Chapter 146. Beastmen
"Ah, Naofumi-sama"
Aku berhenti didepan Tenda Pedagang Budak, dan Raphtalia langsung menyambutku.
“Oh, Oh. Bukankah itu Hero Perisai-sama?"
"Kau. Aku mendapat masalah karena kau membantu budak membuat segel itu. Itu sangat merepotkan."
"Hmm, apa yang kau bicarakan?"
Pedagang Budak mulai tertawa.
Jika aku memperbesar masalahnya, mungkin akan mulai menjadi merepotkan. Jadi lebih baik untuk melupakannya saja.
"Aku sudah memiliki cukup banyak telur monster. Jadi aku ingin membatalkan pesanan monster."
"Aku sudah menduga hal tersebut, Tuan ingin membatalkan pesanannya. Ya"
"Kau..."
Tenang.... Tenang... Jangan terbawa arusnya.
"Apakah Tuan ingin telur Filolial? Aku rasa diantara kumpulan telur tersebut tidak ada telur Filolial."
"Jadi kau sudah memeriksanya, beritahu aku!"
Aku sudah mulai emosi!
Aku benci jika terus dipermainkan olehnya.
"Kurasa akan lebih menyenangkan jika Tuan dapat mengetahuinya sendiri, ketika telur tersebut sudah menetas. Ya."
Sial, kepalaku mulai sakit.
Setiap kali aku bertemu dengannya pasti akan melelahkan.
Ini mulai menyebalkan, jadi tanpa banyak bicara. Aku langsung pergi dari tokonya.
"Jadi, apa kau menemukan budak yang berasal dari desa itu?"
"Mengenai itu..."
Ekspresi wajah Raphtalia menjadi suram. Hasilnya tidak begitu bagus.
"Maafkan kami, kami masih belum menemukannya."
"Begitu..."
"Aku bahkan sudah menggunakan nama Hero Perisai-sama, tapi masih saja belum mendapatkan budak-budak tersebut. Kurasa kita tidak dapat menemukannya lagi di Melromarc."
"Hmm...."
Meskipun kami telah menemukan cukup banyak anak-anak. Kurasa hanya ada sedikit yang selamat dari serangan gelombang pertama.
Saat ini aku telah mendapatkan 15 orang... apa masih ada lagi?
"Mungkin akan lebih baik jika Tuan mulai memperluas wilayah pencariannya. Ya."
"Kau bisa melakukannya?"
"Jika Hero Perisai-sama yang memintanya. Aku akan melakukannya dengan senang hati."
Ini terlihat mencurigakan. Pedagang Budak menyodorkan tangannya. Seakan-akan memberi isyarat bahwa aku harus membayar lebih.
"Bagaimana dengan budak lain... Apa kau memiliki Demi-Human yang terampil atau pintar?”
Memiliki seseorang yang terampil dalam peracikan, konstruksi, atau pandai besi akan sangat membantu dalam pembangunan desa.
Akulah satu-satunya yang dapat membuat obat-obatan tingkat tinggi.
Ada beberapa budak yang tertarik, jadi aku ajari caranya, tapi jumlah mereka sedikit.
"Sepertinya gadis-rakun disebelahmu cukup terampil."
Aku melihat kearah Raphtalia.
Aku baru menyadarinya, bahwa aku tidak pernah mengajari apapun pada Raphtalia... aku sering memerintahnya untuk adalah menjahit kulit monster.
Ya, dia terlihat ceroboh dalam segala hal selain bertarung.
"Pasti kau sedang memikirkan hal tidak sopan lagi?"
"Tidak juga..."
"Hmm... Ras Lumo sepertinya cukup terampil dalam membuat suatu kerajinan. Mereka juga cukup penurut."
"Hmm..."
"Aku rasa, Tuan belum pernah melihat mereka. Ya."
"Apakah mereka langka?"
"Mereka tidak langka di negara lain, mereka berasal dari ras Beastmen, hanya ada sedikit di Melromarc. Ya"
Jadi begitu...
Apakah mereka lebih mirip binatang jika dibandingkan dengan Demi-Human? Jika aku mengingatnya, Demi-Human yang pernah kulihat lebih mirip manusia.
"Apakah kau memilikinya?"
"Iya, Ini adalah hari keberuntunganmu, Tuan. Aku memilikinya."
"Mari kita lihat."
Pedagang Budak membawa kami masuk lebih dalam.
"Ini dia."
Aku melihat kedalam kandang yang ditunjuknya.
Ada seorang anak kecil yang sedang ketakutan sambil bersembunyi dibalik selimut.
Disini sangat gelap, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.
"Hmm..."
"Tolong dibuka."
Saat Pedagang Budak memberikan perintah itu, asistennya memasuki kandang lalu melepaskan selimut yang dikenakan oleh budak tersebut.
"He-Hentikan!"
"Oh....."
Aku memperhatikan penampilan anak Lumo tersebut.
Secara singkatnya, dia terlihat seperti tikus tanah. Dia terlihat seperti Manusia-Serigala, tapi dia itu Manusia-Tikus Tanah.
Sepertinya, Lumo adalah ras dari Manusia-Tikus Tanah.
Tubuhnya sangat pendek. Tingginya hanya setinggi pinggangku. Apakah karena dia masih kecil?
"Mata Lumo sangat lemah terhadap cahaya, namun penglihatan mereka saat malam hari sangat hebat. Tuan mungkin dapat menggunakannya untuk berjaga saat malam hari."
"Ahh..."
Anak Lumo tersebut meringkuk di sudut kandang, tubuhnya gemetar.
Raphtalia melihatnya dengan ekspresi khawatir.
"Raphtalia."
"Iya?"
"Aku melakukan ini bukan karena baik hati."
"I-Iya, aku tahu."
Meskipun begitu, mereka sangat terampil dalam kerajinan tangan...
Namun...
"Hei, kenapa banyak sekali orang dari negara ini yang senang menyiksa budak?"
Banyak dari budak Demi-Human yang memiliki luka cambuk di sekujur tubuh mereka.
"Ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari, karena negara ini pada zaman dahulu pernah berperang dengan negara Demi-Human. Ya."
"Jadi para bangsawan yang ikut bertarung dalam peperangan itu masih memiliki rasa dendam kepada semua Demi-Human?"
"Ya, itulah yang terjadi. Akibat perang itu, banyak anggota keluarga dari kedua belah pihak hilang, bahkan ada rencana untuk menculik dan menjadi mereka budak. Ya. Lalu kami mendapatkan budak dari mereka dengan harga tinggi, ketika mereka sudah bosan.”
Kegelapan negeri ini sangat pekat.
Aku penasaran dengan apa yang dipikirkan para bangsawan setelah melihat aku membuat desa Demi-Human, pasti mereka sangat ingin menghajarku.
"Meskipun perbudakan di negeri ini adalah hal yang legal, tapi memperlakukan budak dengan buruk akan dihukum. Ya."
"Jadi itu tindakan ilegal... tapi, kau berusaha menjualnya secara legal."
Tenda Pedagang Budak ini sangat tersembunyi dalam sudut kota.
"Jangan khawatir. Bisnisku ini legal. Ya."
Legal...
Pedagang Budak dengan bangga mengatakannya, tapi menurutku itu hanyalah omong kosong.
Jika bisnismu legal, lalu kenapa kau menjual budak-budak yang sudah disiksa...
"Yaa... terserah kau saja."
Aku melihat luka yang ada punggung anak Lumo ini.
Sepertinya, lukanya cukup dalam...
“Zweit Heal.”
Aku menggunakan mantra penyembuhan, dan lukanya perlahan membaik.
Tapi, lukanya masih cukup parah. Aku tidak bisa langsung menyembuhkannya.
"Eh?"
"Hei, kau. Kudengar kau cukup terampil."
"...Aku tidak tahu."
Budak Lemo memalingkan wajah saat menjawab.
Itu adalah jawaban yang bagus, dari pada kau bilang bisa. Padahal tidak bisa.
"Jika aku mengajarimu, maukah kau melakukannya?"
"...Jika kau memerintahkan, aku akan melakukannya. Aku mohon... jangan pukul aku..."
Suara Lumo mulai surau seperti ingin menangis. Dia mulai meringkuk lagi.
Mungkin itu yang sering terjadi pada budak.
“Aku tidak punya hobi melakukan itu. Jika kau mau dipukul, minta saja ke orang lain.”
“Ha....?”
“Baiklah. Kumpulkan budak seperti dia. Uangnya akan aku bayar dimuka.”
“Aku terima pesananmu, Tuan. Ya.”
“Apa masih ada budak lain?”
“Karena Hero Perisai-sama sering berkunjung kemari, saat ini kami mulai kehabisan produk.”
Oh. Karena budak yang aku beli berasal darinya, jadi banyak orang yang menginginkan budak bagus yang sama seperti milikku.
Benar juga, kandang bagian atas terlihat kosong.
"Fufu..."
Raphtalia melihatku dan tertawa kecil. Ada apa dengannya?
"Apa budaknya mau langsung diberi segel budak?"
"Ya."
Kemudian, kita memasangkan segel budak kepada anak Lumo itu. Setelah itu aku sudah tidak ada perlu lagi di tempatnya.
"Ah, aku baru mengingat sesuatu. Hero Perisai-sama."
"Apa? Aku tidak akan memasak untukmu."
"Sayang sekali, tapi bukan itu yang ingin aku bicarakan."
"Apa?"
"Baru-baru ini, ada berita tentang kedatangan Alkemis yang suka bereksperimen dengan monster. Berhati-hatilah."
Ratu juga membicarakan hal yang sama. Apakah dia sangat berbahaya?
"Terutama karena pertumbuhan monster Hero Perisai-sama sangat tidak normal. Cepat atau lambat dia pasti akan mendatangimu."
"Iya, aku mengerti"
Aku tidak terlalu memikirkannya, kemudian aku keluar dari Tenda Pedagang Budak.
"Te-Terang sekali..."
Budak Lumo mengikutiku dari belakang sambil menutupi matanya dengan tangan.
Oh iya. Mereka sangat lemah terhadap cahaya.
Raphtalia menggunakan sihir untuk mengurangi cahaya di sekitarnya.
"Apa sekarang kau sudah baikkan?"
"Ah... Iya."
Mantra sihir yang dikuasai oleh Raphtalia adalah Cahaya dan Kegelapan, dia juga dapat memanipulasi orang dengan membuat ilusi.
Setelah Kenaikan Kelas dia dapat menggunakan lebih banyak sihir, tapi spesialisasinya tetaplah mantra ilusi.
Beastmen tipe tikus tanah.
Mungkin kita harus memberikannya Sunglasses.
Dilingkungan seperti apa dia biasa tinggal?
Sunglasses....
Saat kami sedang berjalan dikota, aku melihat penjual kacamata.
"Hei."
"Ada yang bisa kubantu?"
Aku memanggil penjual kacamata itu.
"Apa kau punya satu kacamata dengan lensa yang gelap?"
"Kami punya beberapa jenis."
Penjual mengeluarkan beberapa sampel dan meletakkannya diatas meja.
Lensanya berwarna hitam... Apa bahan dasarnya? Ini tidak terlihat seperti kaca... apa ini adalah bagian dari monster atau bahan lain?
Sepertinya ini dibuat dari bulu serangga.... bernama Black Fly Wing. Aku belum mendapat bahan dari monster itu. Aku penasaran, dimana monster itu tinggal.
Mungkin monster itu tidak tinggal di sembarang tempat. Bisa saja ia tinggal di gua, atau diatas gunung, pastinya tempat yang sulit dijangkau dengan kereta.
"...Itu harganya 80 keping perunggu."
Strategi bisnis klasik, jika ada pelanggan yang tertarik. Maka, naikkan lah harganya.
"Hmm... Kalau begitu, aku akan membelinya nanti."
Aku mengembalikan kacamata tersebut, lalu menuju toko jual beli material monster.
Pemilik toko jual beli monster itu pasti masih ingat denganku.
Bagaimanapun juga, aku sedang menggunakan jubah jadi dia tidak mengenaliku dan tetap menjalankan tokonya seperti biasa.
"Apa kau memiliki sayap Black Fly Wing?"
"Apa?"
Setelah mendengar suaraku, Pemilik toko jual beli tersebut sedikit kaget.
Mungkin dia telah mengetahui identitasku yang sebenarnya. Dia tersenyum sinis.
"Ah, sudah lama sekali ya. Kejadian Balloon itu."
"A-Aku tidak akan memperlakukanmu seperti itu lagi!"
"Lupakan saja itu, jadi bulu itu ada tidak?"
"Ada. Ada didalam, tolong berhentilah mengancamku."
"Itu bergantung dari perlakuanmu."
Pedagang tersebut mengeluarkan pesananku, dengan ekspresi penuh ketakutan.
Bulu Black Fly Wing.
Kualitas, Buruk.
"Kualitasnya rendah, bagaimana aku beli dengan harga 10 keping perunggu?"
"....Iya. Akan aku siapkan."
"Sebagai balasan kebaikanmu, aku akan memberikanmu sesuatu. Raphtalia, bawa budak itu sedikit menjauh sampai belokan sana."
"Baiklah."
"Eh? EH!?"
Raphtalia menggandeng tangan budak Lumo, dan membawanya menjauh.
"EH!?"
Pemilik toko jual beli itu mulai meninggikan suaranya.
Aku melepas jubahku, dan berteriak dengan keras.
"Terima kasih! Kau sangat membantu ketika membeli barang yang aku bawa. Mulai saat ini aku akan menjadi pelanggan tetapmu."
Aku berteriak dengan keras.
Setelah itu, orang yang lewat mulai berhenti dan menyadari keberadaanku.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi."
"Tu-Tunggu!"
Saat aku mulai menjauh, orang-orang mulai mendatangi toko tersebut.
"Hero Perisai-sama mengatakan akan menjadi pelanggan tetapmu!"
"Jika material yang dijual berasal dari orang itu, pasti material tersebut membawa banyak keberuntungan! Tolong jual barangnya padaku."
"U-Um..."
Pemilik toko Jual Beli mulai kerepotan saat melayani banyak pelanggan yang mendatangi tokonya.
Sekarang, aku harus mencari tempat yang sepi dan memakai jubahku lagi.
Aku berhenti didepan Tenda Pedagang Budak, dan Raphtalia langsung menyambutku.
“Oh, Oh. Bukankah itu Hero Perisai-sama?"
"Kau. Aku mendapat masalah karena kau membantu budak membuat segel itu. Itu sangat merepotkan."
"Hmm, apa yang kau bicarakan?"
Pedagang Budak mulai tertawa.
Jika aku memperbesar masalahnya, mungkin akan mulai menjadi merepotkan. Jadi lebih baik untuk melupakannya saja.
"Aku sudah memiliki cukup banyak telur monster. Jadi aku ingin membatalkan pesanan monster."
"Aku sudah menduga hal tersebut, Tuan ingin membatalkan pesanannya. Ya"
"Kau..."
Tenang.... Tenang... Jangan terbawa arusnya.
"Apakah Tuan ingin telur Filolial? Aku rasa diantara kumpulan telur tersebut tidak ada telur Filolial."
"Jadi kau sudah memeriksanya, beritahu aku!"
Aku sudah mulai emosi!
Aku benci jika terus dipermainkan olehnya.
"Kurasa akan lebih menyenangkan jika Tuan dapat mengetahuinya sendiri, ketika telur tersebut sudah menetas. Ya."
Sial, kepalaku mulai sakit.
Setiap kali aku bertemu dengannya pasti akan melelahkan.
Ini mulai menyebalkan, jadi tanpa banyak bicara. Aku langsung pergi dari tokonya.
"Jadi, apa kau menemukan budak yang berasal dari desa itu?"
"Mengenai itu..."
Ekspresi wajah Raphtalia menjadi suram. Hasilnya tidak begitu bagus.
"Maafkan kami, kami masih belum menemukannya."
"Begitu..."
"Aku bahkan sudah menggunakan nama Hero Perisai-sama, tapi masih saja belum mendapatkan budak-budak tersebut. Kurasa kita tidak dapat menemukannya lagi di Melromarc."
"Hmm...."
Meskipun kami telah menemukan cukup banyak anak-anak. Kurasa hanya ada sedikit yang selamat dari serangan gelombang pertama.
Saat ini aku telah mendapatkan 15 orang... apa masih ada lagi?
"Mungkin akan lebih baik jika Tuan mulai memperluas wilayah pencariannya. Ya."
"Kau bisa melakukannya?"
"Jika Hero Perisai-sama yang memintanya. Aku akan melakukannya dengan senang hati."
Ini terlihat mencurigakan. Pedagang Budak menyodorkan tangannya. Seakan-akan memberi isyarat bahwa aku harus membayar lebih.
"Bagaimana dengan budak lain... Apa kau memiliki Demi-Human yang terampil atau pintar?”
Memiliki seseorang yang terampil dalam peracikan, konstruksi, atau pandai besi akan sangat membantu dalam pembangunan desa.
Akulah satu-satunya yang dapat membuat obat-obatan tingkat tinggi.
Ada beberapa budak yang tertarik, jadi aku ajari caranya, tapi jumlah mereka sedikit.
"Sepertinya gadis-rakun disebelahmu cukup terampil."
Aku melihat kearah Raphtalia.
Aku baru menyadarinya, bahwa aku tidak pernah mengajari apapun pada Raphtalia... aku sering memerintahnya untuk adalah menjahit kulit monster.
Ya, dia terlihat ceroboh dalam segala hal selain bertarung.
"Pasti kau sedang memikirkan hal tidak sopan lagi?"
"Tidak juga..."
"Hmm... Ras Lumo sepertinya cukup terampil dalam membuat suatu kerajinan. Mereka juga cukup penurut."
"Hmm..."
"Aku rasa, Tuan belum pernah melihat mereka. Ya."
"Apakah mereka langka?"
"Mereka tidak langka di negara lain, mereka berasal dari ras Beastmen, hanya ada sedikit di Melromarc. Ya"
Jadi begitu...
Apakah mereka lebih mirip binatang jika dibandingkan dengan Demi-Human? Jika aku mengingatnya, Demi-Human yang pernah kulihat lebih mirip manusia.
"Apakah kau memilikinya?"
"Iya, Ini adalah hari keberuntunganmu, Tuan. Aku memilikinya."
"Mari kita lihat."
Pedagang Budak membawa kami masuk lebih dalam.
"Ini dia."
Aku melihat kedalam kandang yang ditunjuknya.
Ada seorang anak kecil yang sedang ketakutan sambil bersembunyi dibalik selimut.
Disini sangat gelap, aku tidak dapat melihatnya dengan jelas.
"Hmm..."
"Tolong dibuka."
Saat Pedagang Budak memberikan perintah itu, asistennya memasuki kandang lalu melepaskan selimut yang dikenakan oleh budak tersebut.
"He-Hentikan!"
"Oh....."
Aku memperhatikan penampilan anak Lumo tersebut.
Secara singkatnya, dia terlihat seperti tikus tanah. Dia terlihat seperti Manusia-Serigala, tapi dia itu Manusia-Tikus Tanah.
Sepertinya, Lumo adalah ras dari Manusia-Tikus Tanah.
Tubuhnya sangat pendek. Tingginya hanya setinggi pinggangku. Apakah karena dia masih kecil?
"Mata Lumo sangat lemah terhadap cahaya, namun penglihatan mereka saat malam hari sangat hebat. Tuan mungkin dapat menggunakannya untuk berjaga saat malam hari."
"Ahh..."
Anak Lumo tersebut meringkuk di sudut kandang, tubuhnya gemetar.
Raphtalia melihatnya dengan ekspresi khawatir.
"Raphtalia."
"Iya?"
"Aku melakukan ini bukan karena baik hati."
"I-Iya, aku tahu."
Meskipun begitu, mereka sangat terampil dalam kerajinan tangan...
Namun...
"Hei, kenapa banyak sekali orang dari negara ini yang senang menyiksa budak?"
Banyak dari budak Demi-Human yang memiliki luka cambuk di sekujur tubuh mereka.
"Ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari, karena negara ini pada zaman dahulu pernah berperang dengan negara Demi-Human. Ya."
"Jadi para bangsawan yang ikut bertarung dalam peperangan itu masih memiliki rasa dendam kepada semua Demi-Human?"
"Ya, itulah yang terjadi. Akibat perang itu, banyak anggota keluarga dari kedua belah pihak hilang, bahkan ada rencana untuk menculik dan menjadi mereka budak. Ya. Lalu kami mendapatkan budak dari mereka dengan harga tinggi, ketika mereka sudah bosan.”
Kegelapan negeri ini sangat pekat.
Aku penasaran dengan apa yang dipikirkan para bangsawan setelah melihat aku membuat desa Demi-Human, pasti mereka sangat ingin menghajarku.
"Meskipun perbudakan di negeri ini adalah hal yang legal, tapi memperlakukan budak dengan buruk akan dihukum. Ya."
"Jadi itu tindakan ilegal... tapi, kau berusaha menjualnya secara legal."
Tenda Pedagang Budak ini sangat tersembunyi dalam sudut kota.
"Jangan khawatir. Bisnisku ini legal. Ya."
Legal...
Pedagang Budak dengan bangga mengatakannya, tapi menurutku itu hanyalah omong kosong.
Jika bisnismu legal, lalu kenapa kau menjual budak-budak yang sudah disiksa...
"Yaa... terserah kau saja."
Aku melihat luka yang ada punggung anak Lumo ini.
Sepertinya, lukanya cukup dalam...
“Zweit Heal.”
Aku menggunakan mantra penyembuhan, dan lukanya perlahan membaik.
Tapi, lukanya masih cukup parah. Aku tidak bisa langsung menyembuhkannya.
"Eh?"
"Hei, kau. Kudengar kau cukup terampil."
"...Aku tidak tahu."
Budak Lemo memalingkan wajah saat menjawab.
Itu adalah jawaban yang bagus, dari pada kau bilang bisa. Padahal tidak bisa.
"Jika aku mengajarimu, maukah kau melakukannya?"
"...Jika kau memerintahkan, aku akan melakukannya. Aku mohon... jangan pukul aku..."
Suara Lumo mulai surau seperti ingin menangis. Dia mulai meringkuk lagi.
Mungkin itu yang sering terjadi pada budak.
“Aku tidak punya hobi melakukan itu. Jika kau mau dipukul, minta saja ke orang lain.”
“Ha....?”
“Baiklah. Kumpulkan budak seperti dia. Uangnya akan aku bayar dimuka.”
“Aku terima pesananmu, Tuan. Ya.”
“Apa masih ada budak lain?”
“Karena Hero Perisai-sama sering berkunjung kemari, saat ini kami mulai kehabisan produk.”
Oh. Karena budak yang aku beli berasal darinya, jadi banyak orang yang menginginkan budak bagus yang sama seperti milikku.
Benar juga, kandang bagian atas terlihat kosong.
"Fufu..."
Raphtalia melihatku dan tertawa kecil. Ada apa dengannya?
"Apa budaknya mau langsung diberi segel budak?"
"Ya."
Kemudian, kita memasangkan segel budak kepada anak Lumo itu. Setelah itu aku sudah tidak ada perlu lagi di tempatnya.
"Ah, aku baru mengingat sesuatu. Hero Perisai-sama."
"Apa? Aku tidak akan memasak untukmu."
"Sayang sekali, tapi bukan itu yang ingin aku bicarakan."
"Apa?"
"Baru-baru ini, ada berita tentang kedatangan Alkemis yang suka bereksperimen dengan monster. Berhati-hatilah."
Ratu juga membicarakan hal yang sama. Apakah dia sangat berbahaya?
"Terutama karena pertumbuhan monster Hero Perisai-sama sangat tidak normal. Cepat atau lambat dia pasti akan mendatangimu."
"Iya, aku mengerti"
Aku tidak terlalu memikirkannya, kemudian aku keluar dari Tenda Pedagang Budak.
"Te-Terang sekali..."
Budak Lumo mengikutiku dari belakang sambil menutupi matanya dengan tangan.
Oh iya. Mereka sangat lemah terhadap cahaya.
Raphtalia menggunakan sihir untuk mengurangi cahaya di sekitarnya.
"Apa sekarang kau sudah baikkan?"
"Ah... Iya."
Mantra sihir yang dikuasai oleh Raphtalia adalah Cahaya dan Kegelapan, dia juga dapat memanipulasi orang dengan membuat ilusi.
Setelah Kenaikan Kelas dia dapat menggunakan lebih banyak sihir, tapi spesialisasinya tetaplah mantra ilusi.
Beastmen tipe tikus tanah.
Mungkin kita harus memberikannya Sunglasses.
Dilingkungan seperti apa dia biasa tinggal?
Sunglasses....
Saat kami sedang berjalan dikota, aku melihat penjual kacamata.
"Hei."
"Ada yang bisa kubantu?"
Aku memanggil penjual kacamata itu.
"Apa kau punya satu kacamata dengan lensa yang gelap?"
"Kami punya beberapa jenis."
Penjual mengeluarkan beberapa sampel dan meletakkannya diatas meja.
Lensanya berwarna hitam... Apa bahan dasarnya? Ini tidak terlihat seperti kaca... apa ini adalah bagian dari monster atau bahan lain?
Sepertinya ini dibuat dari bulu serangga.... bernama Black Fly Wing. Aku belum mendapat bahan dari monster itu. Aku penasaran, dimana monster itu tinggal.
Mungkin monster itu tidak tinggal di sembarang tempat. Bisa saja ia tinggal di gua, atau diatas gunung, pastinya tempat yang sulit dijangkau dengan kereta.
"...Itu harganya 80 keping perunggu."
Strategi bisnis klasik, jika ada pelanggan yang tertarik. Maka, naikkan lah harganya.
"Hmm... Kalau begitu, aku akan membelinya nanti."
Aku mengembalikan kacamata tersebut, lalu menuju toko jual beli material monster.
Pemilik toko jual beli monster itu pasti masih ingat denganku.
Bagaimanapun juga, aku sedang menggunakan jubah jadi dia tidak mengenaliku dan tetap menjalankan tokonya seperti biasa.
"Apa kau memiliki sayap Black Fly Wing?"
"Apa?"
Setelah mendengar suaraku, Pemilik toko jual beli tersebut sedikit kaget.
Mungkin dia telah mengetahui identitasku yang sebenarnya. Dia tersenyum sinis.
"Ah, sudah lama sekali ya. Kejadian Balloon itu."
"A-Aku tidak akan memperlakukanmu seperti itu lagi!"
"Lupakan saja itu, jadi bulu itu ada tidak?"
"Ada. Ada didalam, tolong berhentilah mengancamku."
"Itu bergantung dari perlakuanmu."
Pedagang tersebut mengeluarkan pesananku, dengan ekspresi penuh ketakutan.
Bulu Black Fly Wing.
Kualitas, Buruk.
"Kualitasnya rendah, bagaimana aku beli dengan harga 10 keping perunggu?"
"....Iya. Akan aku siapkan."
"Sebagai balasan kebaikanmu, aku akan memberikanmu sesuatu. Raphtalia, bawa budak itu sedikit menjauh sampai belokan sana."
"Baiklah."
"Eh? EH!?"
Raphtalia menggandeng tangan budak Lumo, dan membawanya menjauh.
"EH!?"
Pemilik toko jual beli itu mulai meninggikan suaranya.
Aku melepas jubahku, dan berteriak dengan keras.
"Terima kasih! Kau sangat membantu ketika membeli barang yang aku bawa. Mulai saat ini aku akan menjadi pelanggan tetapmu."
Aku berteriak dengan keras.
Setelah itu, orang yang lewat mulai berhenti dan menyadari keberadaanku.
"Kalau begitu, sampai jumpa lagi."
"Tu-Tunggu!"
Saat aku mulai menjauh, orang-orang mulai mendatangi toko tersebut.
"Hero Perisai-sama mengatakan akan menjadi pelanggan tetapmu!"
"Jika material yang dijual berasal dari orang itu, pasti material tersebut membawa banyak keberuntungan! Tolong jual barangnya padaku."
"U-Um..."
Pemilik toko Jual Beli mulai kerepotan saat melayani banyak pelanggan yang mendatangi tokonya.
Sekarang, aku harus mencari tempat yang sepi dan memakai jubahku lagi.
0 komentar:
Posting Komentar