Rabu, 19 Agustus 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 153. Meskipun Kau Sudah Memahaminya...

Chapter 153. Meskipun Kau Sudah Memahaminya...


Ren bersama dengan rekannya berhasil membasmi gelombang di negara lain, dalam perjalanan kembali, mereka menuju desa tempat Reiki tertidur agar bisa mendapatkan kekuatan besar.

Ia mengatakan hal yang sama dengan Motoyasu, saat aku mendengarkannya, aku sangat ingin menghentikan penjelasannya tapi aku masih harus bersabar dan mendengarkannya.

Dalam penjelasan Ren, sebentar lagi Reiki akan terbangun dari tidurnya dan akan membawakan bencana besar, jadi dia berpikiran untuk membunuhnya sebelum itu terjadi.

“Dalam waktu dekat, sebuah wabah akan melanda wilayah ini. dan banyak orang yang akan menjadi korban..... wabah itu membuat orang-orang dikendalikan olehnya, penyebab dari wabah itu sedang tertidur di wilayah ini.”

Rupanya, dalam game yang Ren mainkan, wilayah ini akan mengalami kehancuran apabila dia tidak bertindak dengan cepat, kehancuran itu..... dapat membuat sebuah tatanan negara runtuh dengan cepat.
Oleh karena itu, tujuan utama mereka adalah untuk mencegah kehancuran itu terjadi.
Kebanyakan bos monster bisa dikalahkan dengan level 60. Karena sudah melebihi level 80, maka akan mudah untuk mengalahkan bos monsternya.
..... Pemikirannya sama dengan Motoyasu.

“Aku ingin menanyakan sesuatu?”
“Apa?”

Aku menyela penjelasan Ren dengan sebuah pertanyaan.

“Apa dalam game online yang kau mainkan, kau bisa mengunjungi area tersebut? Atau area tersebut baru terbuka pada saat event-nya berlangsung?”
“Tunggu. Kalau tidak salah itu terjadi pada Update : Episode 7,  Penyerangan Reiki. Sebelum itu terjadi, area tersebut hanyalah kota dan tempat berburu biasa. Tetapi setelah update, diperlukan izin terlebih dahulu untuk memasuki area tersebut.”

..... Update : Episode 7.
Jam Pasir Biru di dalam reiki memunculkan angka 7, apa ini.... kebetulan.

“Lanjutkan.”
“Baik.”

Alasan dia tidak memberitahukan masalah ini pada negara yang bersangkutan, karena di dalam game yang dia mainkan, para pemimpin negaranya sudah dikendalikan oleh Reiki, dan keadaan negara itu tidak menerima pendapat dari petualang ataupun pendapat negara lain.
Ia menganggap ini seperti quest pada umumnya.
Jadi tidak ada gunanya untuk bernegosiasi dengan negara tersebut.
Kepalaku sakit. Padahal, masih ada kemungkinan pemimpin negara itu belum dikendalikan, lalu apa yang membuatnya tidak memastikan hal itu terlebih dahulu?
Sama seperti Motoyasu, Ren menyelinap ke kuil desa sesuai dengan quest yang pernah dia lakukan. Rupanya kuil itu berada di dalam bawah tanah.

“Um, Ren-sama, apa kita diperbolehkan melakukan hal seperti ini?”
“Apa yang kau pikirkan. Monster yang tertidur ini sudah mengendalikan semua pemimpin negara ini. Jadi sudah tidak ada gunanya untuk bernegosiasi dengan mereka.”
“Kalian itu siapa!”

Dengan hancurnya patung kuil itu maka Reiki akan terbangun, ketika mereka ingin menghancurkan patung itu, Biksu dari kuil muncul untuk menghentikan mereka.
Dengan datangnya Biksu itu ke ruang bawah tanah, sudah dipastikan mereka dibawah kendali Reiki, itu lah yang dipikirkan oleh Ren. Lalu dia dengan cepat menghancurkan patung itu.

“Hiraukan saja mereka. Kita akan terus melakukan ini demi orang yang masih belum dikendalikan!”
“““Siap!”””

Ren bersama rekannya melanjutkan penghancuran patung kuil itu.

“Beraninya kau.... itu merupakan benda bersejarah....”

Biksu yang muncul mengatakan hal itu. Lalu mengeluarkan senjatanya.
Aku memikirkan ini juga ketika Motoyasu memberikan penjelasannya, bahwa itu merupakan benda yang memiliki nilai sejarah tinggi.
Ya... itu karena ada benda yang ditinggalkan oleh Keempat Hero Suci terdahulu dan juga Ketujuh Hero Bintang.
Menilai dari keadaan dunia ini, aku tidak bisa memperkirakan benda itu berharga atau tidak.

“Huh.... Pedang itu.... Jangan bilang, kau itu Hero Pedang!?”
“Kalau kau sudah mengetahuinya, maka ada baiknya untuk menegaskan kembali padamu. Aku Hero Pedang, aku kemari untuk menumpas kegelapan wilayah ini. Jangan khawatir, kami kemari hanya untuk menghentikan pelakunya saja.”

Tepat ketika dia mengatakan itu, tanah disana mulai berguncang.

“Baiklah. Reiki sepertinya telah menampakkan dirinya. Ayo kita kesana!”

Ren dan rekannya melumpuhkan Biksu tersebut, lalu mereka keluar dari ruang bawah tanah, kemudian mereka berlari menuju tempat kemunculan Reiki.

“Besar sekali.... Apa kita bisa mengalahkan monster sebesar ini!?”
“Bisa! Kita ini sudah bertambah kuat!”

Dengan penuh percaya diri, Ren lari menuju Reiki.
Ketika dia mendekat, dia melihat seseorang yang sepertinya menembakkan skill ke kepalanya, lalu dia menghiraukan itu karena berpikiran itu adalah petualang sekitar yang ikut bertarung.
Petualang biasa yang bertarung melawan gelombang saja sudah kewalahan, apalagi melawan monster sebesar ini. Itulah yang Ren pikirkan sambil mengayunkan pedangnya pada Reiki.

“Hundred Sword!”

Untuk menyeimbangkan penggunaan skill, Ren menggunakan Hundred Sword dulu karena waktu penggunaannya lebih cepat dari pada Thunder Sword yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menggunakannya.

“Thunder Sword!”

Namun... serangan itu tidak dapat memberikan damage apapun pada Reiki.
Penjelasan selanjutnya sama seperti Motoyasu, jadi aku lewat saja.
Ren yang merasa kebingungan terus mengayunkan pedangnya.
Tanpa ada keinginan untuk menyerah, dia terus melanjutkan penyerangan pada Reiki demi menyelamatkan orang-orang.

“Uoooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo!”

---- Ketika Ren sadarkan diri, Reiki telah melewati dirinya, dan di sekitarnya.... ditemukan mayat rekannya yang tergeletak diatas tanah.
Keadaan mayat mereka itu.... sangat memprihatinkan. Bahkan sudah sulit untuk mengidentifikasi pemilik tubuh mayat itu.
Hanya saja.... aku mengerti pemikirannya pasti dipenuhi dengan rekannya yang tewas.

“Apa.... Ini tidak mungkin.... mereka semua sudah berlevel 80, tapi.....”

Itu tidak mungkin terjadi! Itulah pemikiran Ren yang mulai memudar.
Setelah itu, Ren mengurungkan pemikirannya sementara waktu. Dia berdoa agar mendapatkan kesempatan untuk menghidupkan kembali rekannya, layaknya dalam game.
Namun, itu tidak mungkin terkabulkan, dan Ren sangat mengetahui itu.

Pada akhirnya, Ren terus melawan Familiar Reiki yang terus bermunculan, dia dengan bersungguh-sungguh melakukan itu untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin, tapi akhirnya, dia kehilangan kesadarannya.
Ketika tersadar, penyerangan Reiki sudah berakhir.

“Aku kalah karena mereka lemah, lalu karena kelemahan mereka..... akhirnya mereka mati. Apabila kita bisa bekerja sama dengan baik, maka kita bisa mengalahkannya dengan mudah.”

Dengan enaknya, Ren mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah.
.... Sudah tidak ada harapan lagi. Orang yang mempercayai Ren sampai akhir hayatnya tidak bisa melihat ini.

“Aku tidak bersalah. Aku tidak mengira mereka itu sangat lemah. Aku tidak salah. Aku tidak salah.”

... Dia mengatakan itu untuk menghindari tanggungjawab atas tindakannya.
Aku tidak perlu mengasihaninya.
Tidak, perkataan yang manis adalah perkataan yang sangat diperlukan Ren pada saat terpuruk seperti ini.

“Yang salah itu kau. Mau sampai kapan kau menganggap semua ini adalah game. Yang kau lakukan hanya serangan gegabah saja.”
“Apa!?”

Ren menatap dan mengatakan itu dengan penuh amarah.

“Enak sekali kau mengatakan hal seperti itu pada rekan yang benar-benar mempercayaimu sampai mati.... bukan hanya gagal menjadi hero, tapi kau juga gagal menjadi manusia.”

Jika kau mengira aku akan mengatakannya demi rekan Ren atau kata-kata yang manis, maka kau salah orang.
Mengatakan bahwa itu bukan kesalahanmu.
Dia ini.... sesuai dengan perkiraanku, dia hanya bertindak sebagai pemimpin guild yang egois dan mementingkan diri sendiri.
Melawan bos yang terlalu kuat bersama rekannya, lalu mengalami kekalahan sampai tidak ada rekannya yang tersisa. Akhirnya, dia menyalahkan rekannya yang terlalu lemah..... Hal yang dikatakan Raphtalia menjadi kenyataan.

“Dunia ini bukanlah sebuah game. Mau sampai kapan kau berpikiran seperti itu, kau itu cukup menyusahkan banyak orang.”
“Be, berisik!”
“Sebesar apapun penyesalanmu, kita tidak akan bisa kembali sebelum gelombang berakhir. Kita itu dipanggil sebagai pahlawan oleh orang-orang egois di dunia ini, bahkan kita seperti diculik oleh mereka, kita memang tidak bisa berbuat banyak. Tapi, kita harus terus bertarung sampai semua itu berubah.”
“Ku...!”
“Sebelumnya kau pernah mengatakan ini kepadaku, ‘Ketika semuanya menjadi kacau, kau ingin  melarikan diri, bukan? Dasar sampah,’ karena kau pernah mengatakan itu, maka akan kuberitahu kau. Apa kau ingin menjadi yang terburuk dari sampah itu?”

Ini sudah seperti pelampiasan amarah.
Dia terus melanjutkan pertarungannya tanpa menganalisis kekuatan monsternya, bahkan itu sudah membuat rekannya mati..... Aku juga selalu merencanakan semuanya sebelum melanjutkan pertarungan, tapi dia ini hanya melakukan pertimbangan sesuai dengan game yang dia mainkan saja.
Dia tidak bermaksud untuk mencari tahu sendiri, melainkan menggunakan pengalaman yang ada di internet, lalu mengikutinya.
Dengan kata lain, dia itu seorang pengecut. Apa dia pernah menemukan sesuatu dengan kemampuannya sendiri?

“Game-mu sudah berakhir. Dengan pengetahuan seperti itu, kau tidak berguna.”
“Tidak! Ini.... bukan salahku!”
“Tidak mau mengaku ya. Sebelumnya mengatakan ini pada Raphtalia ‘Tak akan kumaafkan dirimu,’. Jika kau tidak mau mengakuinya, maka akan aku sampaikan ini padamu. Apa yang telah kau perbuat itu tidak bisa dimaafkan. Kau itu seorang pembunuh masal.”
“Diam.... berisik.... jangan mengatakan apapun lagi.....”

Ren yang ragu untuk mengakui ini terus menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ketika banyak orang mati karena wabah yang dia perbuat, dia mengakui itu dengan penuh penyesalan, aku mengingat tampang wajahnya pada saat itu terjadi.
Dalam hatinya dia sudah mengetahui jawabannya. Tapi, dia tidak bisa menerimanya. Tidak, mungkin dia memang tidak bisa menerima semua ini.
Sebenarnya dia sangat menyadari ini.

“Aku mengerti kau tidak melakukan itu dengan sengaja. Tetapi, kau masih hidup. Karena kau itu masih hidup, pasti ada yang harus kau lakukan, bukan?”
“Berisik! Tutup mulutmu!”
“Akan terus aku katakan ini. Sebenarnya kau sudah mengetahui ini, bukan? Sesuatu yang harus kau lakukan saat ini.”
“Diaaaam!”

Dengan mengeluarkan pedangnya, Ren mengarahkannya padaku.
Aku menggunakan perisai untuk menahan serangan Ren.
Terdengar suara dentuman ringan dari perisai.
.... Huh?

“Terima ini!”

Ren menarik kembali pedangnya, lalu mengayunkannya kembali ke arah wajahku.
Aku... bahkan tidak mengambil sikap bertahan sedikitpun.
Dung.... terdengar suara hantaman pedang di samping telingaku.
Ren mulai tertawa kecil. Tapi, setelah melihat sesuatu yang tidak bisa dipercayainya, dia langsung membuka matanya lebar-lebar.

“Hah... tidak mungkin....”
“Material yang kau gunakan dalam pedangmu itu adalah material Reiki, tapi bukankah itu terlalu lemah?”

Benar... aku menerima serangan Ren tanpa ada persiapan sedikitpun.
Tentu saja, aku menggunakan perisai yang sudah sepenuhnya diperkuat, tapi serangannya terlalu lemah.
Jika yang menyerangku Raphtalia, maka aku sudah dipastikan terluka.

“Itu adalah hasil dari tindakan gegabah menyerang Reiki.”

Kesalahan besar menganggap bisa mengalahkannya dengan level 60.
Tidak juga.... mungkin jika kau memperkuat seluruh perlengkapan dan statusmu dengan benar....dan kau mengabaikan seluruh kerusakan serta kematian disekitarmu.... maka mungkin kau bisa mengalahkannya, karena serangan Reiki itu cukup lambat.
Tentu saja, itu hanya berlaku jika kau bisa menyerang kepala dan jantungnya secara bersamaan.
Lalu, dari yang aku perhatikan, Ren hanya melakukan peningkatan kekuatan yang dia ketahui saja.

“Kau tidak mendengarkan penjelasan dari Shadow ya. Yang membuatmu lemah adal——“
“Itu bohong! Mana ada perisai yang bisa menjadi sekuat itu! Kau cheater! Jangan memonopolinya!”

Itu bukan yang ingin kudengar darimu.
Aku ingin membalasnya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.

“Tingkatkan kemampuanmu! Kelemahanmu——“
“Cih!”

Ren mengangkat pedangnya setinggi mungkin.

“Flashing Sword!”

Pedangnya mulai mengeluarkan kilauan cahaya yang memburamkan penglihatanku.

“Hey... Kau!”

Berkali-kali dia mengayunkan pedangnya padaku, lalu...

“Uwa ā ā ā ā ā ā a a~a!

Aku mendengar suara teriakan, dan mendengar suara orang berlari. Ketika penglihatanku kembali normal, Ren tidak ada disana.

“Ma, mataku....”

Orang yang sedang berada di kedai minum mengalami hal yang sama, mereka juga mengucek-ngucek mata mereka.

“Jangan khawatir. Itu hanya cahaya saja. Jangan ada yang panik.”

Setelah mendengar penjelasanku, semua orang disini tenang. Lalu mereka menunggu penglihatan mereka kembali.
Ya ampun, dasar orang yang selalu membawa masalah.

Ngomong-ngomong.... Ren memiliki kekuatan seperti itu.... berarti dia yang seharusnya orang yang paling kuat diantara kita.
Aku tidak berharap terlalu tinggi.
Raphtalia bisa mengatasi ini dengan mudah.

Jika dia benar-benar bertambah kuat, seharusnya dia dapat melukaiku.
Tetapi, yang diperlukannya saat ini adalah mengakui apa yang telah diperbuatnya.
Cukup sulit untuk dirinya menyatakan benar atau salah pada perbuatan yang dia lakukan dunia ini.
Ditambah lagi, dengan kematian rekannya..... saat ini, aku tidak bisa menerima Ren.

Mungkin dengan menjelaskan semuanya akan mempermudah dia untuk menerima ini, tapi....

Akan aku pikirkan ini kembali.
Ini bukan sesuatu yang bisa aku putuskan sendiri.

Selain itu, mungkin ini hanya pemikiran orang jahat saja, aku masih ingin melihat penderitaannya.
Pahamilah penderitaanku.
Apapun yang kau lakukan pasti disebut salah. Nikmatilah hari penuh penyiksaan itu.
Akan menjadi masalah apabila penyiksaan itu berakhir dengan singkat.
<EDN: Naofumi sadis :v but I like people who don’t be a naïve.>




TL: Bajatsu
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar