Minggu, 02 Agustus 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Light Novel Bahasa Indonesia Volume 13 : Chapter 13 - Q'ten Lo Revolusionaris

Volume 13
Chapter 13 - Q'ten Lo Revolusionaris


“Lalu? Apa yang sedang terjadi?” Aku bertanya.

Kami menyelamatkan warga sipil dengan mengalahkan monster yang menyerang dan mereka memarahi kami karena itu. Ada apa dengan itu?

“Sepertinya penguasa negara ini — Kaisar Surgawi — telah mengeluarkan aturan yang menyatakan bahwa semua kehidupan harus dihargai. Dengan kata lain, siapa pun yang membunuh monster, atau makhluk hidup lainnya, akan dihukum berat,” jelas Sadeena.

“Hah? Seperti semacam hukum melawan kekejaman terhadap hewan?” Aku bilang.

Mereka mencobanya pada periode Edo dan gagal. Kurasa negara ini harus berurusan dengan hukum yang konyol juga. Apakah mereka tidak menyadari betapa bodohnya itu?

“Apakah ada sesuatu seperti itu juga di duniamu, Naofumi kecil?” Sadeena bertanya.

“Ya, ada seorang shogun — seorang raja, pada dasarnya —mencoba melakukan hal yang sama dulu di duniaku,” kataku.

Setelah mendengar penjelasan Sadeena, aku mengerti mengapa dia membuat Gaelion membunuh monster itu. Pada dasarnya, jika salah satu warga kota membunuh monster, mereka akan dihukum. Tapi Gaelion adalah seekor naga. Jika monster membunuh monster lain, tidak akan ada hukuman.

“Ornamen naga air yang dipakai Gaelion pasti menyelamatkan kita,” kata Sadeena.

“Jadi mereka tidak bisa menghukum monster yang dianggap sebagai pengikut naga air?” Aku bertanya.

“Itu hanya dugaan, tetapi itu berhasil,” katanya. 
“Kwaaaa!”

Gaelion melompat di bahuku. Dia tampak senang bahwa dia bisa membantu.

“Jika monster itu dikendalikan, maka biasanya pemiliknya akan dihukum,” lanjutnya.

“Jadi itu sebabnya kau bertingkah seperti Gaelion adalah monster liar. Dan pengikut naga air, sebagai alasannya,” kataku.

Kurasa naga air itu cukup penting di Q’Ten Lo. Aku yakin Kaisar Surgawi, atau apa pun itu, lebih penting, tetapi membawa-bawa naga air ke dalamnya cukup rumit sehingga para pejabat tidak ingin terlibat. Selain itu, pasti hukum yang melindungi semua makhluk hidup akan melindungi naga air juga. Itu membuatnya menjadi wilayah abu-abu.

“Itu langkah yang berani, tapi rencana tersebut berhasil karena Gaelion kecil adalah seekor naga,” kata Sadeena.

“Aku, pengikut seseorang? Kau menghinaku,” gerutu Gaelion. 

Oh Gaelion dewasa berbicara lagi.

“Yah, secara teknis, kau memang milikku dan Wyndia,” kataku. 

Dia mengerang. Bayi Gaelion tampaknya tidak keberatan.

“Luar biasa…. Aku tidak menyangka mereka memiliki hukum yang mengerikan,” kata Raphtalia.

“Sekarang masuk akal mengapa mereka melihatmu sebagai ancaman bagi kaisar mereka,” kataku padanya.

Dengan memberlakukan hukum konyol seperti itu, itu membuat kaisar tidak disukai orang-orang. Tentu saja para pemimpin akan gelisah jika seseorang dari garis keturunan kekaisaran muncul, mengenakan pakaian kerajaan ketika opini publik kaisar berubah-ubah. Mengingat apa yang telah terjadi dalam kasusku, tidak sulit untuk menebak bagaimana rakyat akan merespons.

“Kurasa aku mulai benar-benar mengerti bagaimana perasaanmu sekarang, Tuan Naofumi,” kata Raphtalia.

“Kita adalah sahabat sependeritaan!” Aku memberitahunya.

Aku mengerti apa yang dia alami dengan sangat jelas hingga terasa menyakitkan. Tetapi perisaiku sebagian besar membantu menyelesaikan hal-hal itu dalam kasus diriku.

“Bagaimanapun juga, ini adalah kesempatan yang sempurna. Jika kita memainkan kartu kita dengan baik, menggulingkan aturan saat ini seharusnya mudah,” kataku.

Menilai dari reaksi Sadeena, hukum ini tampaknya relatif baru. Para penduduk juga tampaknya tidak senang dengan hal itu. Menyeret shogun bodoh mereka — kaisar dalam kasus ini — turun dari tahta akan lebih mudah dilakukan.

“Oh? Apakah itu berarti kau punya rencana, Naofumi kecil?” Sadeena bertanya.

“Bisa dibilang begitu. Bagaimanapun juga, kita perlu mendapatkan Filo yang ada di kapal bersama Itsuki dan yang lainnya di sini terlebih dahulu,” jawabku.

Kami mulai bersiap menyerang, begitu kami dekat dengan mercusuar.

Sheesh.... Aku sudah bosan dengan semua serangan pembunuh belakangan ini. Sudah waktunya bagi mereka untuk melihat bagaimana rasanya menjadi yang diserang! Aku memutuskan untuk sedikit berlebihan.

Ketika kami mendekati mercusuar, aku melihat sesuatu. Mercusuar itu sebenarnya hanya struktur kayu yang dibangun di samping pohon lumina sakura tinggi besar untuk membantu mendukungnya.

“Apakah kita seharusnya membakar benda itu?” Aku bertanya.

“Tidak. Setelah kita mengalahkan penjaganya, kita seharusnya bisa mendapatkan akses ke sakura lumina itu, menggunakan Way of the Dragon,” jawab Gaelion.

“Oh ya?”
“Ya.”

Hmm. Kami bersembunyi di gang dan mengamati mercusuar, namun tiba-tiba, seorang pria yang mengenakan sesuatu seperti armor samurai berlari ke arah kami. Itu tidak baik. Seseorang pasti sudah memberi tahu petugas atau semacamnya.

“Mari kita mundur. Bertingkah normal saja. Tapi bergeraklah cepat. Raphtalia, kau bersiap-siap untuk menggunakan sihir penyembunyianmu,” kataku.

“Di-mengerti!” Raphtalia menjawab.

“Astaga…. Kurasa mencoba untuk memaksa menyelinap masuk akan cukup sulit,” kata Sadeena.

“Kita bisa menghancurkan mercusuar. Lalu kita bisa terbang keluar dari sini menggunakan bentuk diriku yang lebih besar,” saran Gaelion.

Strateginya miliknya itu juga bisa berhasil. Tapi ada risiko terjatuh dari udara. Jika kami akan memaksa masuk, mungkin lebih baik menunggu sampai malam dan memutuskan rute pelarian sebelumnya.

Kami terus bergerak dan Raphtalia terus membaca mantra bersembunyi sehingga kami bisa melarikan diri dari prajurit samurai.

“Oke, aku akan mengaktifkan mantera begitu kita berbelok ditikungan itu,” katanya. 

“Baiklah,” jawabku.

Kami bergegas berbelok dan Raphtalia mengaktifkan sihirnya. 

“All Zweite Hide Mirage!”

Sihir penyembunyian menyelimuti kami. Aku berasumsi kita akan menghilang. Prajurit samurai berlari di tikungan dan mulai mencari-cari kami. Bagus! Sekarang kita hanya perlu meninggalkan daerah itu tanpa diketahui dan menunggu kesempatan lain untuk—

“Saya mohon, tolong tunjukkan diri kalian! Saya bukan musuh kalian!” Pria itu berseru.

Dia tiba-tiba bersujud ke tanah. Kami bergerak beberapa meter dan mulai saling berbisik. Prajurit samurai tetap tak bergerak dengan dahinya masih menempel di tanah.

“Bagaimana menurutmu?” Aku bertanya.
“Umm. Aku tidak yakin harus melakukan apa,” Jawab Raphtalia.

“Yah, intuisiku mengatakan kepadaku bahwa dia tidak memiliki niat buruk. Dia sepertinya tidak berbohong, setidaknya,” Kata Sadeena.

“Bukankah hal seperti ini terjadi padamu sebelumnya?” Gaelion bertanya padaku.

Itu mengingatkanku. Hal serupa terjadi ketika aku bersiap untuk pergi melawan gelombang yang kedua. Itu adalah prajurit muda dari Riyute saat itu, tetapi Gaelion benar. Pria ini tampaknya bertindak dengan cara yang sama.

“Tidaklah menyakitkan mendengar apa yang dia katakan, bukan? Aku akan membereskannya dengan cepat jika terjadi masalah,” Kata Sadeena.

“Aku punya perasaan ini akan berubah menjadi hal yang akan membuat sakit kepala, tapi sepertinya tidak masalah,” kataku.

Aku tahu bahwa mendapatkan akses ke mercusuar akan membuatku sakit kepala. “membereskannya dengan cepat” membuatnya terdengar seperti dia berencana melakukan sesuatu yang sangat kejam, tapi kurasa akan lebih baik untuk mendengar apa yang dikatakan pria itu, terlepas dari kecurigaanku.

“Baiklah. Batalkan penyembunyiannya, Raphtalia,” kataku. 
“Dimengerti.”

Raphtalia membatalkan sihir penyembunyiannya dan kami muncul kembali di depan prajurit samurai yang bersujud itu.

“Apa yang kau inginkan dari kami?” Aku bertanya.

Meskipun kami telah menunjukkan diri dan berbicara dengannya, prajurit samurai tetap tidak bergerak. Apa yang dia inginkan? Aku mencoba bertanya kepadanya, tetapi dia tidak bergerak. Aku bertanya-tanya apakah dia sedang menunggu diriku memerintahkannya untuk mengangkat kepalanya atau semacamnya.

“Bangkitlah dan beri tahu kami apa yang kau inginkan,” kataku.

Ketika aku mengatakan itu, dia akhirnya mengangkat kepalanya dari tanah. Tapi apa yang dia lakukan selanjutnya adalah hal yang tidak terduga. Dia memandang Gaelion terlebih dahulu, lalu Raphtalia, kemudian meletakkan tangannya tepat di bagian jantungnya dan menundukkan kepalanya.

“Kami dengan rendah hati meminta bantuanmu, yang akan segera menjadi Permaisuri Surgawi,” katanya.

“Hah? Apa? Umm.... Uhh.” Raphtalia tergagap.

“Jelaskan perkataanmu. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan temanku yang suka mabuk ini kepadamu, tetapi aku yakin itu tidak akan menjadi pengalaman yang menyenangkan,” Kataku.

“Oh kau bisa saja!” Sadeena berseru.

Ketika aku menunjuk padanya, prajurit samurai itu menggelengkan kepalanya beberapa kali sebagai tanda penyerahan diri.

“Di-mengerti! Tolong temani saya ke mansion kota, di mana seharusnya aman untuk berbicara. Jika itu tidak memungkinkan, maka saya hanya akan memberi anda ringkasannya di sini,” Jawabnya.

“Mengikutimu bisa membuat kita terjebak. Beritahu kami ringkasannya sekarang. Sebelum itu beri tahu kami siapa dirimu juga,” kataku.

Prajurit samurai itu mengangguk, berdiri tegak, dan mulai berbicara.

“Maafkan saya. Saya datang mencarimu atas perintah ayahku, yang merupakan walikota kota ini,” katanya.

Dia adalah putra walikota? Aku bertanya-tanya apakah dia bisa membuktikan itu. Dan ada apa dengan pakaiannya yang lusuh itu? Dia tampak seperti seorang prajurit samurai dalam perjalanan ke medan perang.

“Aku menganggap Yang Mulia, Permaisuri Surgawi berikutnya, dan kalian yang menemaninya dari Siltvelt sudah mulai memahami situasi di Q’Ten Lo,” lanjutnya.

“Ya, aku menduga maksudmu adalah hukum untuk tidak membunuh monster,” jawabku.

“Iya. Itu tidak menghasilkan apa-apa selain kritik dari seluruh Q’Ten Lo, dan itu termasuk dari ayahku. Tetapi ketika aturan tersebut datang dari Kaisar Surgawi sendiri, pemerintah terus menindas rakyat. Namun, salah satu agen akuatik kami mengirimkan pesan dari naga air sebelumnya, memberi tahu kami bahwa ia telah membawa Permaisuri Surgawi berikutnya ke Q’Ten Lo. Aku dikirim untuk menjemput kalian,” pria itu menjelaskan.

Ah, sekarang aku mengerti apa tujuan mereka.

“Apakah ini caranya kau bisa menemukan kami?” Aku bertanya.

Aku menunjuk tali jerami di leher Gaelion dan prajurit samurai itu mengangguk.

“Kami memahami bahwa anda masih memiliki teman lain dari Siltvelt yang ingin anda masukan ke Q’Ten Lo. Saya percaya kami dapat membantu anda melakukannya, tetapi kita harus kembali ke mansion kota untuk membahas strategi lebih lanjut,” katanya.

Hmm, aku tidak bisa menyangkal dia punya informasi yang belum kami terima. Fakta yang dia sebutkan semuanya benar. Tapi selalu ada kemungkinan itu masih bisa menjadi jebakan. Apa yang harus dilakukan?

“Sadeena. Gaelion. Jika situasi menjadi lebih buruk, bisakah kita membakar kota ini dan melarikan diri?” Aku bertanya.

“Kenapa kau menganggap kita harus membakar kota ini?!” Bentak Raphtalia.

“Orang ini jelas memiliki koneksi dengan semacam agen rahasia. Aku hanya mempertimbangkan kemungkinan bahwa ini masih bisa menjadi jebakan,” kataku.

“Astaga!” Sadeena berseru.

“Aku yakin aku bisa membakar kota ini jika itu terjadi. Itukah yang ingin kau lakukan?” Gaelion bertanya.

“Hanya sebagai pilihan terakhir. Aku berharap kita tidak harus melakukannya,” Kataku.

Prajurit samurai mulai bergetar.

“T-tolong berhenti memikirkan hal-hal mengerikan seperti itu! Kita tidak akan pernah pergi kemanapun jika anda tidak percaya padaku!” Dia memohon.

“Ya, ya, baiklah. Tetapi sebaiknya Kau tidak lupa — kami tidak akan berpikir dua kali untuk melakukan hal seperti itu,” jawabku.

“Dimengerti, akan kutanamkan di otak khu!” Dia berseru.

Ada apa dengan cara bicara orang ini? Tentunya perisaiku menerjemahkannya dengan benar. Tapi “Khu”? Dia menggunakan pilihan kata yang aneh.

“Baik. Tapi sebelum itu, lepaskan helmmu dan perlihatkan kami wajahmu,” kataku.

“Sesuai keinginan anda!”

Prajurit samurai melepas helmnya dan menatap kami. Hmm.... Dia adalah sejenis demi-human. rambutnya mengingatkanku pada elang — namun bulunya tidak sampai ke bawah. Dia masih muda, mungkin berusia awal dua puluhan, dan memiliki aura seperti orang Jepang.

Dia tidak bisa kusebut tampan. Dia lebih mirip seperti prajurit. Kurasa kau bisa mengatakan sesuatu tentang wajahnya membuatnya tampak seperti petarung. Agak seperti samurai yang kasar.

“Apakah kau punya ekor? Atau apakah itu bulu ekor?” Aku bertanya.

Aku memutarinya dan menatap punggungnya. Dia dengan cepat menutupi sesuatu dengan tangannya.

“M-maafkan saya!”

Prajurit samurai yang gemetaran menarik tangannya dan memperlihatkan sesuatu yang menyerupai bulu ekor.

“Mengapa kau khawatir tentang hal seperti itu, Tuan Naofumi?” Raphtalia bertanya. 
“Aku hanya ingin tahu seperti apa wujudnya,” jawabku.
“Dia seorang shoon,” kata Sadeena.

Aku berdiri di sana berpikir sambil melihat bulu-bulu ekornya. “Shoon”? Itu terdengar seperti pengucapan lain untuk hayabusa, yang merupakan bahasa Jepang untuk elang. Jadi dia memang elang.

“Jadi jika dia demi-human jenis burung, apakah itu berarti lengannya adalah sayap?” Aku bertanya.

Tentunya dia tidak memiliki sepasang sayap di punggungnya seperti yang dimiliki Filo dalam bentuk manusianya. Aku ingat demi-human shusaku di Siltvelt memiliki lengan dan tangan seperti sayap. Aku yakin dia juga memiliki kaki yang kuat. Tendangan mungkin adalah serangan utamanya saat bertarung.

“Umm, berapa lama kau akan menghabiskan menganalisis karakteristik rasnya?” Raphtalia bertanya.

Aku tersadar bahwa menatap ekor orang ini dan menganalisisnya tidak akan mencapai apa pun. Aku terbatuk sekali.

“Uhh, ya, aku sudah selesai. Ayo pergi,” Kataku.

Kami mengikuti prajurit samurai yang memerah dan ia membawa kami ke mansion kota.

Itu pasti mansionnya. Rasanya seperti Jepang, seperti kediaman samurai besar dengan taman tradisional Jepang. Aku bisa mendengar suara ketukan pelan dari salah satu air mancur Zen— yang memiliki bambu yang diatas batu yang akan berbunyi ketika terisi penuh dengan air. Mendengar suara itu di dunia lain terasa sangat aneh. Bahkan ada taman batu. Tempat ini bahkan terasa lebih Jepang daripada dunia Kizuna.

Kami dibawa ke sebuah kamar dengan lantai tatami. Oh, benar saja, ayah prajurit samurai adalah seorang therianthrope, jadi kurasa ras mereka bisa menggunakan bentuk therianthrope. Aku mencoba menebak berapa umur ayahnya berdasarkan penampilan putranya. Demi-human tumbuh pada kecepatan yang berbeda tergantung pada level mereka, jadi benar-benar tidak ada cara untuk mengetahuinya. Meski begitu, aku bisa tahu dia menua bahkan ketika dia masih dalam bentuk burung, atau therianthrope.

“Selamat datang kembali ke Q’Ten Lo, anak dari pewaris sah Kaisar Surgawi. Haruskah aku memanggilmu Nona Raphtalia?” Pria itu bertanya.

Dia bersujud di hadapan Raphtalia, hampir seolah-olah dia berdoa kepadanya. Dia tampak sangat tidak nyaman.

“Namaku Raluva. Senang berkenalan denganmu,” lanjutnya.

“Aku Naofumi Iwatani. Aku tidak yakin itu penting di sini, tapi diriku adalah Pahlawan Perisai. Kau sepertinya mengenal temanku, Raphtalia. Selanjutnya ini adalah Sadeena. Dia seperti kakak perempuannya. Naga itu adalah Gaelion,” kataku, memperkenalkan semua orang.

Raluva mendekati Raphtalia dan ragu-ragu mencoba mengintip wajahnya dari balik tudung yang menutupinya.

“Maukah kau menunjukkan wajahmu?” Dia bertanya dengan berbisik. 
“Uh, umm”

Raphtalia melirikku. Aku menghela nafas dan mengangguk. Dia membuka tudungnya dan menunjukkan kepada Raluva wajah dan ekornya. Dia tersentak dan menundukkan kepalanya.

Sadeena mengangguk ketika dia mendengar nama Raluva.

“Aku tahu siapa dirimu. Kau dekat dengan ayah Raphtalia kecil dan membantunya melarikan diri,” tiba-tiba dia berbicara.

“Kau pastilah mantan pendeta miko naga air. Apakah kau tidak ingat melihatku?” Dia bertanya.

“Aku ingat bertemu denganmu tepat sebelum kita meninggalkan negara itu,” katanya.

Tatapan mata Raluva bertemu dengan Sadeena dan mengangguk. Dia pasti awalnya salah satu pengikut ayah Raphtalia.

“Jadi mari kita langsung ke intinya. Apa tujuanmu?” Aku bertanya. Raluva mengangkat kepalanya dan menatapku.

“Apakah Kau bertanya apa yang kami inginkan dari kalian semua? Tak usah dikatakan lagi. Kami ingin Nona Raphtalia mengambil jabatan Permaisuri Surgawi sejati Q’Ten Lo. Tanggung jawab tahta jelas terlalu besar bagi keluarga cabang untuk menanggungnya. Hukum yang tidak masuk akal ini menyebabkan rakyat kita sangat menderita,” jawabnya.

Hmm, dari caranya berterus terang, tujuan kami sepertinya sama.

“Keluargaku dan orang-orang di Q’Ten Lo siap memberikan bantuan yang dibutuhkan untuk mewujudkannya,” lanjutnya.

“Namun apakah kau sudah mengetahui situasi kita?” Aku bertanya.

Raluva menggelengkan kepalanya. Ah, jadi dia hanya mendapat perintah dari naga air untuk menjelaskan bahwa mereka bersedia melakukan apa yang kita minta.

“Mari kita mulai dengan menjelaskan semuanya. Jadi Kau tidak tahu mengapa kami datang ke sini, kan?” Aku melanjutkan.

Dia mungkin hanya berasumsi bahwa Raphtalia — anak yatim piatu dari pria yang pernah dikenalnya — menyesali keadaan negaranya saat ini dan itulah sebabnya dia kembali. Jika kami tidak menjelaskan situasi kami, mereka mungkin mencoba untuk menempatkan Raphtalia di atas takhta. Kemudian mereka mungkin akan melanjutkan kebijakan isolasi mereka, bahkan setelah kami berhasil menggulingkan aturan saat ini.

Negosiasi telah dimulai. Aku harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa seseorang yang sekarang menjadi sekutu masih bisa menjadi musuh setelah kami memenangkan pertarungan.

“Kau mungkin tidak tahu ini, karena negara ini terputus dari dunia luar, tetapi dunia luar sedang menghadapi beberapa masalah rumit sekarang,” kataku.

“Aku tahu banyak. Bagaimanapun juga, kota ini berdagang dengan Siltvelt dan diriku adalah walikota,” jawabnya.

Kukira itu berarti dia juga tahu tentang gelombang.

“Aku juga tahu bahwa kaulah yang dikenal sebagai Pahlawan Perisai di luar Q’Ten Lo,” lanjutnya.

“Yah, itu seharusnya membuat semuanya lebih mudah. Kami datang ke negara ini untuk mengalahkan orang-orang yang mengejar Raphtalia. Kami berniat pergi begitu kami selesai melakukannya,” kataku.

Raluva dan teman-temannya mungkin tidak ingin mendengarnya. Tetapi memberitahunya secara langsung kepadanya dan mempertaruhkan jalannya negosiasi sekarang akan lebih baik daripada melakukannya diakhir. Sebenarnya, menyerahkannya di tangan seseorang yang mereka sukai setelah kami menyelesaikan masalah kami juga merupakan pilihan.

“Kami sadar akan hal itu. Memang, Kaisar atau Permaisuri Surgawi ada untuk orang- orang dan untuk dunia. Pemerintahan boneka busuk yang kita miliki saat ini membuat banyak kebodohan. Sekarang, lebih dari sebelumnya, aku mengerti mengapa ayah Nona Raphtalia merasa seperti itu,” jawab Raluva.

Oh? aku menyukai suara jawaban itu. Aku tidak tahu apa niatnya yang sebenarnya, tetapi seharusnya mudah untuk memanfaatkannya.

“Penghalang di sekitar negara ini adalah pintu yang membatasi kami dengan dunia luar. Kami ingin membuang pejabat pemerintah yang baru-baru ini mengambil kendali atas penghalang itu,” lanjutnya.

Para pejabat tampaknya telah menggunakan otoritas mereka untuk mengacaukan penghalang yang menghalangi masuknya kapal Siltvelt. Raluva tidak menyukai para pejabat itu, jadi dia mengusulkan Raphtalia memimpin revolusi. Itu berarti bahwa ketidakpuasan di antara warga, dan walikota yang mewakili mereka, telah tumbuh tak tertahankan dan siap meledak kapan saja.

“Tuan. Naofumi, kau tersenyum,” Kata Raphtalia.

“Lihat Raphtalia, pakaian miko-mu sudah siap!” Aku berseru. 
“Kenapa kau begitu bersemangat?!”

Aku meminta mereka untuk menyiapkan pakaian miko untuk Raphtalia, dan putra Raluva baru saja membawa pakaiannya.

“Pakaian miko ini dirancang agar menyerupai yang dikatakan telah diserahkan kepada Kaisar Surgawi oleh naga air di zaman kuno. Aku harap ini sesuai dengan seleramu,” kata Raluva.

Aku membuka pakaiannya dan memeriksanya. Warnanya agak berbeda, tapi itu masih pakaian miko.

Pakaian Miko Naga Air

Resistansi guncangan (kecil), resistansi tusukan (kecil), resistansi air (medium), dive time up, magic defense processing, menangkis

Statistik itu tidak sebagus Pakaian Macan Putih dari dunia Kizuna, tapi itu masih merupakan peralatan yang sangat bagus, meskipun itu tidak memberikan banyak pertahanan. Mungkin asumsinya adalah bahwa pengguna tidak akan terkena serangan.

“Ayo, Raphtalia,” kataku.

Pakailah! Aku berpikir seperti itu ketika diriku menyerahkan pakaian itu padanya. 

“Kenapa aku merasa seperti ditipu untuk melakukan sesuatu?” Jawabnya. 
“Kau tahu ini satu-satunya jalan, kan?” Aku memberitahunya.
“Baik…. Ya, aku rasa begitu.”

“Ayo, Raphtalia kecil. Aku akan membantumu memakainya,” Kata Sadeena.

Raphtalia pergi bersama Sadeena untuk berganti pakaian di ruangan lain.

“Bagaimanapun juga, jika kau mengatakan ingin memulai revolusi, maka kau harus siap untuk meletakkan uangmu!” Aku memberi tahu Raluva.

“Tentu saja! Kami tidak akan ragu melakukannya!” Dia membalas.

Sekelompok prajurit yang tampak galak, siap untuk bertempur, memasuki ruangan. Dia pasti telah menginstruksikan mereka untuk berkumpul di mansion sebelumnya. Sungguh bodoh untuk tidak memanfaatkan ini! Aku yakin mereka juga memiliki tujuan lain, tetapi tujuan kami masih selaras. Jika mereka mencoba membuat masalah di kemudian hari, kami bisa menanganinya ketika saatnya tiba.

“Baik! Dengarkan, kalian semua! Aku akan memerintah kalian atas nama Raphtalia! Kita akan melepaskan tinju besi miliki pemerintah kalian yang menindas ini! Jika kalian siap melakukannya, bergabunglah denganku!” Aku berorasi.

Orang-orang itu berteriak setuju. Aku yakin segalanya mulai berjalan sesuai keinginan kami sekarang.

“Kita akan mulai dengan membawa bala bantuan ke kota dari Siltvelt. Setelah itu, kita maju dengan kecepatan penuh!” Aku melanjutkan.

Orang-orang itu berteriak lagi. Mereka ingin pergi berperang. Gaelion naik ke pundakku.

“Mereka benar-benar mengambil umpan,” katanya. 
“Tentu,” jawabku.

Hal semacam ini sangat berhubungan erat dengan momentum. Para pemimpin negara itu dengan bodoh berasumsi bahwa Raphtalia berniat untuk menguasai Q’Ten Lo hanya karena dia memakai pakaian miko. Mereka menempelkan hidung mereka di tempat yang bukan milik mereka, dan mereka melakukannya pada saat Kaisar Surgawi mereka saat ini sudah kehilangan kredibilitas karena tindakan bodohnya sendiri. Mereka menyegel nasib mereka sendiri. Jika mereka sangat ingin kita mengambil kekuasaan, maka kita akan melakukannya. Aku akan menunjukkan kepada mereka bahwa kebodohan mereka sendiri yang menyebabkan kejatuhan mereka.


Didorong oleh tekadku, aku sudah menyusun strategi ketika Raphtalia dan Sadeena kembali.

“Kami kembali,” kata Raphtalia.

Aku melihat pakaian miko-nya dan mengangguk beberapa kali. Sial, itu terlihat bagus untuknya.

“Kau benar-benar terlihat bagus dalam pakaian miko, Raphtalia kecil. Kurasa itu masuk akal bahwa kau selalu meminta dia mengenakannya,” kata Sadeena.

“Meski begitu, aku masih berpikir Tuan Naofumi terlalu menyukai pakaian miko,” jawab Raphtalia.

Dia hanya mencoba mengeluh. Ketika para lelaki yang berkumpul melihat Raphtalia, mulut mereka ternganga, kemudian mereka jatuh bersujud ke lantai di hadapannya. Hah? Apa yang mereka pikirkan?

“Yang Mulia!”

“Kami akan memenuhi perintahmu!”

“Sekarang aku yakin kita melakukan apa yang benar untuk Q’Ten Lo!” 
“Mempertaruhkan hidup kita adalah keputusan yang tepat! Iya!”
“Sebagai prajurit, tugas kita untuk berjuang sampai akhir untuk Yang Mulia, Raphtalia, Permaisuri Surgawi!”

Segalanya mulai tidak terkendali sekarang!

“Kurasa sekarang giliranmu yang akan menjadi pusat perhatian, Raphtalia. Pastikan untuk memberi jatah uang Filo dan Atla,” kataku.

Filo sebenarnya cukup populer di kedai minuman. Aku tidak keberatan melihat Raphtalia memikat perhatian setiap saat.

“Aku tidak ingin meminta uang orang lain! Aku tahu diriku harus melakukan ini, tetapi mengapa semua orang harus tunduk ketika diriku berpakaian seperti ini ?!” Seru Raphtalia.

Aku memutuskan untuk mengabaikan keluhannya.

“Ayo, Raphtalia, orang-orang ini menunggu perintahmu! Mereka dengan senang hati akan melompat ke rahang kematian untuk dirimu!” Aku berteriak.

“Tidak terima kasih! Aku tidak ingin memikul tanggung jawab itu,” jawabnya.

“Prajurit Q’Ten Lo, mari kita jatuhkan pemerintahan busuk ini! Atas nama tuhan! Untuk semua rakyat!” Aku berteriak.

Kupikir aku akan sedikit menambahkannya. Inilah yang kurasakan ketika di Siltvelt. Aku benar-benar bisa bersimpati dengan Raphtalia, tetapi aku merasa ingin meniru Atla saat ini.

“Rakyat yang membanggakan dari Q’Ten Lo! Jika Kalian benar-benar percaya pada Permaisuri Surgawi, maka sekaranglah saatnya untuk membuktikan kesetiaan Kalian!” Aku melanjutkan.

Mereka melolong serentak.

“Tuan. Naofumi! Berhentilah bertingkah seperti Atla! Semuanya, jangan biarkan kata- kata Tuan Naofumi—“

Sebelum Raphtalia bisa menyelesaikan kalimatnya, kelompok prajurit yang benar- benar bersemangat bangkit berdiri dan bergegas keluar dari ruangan. Raphtalia memegangi kepalanya dan memandangnya dengan tak percaya.

“Jangan khawatir, aku akan memastikan tidak ada yang terbunuh. Aku ingin dirimu berhati-hati juga, Raphtalia. Pertempuran baru saja dimulai,” kataku.

“Sekarang aku benar-benar mulai bersemangat!” Sadeena berseru. Dia terdengar seperti suku penghasut perang atau semacamnya. 

“Kwaaa!”

Gaelion juga bersemangat. Sekarang jika dia atau Sadeena bisa mengakses sakura lumina di mercusuar, kita bisa menonaktifkan penghalang yang mencegah kapal Siltvelt masuk. Kami harus mencobanya.

“Dimengerti. Jika hambatan tidak dapat dihindari, maka kita harus menghancurkannya,” Kata Raphtalia.

Dia menghela nafas dan mengikutiku keluar.

“Selain itu, aku tidak keberatan belajar lebih banyak tentang ayahku,” tambahnya.

“Aku yakin dirimu akan mendapatkan banyak peluang untuk melakukan itu. Mari kita lakukan yang terbaik untuk menjaga kerugian kita seminimal mungkin sambil memaksimalkan kerusakan di pihak mereka,” Jawabku.

Jika kita menerobos masuk dengan orang sebanyak ini, kita seharusnya dapat mengalahkan mereka, bahkan jika para pejuang ini tidak seberani itu.

“Aku jauh lebih kuat daripada sebelum aku meninggalkan negara ini juga. Diriku seharusnya bisa memainkan peran sebagai pasukan kecil,” kata Sadeena.

Dia memutar harpoonnya dengan riang. 

“Aku mengandalkanmu,” jawabku.

Kisah awalnya masih merupakan suatu misteri besar, tetapi dia cukup kuat sehingga dia mampu melawan setiap penyerang yang kita hadapi sejauh ini. Ada banyak yang tidak kita ketahui tentang peralatan musuh juga. Tetapi mengkhawatirkan hal itu sepanjang hari tidak akan membawa kita ke mana pun. Kami hanya perlu mengumpulkan dukungan apa yang kami bisa dan menggulingkan pemerintah! Sama seperti ketika aku pada dasarnya menaklukkan Melromarc!

“Heh! Berada disampingmu benar-benar tidak pernah membosankan,” gumam
Gaelion.

Ekspresi kegembiraan di matanya benar-benar mengarah kepadaku.


Note:
Chapter sebelumnya mimin tambahin ilustrasi berwarna baru buat yang penasaran gimana penampilan raphtalia pakai baju miko.





TL: Isekai-Chan
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar