Volume 13
Chapter 14 - Sakura Stone of Destiny
Chapter 14 - Sakura Stone of Destiny
Kami meninggalkan mansion dan menuju mercusuar dengan rombongan kelompok besar, memaksa masuk.
“Siapa kalian?! Ini adalah tempat suci di bawah kendali pemerintah oleh otoritas Kaisar Surgawi!” Perkataan tersebut diucapkan oleh seorang penjaga.
Segera setelah kami masuk, sekelompok tentara musuh bergegas membawa senjata. Apakah mereka benar-benar berpikir mengatakan sesuatu seperti itu kepada sekelompok pemberontak akan membuat perbedaan?
“Kaisar Surgawi, katamu?! Omong kosong! Ini adalah Permaisuri Surgawi sejati! Kaisarmu hanyalah penipu dari keluarga cabang! Apakah kau tidak mengerti perbedaannya?!” Teriak Raluva.
Dia menunjuk Raphtalia saat dia berbicara. Aura kekuatan yang mengelilingi Raphtalia dalam pakaian miko-nya — dan daya tariknya — pasti memiliki efek yang kuat, karena musuh demi-human dan therianthrope mulai berbisik.
“Jangan goyah! Itu pasti adalah anak dari seorang kaisar palsu, yang meninggalkan negara kita, ia tidak bisa disebut Kaisar Surgawi sejati! Tebas mereka semua!” Teriak therianthrope kodok yang tinggi dan perkasa.
Dalam perjalanan kami ke mercusuar, aku melihat beberapa jenis kelinci dan berbagai macam ras demi-humans dan therianthrope. Kemudian terlintas di benakku bahwa tempat ini seperti adegan langsung dari Gulungan Hewan yang Bermain-main dari Kuil Kozan-ji di Kyoto.
“Tuan. Naofumi, tolong fokus pada pertempuran!” Bentak Raphtalia.
Dia memarahi diriku tepat ketika pertempuran akan dimulai.
“Serang! Tebas kepala para pemberontak! Tetapi jangan lupa kita menghadapi pemegang Spirit implement di sini! Gunakan senjata yang tepat!”
Kata-kata itu lagi! Musuh kita di negara ini pasti memiliki senjata anti-pahlawan!
“Izin diberikan untuk menyerang semua musuh! Itu termasuk dewa palsu dari negeri asing!”
“Shooting Star Shield!” Aku berteriak.
Salah satu musuh maju ke depan dan menusukkan tombaknya ke arah kami. Penghalang Shooting Star Shieldku diaktifkan dan memblokir serangan, tetapi seperti yang aku duga, efektivitas skillku berkurang terhadap musuh-musuh ini — penghalang itu hancur seketika.
Aku berharap mereka tidak berpikir aku akan menyerah jika penghalangku hancur setiap saat. Aku pikir ini mungkin terjadi, jadi aku menghabiskan beberapa waktu membuat beberapa aksesoris baru ketika diriku sedang berada di Siltvelt. Untungnya, Rat memiliki ide bagus tentang cara mengotak-atik efeknya, karena ia adalah seorang alkemis.
Begitu Shooting Star Shield hancur, kilatan cahaya terang keluar dari pecahannya.
“Gah!”
“A-apa itu ?!”
“Sekarang!” Aku berteriak.
Aku fokus dan melemparkan Zweite Aura di Raphtalia.
“Kau bisa melakukannya, Raphtalia kecil! Ingat apa yang kita lakukan dalam pelatihan!” Sadeena berseru.
“Akan kulakukan!”
Raphtalia berjongkok dan bersiap melepaskan serangan tebasan cepat. Dalam sekejap, dia menebas musuh yang berdiri di depanku dan kemudian menyerbu ke arah prajurit lain tanpa jeda.
“Semua orang! Jangan goyah! Tidak masalah berapa banyak musuh yang ada! Hanya satu dari mereka yang menjadi target sejati kita!” Teriak si katak.
“Ayolah, apakah kau benar-benar berpikir aku akan membiarkanmu mengabaikanku?” Aku mengejek.
“Aku juga tidak bisa membiarkanmu melupakanku!” Sadeena berseru.
Dia mulai melantunkan mantra sambil membantu melindungi Raphtalia.
Aku tahu bahwa hal pertama yang mereka lakukan ketika mereka menyerang desa adalah mencoba mengukur kekuatan diriku dan Sadeena. Tentunya mereka tidak berpikir aku tidak akan mempertimbangkan itu. Mereka mungkin punya cara untuk berurusan dengan para pahlawan, tetapi Sadeena benar-benar kuat. Mereka akan dipaksa untuk melawannya seperti musuh normal. Menilai dari para pembunuh yang kami hadapi sejauh ini, mereka hanya memiliki beberapa petarung yang sebanding dengannya. Namun aku dapat langsung tahu bahwa mereka tidak ada dari di sini.
“Hyaaaa!”
Putra Raluva menghunuskan katana dan menebas musuh yang mendekat, bertekad untuk tidak tertinggal. Dia lebih cakap dari yang kubayangkan. Mungkin demi-human dan therianthrope yang lahir di Q’Ten Lo adalah petarung yang kuat secara alami.
“Aku tidak tahu kau bisa melakukan itu,” bisik Raphtalia.
Dia mengamati dan menganalisis teknik katana Raluva. Tekniknya sedikit berbeda dari yang diajarkan Sadeena padanya. Itu mungkin hanya gaya yang berbeda.
“Gaya yang kuajarkan kepadamu adalah dari tempatku tumbuh dewasa. Itu disebut Form of the Sea God,” Kata Sadeena.
Dia memperhatikan Raluva dengan hati-hati sejenak ketika dia mengayunkan katana-nya.
“Gaya itu disebut Blossom of Q”Ten. Itu cukup bagus untuk dipelajari,” lanjutnya.
Raluva menyalurkan kekuatan sihir ke pedangnya dan mendekati lawannya dengan cepat. Dia dengan cepat melewati bawah lengan lawan saat dia melepaskan serangannya, berakhir di belakangnya.
“Gah…”
Raluva mengibaskan darah dari pedangnya, dan tetesan berubah menjadi kelopak bunga sakura dan melayang di atas angin. Wah, itu mengesankan. Tetapi sepertinya aku ingat Raphtalia memiliki skill yang sama.
“Itu mengingatkanku pada skill Powder Snow-mu, Raphtalia,” kataku.
“Itu memang terlihat mirip. Kau akan sangat tangguh jika dirimu belajar gaya itu bersama dengan yang aku ajarkan, Raphtalia kecil,” Jawab Sadeena.
Kurasa dia juga melihat skill Raphtalia Powder Snow. Sekarang setelah aku memikirkannya, aku sepertinya ingat mereka menggunakan skill selama pelatihan mereka.
“Tambahkan gaya Hengen Muso pada itu dan kau tidak akan terkalahkan,” kataku.
“Menurut Eclair dan masternya, teknik Hengen Muso dimaksudkan untuk diterapkan pada serangan lain, jadi sebenarnya lebih baik untuk mempelajari gaya lain,” jawab Raphtalia.
Ya, aku ingat wanita tua itu menyebutkannya. Dia mengatakan hal baik tentang gaya Hengen Muso adalah bahwa itu bisa diterapkan ke aliran atau gaya bertarung apa pun.
“Umm, seperti ini? Lalu….” Raphtalia bergumam pada dirinya sendiri.
Dia berusaha meniru gerakan Raluva. Dia berbalik dan membungkuk padanya.
“Jika anda menginginkannya, saya akan dengan senang hati mengajarimu gayanya, Nona Raphtalia,” katanya.
“Oh, umm.... Terimakasih. Aku yakin itu akan membantu dalam pertempuran di masa depan,” Jawabnya.
Pada saat itu, seorang therianthrope beruang yang tampaknya adalah bos katak keluar dari dalam mercusuar.
“Berapa lama kalian semua akan bermain-main?! Kalian masih belum menghabisi permaisuri palsu! Pantaskah Kalian menyebut diri kalian sebagai prajurit Q’Ten Lo?!” Dia meraung.
Dia meluncur ke arah kami dengan tombak bersayap di tangan. Dia cepat. Paling tidak, dia lebih handal dibandingkan musuh-musuh lain disini.
“Gah!”
Dia menusukkan tombaknya ke salah satu orang terdekat kami dan mengirimnya terbang sebelum aku bahkan bisa bereaksi. Cedera itu tampaknya tidak berakibat fatal. Aku menangkap pria itu dan kemudian mengangkat perisaiku ke atas sementara diriku memberikan sihir penyembuhan padanya.
“Dasar Dewa Siltvelt yang menyedihkan! Kau cukup berani membawa permaisuri palsu kesini! Sudah waktunya bagi dirimu untuk menerima kekuatan Kaisar Surgawi yang sejati!” Beruang itu meraung.
Dia menusukkan tombak bersayap ke tanah dan mulai melantunkan semacam mantra. Sesuatu seperti sangkar besar terbentuk, menyelubungi mercusuar dan daerah sekitarnya. Itu berwarna pink, sama seperti bunga sakura. Itu mencakup area yang agak besar — mungkin 100 meter.
“Penghalang ini adalah penghalang sakura stone of destiny! Apa mereka benar-benar akan menggunakannya di sini?!” Seru Raluva dengan ekspresi ketakukan di wajahnya.
“Apa itu?” Aku bertanya.
Sekarang setelah aku memikirkannya, para pembunuh telah menyebutkan itu sebelumnya ketika mereka menyerang desa. Sesuatu tentang tidak membawanya. Sadeena juga tidak tahu apa itu.
“Sakura stone of destiny adalah item khusus yang melemahkan spirit implement dan maksimal kemampuan siapa pun yang telah menerima berkah Kaisar Surgawi. Tolong berhati-hatilah!” Raluva menjawab.
Bahkan sebelum dia selesai berbicara, sesuatu seperti medan gaya berwarna pink menyisir seluruh area.
“A-apa itu?” Kataku.
Oh sial. Perisaiku menyala. Aku merasakan sensasi seperti terkena sengatan listrik dari perisaiku dan menjalar dari kepala hingga kaki. Tubuhku tiba- tiba terasa berat.
“I-ini.” Suara Raphtalia menghilang.
Dia pasti merasakan sesuatu yang serupa, karena berat katananya membuat dia sedikit goyah ke samping.
“Aww.... Sepertinya skill support yang kau berikan kepada kami telah berhenti berfungsi, Naofumi kecil,” kata Sadeena.
“Apa?!”
Aku memeriksa statistik Sadeena. Statistiknya sedikit lebih rendah daripada yang kuingat. Itu hal yang cukup merepotkan.
“Nah, mari kita lakukan ini!” Beruang itu meraung.
Dengan cekatan dia mengayunkan tombak bersayap ke atas dan menyerang kami dengan kecepatan yang luar biasa. Sialan! Aku akan memblokir serangan dengan perisaiku, tetapi naluriku mengatakan untuk melompat ke samping dan menghindar. Seketika, aku menyadari bahwa itu adalah langkah yang tepat. Pertama-tama, therianthrope beruang sekarang bergerak sekitar tiga kali lebih cepat dari sebelumnya. Kedua, kekuatan serangannya pasti meningkat juga, karena tombaknya membelah lantai dan menyebabkan ledakan kecil. Seberapa banyak statistiknya naik?!
“Zweite Aura!”
Aku mencoba meningkatkan kemampuanku untuk membantu memperbaiki statistikku yang berkurang, tetapi mantranya tidak aktif. Apakah itu berarti batu-batu itu bahkan mencegah para pahlawan menggunakan sihir?! Hanya untuk memastikan, aku mencoba menggunakan Guard.
“Zweite Guard!”
Yang itu bekerja tanpa masalah. Tidak mungkin! Kukira penghalang mencegah penggunaan segala jenis sihir yang hanya bisa digunakan oleh pahlawan. Jika itu masalahnya, apakah aku bisa menggunakan sihir kooperatif! Bukannya aku benar- benar memiliki kelonggaran untuk mencoba menggunakan apa pun saat ini.
“Cepat dan habisi pengkhianat ini!” Teriak beruang itu.
Tujuan mereka adalah untuk membunuh Raphtalia. Aku mengangkat perisaiku untuk melindunginya. Musuh melepaskan teriakan pertempuran. Sial! Apa yang harus aku lakukan dalam situasi seperti ini?
“Naofumi kecil!” Sadeena berteriak.
Therianthrope beruang dan anak buahnya bergegas ke arahku, mengacungkan senjata anti-pahlawan mereka. Namun kemudian Sadeena selesai membaca mantranya.
“Sebagai sumber kekuatanmu, aku perintahkan padamu! Biarkan cara yang benar terungkap sekali lagi! Petir! Jatuhkan dan tembuslah mereka yang ada di hadapanku!”
“All Drifa Chain Lightning!”
Sebuah sambaran petir tegangan tinggi menembus semua musuh di depanku.
“Gahhhh!”
“Apa?!” Geram si beruang.
Dia menangkis petir dengan tombaknya dan melompat ke arah Sadeena.
“Aku tidak peduli siapa kau! Aku akan melindungi Raphtalia kecil dan Naofumi kecil apa pun yang terjadi!” Dia berseru.
“Aku tidak bisa membuat semua orang lupa tentangku,” kata Gaelion.
Sambil memegang Sadeena dari belakang, dia melepaskan serangan napas yang tampak seperti sinar panas yang sangat kental. Serangan itu mengenai beruang yang lengah, tepat di wajah.
“Gah! Itu trik yang kotor!” Beruang itu menggeram.
“Kotor adalah nama tengahku. Aku biasanya hanya berbicara kotor, tetapi aku juga bisa bermain kotor,” jawab Sadeena sambil mengedipkan matanya.
Dia mulai bertransformasi menjadi bentuk therianthrope. Beruang yang melihatnya, tak bisa berkata-kata, ketika tubuhnya membesar.
“Nah, bagaimana jika kita sedikit bertarung? Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak aku meninggalkan negara ini. Aku tak sabar untuk melihat apa yang dimiliki prajurit terbaik saat ini!” Dia berseru.
“Kau adalah pendeta pembantaian! Apakah Kau berani menentang kami dengan tanganmu yang kotor itu?!” Beruang itu menggeram.
“Oh, tapi aku menentangmu. Sehingga kupikir aku akan mulai dengan memberi tahu dirimu rasa pembantaian itu,” Jawab Sadeena.
Dia melirikku dan Raphtalia. Dia mencoba memberi tahu kami bahwa ini adalah kesempatan kami untuk mencari tahu. Agak menyedihkan memikirkan bahwa aku bisa mengerti maksud Sadeena hanya dengan lirikan seperti itu.
Aku mencoba memikirkan seperti apa serangan kami yang paling efektif dalam situasi seperti ini. Mereka membuat semacam penghalang di sekitar kita, senjata kita tidak berfungsi, dan kita tidak bisa menggunakan skill kita. Dalam hal ini, kita hanya perlu mengandalkan teknik dan strategi normal.
“Bisakah kau terus melakukannya, Raphtalia?” Aku bertanya.
“Bertarung bukanlah masalah,” jawabnya.
Raluva dan anak buahnya, bersama dengan Sadeena dan Gaelion, berhasil menahan musuh, tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa kami berada pada posisi yang kurang menguntungkan. Mereka mengejar Raphtalia dan perisaiku benar-benar berhenti berfungsi. Bukannya aku tidak bisa bertarung, tetapi yang bisa aku lakukan hanyalah bertahan dan sekarang aku bahkan tidak bisa menggunakan skillku. Aku juga tidak bisa menggunakan sebagian dari sihirku. Tidak banyak yang bisa aku lakukan dalam situasi seperti ini.
“Matilah, permaisuri palsu!” Teriak salah satu musuh.
“Tidak selagi aku masih ada disini!” Aku berteriak.
Musuh mengayunkan katananya dan aku menangkisnya dengan perisaiku. Aku mencengkeram kerah bajunya dan Raphtalia langsung menebasnya, seolah refleks.
Demon Dragon Shieldku memiliki efek serangan balik yang disebut “C demon bullet” dan sepertinya diaktifkan, tetapi efeknya diabaikan sekarang. Melawan akan sulit, kurasa. Tetapi mengandalkan Shield of Wrath terlalu berbahaya. Pada akhirnya, gaya bertarungku hampir sepenuhnya bergantung pada perisaiku.
Apakah benar-benar tidak ada lagi yang bisa aku lakukan? Tidak bisa menggunakan skillku tiba-tiba membuka kelemahanku sendiri. Ini adalah masalah yang perlu kuatasi.
“Terima ini, permaisuri palsu dan pengguna roh jahat!” Teriak katak. Dia dan salah satu anak buahnya menembakkan sihir mereka padaku dan Raphtalia.
“Drifa Aqua Slash!”
“Drifa Rock Blast!”
Aliran air yang sangat kental dan batu-batu besar datang langsung ke arah kami secara bersamaan. Aku tiba-tiba teringat saat Melty mengejutkanku dengan serangan sihir yang tak terduga. Aku yakin perisaiku tidak akan rusak, bahkan jika serangannya begitu kuat sehingga menembus perisai dan berhasil melukaiku. Aku mencoba mengingat bagaimana tepatnya aku menangkis sihir Melty.
“Tidak akan terjadi!” Aku berteriak.
Aku mengangkat perisaiku. Aku kemudian memusatkan pikiranku dan…. diriku masih belum sepenuhnya memahami kekuatan kehidupan, tetapi aku melakukan yang terbaik untuk menyalurkannya ke perisai. Namun kemudian aku mengayunkan perisai sekuat yang aku bisa. Sihir itu mengenai perisaiku dan terhempas ke arah yang berbeda. Aku perlu menyesuaikan sudutnya! Aku meningkatkan konsentrasi dan berhasil mengirim serangan ke therianthrope beruang, yang terlibat dalam pertempuran dengan Sadeena.
“Yeaah!” Aku berteriak.
“Apa?! Kurang ajar kau!” Beruang itu menggeram.
“Oh, kau tidak bisa lengah!” Sadeena berseru.
Beruang itu berusaha menghindar, tetapi Sadeena menahannya di tempat dan menggunakannya sebagai perisai melawan sihir.
“Gahhh!”
Itu mungkin menyakitkan, setidaknya sedikit.
“Ha! Kau menemukan ide-ide aneh, Naofumi kecil,” kata Sadeena.
“Kupikir aku bisa melakukannya, dan kurasa itu berhasil,” jawabku.
“Kau menangkis sihir mereka dan mengarahkannya kepadaku?!” Beruang itu menggeram.
Tapi dia belum siap untuk menyerah. Dia mendorong Sadeena menjauh.
“Hmph! Aku terkesan bahwa Kau berhasil melakukan perlawanan dari semua itu. Itu tidak terduga,” katanya.
Dia tersenyum, tapi aku tahu dia kesal. Dia pasti merencanakan sesuatu.
“Aku ingin tahu apakah kalian orang luar kenal dengan teknik ini. Itu adalah teknik rahasia yang penggunaannya hanya diizinkan bagi mereka yang dapat mengambil kekuatan dari sakura stones of destiny,” lanjutnya.
Raluva memandangi therianthrope beruang dan wajahnya mulai panik.
“Mustahil! Apakah Kau benar-benar diizinkan sejauh itu?! Nona Raphtalia! Pahlawan Perisai! Kalian harus segera pergi!” Dia berseru.
“Sudah terlambat!” Beruang itu meraung.
Beberapa anak buahnya telah melantunkan mantra dan segera setelah selesai, mereka meletakkan kedua telapak tangan mereka seakan berdoa.
“Kaisar Surgawi, kami bertindak atas namamu sebagai pacifiers! Biarkan seluruh makhluk menjadi pedang kami! Kami menggabungkan kekuatan kami dengan milikmu untuk memberikan kebinasaan kepada orang bodoh!”
“Astral Enchant!”
Aku bisa melihat sesuatu mengalir dari tubuh mereka ke tombak bersayap beruang. Sebagai gantinya, mereka mulai jatuh lemas, satu demi satu.
“A-apa...” Aku bergumam.
“Hmph! Pertempuran ini cukup baik namun sudah berakhir! Terima ini!” Teriak beruang itu.
Begitu dia selesai berbicara, dia tampak kabur ketika dia datang melaju ke arah kami. Perisaiku mungkin tidak berfungsi seperti biasa, tetapi dia tidak bergerak begitu cepat sehingga aku tidak bisa bereaksi! Aku membaca gerakannya dan bersiap untuk memblokir serangan. Untungnya, perisaiku berhasil memblokir tombak bersayapnya. Aku meraih batang tombaknya dan mencengkeramnya sekencang mungkin, bertekad untuk tetap memegangnya bagaimanapun juga.
“Hanya itu yang bisa kau lakukan?!” Beruang itu bergemuruh.
Kekuatannya pasti meningkat secara eksponensial, karena dia mengayunkan tombak ke udara dengan mudah. Aku terhempas dan menghantam dinding, tetapi aku tidak akan melepaskannya! Betapa kuatnya bajingan ini?! Dia mungkin bisa mengalahkan Roh Kura-kura sendirian sekarang!
“Tuan Naofumi!” Raphtalia memanggil.
“Jangan khawatirkan diriku! Bersiaplah untuk menyerang!” Aku berteriak.
“Di-mengerti!”
Raphtalia mencengkeram katana dan bersiap untuk menyerang. Aku senang dia selalu merespons begitu cepat.
“Aku tidak suka diabaikan!” Kata Sadeena.
“Aku juga tidak ingin dilupakan!” Gaelion menambahkan.
Seluruh kelompok kami melakukan yang terbaik untuk bertahan melawan beruang, tetapi mereka tidak bisa menghentikannya. Aku telah menghindari cedera serius sejauh ini, berkat perisaiku, tetapi aku tidak tahu berapa lama diriku bisa bertahan seperti ini.
“Ada apa dengan pria ini?! Apakah ini karena sihir tadi?” Aku bertanya.
“Iya. Astral Enchant. Itu adalah sihir tempur dengan perlindungan khusus yang memungkinkan satu atau lebih pengguna yang telah diberkati untuk memberikan semua statistik mereka pada seseorang yang telah menerima berkah tingkat tinggi dari Kaisar Surgawi,” jelas Raluva.
Bukan itu yang ingin aku dengar.
“Aku tidak akan pernah membayangkan dia menerima berkah tingkat tinggi,” lanjut Raluva.
Tetapi apa yang dia katakan mengingatkan diriku pada sesuatu. Kedengarannya sangat mirip dengan buff yang baru saja aku berikan kepada Fohl.
“Ini dia! Tahan dia untukku, Naofumi kecil!” Sadeena berkata.
“Aku mengerti!”
Aku membenamkan kakiku di tanah dan berjongkok rendah, memegang beruang di tempat. Tapi dua puluh atau tiga puluh detik mungkin adalah batasku. Setelah itu dia mulai mengayunkanku seperti boneka.
“Kau tidak tahu kapan harus menyerah!” Dia meraung.
Sadeena mengisi harpoon-nya dengan listrik dan menerjang dengan kuat, menusukkan harpoon ke beruang. Ada bunyi dentuman keras saat harpoon tersebut menghantamnya secara langsung — atau begitulah pikirku, tapi itu menabrak pelindung tipis yang mirip dengan skill Shooting Star Shield-ku.
“Ugh, Itu keras,” kata Sadeena.
Tepat ketika serangannya mendarat, darah mulai mengalir keluar dari mulut tentara musuh yang terbaring lemas di tanah di sekitar kami.
“Beraninya kau melukai anak buahku!” Beruang itu menggeram.
Kurasa itu berarti mereka berbagi kekuatan dengannya. Menggabungkan kemampuan beberapa pria tentu saja akan membuat seorang prajurit yang mengesankan.
Namun kemudian Raphtalia selesai menyalurkan kekuatan sihir ke dalam katananya.
“Eight Trigrams….”
Hah? Lingkaran sihir terbentuk di sekelilingnya dan mulai bersinar, seolah berusaha menghalangi skill.
“Semua baik-baik saja?” Aku bertanya.
“Iya. Sesuatu sedang mencoba mengganggu — mungkin kekuatan sakura stone of destiny,” jawabnya.
“Apakah kau akan baik-baik saja? Jangan berlebihan,” Kataku.
“Ini bukan masalah. Itu tidak akan menghentikan diriku! Menyingkir semuanya! Blade of Destiny!”
Dia menghunuskan katana-nya dengan cepat dan seberkas cahaya yang ditembakkan dari bilahnya, menebas semua musuh di daerah itu.
“Seolah aku membiarkan itu mengenaiku! Kau terima ini, pemegang spirit implement!” Beruang itu berteriak.
Dia mengayunkan tombaknya, berupaya untuk menggunakan diriku sebagai perisai terhadap serangan Raphtalia.
“Tidak, terima kasih,” kataku.
Aku melepaskan tombak dan melompat ke belakang beruang yang tercengang. Aku menahannya dengan kekuatan penuh dan memaksanya untuk menerima sepenuhnya serangan itu.
“Ugh…”
Selain diriku, semua orang dalam kelompok kami berjongkok dan menghindari serangan itu.
“Kau tupai bajingan kecil!” Beruang itu menggeram.
Aku berhasil bertahan dari serangan itu karena berada di belakang beruang, tetapi itu pasti menyakitkan. Menerimanya langsung akan membunuhku.
Aku menempatkan semua pengalaman masa laluku - dan pelatihanku dengan Atla, khususnya - ke dalam pertempuran saat ini. Aku bisa mengelak jika beruang itu mencoba menyerang diriku, dan aku bisa menyeretnya jika dia mencoba menyerang Raphtalia. Tapi bagaimana aku bisa menghentikan monster ini? Pikiran bahwa ada musuh yang bahkan lebih kuat di masa depan membuat kepalaku berputar.
Namun kemudian, tiba-tiba, pola yang sama yang dihasilkan oleh serangan Delapan Trigram Blade of Destiny Raphtalia muncul di batang sakura lumina.
“Mungkinkah?! Gaelion kecil! Sentuh sakura lumina!” Sadeena berteriak.
Dia meraih Gaelion, yang telah bertengger di punggungnya, memberikan dorongan dan melemparkannya ke pohon.
“Kau seharusnya memperlakukanku lebih baik!” Gerutunya. Gaelion terbang langsung ke pola pada sakura lumina.
“Ah, sekarang aku mengerti,” katanya.
Tali jerami di lehernya mulai bercahaya, dan kekuatan apa pun yang menyelimuti beruang itu tampaknya melemah.
“Apa?! Kekuatan sakura stone of destiny menghilang?!” Dia berkata.
Kurasa itu adalah satu hal lagi yang bisa dilakukan sakura lumina. Dengan menguasai pohon itu, kami berhasil melemahkan musuh.
“Sepertinya aku berhasil melemahkan kekuatan mereka,” kata Gaelion. Dia terus mengakses lumina sakura.
“Aku baru saja menonaktifkan penghalang ke dunia luar. Aku juga membuatnya sehingga pohon tidak dapat diakses untuk waktu yang singkat. Yang tersisa sekarang adalah menghabisi musuh,” lanjutnya.
Apakah itu seharusnya menjadi kabar baik? Kami telah menyelesaikan tujuan awal kami, tetapi kami masih belum mengalahkan monster ini. Lalu….
“Gunakan ini!”
Beberapa benda datang ke arah kami dari belakang. Tanpa ragu-ragu, aku menangkap benda yang mengarah kepadaku. Namun ketika aku menangkapnya, perisaiku menyala kembali.
0 komentar:
Posting Komentar