Kamis, 27 Agustus 2020

Realist Maou ni yoru Seiiki naki Isekai Kaihaku Web Novel Bahasa Indonesia : Chapter 30. Kematian Teman Seperjuangan

Chapter 30. Kematian Teman Seperjuangan


Kami membiarkan pasukan Dwarf melarikan diri terlebih dahulu sementara kami bertiga masih tetap disini untuk menahan musuh. Aku tidak tahu apakah keberuntungan masih menyertai kami atau tidak.

Namun, Sharltar tidak berniat membiarkan para Dwarf melarikan diri, jadi dia segera mengirim lebih banyak pasukannya untuk membanjiri daerah tersebut.

Pada titik ini, kami hanya perlu menyalakan bahan peledak, tetapi tidak semudah itu. Musuh kami jauh lebih banyak dari yang kuduga, dan menyalakan bahan peledak yang berada di dua tempat terpisah pada saat yang sama akan menjadi rumit.

Aku yakin aku harus melakukan sesuatu tentang jumlah zombie di sini terlebih dahulu.

"Aku tidak menyangka jumlahnya begitu banyak." Aku menggerutu.

“Dia pasti telah membuat zombie dari orang-orang desa tetangga bahkan para pengembara sekalipun. Karena, tidak semua zombie ini berasal dari ras Dwarf.” kata Gottlieb.

“Tidak mungkin. Dia akan dibenci oleh para manusia. Apa yang akan dipikirkan negara-negara tetangga?” Kata Jeanne dengan heran.

“Namun, kau bisa melihatnya sendiri. Ada beberapa zombie yang terbuat dari mayat manusia.”

Memang, ada zombie manusia. Mereka berjalan ke arah kami dengan mata kosong dan menyerang. Aku menghindar lalu memukul wajahnya dengan tinju yang sudah di perkuat sihir sampai kepalanya menghilang entah kemana.

"Yah, aku tidak terlalu peduli apa yang dia pikirkan. Mungkin kita bisa memberi tahu manusia tentang ini dan mendorong mereka untuk mengirim pasukan untuk melawannya. Namun, rencana seperti itu harus menunggu. Kita harus kabur dari sini hidup-hidup.”

"Setuju!" Kata Jeanne saat dia mengayunkan pedangnya. Setiap dia mengayunkan pedangnya, lima zombie jatuh.

“Dimengerti!” Kata Gottlieb.

Kapak perangnya mengubah Lesser Demon menjadi daging cincang.

Mereka berdua sangat bisa diandalkan.

Aku memiliki niat untuk mengikuti mereka, dan mulai melafalkan awal mantera. Namun, ada sesuatu yang menghentikanku. Sekumpulan energi sihir terbang ke arahku dari jauh.

Itu adalah sihir yang disebut Magic Arrow. Energi sihir yang mengarah kepadaku itu tebal dan tajam. Aku segera mengetahui  bahwa orang yang melemparkannya bukanlah Penyihir biasa.

Jumlah sihir, niat untuk membunuh, semuanya sangat berlebihan. Aku sangat terkejut ketika aku melihat siapa itu.

Itu adalah dia.

Iblis yang menyerang tanah air para Dwarf dan mengubah mereka menjadi subjek eksperimen. Dia telah melangkah ke garis depan.

Sekarang, tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyalakan bom. Setelah aku memikirkan ini, aku menebas zombie di depanku dan memberi isyarat kepada Jeanne. Kemudian aku mengirim pesan telepati ke Gottlieb saat dia menghancurkan iblis sampai mati.

'... Kalian berdua bisa mundur.'

Mereka berdua tampak terkejut mendengarnya.

Itu telah menjadi bagian dari rencananya selama ini, tapi kami tidak memprediksikan bahwa akan ada monster sebanyak ini sehingga Jeanne tidak menghentikan pembantaian zombie-nya. Sepertinya dia memutuskan untuk bertahan sampai akhir. Dia tidak akan meninggalkanku sendirian di sini.

Dia memang baik, tapi aku masih harus meminta Gottlieb untuk mengurus masalah ini.

'Gottlieb. Tolong bawa Jeanne ke terowongan pelarian.”

"Dimengerti."

Gottlieb menuju ke arah Jeanne dan melemparkannya ke terowongan. Kemudian dia menggunakan kapaknya sendiri untuk memotong tali yang berada di atas pintu masuk terowongan. Kemudian ada longsor besar yang membuat terowongan itu tertutup. Aku bisa mendengar suara Jeanne dari sisi lain bebatuan.

"Astaroth-sama, ini tidak adil. Aku ingin bertarung denganmu sampai akhir. Tuhan tidak akan mengampuniku jika sesuatu terjadi padamu." Teriaknya, tapi suaranya terdengar kecil. Itu adalah bukti betapa tebal dinding bebatuan itu. Tetapi ada satu masalah lagi.

“Gottlieb, kau telah menutup pintu masuk. Tapi bagaimana kau akan melarikan diri sekarang?”

"Memang. Tapi mengapa aku harus melarikan diri?”

“Aku akan menghancurkan tempat ini dengan ledakan. Tapi kau tidak bisa kabur dari sini.”

"Apakah itu benar?" Gottlieb berkata sambil menyeringai dan kemudian dia mulai tertawa.

“... Kau berniat untuk mati sejak awal.”

"Ya. Rencanamu menggunakan bahan peledak itu memang bagus, tetapi kau tidak tahu bagaimana cara menggunakannya dengan efektif. Jadi aku yang akan tetap di sini.” Gottlieb berkata sambil mengeluarkan semacam amulet dari sakunya.

Itu semacam perangkat remote control. Dia menekannya, dan pintu keluar lainnya ditutup. Para monster kaget menyaksikan perubahan situasi ini. Mereka akhirnya menyadari bahwa mereka telah dipancing untuk menuju ke sini.

Aku melihat mereka mengerumuni Sharltar dan sepertinya mendiskusikan apa yang harus dilakukan. Sharltar mengertakkan gigi dan menatapku. Aku merasa agak senang, tapi aku tidak ingin melihatnya.

Aku hanya harus menyalakan bom, tetapi aku tidak dapat melakukannya dengan Gottlieb di sekitar sini. Aku mempersiapkan amulet yang akan digunakan untuk memicu ledakan.
<EDN: Amulet itu semacam jimat, kalau kalian main game mungkin bisa bayangin semacam talisman>

“Oh, apakah itu amulet dengan sihir Api?”

"Itu dibuat untuk menyala dengan sedikit jeda."

"Agar kau bisa berteleportasi sejauh mungkin sebelum tempat ini meledak."

“Ya… tetapi aku tidak bisa melakukan itu.”

"Mengapa?"

"Kau tahu alasannya. Itu karena kau.”

“Raja Iblis Ashtaroth seharusnya pintar. Aku mendengar kabar bahwa dia adalah seorang realistis.”

“Menurut pendapatku, mereka yang percaya menjadi realistis atau mengikuti teori Machiavellian, itu berarti mereka adalah orang yang dingin dan kejam; suatu hari mereka akan jatuh.”

"Aku mengerti. Tapi itulah yang kuyakini. Mungkin itu sebabnya aku akan mati di sini.”

“Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja. Kita masih bisa terus berjuang disini. Saat salah satu dari kita tidak bisa lagi bertarung, saat itulah aku akan meledakannya.”

“Tidak, aku tidak bisa mengizinkanmu melakukan itu. Kau harus hidup lebih lama dari itu, Raja Iblis. Kau tidak bisa mati di gua yang gelap ini. Satu orang tua sudah cukup.” Kata Gottlieb. Kemudian dia mengeluarkan bola kristal dari sakunya yang berisi sihir.

“Hanya aku yang bisa menggunakan bola kristal ini. Ini adalah sesuatu yang ditinggalkan oleh nenek moyangku. Sebenarnya, kekuatan penghancur dari bahan peledak yang kami pasang  sangat kuat radius ledakannya bisa mencapai lebih dari seratus meter. Kau tidak akan bisa menghindarinya bahkan jika kau teleportasi.”

“… Gottlieb. Jadi kau sejak awal…”

“Kaulah yang melebih-lebihkanku. Aku tidak punya perasaan terhadapmu, seorang Raja Iblis yang baru saja kutemui. Aku tidak mempunyai masalah dengan kematianmu selama wargaku selamat. Aku kira itu adalah jenis Machiavellianisme yang salah, seperti yang kau katakan.” Dwarf itu tertawa dengan mencela diri sendiri.

“Namun, aku melihatmu saat kau melindungi orang asing. Rasa ikhlas yang kau tunjukkan saat melindungi para Dwarf di medan perang membuatku berubah pikiran."

Kata Gottlieb kemudian dia melanjutkan,

“Mungkin aku tidak berhak meminta ini, karena aku salah menilaimu. Tapi tolong, lindungi wargaku. Bawa mereka ke kota kastil dan lindungi mereka. Mereka adalah pejuang, arsitek, dan pengrajin yang baik. Mereka akan memiliki masa depan yang cerah di bawah pimpinanmu.”

Kemudian dia menghancurkan bola kristal itu yang bersinar terang di telapak tangannya. Saat tangan bercahaya itu mendarat di pundakku, aku tahu.

Dia telah meninggalkan orang-orangnya di bawah kepemimpinanku.

Aku akan berteleportasi dari sini.

Dia akan tetap tinggal dan mati.

Aku telah mengetahui semuanya.

Aku berteriak.

“GOTTLIEB !!”

Tapi teriakan itu hanya bergema di tempat aku berteleportasi. Gottlieb terlihat damai saat aku melihatnya sekilas, aku hampir tidak percaya bahwa itu adalah wajah seseorang yang akan mati. Tidak pernah terpikirkan olehku akan melupakan wajah seperti itu.

Air mata membasahi pipiku. Itu tidak pernah terjadi sejak aku bereinkarnasi. Raja Iblis bisa menangis. Mereka bisa merasakan sakitnya kehilangan teman. Berkat Gottlieb dan para Dwarf, aku mengetahui hal ini. Aku mengertakkan gigi dan mendengarkan ledakan di kejauhan, terdengar hampir seperti lonceng surga saat mereka menyapa teman seperjuanganku.


Note: 
Dih baru muncul brapa chapter udh di bunuh aja ntuh Dwarf :v


PREVIOUS CHAPTER       TOC        NEXT CHAPTER


TL: Tasha Godspell
EDITOR: Isekai-Chan

0 komentar:

Posting Komentar