Senin, 31 Agustus 2020

Death March kara Hajimaru Isekai Kyousoukyoku Bahasa Indonesia : Chapter SS-5. Kisah Hero Hayato (2)

Chapter SS-5. Kisah Hero Hayato (2)


"Maaf atas keributannya."

Setelah kesatria itu diseret oleh Burume-san, sang putri dan priestess (Loreiya) memperbaiki postur duduk mereka.
Meskipun Burume-san mengatakan bahwa hanya ada kami bertiga disini, sebenarnya ada gadis-gadis dengan pakaian seperti pelayan yang berdiri di dekat dinding dan beberapa kesatria bertubuh kekar seperti pegulat yang menjaga pintu.

Bahkan orang idiot tidak berani merayu sang putri dalam situasi seperti ini.

"Hero-sama, apakah kau memiliki pertanyaan sebelum kita memulai pembelajaran? Aku akan mencoba menjawabnya sebaik mungkin."

Sang putri menyarankan.
Setelah membanjiri tenggorokanku dengan teh biru - rasanya seperti teh hitam – yang dituangkan oleh pelayan-san, aku menanyakan hal pertama yang harus aku konfirmasi.

"Bisakah aku kembali ke duniaku?"
"Ya, setelah kau menyelesaikan misimu, Dewa Parion akan menurunkan berkahnya dan mengirimmu kembali ke dunia asalmu."

Itu membuatku lega.

Loreiya-san juga menambahkan,”Ada hero-sama yang memilih untuk tinggal di sini juga, lho."
Sepertinya tidak semua dari mereka ingin pulang sepertiku.

"Selanjutnya, misi apa yang harus aku selesaikan?"
"Pemusnahan demon lord."

Mengingatkanku pada game yang aku mainkan sewaktu kecil.
Topik semacam itu banyak muncul dalam tema fantasi seperti Final F*ntasy, Dragon Q*est.

"Bukankah lebih mudah jika kalian mengerahkan pasukan?"
"Kami tidak keberatan melakukannya jika demon lord muncul di Saga Empire, tetapi kami tidak dapat mengirimkan militer berskala besar ke negara asing. Mungkin masih memungkinkan jika pergi ke negara tetangga, tetapi jalur pasokan akan menjadi masalah jika jaraknya terlalu jauh."
"Apakah orang-orang tidak bersatu saat menghadapi krisis dunia?"
"Banyak negara yang pasti sudah hancur sebelum kita semua bersatu. Kami berharap Hero-sama bisa menghancurkan demon lord sebelum negara jatuh ke dalam kehancuran."

Sepertinya dunia ini terbagi dalam beberapa negara seperti bumi.

"Selain itu, dragon akan datang jika demon lord tidak dimusnahkan dengan pasukan kecil."
"--Dragon?"

Aku penasaran apakah yang dia maksud adalah dragon dari timur atau barat.
<TLN: Dragon timur itu maksudnya naga dari mitos jepang atau china yang bentuknya mirip Shenlong, tapi kalau naga barat ya seperti naga pada umumnya>

"Ya, pertempuran skala besar antara pasukan demon lord dan pasukan militer besar dapat menarik dragon dan sifat penasaran mereka. Demon lord mungkin dihancurkan oleh dragon dalam kasus ini, tetapi kerusakannya juga akan jauh lebih mengerikan daripada dari demon lord itu sendiri.”
<TLN: Satou-san=Ups, gak sengaja bunuh Dragon God>

Apakah itu seperti menggunakan bom untuk memotong rumput?
Untuk saat ini mari kita anggap dragon sebagai berita buruk, lebih buruk dari demon lord.

"Apakah dragon bukan target pemusnahan?"
"Ya, karena mereka tidak berbahaya selama kita tidak mencoba menyerang atau menarik perhatian mereka."

Sepertinya mereka semacam makhluk yang tidak tersentuh.
Bukannya aku tidak tertarik dengan title Dragon Killer, tapi sepertinya aku lebih baik membiarkannya sebagai daya tarik belaka.

"Apakah Kau memiliki pertanyaan lain, hero-sama?"

Sang putri bertanya.

--Baiklah.

"Aku punya permintaan daripada pertanyaan. Bisakah kau berhenti memanggilku 'hero-sama'? Tolong panggil saja aku Hayato. Dan singkirkan cara bicara formal ini jika kau bisa."
"... Aku mengerti. Hero-sama - Hayato-sama sendiri tidak harus menggunakan bahasa formal, tapi kita tidak bisa mematuhi perintah itu. Sangat penting bagi kita untuk menunjukkan rasa hormat."

Sang putri memintaku menggunakan bahasa formal di depan umum dan di hadapan kaisar.

"Tapi aku tidak pandai dalam urusan formal--"
"Kalau begitu tolong tunjukkan dengan perbuatan. Jika ada saatnya orang-orang menghormati Hero-sama bahkan tanpa bahasa formal, maka kita juga akan berbicara dengan Hayato-sama secara informal."

Dia memberiku argumen yang sangat logis.
Aku mungkin tidak cocok menghadapi putri ini.



"Hero-sama telah dianugerahi semua jenis kemampuan selain Unique Skill dari dewa Parion."

Pembelajaran sang putri telah dimulai.

Rupanya aku punya [Inventory], [World Talker], [Analyze], [Self Status], [Hide Status] selain tiga Otoritas - Unique Skill yang aku pilih.

"Apakah [Self status] diperlukan? Aku sudah mempunyai Analyze."
"[Self status] mirip dengan versi skill Analyze yang lebih rendah dan hanya berlaku untuk individu itu sendiri, tetapi skill ini adalah skill khusus yang eksklusif tersedia bagi Hero-sama."

Tuan putri memberikan penjelasannya sambil memegang [Manual Book] yang ditinggalkan oleh hero masa lalu di satu tangan.
Selain menunjukkan kepadaku statusku sendiri dalam nilai numerik, Self status juga memiliki fungsi tersembunyi yang memungkinkanku melakukan chant magic tanpa spell yang telah aku gunakan sekali, hingga tingkat advance.

"--Magic?!"
"Izinkan aku untuk mendemonstrasikannya. ■■■■ Mana Light."

Sebuah cahaya muncul di tangan sang putri.
Tidak panas bahkan ketika aku memegangnya, aku juga tidak bisa menyentuhnya.

--Itu aneh.

"Apakah itu tadi spell? Kau terdengar seperti mereproduksi nada musik dengan kecepatan tinggi atau semacamnya?"
"Para hero generasi sebelumnya menyebutnya [Fast-forwarded Tape]."

Aku memang ingin menjadi Magic Swordman, tapi tidak dengan spell itu, tidak. Tidak mungkin bagiku.
Kurasa aku harus meninggalkan ide untuk mengeluarkan magic yang menjatuhkan petir dari langit seperti hero game tertentu. Aku lebih handal menggerakkan tubuhku.

"Kembali ke topik, Hayato-sama, tolong konfirmasikan poin yang tersisa dengan Self status."

Dengan instruksi yang dia berikan kepadaku tentang penggunaan skill, aku memeriksa poinku dan menyampaikannya kepada sang putri.

"Poin sebanyak itu seharusnya cukup. Tolong jangan mencoba untuk mengalokasikan poinmu sampai kau menyelesaikan pembelajaran dan pelatihan dasar."
"Tidak bisakah kita meresetnya atau mengalokasikannya kembali?"
"Tidak, Kau tidak bisa melakukannya. Karena level awal Hero-sama dimulai dari 50, sangat sulit untuk mendapatkan poin tambahan, jadi mohon dimaklumi."

Aku baru menyadarinya setelah dia menyebutkannya.

Levelku tinggi. Ini seperti menjadi kuat dari awal game, seperti cheater.
Aku merasa kasihan pada orang yang memainkannya dengan jujur, aku harus berhati-hati agar tidak menjadi sombong.

Setelah peringatan itu, pembelajaran dimulai.

Aku hampir tertidur saat pelajaran sejarah dan geografi, tapi kemudian Loreiya akan memelukku dengan payudaranya yang besar, membangunkanku. Teman-teman bodohku di kelas pasti akan senang mendengarnya, tapi itu hanya terasa kaku bagiku. Aku pikir menjadi segumpal inkarnasi nafsu bukanlah hal yang baik bahkan untuk anak laki-laki di masa puber.
<TLN: Dasar lolicon :v>

Aku tidak terlalu suka pembelajaran seperti di sekolah, tapi pembelajaran mengenai hero dan cara menggunakan skill dan sistem cukup menyenangkan, seolah-olah aku sedang membaca buku strategi game.
Aku dilarang menggunakan Unique Skill di dalam ruangan, tetapi menggunakan skill Analyze pada berbagai macam hal sebagai latihan sangat menyenangkan.

Jadi aku melewati satu bulan pembelajaran dan satu bulan lagi untuk latihan skill sebelum memulai latihan seni bela diri di mana aku akhirnya bisa memegang pedang.



"Hayato-sama, mohon gunakan [Hide Skill]-mu sebelum pergi ke tempat latihan."

Tuan putri memberi tahuku saat aku mengenakan armor latihan.

"Bukankah kita akan pergi ke tempat calon pengikutku? Apakah aku benar-benar perlu menyembunyikannya?"
"Ya. Kandidat yang tidak terpilih mungkin dapat menjual informasi yang mereka dapatkan. Unique Skill terutama, itu seperti jantung kehidupan bagi para hero. Tolong berhati-hati agar tidak memberitahukannya kepada orang yang tidak dapat dipercaya."

Realita itu keras tidak seperti game.

"Itu dia, Sang Hero."

Burume-san menyeringai sambil memegang pedang kayu di satu tangan di bahunya.

"Pertama, lakukan pemanasan. --Jerid."

Meskipun mengatakan 'pemanasan', Burume-san memanggil ksatria level tertinggi kedua ‘Jerid’ setelah dirinya.
Nenek ini benar-benar bersemangat.

"--berat"

Pedang kayu yang mereka berikan padaku hampir terasa seperti memiliki sebatang besi bersarang di dalamnya, itu lebih berat dari kelihatannya.
Aku mencoba mengayunkannya, dan entah bagaimana berhasil membiasakan diri dengan beratnya.

"Kau benar-benar hero ya. Sama seperti anak itu."

Sepertinya mata Burume-san berubah lebih ramah untuk sesaat, tapi pasti itu hanya imajinasiku saja, pasti.

"Kalian berdua masuk ke lingkaran."

Aku masuk ke dalam satu sisi lingkaran selebar 15 meter.
Aku mengambil posisi dengan pedang kayu dan perisai yang diperkuat dengan besi.

"Mulai!"

Dengan sinyal Burume-san, ksatria Jerid berlari tepat di depanku dengan kecepatan yang tidak manusiawi.

--Sungguh ?!

Aku menangkis tebasannya dengan perisaiku yang telah aku angkat secara refleks.
Lalu aku entah bagaimana berhasil memblokir pedangnya yang langsung mengubah lintasannya dan beradu dengan pedangku.

--Berat.

Suara benturannya sama sekali tidak terdengar seperti pedang kayu, tanganku yang memegang pedang kayu dan bahuku berderit.

Levelku lebih tinggi darinya, tapi pengalaman bertarungnya pasti tidak bisa kutandingi.

Untuk mengisi celah itu, aku memfokuskan pikiranku dan menggunakan Unique Skillku.

--Invincible Shield (Tidak bisa ditembus).

Pedang kayu Jerid yang tadinya sangat berat terasa seperti kapuk, aku dengan mudah menangkisnya.

Wajah Jerid syok.

Memanfaatkan celah itu, aku mengayunkan pedang kayuku ke pergelangan tangannya. Aku terlalu naif. Dia dengan mudah menangkis pedangku dan menusukku, aku akhirnya memblokirnya dengan perisaiku.

Saat pedangnya menghantam kakiku, aku melompat ke atas untuk menghindarinya.

"Bagus sekali - tapi!"

Sesaat kemudian aku terkena pukulan keras sebelum terlempar dan jatuh ke tanah.

"Melompat di dekat lawan sama saja dengan bunuh diri."

Burume-san memberitahuku.
Kalau dipikir-pikir, terbang di udara seperti kalah dalam game pertarungan juga.

Aku segera berdiri dan membenarkan posisiku.

Nafasku jadi sesak meski aku cukup percaya diri dengan kemampuan motorikku.

- Unlimited Regeneration (Penyembuhan Tanpa Akhir).

Unique Skill keduaku menyembuhkan kelelahanku.

“Hero-sama memang berbeda, dia tidak terlihat seperti seseorang yang belum pernah bertarung dengan pedang sebelumnya."
"Ya, Dewa Parion menanamkan dasar-dasar bertarung saat para hero dipanggil. Dia bukan seorang amatir belaka."

Aku mendengar percakapan antara tuan putri dan Burume-san dari kejauhan.
Begitu, tidak heran tubuhku terasa seperti bergerak terlalu baik.

"Jangan berpaling sekarang!"

Ksatria Jerid berteriak saat pedang kayunya mendekat padaku.

--Berat.

Oh sial. Tidak menyadari Unique Skillku [Invincible Shield] telah kehilangan efeknya.
Aku segera mencoba untuk mengaktifkannya kembali, tapi serangan sengit ksatria Jerid tidak memberiku waktu.
Dia terus menekanku saat aku panik sebelum akhirnya menjatuhkanku.

"Yah, kurasa itu, cukup baik untuk anak laki-laki yang bahkan belum pernah berlatih bertempur."

Burume-san mengumumkan akhir pertandingan.

"Dia tidak mengikuti latihan bertempur? Apa artinya Burume-dono!"
"Persis seperti yang kukatakan. Hari ini adalah pertama kalinya anak ini memegang pedang."
"--Itu tidak mungkin!"

Ksatria Jerid terkejut.

Aku ingin mengatakan sesuatu di sini tetapi tubuhku masih sakit karena knock down sebelumnya, jadi aku tidak bisa berbicara dengan baik.
Aku menggunakan [Unlimited Regeneration] yang telah kehilangan efeknya sekali lagi untuk mengobati rasa sakitku.

"Hero! Jangan gunakan Unique Skillmu seenaknya. Tahan saja rasa sakit itu. Suruh Loreiya menyembuhkannya setelah Kau selesai berlatih."

Sekarang setelah dia menyebutkannya, dewi kecil itu juga memperingatkanku agar tidak terlalu sering menggunakan Unique Skill di ruang biru muda itu.

"Oke, sekarang kita sudah selesai dengan pemanasan, waktunya serius."

Tepat setelah aku berhasil menenangkan diri kembali, Burume-san - pelatihan Master Burume dimulai.

Pelatihan khusus itu begitu intens dan mengerikan sampai-sampai sesuai dengan namanya.
Aku tidak ingat berapa kali aku mengibarkan bendera putih saat dia terus memaksaku.

Pada awalnya aku adalah satu-satunya yang melakukan pelatihan khusus, tetapi dua kandidat pengikutku yang menertawakanku, berteriak - seorang pria berotot pengguna kapak perang berusia 35 tahun, Subac dari Bearear-kin, dan pendekar pedang macho hebat berusia 29 tahun yang kurus, Deerhorn- kin, Zayan, mereka ketahuan menertawakanku oleh Master Burume dan akhirnya diseret ke dalamnya sebagai teman latihku.

"Aku akan mati, aku akan mati, aku akan mati."
"Nenek, kau iblis!"
"Siapa yang kau panggil nenek! Panggil aku master!"

Pedang sonik Master Burume mengalahkan keduanya.
Bukan hanya Subac yang mengeluh, bahkan Zayan terus berkata,”Aku akan mati, aku akan mati", ikut terguling juga.

Tapi tetap saja, kedua lelaki tua ini baru level 40-an, namun keduanya bisa mengikuti pelatihan yang mengerikan ini hingga masih dapat berbincang-bincang seperti itu. Selama istirahat di antara pelatihan, keduanya memberi tahuku bahwa mereka berasal dari ras prajurit. Ternyata keduanya adalah seorang ayah.
Istri mereka, yang berkunjung saat mereka mendapatkan hari libur, memiliki kecantikan yang luar biasa sehingga aku sendiri heran bagaimana kedua pria kekar ini bahkan berhasil menaklukkan mereka. Di satu sisi, itu adalah hal paling mengejutkan yang pernah aku alami di dunia lain.

"Aku melihat bahwa dia baik-baik saja."
"Memang, pertumbuhan Hero-sama adalah masalah yang cukup menarik untuk dilihat."

Sang putri muncul di tempat latihan setelah lama absen.
Dia bersama dengan pengawalnya, ksatria Jerid. Aku mengerti betapa bagusnya dia dalam keahliannya sekarang setelah aku melalui pelatihan yang mengerikan. Dia akan dengan mudah mengalahkan aku dalam hitungan detik bahkan dengan celah level kami jika aku tidak memiliki Unique Skill aku.

"Lihatlah ‘si manusia luhur dan perkasa’ itu."
"Oy, ayo kita tarik dia juga."

Subac dan Zayan terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu.

"Oh ya, ayo kita lakukan!"

Sepertinya aku telah dipengaruhi oleh dua lelaki tua ini.
Kami bertiga lari menuju ksatria Jerid, menculiknya dan memaksanya untuk berpartisipasi dalam pelatihan neraka juga.

Ksatria Jerid yang awalnya memprotes dengan nada sombong akhirnya terpaksa ikut setelah teriakan dari Master Burume.
Tawa kami saat melihat jeritan Jerid hanya bertahan sesaat karena kami juga mengalaminya segera setelah itu.

Jadi kami berbagi rasa sakit dan tawa bersama dan secara bertahap menjadi lebih dekat.

Sampai-sampai aku tidak merasa takut melawan demon lord jika bersama ketiganya.


Note:
Setelah baca ini, mimin baru nyadar beginilah normalnya hero di summon :v Dan menyadari makin absurdnya Satou, awkwk.




TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar