ini?]

“Idealnya perlu waktu 3 hari dan 3 malam. Tapi dalam perjalanan kita bisa menemukan beberapa buah-buahan yang bisa dimakan oleh manusia. Tidak perlu khawatir mengenai perbekalan.”

[Mengerti. Aku rasa kita perlu berterima kasih kepada Dante karena sudah memberikan bahan bakar yang baru kepada kita.]

Markas Io Resistance berada di Cassiopeia, yang menjadi kota industri di masa lalu.

Jika bukan karena mobil mereka yang bisa diisi ulang bahan bakarnya menggunakan tanaman, tidak mungkin bagi mereka bisa menjalankan rencana mereka melintasi labirin hutan ini.

“Dengan kecepatan kita saat ini, kita seharusnya bisa mencapai sungai dengan mata air yang berlimpah, dalam waktu 2 jam."

[Kalian dengar dia, teman-teman. Istirahat kita selanjutnya...]

“Kai, apa itu?”

Rinne, yang memanjangkan lehernya dari belakang, menunjuk ke kaca depan.

Dia menunjuk ke arah celah diantara dua pohon. Karena masih jauh, apa yang ditunjuk oleh Rinne jadi tidak terlalu terlihat jelas.

“Hmm? Maksudnya?”

“Ada sesuatu yang aneh disana. Banyak pohon berjatuhan, dan tanah nya juga berantakan.”

“...Apa?”

Secara tidak sengaja, dia mengenggam kemudinya dengan erat. Saat mereka berjalan ke arah yang ditunjuk Rinne, saat itu...

“Hentikan mobilnya!”

Miko elf itu menggenggam tangan kiri Kai dan mulai menariknya.

Dan saat ekspresi kaku muncul di wajah Reiren...

“Mahluk apa itu...!”

“Jeanne, berhenti. Ada sesuatu di depan.”

Semua mobil mulai berhenti secara perlahan. Roda mobil mereka, mulai berhenti, meniup tumpukan daun yang jatuh, membuat daun-daun itu berterbangan.

“Rinne, apa yang baru saja kau lihat? Bisa menyadari hal itu sebelum aku bisa menyadarinya...”

 "Humph! Aku lebih membantu Kai daripada kau.”

Reiren dan Rinne melompat keluar dari mobil.

“Kai, ada apa? Apa terjadi sesuatu?”

Jeanne keluar dari cadillac yang ada di belakang mereka, di sampingnya ada pengawal wanita Farin, berjalan dengan pedang yang sudah siap untuk dihunuskan.

“Rinne dan Reiren melihat sesuatu. Jeanne, tunggu disini. Kau harus siap memberi perintah kapan saja, jika benar ada sesuatu yang terjadi.”

Pasukan Urza Resistance ada sekitar 150 tentara. Dan meskipun masih belum jelas apa yang ada [disana], akan kurang bijaksana membuat semua pasukan bergerak maju.

“Kai, mungkin ide yang bagus untuk membawa itu bersama mu.”

“Mm... Yeah, oke.”

Rinne, yang mengintip ke jendela pengemudi, menunjuk bayonet hitamnya. Itu adalah bayonet serbu serba guna [Drake Nail]. Terlihat mirip dengan cakar Naga, itu adalah senjata, yang dikembangkan oleh MDA berdasarkan catatan dari Perang Besar.

Rinne bilang kepada ku untuk membawa senjata ku...

Apakah seberbahaya itu?


“Kau mungkin dimakan disana.”

Kata-kata tidak menyenangkan keluar dari bibir miko elf.

 “Karena aku sudah terbiasa berjalan di hutan ini, aku yang akan memimpin. Kai, Rinne, ikuti aku.”

Sang elf melompat ke arah akar pohon kuno.

Dan kemudian dari akar ke akar, seperti belalang, dia dengan mudah mengulangi lompatannya dengan cepat. Dalam sekejap, sosok nya mulai menghilang.

“Oi, Reiren, kau terlalu jauh di depan... Sialan.”

Kai bertukar pandang dengan Rinne. Dan mengambil Drake Nail, lalu mulai lari.

Hutan ini dipenuhi dengan dedaunan yang berjatuhan. Tidak mengetahui apa yang tersembunyi dibalik pohon-pohon kuno dan semak-semak, Kai harus tetap waspada ketika berlari.

“Kai, berhati-hatilah, jika kau menginjak jamur ini, kakimu akan terhisap.”

“Uo!?”

“Ah, dan serangga itu juga. Gigitan nya bisa membuat jari terputus.”

“Seperti yang kuduga, hutan ini sangat aneh.”

Dibandingkan dengan hutan yang mengelilingi desa elf, hutan ini sangatlah besar dan sistem alam yang aneh. Tetap, Kai bertanya-tanya apa yang membuat elf, yang seharusnya sangat berpengetahuan untuk mengelompokkan sesuatu sebagai aneh.

“Kai, disini.”

Reiren memanggilnya dari pohon kuno.

“Aku curiga mahluk jahat itu sudah tidak ada disini. Tetap saja jangan lengah. Kita masih tidak mengetahui dia bersembunyi dimana.”

“Apa maksudmu...!? Ini...!?”

Kai mulai merinding. Semua menjadi jelas bagi Kai ketika dirinya memutari lingkaran yang ada di belakang pohon kuno.

Pohon-pohon ini sudah dirobohkan lalu dimakan...

Lusinan pohon sudah roboh dengan kulit dan batangnya dikunyah dengan kekuatan yang luar biasa. Di tanah ada langkah kaki yang menyerupai lubang raksasa. Ini adalah jejak kaki yang aneh dengan ukuran yang sangat besar.

Binatang buas magis yang kami pernah lihat di sarang iblis juga berukuran besar, tapi...

Yang ini terlihat jauh lebih buruk daripada daripada hasil amukan mereka.

Yang ini seperti sebuah badai yang mengamuk baru saja lewat.

“Nah sekarang, aku kebingungan disini. Jelas aku sangat bangga dengan pengetahuan yang kumiliki mengenai hutan ini, tapi...”

Ucap gadis elf, yang sedang melihat-lihat jejak dari kerusakan yang ada dengan ekspresi yang janggal di wajahnya.

"Aku tidak bisa membayangkan apa yang bisa menyebabkan kekacauan seperti ini. Sampai bisa merobohkan pohon-pohon kuno ini? Monster macam apa yang bisa melakukannya? Pasti tidak ada makhluk hidup seperti itu di hutan ini."

“Bagi ku terlihat seperti naga besar yang mengamuk sih.”

“Huh? Tunggu sebentar, Kai, kau kira kita sedang berada dimana?”

Miko elf melebarkan tangannya.

“Tanah ini milik para foreign god. Kita berada di bagian timur benua, sedangkan tempat tinggal naga yang merupakan cryptids berada di barat. Mereka berada di sisi benua yang benar-benar berlawanan."

“Jelas, Aku tahu itu. Tapi apakah ada ras lain yang bisa menyebabkan kerusakan sampai seperti ini?”

“...”

Memiliki kekuatan yang bisa merobohkan pohon kuno. Dan meninggalkan jejak kaki raksasa, menghajar dan menghancurkan semuanya. Tidak ada ras lain yang memiliki sifat penghancur seperti ini.

“Aku setuju dengan Kai soal itu.”

“Mm?”

“Ada sedikit bau binatang.”

Jejak kaki raksasa ini sulit untuk dikenali karena tanah yang berlumpur. Tapi ketika Rinne mendekatkan wajahnya, dia bisa mengetahui jenis jejak itu.

“Mirip seperti milik cryptid. Aku tidak bisa mengatakan jenis apa, tapi aku yakin ini bukan naga.”

“...Sungguh?”

Si elf terdiam. Ini berarti bahwa cryptid raksasa itu bisa menerobos masuk ke wilayah foreign god. Ini mirip dengan apa yang disebut manusia sebagai pencuri yang dapat membobol rumah mereka.

“Lalu bagaimana dengan ukuran cryptid ini!? Jika makhluk seperti itu benar menembus masuk ke perbatasan, para malaikat sudah pasti menyadarinya!”

Diantara para foreign god yang hidup di hutan ini adalah para elf, kurcaci dan peri. Sementara para malaikat, yang hidup di istana langit mereka, mengawasi seluruh wilayah Io dari atas langit. Jelas Reiren akan mempercayai pengawasan yang dilakukan oleh para malaikat.

“Aku mungkin punya tebakan mengenai hal itu. Disaat kami pergi dari Urza, kami bertemu dengan cryptid. Tapi pada saat itu hanyalah sesosok wyvern.”

Itu ketika mereka berangkat dari ibu kota Urza, menuju Io. Di jalan besar di tengah pegunungan bersalju, mereka tiba-tiba diserang olehnya.

[...Kai, diatas! Itu datang dari langit!]

[Wyvern!]

[Apa maksudnya ini, bukankah seharusnya ini wilayah para iblis? Untuk apa cryptid bisa berada disini!?]

“...Di negara bagian utara? Jadi kalian diserang oleh cryptid disana?”

“Aku juga meragukannya. Pada saat itu kami kehilangan dua mobil ketika melawannya. Kami beruntung perlawanan itu berakhir hanya dengan kehilangan dua mobil.”

Sampai sekarang pun mereka masih bingung mengenai tujuan cryptid itu, masuk ke wilayah Urza.

“Setelah kekalahan Vanessa, kami diserang oleh wyvern di depan perbatasan Urza. Dan sekarang setelah kekalahan Alfreyja. Pemilihan waktu nya terasa mirip bagiku.”

“Jika cryptid menerobos masuk wilayah negara lain...”

Reiren memulai memasang ekspresi ketakutan. Sementara miko elf tenggelam dalam pikiran nya mencari kata-kata, suara Jeanne datang dari perangkat komunikasi.

[Kai, bagaimana?]

“Kami baik-baik saja disini. Jeane, aku rasa kau bisa datang kesini juga. Hanya saja...”

Pelaku kejahatan di balik kerusakan ini sudah pergi. Ketika Kai memperhatikan jejak kaki yang terus berlanjut semakin ke dalam bagian hutan, dia memegang erat perangkat komunikasinya.

“Kita mungkin akan kesusahan untuk bisa mencapai perbatasan bagian selatan.”

Labirin hijau ini berubah menjadi berwarna merah yang gelap. Di balik rimbunnya dedaunan, terlihat matahari terbenam di cakrawala. Tak lama kemudian, malam pun tiba.

“Bukankah sudah kuberitahu bahwa ekosistem hutan ini berbeda antara siang dan malam?”

"Semakin banyak serangga muncul. Binatang berukuran besar pun juga akan keluar kurasa. Mereka jarang mendekati desa kami, tapi begitu malam tiba, peri selalu memberikan mantra untuk mengusir para binatang."

Mereka berada di pintu masuk hutan. Merakit tenda, di dekat sungai dengan mata air. Saat Kai sedang menyiapkan tenda, Reiren mengamati dengan rasa ingin tahu.

Omong-omong, Rinne yang sedang berada di dekat Kai, duduk, tidak melakukan apapun.

“Hei, Kai? Apa sudah selesai? Disini sangat bosan hingga aku jadi mengantuk...”

“Akan segera selesai.”

Dia seperti kucing yang ingin bermain. Dibandingkan dengan Rinne, Reiren, yang sedang memperhatikan dengan rasa ingin tahu yang tinggi ketika tenda-tenda sedang dirakit oleh manusia, seperti seekor anjing setia.

“Jika kuingat-ingat lagi... Reiren, kau kelihatan lebih tenang.”

“Apa yang kau bicarakan?”

“Yah, ada banyak manusia di sekitar sini. Mempertimbangkan bahwa kau baru saja dikirim sebagai perwakilan dari desa el untuk menemani kami, aku menyangka kau akan banyak mengeluh... Sungguh, terima kasih.”

Rinne dan Reiren. Keduanya seperti gadis cantik berkulit putih. Selama sayap Rinne dan bentuk telinga Reiren tidak ketahuan, tidak ada yang akan mencurigai apapun.

“Jika aku terlihat tidak nyaman sepanjang waktu, yang ada malah aku akan dicurigai, bukankah begitu?”

Miko elf pun menghiraukan seorang tentara yang baru saja lewat di belakangnya. Di situasi seperti ini dimana Reiren dikelilingi oleh hampir ratusan musuh.

“Karena itulah aku menahan diri. Kenyataannya aku sangat kesal dan ingin mengeluh mengenai hal ini.”

“Yah, aku mengerti...”

“Tetap saja, aku tidak suka mencium bau manusia. Aku akan jalan-jalan sebentar di hutan.”

Tapi sebelum gadis elf berdiri, dan berbalik dari mereka.

“Tunggu, Rinne, bagaimana kalau kau pergi menemaninya?”

“Aku?”

“...Kau masih tidak percaya padaku?”

Miko elf, yang berdiri di samping Rinne, yang berkedip kosong, mengerutkan kening.

“Atau kau pikir aku akan tidak baik-baik saja ketika tidak ada yang memperhatikan?’

“Alasan nya sederhana: Kita melihat kekacauan di siang hari, bukan?”

“...Mu.”

“Aku ingin kau pergi melihat keadaan di sekitar tenda. Jika kalian berdua yang pergi, maka seharusnya akan baik-baik saja, bukan?”

Bukan masalah kepercayaan. Melainkan sebaliknya. Justru karena pengetahuan elf yang sangat tinggi dan berharga, dia sudah diminta untuk mengawasi keadaan sekitar setelah matahari terbenam, yang pasti akan menjadi tugas yang berbahaya bagi tentara Resistance jika diserahkan kepada mereka.

“Karena itulah, tempat ini cukup jauh dari jejak kaki mereka, bukan?”

“Mereka bisa berjalan sekitar seribu lima ratus kilometer per hari.”

“?”

“Dari catatan yang kutahu: cryptids bisa pergi menyerang sebuah kota dengan jarak 1500 kilometer jauhnya. Jadi orang ini bisa melintas sejauh ini hanya dengan berlari di tanah.”

Pada akhirnya cryptid sangatlah kuat. Oleh karena itu perhitungan jarak mereka berbeda. Apa yang menjadi satu kilometer untuk manusia atau peri, tidak akan terasa lebih dari beberapa meter bagi mereka.

Dari tempat itu perlu waktu 3 jam dengan mobil.

Bahkan jika hanya sebuah jalan lurus yang berjarak 100 kilometer, kita tidak boleh ceroboh.


"Tidak ada salahnya untuk waspada, benar bukan?"

“Aku mengerti. Lagipula, kalian tetaplah seorang manusia.”

Miko elf itu menyipitkan mata. Sepertinya dia kagum olehnya.

“Mungkin akan terlihat seperti aku yang tidak menganggap kalian serius... Hei, Rinne, ayo pergi. Waktu pergi berpatroli.”

“Yup, Kai, aku akan segera kembali.”

Dengan seperti itu dengan langkah kaki ringan, kedua gadis itu menuju ke kegelapan hutan di depan mata Kai.

“...Nah, sekarang aku akan lanjut merakit tenda.”

Dia selesai memasang penutup agar angin tidak masuk ke tenda. Tapi saat dia akan mulai merakit tenda selanjutnya...

“Kai.”

Jeanne, yang muncul di belakangnya, menepuk pundaknya.

“Apa kau melihat Reiren?”

“Dia pergi mengawasi bersama Rinne, kau perlu sesuatu dengannya?”

“Tidak, kalau begitu tidak masalah berarti. Aku baru ingin meminta dia pergi mengawasi juga sebenarnya. Dan jika Rinne bersamanya dia tidak akan bisa melakukan tipuan apapun dengan mudah.”

Ini tidak bisa dihindari. Kekhawatiran Jeanne juga sejalan dengan perkataan Reiren sendiri beberapa saat yang lalu.

[Para foreign god akan memegang janji mereka.]

Jadi mereka akan memegang perjanjian gencatan senjata selama satu tahun, dan Reiren dikirim untuk menemani mereka untuk tujuan itu. Inilah yang dikatakan tetua elf kepada mereka, tetapi Kai tidak bisa mempercayai kata-kata itu sepenuhnya.

Dari sudut pandang foreign god, manusia tetaplah makhluk rendahan.

Jadi apakah mereka berniat untuk tetap menjaga janji mereka dengan manusia... kekhawatiran Jeanne itu wajar.


Tidak ada cara untuk mengetahui kapan Reiren akan melarikan diri. Apa yang membuat kekhawatiran Jeanne semakin kuat adalah tugasnya sebagai seorang Komandan terhadap lebih dari seratus orang, jadi wajar saja.

“Dan, Kai, aku ingin mengobrol sebentar.”

<TLN: This is getting omoshiroi.>

“Berdua...?”

“Hanya kita berdua, iya. Akan jadi merepotkan jika para bawahan mendengar obrolan kita, jadi ayo cari tempat yang sedikit jauh.”

Mereka berjalan menuju pohon kuno, disinari oleh api unggun. Disekitar mereka selain semak-semak tempat itu tidak akan terlalu jauh dari tempat mereka mendirikan tenda, tapi cukup jauh sehingga tidak ada yang bisa mendengarkan.

“Disini seharusnya aman... Sekarang jika kuingat-ingat lagi: kita belum punya banyak kesempatan untuk saling berbicara.”

Jeanne merubah suara gagah pria nya menjadi suara lembut dan menawan wanita nya. Karena dia harus selalu berpura-pura menjadi seorang komandan pria, dia harus menjaga suaranya tetap gagah. Tapi didepan Kai, dia bisa kembali menggunakan suara natural miliknya.

“Mengenai pedang mu.”

Dia menunjuk ke Drake Nail, yang ada di punggungnya.

“Disaat kita melawan Alfreyja, itu terlihat seperti memancarkan cahaya lalu berubah bentuk dari penglihatan ku.”

“Yeah, itu bukan imajinasi mu.”

“...Aku membayangkan jenis senjata apa ini?”

Senjata ini bukanlah ciptaan manusia. Itu terlihat jelas di mata Jeanne. Dan itu jelas berbeda dengan bayonet, yang mana bayonet merupakan ciptaan manusia.

Code Holder.

Itu adalah pedang, yang dia temukan di dalam [Makam Iblis] ketika dia sedang tersesat.

“Aku bahkan tidak tahu. Aku hanya mengambilnya.”

“Eh?”

“Aku pernah mengatakannya: di sejarah dunia yang kuketahui ada seorang manusia bernama Sid.”

“...Aku tahu itu, Yeah. Sid lah yang membawa manusia kepada kemenangan di perang besar. Seperti itulah sejarah di dunia yang kau ketahui.”

“Code Holder ini dikatakan sebagai pedang yang dipegang oleh Sid. Meskipun sekarang ini adalah bayonet, mungkin bayonet ini berubah bentuk karena menanggapi suara ku. Bagaimana cara kerja akupun tidak tahu.”

Kai selalu bertanya-tanya bagaimana pedang Sid bisa berada di makam. Dan pertanyaan Kai sudah terjawab oleh pahlawan iblis Vanessa.

[Sid meramal bahwa sesuatu yang aneh akan terjadi di dunia.]

[Sid meninggalkan pedang itu kepada ku. Untuk mengantisipasi situasi ini...]

Kemampuan untuk memotong takdir. Itu adalah kemampuan dari pedang ini, dan hanya itulah yang Kai ketahui.

“Itu terdengar berbahaya.”

Komandan berambut perak membuat wajah muram.

“Aku mungkin tidak memiliki hak untuk mengatakan ini karena sudah berkali-kali ditolong oleh nya, tapi aku tidak merasa khawatir mengenai kau menggunakan senjata yang bahkan kau tidak ketahui dengan baik. Senjata ini, bukanlah ciptaan manusia, kan?”

“Aku rasa ini merupakan perlengkapan sihir elf atau sesuatu yang mirip.”

Persis seperti apa yang disampaikan oleh Jeanne: Sebuah misteri.

“Tetapi dalam hal ini, aku juga ingin membagikan sedikit apa yang kupikirkan."

“Maksudmu ini?”

Jeanne meletakkan tangannya di baju pelindung. Tapi yang dia maksud bukanlah baju pelindung abu-abu itu, tapi melainkan apa yang ada dibaliknya.

Sutra tipis yang menutupi kulitnya. Itu adalah pakaian pertempuran elf - pakaian yang memancarkan cahaya redup, yang menjadikan Jeanne seorang [Ksatria Cahaya]

Aku tahu itu adalah salah satu harta terbaik yang berhasil dirampas dari foreign god dan memiliki ketahanan terhadap serangan sihir.

Tapi sebenarnya aku tidak terlalu memikirkannya.


Panah malaikat dan pakaian roh elf. Perlengkapan sihir ini, yang Jeanne pegang, bisa digunakan oleh para malaikat dan elf karena mereka memiliki kekuatan sihir. Tapi itu membuatnya bertanya-tanya: bagaimana manusia yang tidak memiliki sihir dapat melancarkan serangan dari senjata tersebut?

Ini adalah pakaian kematian, yang kilauannya akan mempersingkat hidupnya.

Bahkan ketika mereka hanya berbicara, perlengkapan itu terus mempersingkat kehidupannya. Jika ini adalah dunia yang sesungguhnya, Kai akan melakukan yang terbaik untuk menghentikannya mengenakan pakaian roh elf ini. Tidak memperbolehkan dirinya untuk terus melakukan sesuatu yang malah mempersingkat kehidupannya.

Tapi... Sekarang Kai tidak memiliki hak untuk menghentikannya, yang terus berjuang di dunia yang kejam ini.

“Tidak ada yang memaksamu memakai ini, kan?"

“Tentu saja, aku yang memutuskan ini sendiri. Hanya aku lah yang sesuai untuk mengenakan ini.”

Dengan senyum tegas, wanita berambut perak itu menggelengkan kepalanya.

“Ingin berkata kepada ku untuk melepasnya?”

“Bahkan jika aku berkata seperti itu, kau tidak akan mendengarkan. Aku sudah tahu... bahkan dari sebelumnya.”

Komandan Jeanne, yang memegang nama sang harapan umat manusia. Dia mungkin tidak mengingatnya. Tapi di dunia umat manusia memenangi perang besar, Jeanne dan Kai adalah teman masa kecil yang hidup sebagai tetangga dan sangat akrab.

“Jika aku mulai berbicara apapun, kau tidak akan mendengarkan.”

“Karena itu... maksudmu diriku yang berasal dari duniamu, Kai? Dimana kita adalah teman masa kecil.”

“Itu berbeda sekarang.”

“...Aku tahu. Meskipun aku tidak berencana untuk merubahnya.”

<TLN: Maksud Jeanne yang enggak mau dirubah itu sikap keras kepala nya.>

“Aku tahu itu.”

Kai hanya menanggapi dengan satu anggukan bahu untuk jawaban serius Jeanne. Dia memikirkan kembali berapa kali dia melakukan percakapan seperti ini di dunia yang sesungguhnya. Tetap saja, seperti ini karakternya yang tegas tetap tidak berubah, yang memberinya perasaan lega yang terasa aneh.

“Kita seharusnya baik-baik saja, kan? Hanya sekitar lima menit lagi.”

“Mm?”

“Hei, aku ingin menanyakan sesuatu.”

Matanya ke atas, dia bertanya dengan senyum yang menggoda:

“Seperti apa diriku di dunia mu yang sesungguhnya, Kai?”

“Seperti apa, tanya mu... Yah kau adalah tetangga ku.”

“Bukan, bukan, maksudku kepribadian diriku, bagaimana aku bersikap dan hal-hal seperti itu. Setelah perang besar berakhir dengan kemenangan umat manusia pasti keadaan dunia menjadi damai. Tidak ada Resistance, kan?”

“Tentu saja.”

“Aku tidak bisa membayangkannya. Seperti apa hidupku jika aku tidak menjadi komandan Resistance. Kemungkinan aku tidak perlu berpura-pura lagi menjadi pria, kan?”

Memperbaiki pandangannya padanya, Kai tetap diam. Ingin tahu seperti apa wanita Jeanne E Anise di dunia yang sesungguhnya.

Apakah dia akan mengingatnya ketika dia diberitahu...

Apa yang kupikirkan... Itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan


Ketika harapan melintas di pikirannya, Kai langsung membuang pemikiran itu. Ditambah, itu hanya keinginan egois miliknya.

Terlebih lagi, mengingatnya sekarang bukanlah apa yang diinginkan oleh Jeanne.

“Hei?”

“...Kau cukup populer.”

Menarik nafas lalu Kai melanjutkan.

“Setelah manusia memenangkan perang besar, empat ras lain disegel di dalam makam. Baik aku dan dirimu, Jeanne, merupakan bagian dari pasukan yang bertanggung jawab untuk melindungi makam.”

“Mungkinkah aku merupakan seorang komandan juga disana?”

“Tidak, tidak, tapi ada kemungkinan kau akan menjadi komandan di masa depan.”

Melihat Jeanne mendengarkan dengan percaya diri, Kai tersenyum di dalam hatinya.

“Dengan posisi jabatan ku yang rendah yang kulakukan hanyalah berdiri mengawasi makam. Tapi kau, Jeanne, sudah berencana untuk pergi ke ibu kota. Yang termuda, dan ditambah sebagai wanita pertama, di umur yang masih begitu muda.”

“Oh, jadi Kai, dari sudut pandang mu, berarti aku ini tidak begitu berubah?”

“...Yah, aku terkejut ketika melihat mu berpakaian seperti pria.”

Ketika Kai pertama kali melihatnya di Neo Vishal, dia benar-benar cukup terkejut melihat perubahan Jeanne. Bahkan sekarang ketika melihatnya di depan dirinya, Kai masih merasakan hal yang sama..

“Jeanne yang kutahu memiliki rambut panjang kebawah dan mengenakan pakaian yang modis.”

“Aku? Ahahah, berarti aku benar-benar berubah.”

Dia tertawa dengan keras.

“Sudah cukup lama ketika terakhir kali aku mengenakan rok. Dan juga make-up, aku belum pernah membayangkan sosok diriku yang lebih feminim... Tapi... Yah, aku mengerti...”

Untuk sesaat dia tertawa. Tapi segera setelahnya, his silver haired childhood friend's eyes showed sadness.

“Aku sudah lupa... kapan terakhir kali aku merindukan hal-hal yang bersifat feminim?”

“...”

“Hei, Kai, bisa aku meminta sesuatu?”

“Mm?”

── Bisakah kau tetap menjadi teman ku di dunia ini?

Dengan wajahnya yang memerah, kata teman masa kecilnya yang berambut perak, dengan suara yang hampir berbisik.

<TLN: definitely, bukan hanya ‘teman’ tapi sebagai ‘teman hidup’, i need more some spicy moments in this novel.>

“...Aku?”

“Ini bukan sesuatu yang bisa kuminta ke bawahan ku yang ada di Resistance. Aku ini komandan mereka, jadi aku tidak bisa melewati batas ini dengan mereka.”

Tapi berbeda dengan Kai.

Kai hanyalah seorang bantuan dari luar. Bersama Rinne, dia mencari cara untuk kembali ke dunia yang sesungguhnya. Dan kepentingan mereka secara kebetulan sejalan dengan Urza Resistance, tidak lebih tidak kurang.

Karena itulah... hubungan diantara mereka bukanlah seperti atasan dan seorang bawahan. Mereka hanyalah sepasang anak laki-laki dan anak perempuan yang seumuran.

“Aku tidak bermaksud mengubah apapun, dan ini bukan permintaan semata. Hanya saja... Ehm, yah, aku sangat merindukan... [hubungan pertemanan].”

<TLN: tepat seperti apa yang dikatakan Rinne, ketika Rinne memalingkan pandangannya, Jeanne akan dengan cepat ingin bermesraan dengan Kai.>

“...”

“T-tidak bisa...?”

“Tidak. Aku hanya terkejut mengetahui kalau kau memikirkan hal seperti itu.”

“Ini masalah serius, tahu!?”

Suara Jeanne meninggi.

“Setelah aku bisa mengumpulkan cukup keberanian untuk mengucapkannya.”

“Aku mengerti. Yah, tentu aku senang mendengarnya.”

Ini mengingatkannya... Kai tidak ingat Jeanne pernah mengatakan hal seperti itu di dunia yang sesungguhnya. Dia memikirkan masa lalu mereka. Sejak kecil mereka sudah bermain bersama, dan tidak ada tanda-tanda dari [menjadi teman]. Sebelum dia bisa menyadarinya, mereka sudah berada di dalam hubungan pertemanan seperti itu.

“Tidak ada yang berubah, tapi semoga ini yang terbaik.”

“Y-yeah!”

Seketika wajah Jeanne menjadi cerah dan dia menjawab dengan anggukan besar. Dan segera setelah itu...    

Teriakan panjang bergema dari arah lokasi tenda.

“...!? Apa yang terjadi!?”

Diikuti dengan suara teriakan yang semakin keras. Suara jejak kaki, yang tampak seperti berasal dari seekor gajah, suaranya menyebar ke seluruh hutan. Mereka bisa mendengar suara yang kurang jelas dari batang-batang pohon yang mulai rusak. Dan kemudian suara senapan...

“Kai!”

Jeanne dengan cepat bereaksi. Dia hanya meneriakkan nama Kai dan lari menuju perkemahan.

Mungkinkah ini yang kami temui di siang hari itu...?

Ayolah, kumohon ini hanya sekedar sebuah firasat.


Menyingkirkan semak-semak, dia melompat ke tempat terbuka. Kai bisa melihat percikan api dari api unggun yang tersebar, pohon-pohon yang hancur dan kemudian, diwarnai dengan warna merah-kekuningan, kepala binatang raksasa.

Untuk sesaat Kai mengira itu adalah singa, tapi kemudian dia tidak bisa mengetahui makhluk macam apa itu. Itu memiliki bentuk kepala, seperti singa, tapi itu satu-satunya kesamaan. Kaki depannya sangat kekar, bahkan lebih tebal dari tubuh manusia itu sendiri.

Makhluk itu sekitar 4, atau mungkin bisa setinggi 5 meter. Dengan sebagian tubuhnya tertutup oleh semak-semak, mungkin jika dia keluar dari semak-semak tinggi bisa mencapai lebih dari 15 meter.

“Apa itu penguasa dari hutan ini!?”

“Tidak. Jeanne, lihat kening kepalanya. Mungkin susah untuk dilihat sekarang, tapi pembuluh darahnya bisa terlihat disana. Jadi itu pasti adalah cryptid.”

Orang mungkin bertanya apakah binatang raksasa seperti paus, yang berenang melintasi samudra luas, atau gajah yang melintasi dataran, diklasifikasikan sebagai cryptid. Tapi jawabannya tidak. Tidak peduli seberapa besar mereka, untuk disebut cryptid, mereka harus memiliki organ tertentu, yang umum bagi semua cryptid.

Itu disebut [pembuluh darah sihir].

Di kasus ini, organ produksi sihir yang juga dimiliki oleh para iblis dan para foreign god, adalah pembuluh darah kecil. Dan itu adalah organ yang paling menonjol dari ras cryptid.

“Ada kilau kusam dari urat merah di dahinya."

“Pada siang hari...! Apakah dia mengikuti kita?”

Jeanne mengepalkan tinjunya.

“Semua, berpencar.”

Suara seraknya bergema ke seluruh perkemahan. Ketika para tentara dengan machine gun pergi menjauh dari sang binatang buas, Farin bergerak maju dengan shamshir di tangannya.”

“cryptid ini...”

Saat dia mulai berbicara, Farin menyipitkan matanya seperti jarum dan melanjutkan.

“Apakah ini behemoth!?”

[....!!!]

Sang cryptid mengaum. Entah karena jumlah tembakan yang ditembakkan ke badannya, atau karena ucapan Farin, dia merespon. Behemoth itu mulai menaikkan kaki depannya.

Farin menghentakkan kakinya ke tanah dengan penuh kekuatan dan melompat ke samping. Binatang buas itu hanya merobohkan tenda-tenda di tempat terbuka saat Farin meluncur di bawah hidungnya. Paku yang menahan tenda tidak begitu berguna ketika melawan kekuatan seperti ini. Dan puing-puing logam dan kain terlempar jauh.

“Ragu-ragu disini hanya akan membuatmu terbunuh.”

Ukuran cryptid ini terlalu besar di hutan ini. Hanya sebagian tubuh behemoth yang bisa terlihat dari celah diantara dua pohon. Sementara separuh sisanya masih tertahan di sana, tak mampu membebaskan diri.

Menuju binatang buas yang kehilangan keseimbangan. Farin menyerang bahunya dengan shamshir di kedua tangannya. Tapi itu bukan tebasan, melainkan dia menggunakan seluruh kekuatan dan berat lengannya untuk membanting makhluk itu dengan benturan maksimal.

<TLN: kuat banget sih anjir fisik si Farin wkwkwkwk.>

“Tch.”

Shamshir telah terhenti karena kulit Behemoth. Dikeraskan oleh kehidupan ratusan tahun, kulitnya mampu menghentikan pedang, tanpa satu luka pun yang tertinggal. Hal yang sama dengan peluru beberapa saat yang lalu.

‘Seperti yang diharapkan, dari makhluk yang besar...”

Menendang bahu Behemoth, pejuang wanita menghindar di udara. Melihat semua nya dari awal, Behemoth menggerakkan badannya secara perlahan menuju Farin yang masih berada di udara, memamerkan taring yang siap menyerangnya.

“Kesini, binatang buas.”

Tepat di bawahnya, Kai mengincar kaki kiri binatang buas dengan Drake Nail nya. Dampak dari serangannya terasa seperti dia menyerang sebongkah batu yang keras.

Mahluk ini sangat keras! Apakah itu benar-benar kulit makhluk hidup!?

Dan bahkan hentakan isi ulang saja membuat tanganku mati rasa.


Dia bahkan tidak bisa memotong satu milimeter pun. Meskipun sejujurnya, pedang ini pada dasarnya dirancang dengan kekuatan dalam pikiran, daripada ketajaman. Jadi itu upaya serangan yang setengah-setengah.

Pedang ini justru dibuat untuk binatang sekeras baja yang tidak masuk akal sepertimu.

Sebuah percikan muncul di sisi Drake Nail, seperti bunga merah yang mekar. Lalu terjadi ledakan.

Itu adalah Drake Bullet yang disederhanakan.

Pada bagian inti Drake Nail adalah bahan peledak yang hampir menandingi kekuatan nafas api naga sungguhan. Begitu pedang Drake Nail menyerang, ia meledak dan mengeluarkan semua daya tembaknya ke target dalam jarak yang begitu dekat. Dan senjata ini seharusnya cukup untuk menembus pelindung cryptid.

“Tidak bagus, Kai! Menyingkir!”

Menegangkan tenggorokannya Jeanne berteriak ke arahnya. Dengan api dan asap yang membatasi jarak pandang, jika bukan karena teriakan Komandan, Kai bisa hancur tercabik-cabik.

“...Bagaimana bisa!?”

Dari dalam api, kaki depan Behemoth muncul. Termasuk jari-jari kakinya, kakinya bahkan tidak memiliki goresan sedikitpun.

“Kau pasti bercanda!”

Dia menunduk di tempat. Membuat beberapa helai rambutnya terpotong di udara. Jika dia ragu-ragu bahkan untuk sepersekian detik saja, dia pasti akan dicabik-cabik oleh cakar Behemoth.

Drake Bullet tidak efektif. Siapapun pasti akan bertanya-tanya apakah itu karena kurangnya daya ledak, atau ledakan yang dihasilkan dari serangan Kai memang terbilang lemah. Tapi kemungkinan besar itu karena kulit binatang ini jauh lebih keras daripada yang bisa diperkirakan siapa pun.

Drake Nail dibuat berdasarkan catatan dari Perang Besar.

Dan pasti informasi mengenai Behemoth juga ada di data para cryptid.


Yang berarti jika dibandingkan dengan cryptid yang ada di dunia yang sesungguhnya, monster ini merupakan musuh yang jauh lebih kuat. Kemungkinan termasuk ke dalam kelas yang mirip dengan naga yang lebih tua. Dan kecuali mereka memiliki meriam, tidak ada lagi cara untuk menembak jatuh mahluk ini.

“Sangat merepotkan. Jeanne-sama, Tolong pindah ke belakang bersama dengan para prajurit lainnya. Baju pelindung elf tidak ada artinya jika melawan binatang buas ini.”

Ucap Farin, yang berdiri di samping Kai. Shamshir yang ada di tangannya sudah mulai memanas secara perlahan dan mulai berubah menjadi merah akibat pemanasan itu.

“Mahluk ini terlalu besar. Jika ini naga, setidaknya kita bisa mencoba menembak jatuhnya dari langit, tapi cara seperti itu tidak akan berhasil melawan mahluk ini. Ada saran?”

“Aku sedang berpikir... Jika ada sesuatu dari hutan yang bisa menolong kita.”

Bagi Behemoth dengan tubuhnya yang besar, pepohonan yang ada di sekitarnya malah akan menahannya. Bahkan sekarang pepohonan menghalangi jalannya dan menghalanginya untuk bergerak bebas. Itu hanya bisa memperlambat pergerakannya.

“Langkah cermat seperti apa yang bisa dilakukan...”

Ketika menatap ke arah binatang buas yang besar.

“Incar dahinya. Kurasa itu titik lemahnya.”

Di bagian dahi ada pembuluh darah. Itu merupakan [pembuluh darah sihir], organ sihir yang belum sempurna. Dan itu adalah titik vitalnya, yang biasa ditemukan di antara cryptid.

Tapi pasti bahkan para tentara Urza Resistance tahu. Karena itulah mereka memfokuskan tembakan mereka ke arah dahinya, tapi kulit Behemoth bisa memantulkan peluru mereka. Dan karena itu mereka tidak bisa menembus kulitnya, dimana pembuluh darahnya berada.

“Entah aku atau kau yang harus menyerang dahinya.”

“Terdengar seperti rencana. Mengesampingkan apakah kita benar-benar bisa.”

Mereka harus mempertimbangkan apakah ledakan besar dari Drake Nail Kai atau tebasan shamshir Farin yang bisa menuntaskannya. tapi...

“!”

“Menyingkir!”

Dalam sekejap, tanah diinjak-injak. Saat Behemoth merasa kedinginan karena tekanan angin, kaki binatang buas itu sudah mendarat di tengah-tengah antara Kai dan Farin, yang melompat ke sisi masing-masing. Pasir dan tanah beterbangan, bersama dengan daun-daun yang berguguran.

Kita sebaiknya tidak terlalu dekat.

Binatang buas ini mungkin lambat, tapi ketika dia sudah mengincar mangsanya, dia jadi sangat cepat!


Di tengah tembakan terus menerus dan auman Behemoth, sesuatu jatuh dari langit.

“Berlindung!”

Asap putih dengan bau menyengat menyelimuti area tersebut, mengurangi jarak pandang hingga benar-benar tidak terlihat. Aroma yang terhirup sangatlah kuat, hampir membuat seseorang tercekik, seolah-olah itu semacam debu mineral. Dalam sekejap mata, perkemahan mereka sepenuhnya tertutup oleh asap putih.

Siapapun akan mengira itu adalah gas air mata. Tapi sebenarnya itu tidak mempengaruhi mata atau hidung, jadi...

“Reiren!”

“Ini asap jamur. Perlu waktu bagi ku untuk bisa mengumpulkannya.”

Menembus asap, elf yang mengenakan pakaian tujuh lapisnya bergegas maju.

“...Cryptid, menerobos masuk hutan kami dengan keberanian seperti itu sudah keterlaluan!"

Miko elf mengarahkan pisau peraknya yang menyerupai bulan purnama ke kaki binatang itu. Membuatnya memercikkan darahnya yang beracun...

Binatang buas itu mengaum dengan marah. Reiren mendecakkan lidahnya dengan ekspresi tidak puas, menghentikan serangannya dan melompat mundur.

“Tch, bahkan pisau sihir ini juga tidak bisa menembusnya...”

“...Kai!”

Dia mendengar suara dari atas. Diantara asap putih, dia bisa melihat sayap tenma dari gadis yang sedang turun. Dengan rambut pirangnya yang berkibar, dia terlihat seperti malaikat.

Dia benar-benar terlihat sangat indah.

“Pegangan kepadaku!”

Kai menjawab dengan menggenggam tangan gadis itu di atas kepalanya.

“Ke Atas!”

Dia merasakan angin di seluruh tubuhnya. Tekanan angin yang tercipta dari sayap Rinne, bersamaan dengan kekuatan sihir, dengan sangat cepat menggerakkan Kai ke udara.

Aku mengerti sekarang. Asap ini bukan untuk mengecoh si Behemoth.

Tapi untuk menyembunyikan sayap Rinne.


Dengan ini Rinne bisa tidak terlihat oleh para tentara yang sedang berkumpul disini. Selain itu, karena tidak terlihat oleh binatang buas itu, dia bisa terbang ke atas pohon bersama dengan Rinne. Agar bisa mendarat tepat di bagian atas binatang buas ini...

Dan dari sini dia bisa melihat bagian dahi Behemoth dengan jelas. Dipenuhi dengan pembuluh darah sihir, sehingga sedikit terlihat warna merah nyalanya.

“Kita bisa lakukan sekarang. Rinne, lepaskan aku.”

Agar bisa menyerang langsung titik lemahnya.

Tapi niat Kai diketahui oleh binatang buas itu. Tepat di bawah mereka berdua, Behemoth menyandarkan lehernya, melihat lurus ke arah mereka. Dengan kecepatan luar biasa, ia memutar lehernya dan memamerkan taringnya ke arah mereka.

“Dia menyadarinya!? Tidak mungkin, bisa mencium bau di antara spora-spora ini ..."

“Apakah sihir!?”

Hal yang sama terjadi selama perebutan kembali ibukota Urza; banyak iblis mengejar Rinne dengan mengikuti bau sihirnya.

Meskipun terbilang kecil, tapi cryptid tetap memiliki kekuatan sihir.

Jadi tidak mengejutkan bagi makhluk seperti ini bisa mendeteksi jenis sihir yang sama.


Dari apa yang terjadi, Kai curiga hal ini tidak akan berakhir hanya dengan si binatang buas terus memperhatikan mereka.

“Rinne, lepaskan aku!”

“Kai!? Tidak akan... Itu berbahaya!”

Dia menepis tangan gadis itu, yang mencoba meraihnya. Dia membuat gerakan membidik Behemoth di tengah asap putih. Menambahkan tangan kirinya ke atas tangan kanan yang sedang menggenggam Drake Nail, dia mengangkatnya ke atas.

Tepat di bawah ada mulut besar yang bisa mengunyah manusia dalam satu gigitan.

“Kaiii!?”

Rinne berteriak. Seorang manusia tanpa sayap, hanya akan terjatuh ke bawah karena gravitasi. Menggunakan momentum ini, Kai mengayunkan bayonet hitamnya.

Taring Behemoth melawan tiruan dari kuku naga. Saat Rinne terengah, dua bilah saling melewati beberapa sentimeter.

“Hancurlah!”

Kemudian di tengah asap putih... Ledakan dari Drake Bullet membakar dan menghancurkan titik vital yang ada di dahi Behemoth. Begitu Kai memastikannya dengan matanya sendiri, dia terjatuh.

Tak lama kemudian tanah itu diwarnai merah darah. Tepat saat pedang Kai mencapainya, taring binatang itu juga mencapai bahu Kai, merobek sebagian bahunya.

“Ouch!”

Melihat manusia yang merangkak di lututnya, binatang buas itu, sambil terhuyung-huyung, mengangkat kaki depannya bersiap untuk menginjak-injak. Tapi cryptid itu tidak menyadarinya keadaannya. Sementara binatang buas itu sangat terfokus kepada Kai, di bawah kaki binatang itu muncul lingkaran sihir.

“Persiapan selesai.”

Miko elf meletakkan kedua tangannya ke batang batang pohon besar. Ada lingkaran sihir kecil disana, yang biasa digunakan untuk mengaktifkan jebakan teleportasi.

“Kau pikir kau mau lari kemana? Ini wilayah para foreign god.”

Ini adalah jebakan elf yang pernah membuat kaisar Dante terjebak sebelumnya. Lingkaran sihir yang ada di bawah kaki Behemoth, perlahan mulai bercahaya.

“Aku akan mengirimmu ke taman bunga teratai merah. Silahkan mengamuk sepuasnya di sana.”

Cahaya meletus. Dan Behemoth besar menghilang di depan mata Kai bahkan tanpa jeritan.

Binatang buas itu di teleportasi ke lembah di mana bunga api penyucian bermekaran...

"Aku memberinya undangan ke taman yang terbakar sepanas magma. Meskipun tidak tahu apakah dia akan bisa melarikan diri entah bagaimana caranya atau dia hanya akan terbakar hidup-hidup."

“...Kurasa satu masalah sudah selesai.”

Kai melepaskan Drake Nail nya dan terduduk di tanah.

“Itu cukup nekat. Bahkan pada saat kau menyerangnya, aku juga merasa ketakutan. Tetap saja, selama kau selamat, semua baik-baik saja, itu cukup beruntung: menghindari taring Behemoth disaat menyerang nekat seperti itu... Kai!? Luka itu...!”

Kai diam-diam melepas jaketnya. Melihat keadaan bahu kirinya, Reiren membeku. Si elf yang mengira itu hanya luka goresan, akhirnya melihat betapa parahnya luka tersebut.

Mereka terkejut.

Bahkan bagian dagingnya tersendok keluar dari bahu kirinya, meninggalkan tulang putih di balik darah yang mengalir. Lukanya menembus sampai tulang. Dua puluh sentimeter lagi. Dan taring binatang buas itu mungkin akan menembus paru-parunya.

Dan lebih dalam sepuluh sentimeter lagi, maka taring binatang buas itu akan menembus jantungnya.

Aku sangat beruntung binatang buas itu tidak bisa melihat ku karena asap ini.

Jika bukan karena itu, aku pasti akan berakhir dimakan olehnya.

“KAI!?”

Rinne, yang baru kembali dari langit, juga terdiam ketika melihat darah yang keluar dari lukanya Tapi itu hanya berlangsung selama beberapa detik, lalu dia memeluknya dari belakang, memeluknya dengan kedua tangannya dengan seluruh kekuatannya.

“...Jangan... Lakukan itu.”

Kai bisa mendengarnya menangis. Tubuh dari gadis itu, yang memeluknya dari belakang dan tidak ingin melepaskan dirinya, mulai bergemetar seperti anak anjing yang ketakutan.

“...Kenapa... berbuat senekat itu. Aku tidak ingin melihatmu... terluka sangat parah. Aku benci melihat Kai terluka seperti ini...”

“Kita mengalahkannya, kan?”

“...Tidak!”

Tangisan Rinne menyebar ke pusaran dari asap putih ini.

“Itu sangat hampir, kau tahu? ... Aku... benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan ketika Kai melepaskan tanganku.”

“Malah bagus jika aku sendiri pada saat itu.”

“Eh!?”

Kai mengambil painkiller dari kantongnya dan meminum beberapa butir.


Menggunakan tangan kanannya, yang masih dalam keadaan yang lebih baik daripada tangan kirinya yang benar-benar lumpuh, dia meletakkan tangannya ke kepala Rinne.

“Asalkan kau selamat.”

“!”

Pada saat dia mengerti maksud dari kata-kata itu, Rinne terengah.

Pada saat itu... Satu-satunya, yang diincar oleh Behemoth itu bukanlah Kai; tapi Rinne.

Karena dia berbalik menghadap mereka karena merespon kekuatan sihir...

Jadi satu-satunya yang diincar bukanlah aku, tapi Rinne.


Rinne lah target yang ingin dimakan.

Saat itu Rinne sedang memegang Kai sambil terbang. Jika Behemoth itu tiba-tiba muncul dihadapan mereka, Rinne tidak akan bisa menghindar tepat waktu.

Terbang sambil membawa Kai akan membuatnya kesusahan... Karena itu Kai melepaskan Rinne dan terpaksa menghadapi monster raksasa yang bertujuan untuk menyerang Rinne.

Idealnya dia berharap agar bisa diselesaikan dalam satu serangan. Tapi jika satu serangan juga masih belum cukup, Rinne masih memiliki waktu untuk terbang. Itulah kebenarannya.

“Ah, aku tidak bermaksud bahwa luka ku ini karena mu. Ini kesalahanku dan karena kurang nya latihan...”

“Hentikan.”

Tangan gadis  itu memeluknya dengan erat.

“Tolong... Jika kau berkata lagi... Aku hanya akan... Terus menangis...”

“...”

“...Aku juga tidak begitu mengerti. Aku merasa senang dan sedih, jadi ini sangat membingungkan. Melihat Kai begitu peduli kepada ku membuat ku sangat senang... Tapi melihat Kai terluka juga membuat ku sedih...”

Rinne mengatakan itu sambil menggelengkan kepalanya.

“Jika aku menangis maka suara tangisan nya akan sangat keras, tahu...? Bahkan lebih keras daripada Behemoth itu.”

“Tolong maafkan aku.”

Dengan senyum tipis, dia mengeluarkan sebotol antiseptik dan perban untuk menghentikan pendarahan. Tapi karena dia tidak bisa menggerakkan tangan kirinya, tidak mungkin dia bisa melakukan perawatan sendiri.

“Dimana Kai! Bagaimana dengan Behemothnya!?”

Dari dalam asap dia bisa mendengar langkah kaki. Dan beberapa saat kemudian Jeanne keluar, ditemani oleh para prajuritnya, tiba dengan ekspresi tegang di wajahnya.

Melihat Kai terduduk akhirnya membuatnya tenang beberapa saat. Tapi segera setelah Jeanne melihat luka di bahu dan darah yang ada di bawah kaki Kai, Jeanne terkejut.

“Tim medis, CEPAT! Kita perlu melakukan operasi secepatnya.”

“Ini salahku, Jeanne. Kami berhadapan dengan beberapa masalah. Tapi pada akhirnya kita bisa mengelabui Behemoth agar jatuh kedalam perangkap elf.”

“Jangan bicara. Pertama kita perlu menghentikan pendarahannya, baru kita bicara.”

Dengan perban yang dia ambil dari Kai, Jeanne dengan lihai menutup seluruh bahu Kai.

Tanpa menghiraukan bahwa tangannya baru saja terkena darah Kai...

"...Sebagai seorang komandan, aku berterima kasih atas perjuanganmu selama pertarungan. Tapi, tahukah kau bagaimana perasaan ku yang menjadi sangat khawatir setelah kita menjadi teman?"

Jeanne mengucapkannya dengan pelan, sehingga tidak ada siapapun selain Kai yang bisa mendengarnya.    



Labirin hijau [Hutan Ciel Mir]. Tempat ini, dikelilingi oleh pohon-pohon kuno dan semak-semak dari segala arahnya, tertutupi oleh berbagai jamur dan dedaunan yang lebat. Dedaunan yang berjatuhan ini sudah berfermentasi, sedikit sehingga hutan ini sedikit berbau asam.

Saat tanah subur ini diinjak perlahan, akan memunculkan suara nyaring dari kakimu yang tenggelam. Kai dengan hati-hati berjalan melalui jalan yang diterangi oleh sinar matahari pagi yang menembus pepohonan.

“Hei, Kai. Apa kau yakin akan baik-baik saja jika kau berjalan kaki?"

“Aku baik-baik saja, painkillers nya mulai bekerja sekarang.”

Rinne, dengan cepat berjalan di sampingnya, melihat bahu kiri Kai. Mereka sudah menjahit lukanya semalam, dan sekarang luka tersebut sudah tertutup oleh perban dengan lapisan yang begitu banyak.

Luka itu benar-benar parah, sampai membuat Rinne tidak kuat untuk melihatnya.

“Hei, elf berdada datar, berapa lama kau berencana membuat Kai terus berjalan? Cepat tunjukan jalannya!”

“Aku sudah bilang: kita hampir sampai.”

Ucap Reiren, yang berjalan sepuluh meter di depan. Jeanne mengikuti setelahnya, lalu kemudian pengawalnya Farin.

“Reiren, apakah benar-benar ada reruntuhan di hutan ini?”

Tanya sang komandan, yang terlihat tidak begitu senang.

“Kita meninggalkan tentara di belakang, sih...”

“Semalam, bukannya kalian yang sangat penasaran? Aku hanya mengatakan ada beberapa reruntuhan yang ditinggalkan oleh manusia, dari arah si binatang buas itu datang.”

“Siapapun akan penasaran ketika kau mengatakan itu.”

Mengikuti jejak hancur yang ditinggalkan oleh cryptid... Tadi malam Reiren menelusuri jejaknya menggunakan jejak kaki binatang buas, dan hasilnya, dia menemukan reruntuhan yang berada cukup dekat yang diyakini milik manusia.

“Sulit membayangkan untuk menemukan reruntuhan yang ditinggalkan oleh manusia yang jauh berada di dalam hutan.”

Ucap Farin, yang memotong tumbuhan merambat dengan shamshirnya.

“Atas dasar apa kau yakin bahwa itu milik manusia?”

“Karena itu bukan milik kami. Bukankah seharusnya manusia lah satu-satunya yang bisa membangun bangunan seperti itu? Aku tidak bisa membayangkan kapan itu dibangun. Nah, lihatlah sendiri."

Elf menyingkirkan dedaunan dengan kedua tangannya dan menunjuk ke depan dengan dagunya.

Disana... Mereka bisa melihat bangunan prasejarah. Reruntuhan ini dibuat dari beberapa blok batuan.

<TLN: bangunan prasejarah yang dimaksud bentuknya mirip kayak piramida.>

Permukaannya benar-benar tertutup oleh lumut, berbagai tanaman merambat dan bunga. Kai berpikir mungkin ini pertama kalinya dia melihat sebuah bangunan yang ditumbuhi oleh tanaman hijau sampai tingkat seperti ini.

“...Aku terkejut. Tolong lihatlah, Jeanne-sama.”

Farin menunjuk ke arah reruntuhan.

“Pohon di sampingnya sudah membungkuk cukup rendah di sepanjang dinding luar reruntuhan. Ini berarti...”

“Reruntuhan ini dibangung lebih dahulu. Lalu pohon itu tumbuh setelahnya."

Jeanne terdiam sambil memperhatikan reruntuhan dengan takjub.

Reruntuhan ini sudah ada sejak zaman kuno, jauh lebih lama daripada pohon yang ada di sebelahnya yang dikatakan sudah berumur sekian ratus tahun.

“Menemukan bangunan prasejarah di tempat seperti ini, huh?”

“Pra...?”

Mendengar Kai mengucapkan kata itu, Rinne memiringkan kepala dengan rasa penasaran.

“Kita tidak tahu siapa yang membangun bangunan ini. Beberapa bangunan seperti ini juga ditemukan di dunia yang sesungguhnya.”

Setelah perang besar, ketika manusia merebut kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh keempat ras, mereka menemukan reruntuhan yang misterius, yang terbukti sebagai buatan manusia.

"Dalam kebanyakan kasus, para ilmuwan percaya itu adalah hasil buatan Foreign god dan peninggalan makhluk terkutuk. Namun, masih banyak faktor yang tidak diketahui. Rinne, kau seharusnya juga tahu."

“Tahu? Aku?”

“Makam.”

Piramida besar berwarna hitam...

Di dunia yang sesungguhnya, bangunan ini digunakan untuk menyegel keempat ras.

Tapi di dunia ini, makam tersebut menjadi tempat dimana Code Holder disembunyikan.

“Kau seharusnya ingat karena itu adalah tempat dimana aku bertemu denganmu, Rinne. Meskipun di kejadian kita itu adalah makam Urza.”

“...Ini tempat yang mirip?”

“Aku tidak begitu yakin. Reruntuhan ini terlihat berbeda dengan makam.”

Saat disembunyikan oleh tanaman merambat, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti pintu masuk di bagian depan, tertutup oleh lumut.

“Reiren, bisakah kau masuk kedalam?”

“Bisa, tapi tidak ada yang menarik di dalamnya. Hanya ada satu patung batu besar, itu saja."

Mendengarnya menyebut sebuah patung membuat Kai terkejut, dan membuatnya berpikir bahwa mereka bisa saja masuk jika mereka ingin.”

“Jeanne-sama, ayo kembali.”

Farin lah yang menyarankan.

“Kita bukanlah tim arkeolog. Memang kita mengikuti jejak Behemoth sampai kesini, tapi tidak ada tanda-tanda dari cryptid yang tersisa. Karena para bawahan sedang menunggu kita, daripada menyelidiki tempat ini kita seharusnya memprioritaskan perjalanan kita ke Yurun.”

“Yeah, itu benar. Dan juga reruntuhan ini sudah sangat tua yang bahkan bisa runtuh kapanpun juga.”

Jeanne mengangguk setuju dan memalingkan wajahnya dari bangunan prasejarah itu. Menuju ke jalan, yang disinari oleh matahari pagi yang menembus pepohonan.

[Kemana kau mau pergi? Padahal kau sudah menemukan jantung dari dunia ini.]

Itu adalah suara yang lembut dan seperti wanita. Penuh dengan kehangatan, kasih sayang, dan terlebih lagi kesucian yang luar biasa, suara itu bergema ke seluruh tempat.

[O, wahai orang yang terpilih oleh takdir. Aku menyambut kedatangan kalian.]

Rasanya seolah-olah suara itu berkomunikasi langsung dengan jiwa Kai secara langsung...

Suara barusan...

Aku mengenal suara ini? ... Dimana... Kapan... Pernahkah aku mendengarnya?


Tepat ketika Kai ingin berbalik, dia melihat Jeanne dan Farin juga kebingungan.

Tapi tidak ada tanda-tanda dari pemilik suara itu.

“Hm? Ada apa, Kai? Dan Jeanne, Farin?”

Menarik lengan bajunya, gadis kuil elf itu memiringkan kepalanya dengan rasa penasaran.

“Kita akan kembali ke tenda, atau tidak?”

“Ya, benar... Tapi aku merasa mendengar suara seseorang barusan.”

“Suara, katamu?”

“Yeah.”

Ketika ditanya lagi, Kai jadi kebingungan.

“Barusan ada yang berbicara: [kemana kau mau pergi?]”

“Apa? Oi, Kai, mungkinkah luka di bahu kiri mu itu semakin parah? Pikirkanlah, kau sedang mengigau.”

“...Tidak mungkin itu masalahnya.”

Sebenarnya Jeanne dan Farin juga berhenti ketika mereka mendengar suara itu.

Manusia lah yang mendengarnya, sedangkan foreign god tidak bisa mendengar itu.

Yang mengarah ke pertanyaan yang jelas. Bagaimana dengan orang yang memiliki darah manusia dan foreign god? Bisakah dia mendengar suara itu juga...

“Rinne. Dengar, bisakah...”

“...”

Rinne berjalan menuju reruntuhan bebatuan kuno yang tertutup oleh lumut. Berhenti di depan pintu masuk yang tertutup oleh tumbuhan merambat, Rinne memanggil Kai.

“Suara nya berasal dari sini.”

“Dari sana?... Reiren, tolong berjaga. Kami akan segera kembali.”

“Apa? H-hei, Kai?”

Kai mengikuti Rinne ke reruntuhan yang gelap.

“Jeanne-sama, tolong berwaspadalah. Aku merasakan sesuatu yang mencurigakan dari suara barusan.”

Pengawal wanita menyalakan senternya. Dia memberi isyarat ke arah tuannya untuk melangkah lebih jauh ke belakang.

"Itu pasti seperti gelombang frekuensi khusus. Anehnya, elf dengan indra pendengaran yang jauh lebih baik daripada manusia, tidak bisa mendengarnya."

“...Apa kau pikir suara itu tidak berasal dari manusia?”

“Ya. Kemungkinan suara itu berasal dari ras lain mencoba menarik kita ke dalam jebakannya.”

Seperti laba-laba dengan jaringnya.

Kemungkinan sesuatu yang buruk sedang menunggu mangsanya di dalam reruntuhan prasejarah ini. Apa lagi mengingat mereka baru saja diserang oleh cryptid tadi malam.

“Rinne, kalau mau maju duluan boleh saja, tapi berhati-hatilah, ok?”

“Aku merasakannya.”

“...Apa?”

“Kekuatan yang besar. Seperti sihir, tapi tidak bisa dibilang sebagai sihir juga... Mirip dengan kekuatan ku...”

Mengatakan itu, Rinne terus maju lebih jauh.

Itu adalah lorong batu. Terbuat dari satu batu besar yang dipotong menjadi balok masing-masing berukuran 1 meter persegi, dan ditumpuk satu sama lain

Dari cara batu itu dipotong dan ditumpuk...

Semakin lama semakin terlihat mirip dengan yang ada di makam. Teknik pemotongan yang aneh dan halus itu juga.


Sambungan di antara batu-batu itu sangat tipis sampai pisau setipis silet pun tidak akan bisa menembusnya. itu menjadi bukti bahwa batu-batu ini dipotong dengan presisi yang mekanis.

Dan bagi Kai ini tidak terlihat seperti hasil buatan manusia. Teknik pemotongan batu yang sangat presisi tidak mungkin ada di waktu prasejarah.

“Tidak ada apa-apa, huh.”

Tidak ada lilin di sepanjang jalan, dan tidak ada yang istimewa dari perjalanan itu sendiri. Apalagi tidak ada makhluk hidup. Benar-benar bertolak belakang dengan bagian luar dinding yang tertutup oleh lumut, begitu mereka masuk ke dalam, mereka tidak dapat menemukan seekor pun nyamuk.

Ini terlalu mirip dengan bagian dalam makam.

“Reiren bilang seharusnya ada patung batu di depan, kan?”

Luka ini membuatnya frustasi karena tangan kirinya sedang tidak bisa digerakkan. Dengan Drake Nail di tangan kanannya, dia tetap berjalan lebih jauh ke jalan yang lebih sempit.

Jauh di depan mereka bisa melihat cahaya kecil yang redup.

“Apa itu cahaya?”

“Bukan, Jeanne, itu...”

Lorong itu mengarah ke sebuah ruangan terbuka. Seolah-olah keluar dari dunia, dan secara ajaib sebuah tempat berdoa berwarna [biru langit] ada di depan Kai.

Itu tempat suci berwarna biru langit.

Kapel itu terbuat dari panel biru tua, dari tanah hingga langit-langit. Tapi itu bukan warna biru yang seragam; kapel memiliki gradasi warna dari biru muda ke biru tua. Langit-langitnya terbuat dari warna biru paling gelap. Di atasnya terdapat titik-titik putih, kemungkinan menggambarkan langit malam yang berkilauan.

Diantara bangunan yang diketahui Kai, tidak ada yang bisa menandingi kemegahan bangunan ini. Tempat ini sangat terasa khidmat dan indah sampai dengan berdiri disana saja bisa membuatmu merinding.

[Selamat datang, O, anak-anak yang disayangi oleh takdir.]

Ada alas, yang tergabung dengan dinding dan lantai... Dan seperti yang dikatakan oleh miko elf, ketika melihat ke atas, Kai bisa melihat di depannya ada satu patung raksasa bersih berwarna putih.

Itu dipahat dalam penggambaran seorang gadis manusia, sepenuhnya ditutupi jubah. Menurut penglihatan Kai, patung itu berukuran lebih dari 10 meter.

Apa-apaan patung yang sangat besar ini?

Dan juga, patung itu tidak terlihat seperti gabungan dari beberapa batu. Apakah itu diukir hanya dari satu batu?


Atau lebih tepatnya, patung itu lebih terlihat seperti [sesuatu] yang hidup dalam keadaan membatu, terasa seperti benar-benar hidup.

Tapi pertanyaan nya dari mana suara itu. Suara wanita yang terdengar lembut dan tenang yang terdengar keras dari segala arah.

[Tidak ada apa-apa disana, lihat ke atas, aku disini.]

“...Apa?”

Jeanne berhati-hati mundur. Mereka hanya bisa melihat patung raksasa di tengah kuil. Dan kemudian suara yang sama mengklaim bahwa pemiliknya ada di atas sana.

“Jeanne-sama, tolong mundur. Patung ini... Kita tidak tahu cara kerja di balik suaranya. Kemungkinan semacam sihir yang terpancing dengan sendirinya setelah kita mendekatinya.”

[Kewaspadaan seperti itu patut dipuji. Manusia, aku memuji perilaku mu.]

“...”

[Tapi aku, seperti yang kalian lihat, tidak berdaya. Aku tidak memiliki kekuatan untuk melukai kalian.]

“Sangat mencurigakan, huh?”

Pengawal wanita menunjuk dengan ujung shamshir miliknya. Kehadapan gambar kepala perempuan berkerudung, jauh di atas.

“Patung tidak bisa berbicara. Jika ternyata memang bisa, maka pasti bukan lagi sebuah patung. Mahluk apa kau?”

[Aku...]

Suaranya menggema ke seluruh tempat suci.

[Aku adalah makhluk dari dunia, di mana perang besar telah berakhir.]

“A-apa?”

Pada saat yang sama, semua melihat ke arah yang sama. Bukan ke arah patung batu besar, baik Jeanne dan Farin sama sama melihat ke arah Kai. Rinne, yang berdiri di sampingnya, juga melihat ke Kai dengan kebingungan.

Ini karena penjelasan Kai kepada Jeanne dan Farin sebelumnya, di Urza Resistance.

[Di dunia yang kuketahui, Perang Besar sudah berakhir ratusan tahun lalu.]

[Aku berasal dari dunia itu.]

Kai pikir hanya Rinne dan dirinya saja yang memiliki ingatan dari dunia yang sesungguhnya.

Namun...

[Aku sudah menunggu. Akhirnya, di dunia yang baru ini, bisa dikunjungi oleh seseorang yang layak untuk menjadi penerus Sid.]

<TLN: This is getting omoshiroi.>

“...Tolong, tunggu.”

Tenggorokan Kai sesak dan dia tidak bisa mengucapkan kata-katanya dengan benar.

“Siapa kau sebenarnya? Tidak peduli bagaimana aku melihatmu, kau bukanlah sosok patung batu biasa. Jika itu permasalahannya, maka tunjukkan dirimu.”

[Oh ya? Tapi kau harus mengetahui siapa diriku.]

Dia tersenyum dengan ramah.

[Katedral Olbia Soraka. Dahulu tempat ini dikenal dengan sebutan itu.]

“...Olbia yang kau maksud itu, sang dewa ramalan?”

Ucap Kai. Tapi seperti yang diperkirakan, Rinne, Jeanne dan Farin, yang tidak ingat dunia yang sesungguhnya, memberikan tatapan bingung.

“Kai, jika kau tahu sesuatu, bagaimana kalau membaginya denganku dan Farin?"

“...Kita akan lanjutkan percakapan kita sebelumnya. Percakapan yang kita lakukan di Urza Resistance.”

Di hadapan patung batu yang terdiam, Kai tidak bisa menahan dirinya untuk berhenti gemetar. Dengan asumsi bahwa identitas patung batu ini...

“Rinne dan aku berasal dari dunia yang disebut dunia [yang sesungguhnya], dimana disana ada pahlawan yang dikenal sebagai Prophet Sid: manusia yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran dan membalikkan keadaan sepenuhnya."

“Ini sudah pernah aku dan Farin dengar. Tolong, lanjutkan.”

“Jeanne, menurutmu yang dimaksud dengan prophet itu apa?”

Dengan mulut terbuka lebar, Jeanne memberikan reaksi kosong terhadap pertanyaan ini.

"Prophet artinya [seseorang yang telah diberi firman]. Artinya di balik pekerjaan Sid ada seseorang yang memberinya nasihat."

Maka pertanyaan yang wajar adalah: siapa yang memberi Sid sebuah ramalan? Dari titik [cerita] ini sudah tidak lebih dari lelucon atau dongeng bagi Kai.

[Sang dewa ramalan Olbia...]

[Memimpin manusia dan mengalahkan para pahlawan dari keempat ras... Menerima wahyu dari dewa yang mengatur nasib, Sid menjadi prophet.]

Sudah jelas faktanya bahwa manusia bernama Sid itu ada. Tapi sedikitnya bukti yang tersisa di dunia yang sesungguhnya yang menunjukkan bahwa dia pernah bertarung dan menang melawan pahlawan dari keempat ras, yang membuat keberadaannya diragukan. Dan...

Alasan mengapa Sid disebut prophet adalah karena dia [menerima wahyu dari dewa ramalan kuno], yang membuat Kai tidak bisa percaya.

Dewa, katamu? Tidak ada sosok seperti itu.

Ada jutaan makhluk hidup di dunia ini. Tapi belum ada yang pernah melihat dewa.


Jika diadu dengan kekuatan saja, maka keempat ras sesuai. Dengan kekuatan mereka yang sangat kuat, para malaikat dan para iblis sering digambarkan sebagai sosok [layaknya dewa], tapi sebuah bentuk kehidupan yang disebut dewa akan menjadi permasalahan yang berbeda.

[Asurasoroka. Yang mampu melihat masa depan manusia memperlakukan diriku sebagai dewa doa.]

“...”

Kai benar-benar kehilangan kata. Disamping Kai ada Rinne, yang merupakan gadis dengan ras campuran. Dan juga ada monster hidup yang bernama rasterizer, karena itulah Kai tidak berencana untuk menyangkal potensi bentuk kehidupan dari suatu ras yang masih belum diketahui oleh dunia ini.

Tapi itu membuat nya bertanya-tanya mengenai maksud dibalik ini. Mungkinkah dia benar-benar dewa yang mengatur nasib, yang telah disembah dari zaman kuno? Mungkinkah makhluk supernatural seperti itu benar-benar ada?

“Aku tidak pernah mempercayai keberadaan dewa.”

[...]

“Jadi kau mengatakan bahwa kau adalah eksistensi seperti itu? Baik manusia, maupun seseorang dari empat ras. Tapi sangat berbeda, makhluk supernatural?”

[Tidak, aku hanya mengatakan bahwa aku adalah makhluk yang memberikan ramalan.]

Dia tidak benar-benar menjawab pertanyaannya. Dan meskipun Kai merendahkan suaranya ke nada yang terdengar mengancam, suara wanita yang berasal patung batu tetap memberikan suara kelembutan yang sama.

[Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menjawab pertanyaan mu, dan memberimu sedikit pengetahuan.]

“...Selain itu, kau tidak melakukan apapun lagi?”

[Aku tidak memiliki kekuatan yang tersisa.]

Dia mengatakannya dengan sedikit penyesalan di balik perkataannya.

[Aku harus mengerahkan semua kekuatan yang kumiliki untuk membuat Code Holder.]

Kata itu bergema ke seluruh tempat suci secara berulang-ulang. Bahkan setelah keheningan, suara itu masih terpantul, Kai tidak bisa dengan cepat mengumpulkan suaranya.

Tunggu...

...Apa yang baru saja patung itu katakan?...

Dia menyebut Code Holder. Kai bertanya-tanya jika dia mendengarnya dengan benar.

[Jauh sebelum perang besar diantara kelima ras terjadi, para manusia berdoa dan menyembah kepadaku. Karena itulah ketika perang besar melanda, aku terjebak dalam dilema cara terbaik seperti apa yang bisa membantu manusia agar bisa melindungi diri mereka. Lalu aku membuat Code Holder yang mana bisa digunakan sebagai kartu AS untuk melawan keempat ras yang berkuasa.]

“...”

[Dengan demikian aku mempercayai Sid dengan itu. Dengan pedang tersebut dia bisa...]

“Tolong, tunggu sebentar!”

Hampir tanpa sengaja Kai menyela patung batu itu. Kai tidak bisa menenangkan diri.

Pedang sang prophet Sid. Kai sendiri pun tahu lebih baik dari siapapun mengenai kekuatan misterius dari pedang yang tidak diketahui asalnya.

Jelas aku tidak pernah menyangka bahwa pedang itu dibuat oleh manusia...

Dan itu berbeda dari persenjataan elf dan malaikat.

Tapi tak pernah Kai membayangkan hal ini. Bahwa pedang ini akan dibuat oleh makhluk supernatural yang melampau kelima ras.

“Sungguh, aku sudah menduganya. Tapi apakah itu sungguh benar!? Kaulah... yang membuat Code Colder!?”

“Sungguh, itu tidak penting. Kai, kau pernah mendengar suaraku, bukan?”

Ketika di makam para iblis. Pada saat menyerang Rinne tanpa sengaja, yang sedang tidak sadarkan diri....

[Pembelah takdir Code Holder. Sekarang, potonglah takdir kematian yang tak bermakna dari dunia ini.]

Entah darimana dia mendengar suara wanita. Dan sekarang setelah mengingat kembali ingatannya, Kai bisa melihat bahwa suara yang datang dari patung batu itu sama persis dengan suara itu. Suara penuh kasih sayang, yang berasal dari dewa doa Asurasoroka.

[Apa kau sudah ingat?]

“...Yeah.”

[Itu membuatku senang mengetahui bahwa kaulah yang menemukan Code Holder di dunia ini dimana Sid tidak ada. Kumohon, hargailah pedang ini.]

Dia berkata dengan suara yang tak terduga hidup dan menyenangkan. Tapi, tak lama kemudian dia kembali ke sikap tenang sebelumnya.

[Kembali ke pertanyaan mu sebelumnya: inilah alasan di balik ketidakberdayaan diriku saat ini. Dengan tubuhku yang kehabisan semua kekuatan yang kumiliki, aku tidak bisa mencegah perubahan dunia.]

“...Mengerti. Aku mengerti bahwa kau benar-benar tidak bisa ku mengerti."

Suara serak bergema ke seluruh tempat suci. Memberi anggukan tenang ke Jeanne, pengawal wanita melangkah maju.

“Jawab aku: Apa tujuanmu?”

[Aku ingin mempercayakan nasib dunia kepada mu. Untuk alasan itu aku memberikan ramalan.]

“...Bisa lebih jelas?”

[Dunia ini adalah dunia palus. Sejauh ini kalian sudah tahu, kan?]

Ucapnya, tidak mengizinkan keberatan apa pun. Hampir seperti nada seorang ibu yang menasehati anaknya, suaranya membuat semua orang terpesona, membuat mereka merasakan tekanan penuh.

[Ini adalah pergantian nasib yang tak bisa dimaafkan. Dengan reinkarnasi dunia, keberadaan Sid telah terhapus, sehingga menghapus sejarah kejayaan umat manusia. Lalu...]

“Tunggu!”

wanita berambut perak berteriak. Dan setelah memberinya pandangan sekilas sejenak, Jeanne angkat bicara.

“...Aku tidak bisa mempercayainya. Diriku dan ayahku bertarung selama sepuluh tahun lebih di Urza! Dan kau berkata bahwa dunia ini palsu...”

[Benar. Sejarah menjadi seperti itu setelah ditulis ulang.]

“...”

Ekspresinya saat itu... Kai tidak akan pernah bisa melupakannya.

“Diriku dan ayahku, Farin, dan bahkan perjuangan para bawahanku. Kau ingin mengatakan bahwa semua itu hanyalah kebohongan...!”

Ini adalah pertama kalinya dia melihat emosi Jeanne meluap sampai membuat bahunya gemetar. Menggigit bibirnya, dia menatap tajam patung raksasa itu dengan mata merah. Apa yang terlihat sangatlah indah sampai membuat Kai merinding.

Itu memang citra seorang Valkyrie yang berjuang demi kemanusiaan. Keberatan untuk menyebut sejarah perjuangan mereka bohong.

Kepada sosok komandan yang mendandani dirinya sebagai laki-laki, dia berkata:

[Justru ini sebaliknya.]

“...Sebaliknya, katamu?”


[Ksatria cahaya Jeanne, Justru karena perjuanganmu dan prajuritmu, dunia ini bisa lolos dari takdir penuh kebohongan.]

Dewa doa Asurasoroka. Dijuluki demikian dengan sendirinya, gambar dewi berkata, seolah menegur anaknya sendiri.

[Dengan reinkarnasi dunia, takdir dunia menjadi terbalik. Jadi, Jeanne, katakan kepadaku apa yang terjadi jika sejarah dunia benar-benar ditulis ulang secara total? Dunia akan menjadi seperti apa?]

<TLN: that was a good counter.>

“Eh... Itu...”

Jeanne terdiam beberapa saat. Kemudian wanita berambut perak itu menjawab dengan takut.

“...Dunia dimana umat manusia musnah, benar?”

[Benar. Tapi umat manusia masih belum musnah, kan?]

Tawa lembut tercampur dalam suaranya.

[Jauh dari kata musnah, kau malah menyerang balik.]

“...”

[Seperti itulah yang terjadi. Karena reinkarnasi dunia nasib dunia telah sepenuhnya berubah. Tidak akan mengejutkan jika manusia malah musnah di dunia ini. Tapi, mimpi buruk itu tidak terjadi, tanpa diragukan lagi, itu berkat perjuanganmu yang berharga.]

Itu terdengar masuk akal.

Jika takdir benar-benar sudah berbalik akibat dari reinkarnasi dunia, maka pada saat Kai tiba di dunia ini, umat manusia seharusnya sudah tersegel jauh di dalam makam.

Namun, bukan itu permasalahannya. Yang artinya takdir dunia masih belum sepenuhnya ditulis ulang.

“...Aku mengerti. Mendengarnya membuat ku lega.”

Jeanne dengan ekspresi yang menakutkan, menarik napas dalam-dalam.

“Dunia menjadi kebohongan... sejujurnya masih sulit bagiku untuk mempercayainya. Hanya saja itu tidak terasa nyata... Tapi perjuangan kami tidaklah sia-sia, benar..."

[Kau harus memperbaiki takdir dunia ini.]

“...Eh?”

[Prophet Jeanne. Di tempat Sid berdiri kau harus menjadi pahlawan dari dunia ini.]

<TLN: sangat tidak terduga, Jeanne diangkat jadi prophet.>

“Apa!? Tunggu sebentar, apa yang baru saja kau katakan!?”

[Aku sudah melihat dunia ini.]

Jeanne terkejut. Seolah menasehati dirinya, suara lembut itu melanjutkan.

[Orang yang memenuhi syarat untuk menggantikan Sid. Diantara kelompok mu ada beberapa kandidat untuk menjadi pahlawan dunia ini. Dan jelas, Kai, yang mengalahkan pahlawan iblis juga termasuk.]

“Aku?”

[Tapi kemampuan yang kuat hanyalah salah satu di antara banyak persyaratan. Awalnya, Kau adalah eksistensi yang bukan berasal dari dunia ini. Seperti ku, dan tentu saja seperti dia...]

“!”

Terkejut, Rinne yang ketakutan, mundur ke belakang Kai.

Rinne? Jika kuingat-ingat lagi dia terus diam sepanjang waktu.

Apa ada sesuatu yang terjadi?


Kai bertanya dengan matanya, tapi Rinne menggelengkan kepala nya secara perlahan. Reaksi ini sangat berbeda dari apa yang terjadi selama ini ketika Rinne menghadapi berbagai musuh-musuh yang terbilang kuat.

[Orang yang akan menjadi pahlawan dunia ini, juga akan menjadi panutan bagi manusia di dunia ini. Jeanne. Persis karena siapa dirimu, aku menilai dirimu sebagai kandidat yang paling cocok.]

“...Lalu apa yang harus kulakukan?”

[Tidak ada yang berubah. Pimpin para tentara mu di perang ini. Kalahkan para pahlawan dari keempat ras, dan kemudian rasterizer itu. Dengan begini dunia akan kembali seperti semula.]

“...Monster itu?”

Jeanne tidak yakin. Bahkan jika dia diberitahu untuk mengalahkan monster yang menyebabkan perubahan mendadak di dalam diri Heaven Lord Alfreyja, mereka tidak tahu di mana mereka akan menghadapinya. Ini mirip seperti diminta untuk menangkap awan.

“Aku ingin bertanya sesuatu. Monster rasterizer itu jelas sangatlah mencurigakan bahkan bagi kami sekalipun. Tapi apa kau tahu wujud aslinya?”

[Tidak. Monster itu tidak ada di sejarah yang sesungguhnya, itu diluar pengetahuanku.]

“...Seperti yang kuduga makhluk itu tidak pernah ada sebelumnya.”

[Aku merasa makhluk abnormal ini telah diciptakan oleh kekuatan reinkarnasi dunia. Tidak jelas siapa pelaku di balik reinkarnasi dunia ini, tetapi akan terlalu cepat untuk memutuskan makhluk seperti apa rasterizer itu.]

Kai tetap diam. Bahkan dewa yang bisa melihat menembus takdir masih tidak bisa memahami sifat asli dari monster abnormal itu. Tapi yang dia tahu adalah monster-monster inilah yang menyegel Rinne.

Ditambah mereka juga mengawasi pergerakan Dark Empress dan Heaven Lord.

Apa tujuan mereka?


Kai tidak ragu bahwa monster ini, yang memiliki kekuatan misterius, adalah makhluk yang tidak bisa hidup berdampingan dengan manusia.

“Satu hal terakhir. Biarkan aku bertanya juga.”

[Tentu saja, Jeanne. Para manusia sudah berdoa kepadaku sejak era Sid. Dan untuk memperbaiki takdir yang salah ini, aku tidak akan menyia-nyiakan kasih sayang dan kebijaksanaan.]

“Ji...jika aku mengalahkan pahlawan dari keempat ras dan rasterizer itu, apakah dunia akan kembali seperti semula?”

[Kemungkinan besar.]

“Ketika itu terjadi, apa yang akan terjadi dengan dunia ini?”

Tatapannya dipenuhi dengan tekanan. Itu adalah pertanyaan yang ingin diajukan Kai, jika Jeanne tidak bertanya. Dibandingkan dengan dunia nyata, dunia ini dalam keadaan yang cukup berbeda. Jadi mereka bertanya-tanya dunia ini akan menjadi seperti apa.

[Itu tergantung kepada pengikisan yang terjadi dalam reinkarnasi dunia.]

“...”

[Tidak ada yang bisa memastikan dunia ini sudah tertulis ulang sampai tingkat apa. Tapi Jeanne, ingatlah hal ini. Tekad seseoranglah yang membawa perubahan kepada dunia.]

“...”

[Misi mu adalah untuk membebaskan umat manusia dari penindasan keempat ras. Cukup pikirkan hal itu saja. Memiliki keraguan tentang masa depan akan menumpulkan pedangmu.]

Jika Jeanne kalah, maka manusia tidak akan memiliki masa depan. Bagaimanapun hasilnya akan sama saja.

[Majulah, Jeanne. Untuk menjadi pahlawan baru kemanusiaan. Dan Kai...]

Dia mengeluarkan tawa ramah. Suasana ini mengingatkannya pada seseorang yang Kai kenal, tapi sebelum Kai bisa mengingat siapa orang itu...

[Aku berharap banyak padamu.]

“...?”

[Kau selalu dipersilakan untuk berkunjung. Bagaimanapun, Kau dapat menemukan tempat suci ku di seluruh dunia.]

Dengan perkataan ini, suara yang berasal dari patung batu itu menjadi sunyi.



“Kenapa lama sekali?”

Mereka mendengar dari luar kuil yang tertutup lumut. Elf yang sedang menatap Kai yang baru saja kembali, langsung mengangkat suara tidak puas.

“Apa yang kalian berempat lakukan disana sampai lama sekali? Aku sudah sangat lama menunggu... atau mungkinkah ada sesuatu selain patung batu di sana?”

“Hanya ada patung.”

Kai menjawab ke elf, yang sedang duduk di akar pohon kuno, sambil menggelengkan kepalanya.

Aku pikir akan lebih baik untuk tidak membicarakan apa yang terjadi di dalam sana kepada Reiren.

Itu bukanlah topik yang tepat untuk dibicarakan ke ras lain.


Bertemu dengan salah satu dewa yang mengatur nasib. Reiren, yang berasal dari foreign god, tidak dapat mendengar suara yang mereka dengar dari patung itu.

Ditambah, hal baru saja mereka bicarakan bukanlah sesuatu yang mudah dipercaya oleh orang lain.

Kai sendiri masih memikirkan apa yang harus dilakukan. Dan tentang siapa makhluk yang baru saja mereka ajak bicara.

“Ayo kembali. Tentara kita sudah menunggu.”

Jeanne memimpin jalan. Meskipun di luar dia terlihat tenang, Kai yakin dilihat cara berjalannya, Jeanne sangat merasa tegang.

Setelah pembicaraan yang tidak dibayangkan oleh siapapun.

Bahkan aku juga merasakan hal yang sama.


Menjadi pahlawan yang akan memimpin manusia di dunia ini. Teman masa kecilnya baru saja menerima perintah langsung dari makhluk yang menyerupai dewa kepercayaan kuno. Kai tidak bisa membayangkan tekanan seperti apa yang dia rasakan saat itu.

Dan kemudian...

“Rinne, kau baik-baik saja?”

“Ya... aku baik-baik saja. Padahal tidak ada yang benar-benar terjadi?"

Sejak mereka keluar dari kuil suci, Rinne, yang berjalan di sampingnya, akhirnya berbicara. Sampai saat itu dia menempel erat di punggung Kai dan tidak menjauh.

Bahkan pada saat dia waspada terhadap Vanessa atau Rasterizer, tapi kali ini terasa berbeda.

“Rinne, apa mendengar suara itu membuatmu teringat sesuatu?”

“Tidak. Tapi terasa aneh...”

“Aneh, katamu?”

“Aku tidak tahu. Aku tidak yakin apakah suara aneh itu berbahaya, jadi aku hanya memperhatikan.”

“Jadi itu kenapa kau diam disana.”

Wanita itu menjawab dengan anggukan yang dalam.

Memiliki pengalaman dengan makhluk seperti Rasterizer yang tidak bisa dipahami bahkan oleh Rinne, kali ini mereka beruntung karena patung itu tidak menjadi musuh.

Sang dewa takdir yang memberikan ramalan kepada Sid? Dewa doa Asurasoroka?

Apa itu benar nyata?


Prophet Sid adalah sebuah misteri.

Bahkan dengan Code Holder, itu adalah pertanyaan yang terjawab mengapa dia bisa mengalahkan para pahlawan dari keempat ras yang berkuasa. Salah satu misteri sejarah yang sebenarnya telah terjawab.

Tapi satu pertanyaan tersisa. Dengan asumsi bahwa Code Holder diberikan kepada Sid oleh dewa doa Asurasoroka, mengapa, setelah perang besar, dia menyembunyikannya di makam iblis?

“Kai?”

"...Setelah keempat pahlawan dan rasterizer itu dikalahkan, dunia akan kembali seperti semula. Atau seperti itulah katanya..."

Ini sesuai dengan tujuan perjalanan mereka: Temukan pelaku di balik reinkarnasi dunia lalu kalahkan dia.

“Selanjutnya adalah selatan, huh?”

Menuju Yurun. Negara yang terletak di luar hutan elf yang luas ini.

Menuju daerah kekuasaan para roh, mahluk paling misterius diantara keempat ras yang berkuasa...


TL : Nouzen
Editor : Regent

0 komentar:

Posting Komentar