Kamis, 27 Agustus 2020

Realist Maou ni yoru Seiiki naki Isekai Kaihaku Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 31. Kebajikan Pria Hebat

Chapter 31. Kebajikan Pria Hebat


Tempatku bertelportasi adalah kuil Dwarf yang berada dibawah tanah. Bola kristal itu pasti telah diatur untuk mengirimku ke lokasi ini. Eve terkejut melihatku datang tiba-tiba, tetapi setelah melihat wajahku, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam sebagai tanda hormat.

Air mataku sudah mengering, dan ekspresiku seharusnya tetap sama seperti biasanya, namun entah bagaimana dia bisa merasakannya. Aku tidak ingin dia tahu bahwa Raja Iblis menangis, tapi mungkin dia satu-satunya orang yang bisa kutunjukkan wajah sedihku.

Pikiran tersebut memasuki kepalaku, tapi aku tidak menangis di dadanya. Sebaliknya, aku harus segera bertindak. Gottlieb telah memberiku tanggung jawab atas para Dwarf. Jadi sekarang tergantung padaku untuk bagaimana memimpin mereka.

Aku memberi tahu mereka bahwa Sharltar telah meninggal dan kita harus mendiskusikan bagaimana masa depan mereka. Dan aku juga sudah memberi tahu mereka bahwa Gottlieb telah meninggal.

Pada awalnya, sangat sulit untuk menjelaskannya kepada mereka. Dia sangat dicintai oleh rakyatnya. Aku takut bagaimana reaksi mereka, tetapi itu adalah ketakutan yang tidak berdasar. Tampaknya Gottlieb telah memberi tahu mereka tekadnya.

“Aku mungkin akan mati dalam pertempuran ini, dan saat itu terjadi, kau harus mengandalkan Raja Iblis Ashtaroth. Dia akan mampu memimpin ras kita menuju kemakmuran.”

Begitulah pesan yang dia tinggalkan untuk mereka.

Dia adalah pemimpin mereka, jadi aku tidak perlu membujuk mereka. Dia telah mati berperang dengan gagah berani. Dia telah menyerahkan tanggung jawabnya kepadaku. Aku akan menepati janjiku padanya.

Hanya itu yang kuberitahukan pada mereka sebelum mereka bersiap untuk kembali ke kastilku. Para Dwarf menurutiku dengan patuh. Pengaruh Gottlieb tetap ada bahkan setelah dia mati.

Saat aku memikirkan ini, Jeanne dan yang lainnya telah kembali. Mereka telah berjalan melalui terowongan sampai ke sini. Di sinilah mereka pertama kali mendengar berita kematian kepala suku mereka, tetapi mereka tidak menangis.

Rupanya, Dwarf hanya meneteskan air mata ketika ibu mereka meninggal. Ada beberapa yang tampak berlinang air mata, tapi mereka menahannya sampai akhir.

Mereka juga akan mematuhiku, sama seperti warga lainnya. Salah satu dari mereka mendatangi dan memberiku sesuatu.

Itu adalah janggut Gottlieb.

Janggut itu besar dan putih. Sepotong janggutnya yang telah dipotong dengan gunting. Gottlieb telah memintanya untuk memberikan ini padaku. Aku rasa ini adalah kenang-kenangan darinya.

Mereka memberi tahuku bahwa para Dwarf memberikan kenang-kenangan seperti itu kepada teman atau rekan mereka. Aku tidak tahu harus berpikir seperti apa. Tetapi aku tidak boleh menjadi emosional.

Kami mungkin telah mengalahkan Sharltar, tetapi kemungkinan ada lebih banyak tentara yang tersisa. Mungkin Raja Iblis Eligos akan mengirim pasukan utamanya. Mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan ini, kami tidak bisa terus menunggu.

Aku mendesak penduduk desa agar kita bisa meninggalkan kota ini secepat mungkin. – Untungnya, musuh tidak menyerang lagi.

Sepertinya rencana kami telah memusnahkan sebagian besar pasukan Sharltar. Dan untuk para prajurit yang selamat, dikarenakan komandan mereka sudah mati, mereka jadi tidak punya alasan untuk tetap tinggal.

Mereka mundur. Para Dwarf ingin kembali ke desa mereka yang berada dipermukaan untuk mengambil barang-barang mereka, tetapi aku menolaknya.

'Bukankah itu sedikit kasar?' Kata Eve ragu-ragu, tapi ada alasan mengapa aku tidak bisa membiarkan mereka kembali ke desa mereka.

Desa itu pernah dikuasai oleh sang Necromancer, Sharltar, dan telah digunakan untuk eksperimen Necromancy. Banyak Dwarf yang disiksa dan dibunuh di sana.

Aku tidak bisa membiarkan mereka menyaksikan pemandangan seperti itu.

Saat aku mengatakan ini, Eve memberitahuku,

“Astaroth-sama, ternyata kasih sayang anda lebih dalam dari pada lautan yang luas.”

Jeanne tersenyum dan berkata,

“Astaroth-sama adalah hakim yang baik.”

Namun, ada kemungkinan masih ada yang selamat di sana. Jadi aku harus melakukan sesuatu. Dan rasa haus akan pertempuran Jeanne sepertinya belum terpuaskan. Jadi aku menjelaskan situasinya kepada beberapa Dwarf yang terlihat berani, dan mengirim mereka untuk mengintai tempat itu.

Ajaibnya, masih ada lusinan Dwarf yang belum meninggal di desa.

Beberapa dari mereka mengalami luka karena disiksa, tetapi kenyataan bahwa mereka masih hidup adalah sebuah keajaiban. Mereka adalah secercah harapan dalam tragedi ini.

Kami menawarkan perlindungan kepada mereka dan membawa mereka kembali ke kastil. Orang-orang yang mengalami luka berat dirawat oleh Jeanne dan aku sendiri.

Mereka harus segera menemui dokter ketika kami kembali, tetapi setidaknya sihir penyembuhan bisa menurunkan risiko kematian dan mempercepat pemulihan. Jeanne dan aku yang menggunakan sihir, dan aku baru sadar bahwa aku tidak bertanya padanya tentang itu sebelumnya.

“… Jadi, Jeanne. Kau bisa menggunakan sihir juga?”

“Selama itu Sihir Suci milik Tuhan.”

Dia menjawab seolah-olah itu adalah hal yang paling jelas.

Jeanne d'Arc yang pernah kudengar dari dunia lain itu tidak menggunakan sihir sungguhan. Tapi mungkin pahlawan yang dipanggil ke dunia lain diberi kekuatan khusus.

Entah itu kekuatan khusus yang dia terima atau dia mempelajarinya setelah datang ke sini. Aku bertanya padanya tentang itu karena penasaran, tapi dia meletakkan jari ke bibir kecilnya dan berkata,

"Ini rahasia."

Tidak banyak yang bisa dilakukan jika seperti ini, tapi aku masih ingin tahu. Tapi dia tidak mau mengatakannya.

“Astaroth-sama, wanita yang baik memiliki banyak rahasia. Jika kau ingin mengetahuinya, berikan aku cincin sebagai hadiah. Karena tidak ada rahasia antara Suami dan Istri.”
<TLN: Okay, hold up… Can I call the police now ?>

Mengirimkan cincin kepada seseorang untuk mempelajari suatu rahasia akan menjadi hal yang mudah. Namun, dia menyarankan untuk menikah. Aku tidak berniat melakukan itu, jadi aku menolak lamaran itu dengan cepat. Tapi aku juga berterima kasih padanya.

"Terima kasih, Jeanne."

Karena sepertinya aku mengatakan itu secara tiba-tiba, dia tampak terkejut.

“Hanya saja, senyumanmu selalu menguatkanku. Dan kau telah melakukannya dengan baik sejak kau mulai bekerja untukku. Bepergian ke Desa para Dwarf kemudian bertarung. Selalu di garis depan dan menjadi pedang sekaligus perisai bagiku. Itulah kenapa aku ingin berterimakasih padamu.”

Aku sedikit membungkuk dan dia tersenyum.

“Kau tidak perlu bertindak seperti itu. Aku ada untuk melayanimu, Astaroth-sama. Tuhanlah yang memerintahkanku untuk menjadi pedang dan perisaimu.”

"Aku mengerti. Kalau begitu mungkin aku harus berterima kasih kepada Tuhan.”

"Iya."

Tetapi kemudian dia melanjutkan.

"Tapi sedikit aneh bagiku untuk melihat seorang Raja Iblis berdoa kepada Tuhan."

Dia mengatakan apa yang kupikirkan.

“Ya, itu benar.”

Aku dan Jeanne pun kemudian tertawa.

Dia adalah seorang gadis yang meninggal terlalu dini. Nyaris setengah hidupnya dihabiskan dimedan perang dan diakhir hidupnya dia dikhianati dan dibunuh. Karena itulah ada bayangan kesedihan di matanya. Tapi ketika dia tertawa, dia seperti menjadi gadis lain.

–Tidak, itu tidak sopan.

Aku ragu ada banyak gadis lain yang memiliki kecantikan seperti dirinya. Mungkin fakta bahwa Pahlawan yang begitu berbakat telah datang untuk bekerja padaku adalah alasan yang lebih dari cukup untuk berterima kasih kepada Tuhan.

Jadi malam itu, sebelum tidur, aku bersyukur kepada Tuhan untuk pertama kalinya. Walaupun aku seorang realis, bukan berarti aku tidak percaya sama sekali pada tuhan.

Aku tidak percaya pada materialisme. Aku masih ingin memiliki kemurahan hati untuk dapat setidaknya bersyukur kepada Tuhan ketika sesuatu yang baik terjadi. Aku telah bertemu dengan teman yang baik. Aku berdoa untuk mereka dan pahlawan, Gottlieb, agar dapat beristirahat dengan tenang di kehidupan selanjutnya, kemudian akupun tertidur.


Note: 
Jangan lupa klo ada kesalahan penerjemahan komen di bawah atau PM langsung ke FP Isekaichan (ane ngecek semua chapter tiap hari minggu dan kalau senggang)


PREVIOUS CHAPTER       TOC        NEXT CHAPTER


TL: Tasha Godspell
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar