Jumat, 07 Agustus 2020

Tate no Yuusha no Nariagari Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 147. Flag, Lagi

Chapter 147. Flag, Lagi


"Apa yang akan kau lakukan dengan bulu itu?"

Aku bergabung kembali dengan Raphtalia.

"Aku akan membuat Sunglass."
"Kalau itu yang ingin kau buat, kenapa tidak membelinya saja ditoko."
<EDN: Sunglass itu kacamata hitam seperti yang sering digunakan di pantai>

Dunia ini telah menemukan kacamata. Di duniaku, kacamata sudah ditemukan cukup lama.
Aku rasa sama halnya dengan disini.

"Dalam keadaan seperti ini, kita harus lebih hemat."

Jika membeli kacamata sudah pasti mahal....
Aku tinggal membeli frame yang murah lalu memotong bulu Black Fly Wing sesuai dengan framenya.

"Selesai!"

Aku memasangkan kacamata tersebut kepada budak Lumo.

"Umm..."

Budak Lumo merasa tidak nyaman saat menggunakan kacamata untuk pertama kalinya.

"Raphtalia."
"Aku mengerti."

Raphtalia menghilangkan mantranya.

"Ah..."
"Bagaimana penglihatanmu? Tidak terlalu terang, kan?"
"Aku baik-baik saja..."

Budak Lumo menjawab sambil menggenggam erat tangannya.

"Kalau begitu, ayo kita pergi"
"Iya."

Agar budak Lumo tidak lari, kami menggenggam tangannya.
Meskipun, aku yakin segel budak akan menahannya untuk melarikan diri.

"Te-Terima Kasih banyak."
"Tidak apa. Di tempatku tinggal, banyak anak-anak sepertimu."
"Eh?"
"Dia adalah orang terkenal, Hero Perisai-sama."
"EHHH!?"

Dia baru menyadarinya... Padahal Pedagang Budak sudah menyebut julukanku berkali kali.
Kami melanjutkan perjalanan.

"Hei, Hero Perisai-sama dan pengikut kecilnya?"

Pejalan kaki memanggil namaku.

"Hm?"

Setelah aku lihat, ternyata dia adalah Penjahit dari toko baju.
Sudah lama kami tidak bertemu. Terakhir kali bertemu adalah saat memesan baju untuk Filo.
Sejak bertemu dengannya, entah kenapa aku memiliki perasaan seperti seorang otaku.
Dengan kesan seorang Fujoshi.

"Sekarang kau bersama Beastmen, apa rencanamu?"
"Apa kau tidak mendengarnya dari Pak Tua dari Toko Senjata?"

Aku melepas tudungku, dan mulai berbincang dengannya.

"Ah, benar juga ya, aku mendengar hal seperti itu darinya."
"Kau benar-benar..."
"Dari awal kita bertemu, aku sudah mengira Demi-Human yang bersamamu itu cantik. Apa kau mau membelikannya baju dari hasil jahitanku?”
"Jika terlalu mahal....”

Akibat pengaruh tentang kemiskinan kita saat ini, Raphtalia belajar hidup sederhana. Kurasa dia yang lebih efisien lebih menginginkan Zirah dari pada baju.

"Kecantikanmu bisa terbuang sia-sia. Agar lelaki menganggapmu cantik, kau perlu pakaian yang bagus."
"Be-Benarkah....?"

Pembahasan ini bisa menjadi panjang.
Aku tidak terlalu peduli dengan pakaian wanita, aku ingin cepat-cepat pergi dari sini.

"Tentu saja benar. Apa anak ini merupakan ras Lumo? Aku merasa mendapatkan inspirasi untuk membuat bajunya."
"Wa, wa..."

Penjahit itu mengeluarkan buku tulis dan mulai menggambar sketsa baju.
Dia itu memang tidak berubah.

"Karena telah terjadi musibah, sekarang suasana kota begitu suram. Tidak ada yang membeli pakaian lagi."

Dia melanjutkan pembicaraan sambil menggambar.

"Tokoku juga menjual Zirah, tapi produk utama tokoku adalah pakaian."
"Oh, benar juga."
"Sejujurnya, aku mulai kehilangan semangat untuk membuat pakaian lagi. Aku mulai kehilangan inspirasi."

Kuingat dia pernah berkata kalau material yang dibuat untuk pakaian Filo sangat bagus.

"Kau ingat gadis yang pernah kau bawa kemari sebelumnya. Sewaktu aku membuat pakaian untuknya, aku merasa sangat senang. Bolehkah aku membuat pakaian lagi untuknya?"
"Itu akan memakan biaya..."

Filo akan baik-baik saja meskipun hanya memiliki satu setel pakaian.
Saat ini kita tidak terlalu membutuhkan pakaiannya, jadi aku tidak perlu membelikan pakaian untuknya lagi.
Jika aku memiliki uang, lebih baik menggunakannya untuk hal lain.
Lagi pula, Filo lebih sering berada pada wujud monsternya, jadi pakaiannya tidak akan terlalu berpengaruh.

"Hmm... anak kecil yang bersama Hero Perisai-sama selalu dapat membuatku terinspirasi."

Sepertinya desain pakaian ras Lumo sudah selesai.
Di halaman bukunya ada gambar desain overall, rompi, dan bermacam-macam desain.
Pakaian untuk budak... biasanya mereka hanya menggunakan Zirah bekas saja, jadi mereka seperti seragam petualang dalam Guild.

Membeli pakaian-pakaian tersebut akan memakan biaya...
Tepi aku bisa saja membeli pakaian murah dari Toko Senjata Pak Tua adalah pilihan yang sangat efisien.
Mungkin, aku bisa menawarnya.

"Aku hanya bisa menyediakan benang dan bahan pakaian lain saja, tapi apa kau mau datang ke wilayahku?"

Ekspresinya mulai ceria.

"Apa kau serius!?"
"I-Iya."
"Apa ada anak-anak yang imut seperti dia?"
"Aku tidak tahu seperti apa imajinasimu. Tapi, desaku memiliki banyak budak Demi-Human."
"Oh, lalu apa disana ada budak laki-laki juga?"
"Tentu saja ada."
"Benarkah!?"

Dia terlihat sangat bersemangat. Bahkan sudah terlihat mau melompat kesana-kemari.
Aku memiliki perasaan buruk tentang hal ini.

"Untuk mendapatkan inspirasi yang baru, biarkan aku bekerja di tempatmu!"

T-Tunggu...
Kenapa dia malah tertarik.... pada bagian budak laki-laki?
Gawat, jika pelukis doujin yang pernah aku kenal, mendengar kata budak laki-laki, pasti akan mengarah ke hal seperti itu.
Mungkin ini terlalu awal untuknya.

"K-kalau begitu kapan-kapan berkunjunglah ke desaku, jika sudah yakin kau boleh membuka toko disana."
"Ya! Tentu saja!"

Dan entah bagaimana percakapanku dengannya telah selesai.


Setelah memberi salam kepada Penjahit yang membawakan badai masalah, kami melanjutkan perjalanan. Lalu....
Grrrrrrr.....
Perut Budak Lumo berbunyi. Dia merasa malu.

"....Kurasa kita harus makan."
"Iya.”
"Apa yang dimakan oleh Ras Lumo? Apa dia makan seperti Demi-Human? Atau aku harus memberikannya cacing?"

Jika makanannya adalah cacing. Maka akan sulit untuk mencari makanannya.
Didesa aku punya Dune, tetapi mereka bukan makanan.
Jika mendesak aku akan membiarkannya memakan mereka.
Tapi itu bukan ide yang bagus, karena Taniko akan memarahiku.

"Um..."

Dengan perkataan yang gagap, budak Lumo itu berkata.

"Ketika di rumah.... aku diberi makanan dari luar..... apapun itu bisa aku makan."
"Oke, kalau begitu mari kita menuju kedai makanan."
"Apa Naofumi-sama tidak memasak untuknya?"
"Sekarang kita sedang berada di Kota Kastil, kau masih ingin aku memasak? Walau hanya dengan aroma makannya saja, mereka pasti akan datang.”

Ketika di desa, pasti banyak budak yang kelaparan. Meskipun aku masak dipinggiran sungai, Filo dapat mencium aromanya dari jauh. Dan dia akan datang kemari membawa budak-budak lainnya. Lalu rencana makan santai bisa menghilang.

"Memangnya kenapa.”
"Masalahnya adalah jika yang lainnya kemari. Maka aku akan kerepotan."

Ya ampun..... akhir-akhir ini aku ingin mengurangi intensitasku dalam memasak.
Padahal sudah ada budak yang tertarik dalam hal memasak, biarkan dia mencoba memasak untuk mereka.

“Ehh... aku kira hari ini Kak Perisai akan memasak untuk kami.”

Itulah yang dikatakan kebanyakan budak lain, sehingga budak yang suka memasak itu kesal sampai menahan air matanya.
Dan sulit untuk membujuk dia memasak lagi.

"Intinya. Hari ini, kita akan makan di restoran."
"Aku mengerti."

Lalu, aku melihat kembali ke pasar.
Pemilik toko Jual Beli yang menjual bulu Black Fly Wing memiliki antrean panjang di tokonya. Sekarang dia tampak bahagia, dan menjual barang-barangnya dengan harga normal. Sekarang dia hanya perlu menunjukkan kemampuan berdagangnya.
Kita makan dimana ya.
Hmm... ketika sedang aku melihat-lihat restoran, aku menemukan tempat pertama kali aku dan Raphtalia makan bersama.

"Kita akan makan disana."
"Iya."
"...."

Aku menggandeng tangan budak Lumo, dan kami masuk kedalam restoran.

"Selamat.... datang."

Pelayan dalam restoran itu menyambut kami dengan cemberut, selagi memerhatikan jubah dan budak yang mengikutiku.

"Tuan dan Nona? Mohon maaf, kami tidak melayani orang mencurigakan dan Demi-Human...."
"...Jika ada peraturan seperti itu, sebaiknya kau pasang didepan pintu.”
"Iya, tapi.”

Hmm... apa karena aku membawa budak Lumo kotor ini, jadi mereka tidak mau melayani kami.
Bukan. Karena jika itu benar, dia pasti mengingatkanku pada saat aku membawa Raphtalia untuk pertama kalinya. Tapi, waktu itu dia tidak memberitahuku.
Sepertinya yang membuat aku diberitahu adalah karena di negara ini Beastmen lebih ditakuti dari pada Demi-Human.

Banyak pelanggan yang datang sambil mengenakan jubah. Mungkin ini terjadi karena kombinasi jubah dengan Demi-Human.
Aku bisa memahami maksud dari restoran ini. restoran duniaku melarang membawa hewan peliharaan kedalam restoran karena alasan kebersihan.
Tapi di dunia ini, Beastmen harusnya diperlakukan setara dengan manusia.
Diskriminasi negeri ini kepada ras lain sangat tinggi, aku sangat memahami itu..... Tidak ada pilihan lain.
Aku melepas jubahku, lalu memperlihatkan wajahku padanya.

"Apa sekarang diperbolehkan? Atau mungkin karena restoran ini tidak memberikan makanan kepada Demi-Human dan Beastmen?"
"Ah... Maaf... A-Aku akan melayanimu Tuan."

Dengan wajah terkejut, pelayan restoran memandu kami menuju tempat duduk.
Budak Lumo gelisah melihat keadaan restoran.

"Ini mengingatkanku pada Raphtalia dulu."
"Tolong, jangan diungkit lagi."
"Aku yakin kau masih ingin memakan paket makan siang anak-anak, bukan?"
"Tidak!"

Budak Lumo terlihat sangat gelisah. Dia hanya menduduk kebawah setelah kita duduk.

"Apa yang ingin kau makan?"
"Umm...."

Dia melihat daftar menu dengan wajah sedih.

"Aku tidak bisa membacanya...."
"Kalau begitu akan aku bantu pesankan saja ya."
"Terima kasih...."

Aku mengangkat tangan, untuk memanggil pelayan.

"Satu set makanan dewasa dan dua pa-"
"Dua set makanan dewasa dan satu paket makan siang anak-anak."

Raphtalia memotong perkataanku sebelum aku selesai memesan.

"Ada apa?"
"Naofumi-sama, pasti masih berpikiran kalau aku ingin memakan set makanan itu."
"Memangnya kau tidak ingin memakannya? Budak desa saja sangat ingin memakan set makanan itu."

Terakhir kali aku memasakkan set makanan itu di desa, Raphtalia memakannya sambil berhati-hati melepas bendera diatas makanan tersebut. Padahal semua orang disana memakannya dengan gembira. Dalam tubuh berumur 14 tahunan, tapi reaksi gembira mereka itu terlalu aneh walaupun umur mereka yang sebenarnya sekitar 5 tahun.

"Aku sudah tidak menginginkannya. Mulai sekarang jangan perlakukan aku seperti anak kecil lagi."

Mungkin ini yang dimaksud usia remaja? Ingin dianggap dewasa ya. Meskipun tubuhnya sudah besar, tapi aku yakin isi pikirannya masih anak-anak.

"A-apa pesanan Tuan hanya itu saja?”
"Iya, itu saja."

Kemudian, pelayan berjalan menuju belakang toko.
Aku dapat mendengar dia memberitahukan bahwa Hero Perisai-sama datang.
Setelah menunggu sebentar makannya telah tiba. Tapi dengan sesuatu yang berbeda.

"Terima kasih telah menunggu. Ini pesanan dua set makanan dewasa dan satu paket makan siang anak-anak."

Makanan porsi anak-anak ini tampak lebih berbeda dari biasanya. Sekarang di atasnya terdapat dua buah bendera.

"...Makanan ini tampak lebih baik, dibanding waktu kita datang kemari."

Jelas sekali, mereka telah melebih-lebihkan ini.
Reputasi adalah hal yang luar biasa... Apakah Hero yang lain juga mendapatkan pelayanan seperti ini sebelumnya?
Aku tidak nyaman menunjukkan wajahku. Tapi, kurasa aku bisa menerima semua keuntungan ini dengan senang hati.

"U-umm..."

Aku dapat mendengar Budak Lumo bergumam kecil.

"Iya, kau boleh memakannya."
"Benarkah?"
"Iya."
"Kau tidak akan menjatuhkannya pada saat aku menyentuh makanannya?"
"...Sampah mana yang kau maksud? Itu akan membuang-buang makanan."

Jadi ini yang dimaksud dengan menaikkan seseorang lalu menjatuhkannya? Lalu memerintah orang tersebut untuk memakan makanan yang sudah berada di tanah.

"Tidak apa, makanlah sesukamu."

Waktu dulu, Raphtalia juga memikirkan hal yang sama.

"Kau dapat makan, kapanpun kau mau."
"I-Iya."

Selama Raphtalia berbicara dengannya, semuanya menjadi lebih mudah.
Dengan malu-malu, Budak Lumo mulai memakan paket makan siang anak-anak.
Dia makan menggunakan tangannya. Kurasa dia tidak pernah belajar tata krama, sebaiknya dia makan sesuai keinginannya dulu.
Tata krama makan dapat diajarkan nanti.

....Jika mengingat keadaan pada saat makan di desa, pasti sudah seperti perayaan viking.
Rasanya ini seperti makan bersama keluarga.
Aku jadi ingat saat-saat dulu. Makanan apapun yang aku makan tidak ada rasanya. Kupikir sebabnya karena makanan yang aku pesan adalah murahan.
Aku melihat keluar jendela restoran.
Pemandangan Cangkang Reiki dapat terlihat dari sini... Masih ada banyak pembangunan yang harus dilakukan negara ini.

"Terima kasih banyak."

Budak Lumo berkata dengan mulut penuh makanan dan menangis.

"Jika kau sangat berterima kasih, maka habiskan semuanya."

Jika kau menyisakannya, aku akan marah.

"Tapi, aku tidak akan membuatmu memakan makanan yang tidak mungkin rasmu makan."

Kuharap makanannya tidak jauh berbeda dengan makanan didesa.

"Iya."

Layaknya seorang ibu, Raphtalia membersihkan mulut Budak Lumo yang menempel pada sudut bibirnya.
Pemandangan ini sungguh indah untuk dilihat.


Note:
Flag pada title chapter ini bukan bermakna bendera, tapi semacam penanda awal akan terjadi sesuatu. Kayak 'Ah, ini flag kematianku.'





TL: Chopin
EDITOR: Bajatsu
PROOFREADER: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar